Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
GULSHENDEEP KAUR
Mahasiswi Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi PG-PAUD
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Sumutera Utara – Kota Medan.
gulshendp@gmail.com
Dosen Pengampu:
Rahmi Wardah Ningsih, M.Pd
Mata Kuliah:
Konsep Dasar PAUD II
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat, hidayah serta karunia-Nya yang meridhoi kami sehingga saya dapat
memenuhi dalam penyelesaikan tugas saya untuk menyusun makalah ini dengan baik.
Makalah ini saya susun dalam guna memenuhi tugas mata kuliah ‘Konsep Dasar PAUD II’
oleh dosen pengampu, Ibu Rahmi Wardah Ningsih, M.Pd tentang “Teori Belajar Dan
Penulis
Gulshendeep Kaur
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Identifikasi Masalah
Apakah pendidikan anak usia dini sudah terlaksanakan sebagaimana
mestinya sesuai dengan hakekatnya pembelajaran anak usia dini dan apakah teori-teori
para ahli dapat diterapkan sebagai landasan untuk menentukan proses belajar dan
pembelajaran pada anak usia dini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Belajar sebagai proses akan terarah pada tercapainya tujuan, dalam
aspek ini dapat dilihat dari pihak siswa untuk mencapai sesuatu yang berarti
baginya maupun guru sesuai dengan tujuan. Belajar merupakan komponen
paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan,
sehingga tanpa proses belajar tidak pernah ada pendidikan.
Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu
mengulangi, menyampaikan dan mengekspresikan kembali materi yang telah
dipelajarinya dengan bahasanya sendiri. Belajar disimpulkan terjadi bila
tampak tanda-tanda bahwa perilaku manusia berubah sebagai akibat terjadinya
proses pembelajaran.
4
dan tindak mengajar yaitu membelajarkan siswa. Guru sebagai pendidik
melakukan rekayasa pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku dalam
tindakan tersebut guru menggunakan asas pendidikan maupun teori
pendidikan. Guru membuat desain instruksional, mengacu pada desain ini para
siswa menyusun program pembelajaran dirumah dan bertanggung jawab
sendiri atas jadwal belajar yang dibuatnya. Sementara itu siswa sebagai
pembelajaran di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman, dan tujuan. Siswa
tersebut mengalami perkembangan jiwa sesuai asas emansipasi dirinya menuju
keutuhan dan kemandirian.
5
c) Teori Belajar Organisme Gestalt
Menurut teori ini, peserta didik dipandang sebagai suatu keseluruhan organisme
yang dinamis dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Artinya bahwa seseorang belajar karena berdasarkan
pengalaman-pengalaman langsung dari suatu lingkungan, seseorang belajar
karena seseorang dihadapkan pada suatu masalah dan harus dipecahkan dengan
cara-cara yang logis atau factual. Dengan demikian, belajar merupakan suatu
proses yang bermakna dengan melibatkan pengalaman langsung, pola pikir,
perasaan dan melibatkan inisiatif.
6
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Contohnya ketika anak
mulai belajar berjalan maka anak dapat di fasilitasi dengan alat
bantu yang terbuat dari bamboo dan di tancapkan di halaman
rumah.
2) Law of Exercise atau Hukum Latihan, menyatakan bahwa belajar
memerlukan banyak latihan atau ulangan-ulangan. Artinya anak
diberikan latihan untuk dapat memecahkan suatu masalah yang
berkaitan dengan konsep atau teori sehingga anak mendapatkan
permahaman yang dapat digunakan untuk belajar lebih lanjut.
3) Law of Effect atau Hukum Pengaruh yang disebut hukum yang
mengetahui hasil, artinya supaya peserta didik dapat belajar lebih
bersemangat lagi maka hasil belajar anak perlu untuk
diketahuinya.
b) Teori Belajar Ivan Pavlow
Ivan Pavlow telah membuktikan bahwa beberapa aktivitas
belajar manusia dihasilkan oleh proses pengontrolan (conditioning),
sebagaimana ia melakukan percobaannya terhadap anjing. Dalam hal ini
peserta didik diberikan stimulasi belajar karena telah diatur dalam suatu
kondisi tertentu. Misalnya anak usia dini melakukan kegiatan berbaris
setelah dibunyikan bel dahulu lalu setelah itu masuk kelas untuk belajar.
Teori ini memberikan gambaran terutama pada guru akan pentingnya
menciptakan kondisi pembelajaran yang teratur, disiplin yang pada
akhirnya akan mengantarkan peserta didik untuk mengikuti berbagai
aturan, norma, kaidah dan etika.
c) Teori Belajar B.F. Skinner
Skinner dikenal dengan teori penguatan atau teori pembiasan perilaku
respon (operant conditioning), yaitu adanya respon balik dari pendidik
terhadap anak akibat dari hasil proses belajarnya. Jika tingkah laku
operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku
tersebut akan meningkat, tetapi sebaliknya jika timbulnya tingkah laku
operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak
diiringi dengan stimulus penguat maka kekuatan tingkah laku tersebut
akan menurun atau hilang. Misalnya anak yang memenangkan lomba
mewarnai diberi hadiah, tujuannya supaya anak dapat mempertahankan
dan meningkatkan prestasinya.
7
2.3.2. Teori Kognitivisme
Teori Kognitivisme adalah teori yang lebih menekankan terhadap
pentingnya proses internal yaitu mental manusia, artinya tingkah laku manusia
yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses
mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya. Cirri utama
dari teori kognitivisme itu adalah adanya kecenderungan untuk memahami
pikiran. Prinsip dari teori ini adalah pengenalan individu terhadap
lingkungannya adalah hasil transformasi yang bukan hanya dilakukan oleh
organ indera tetapi juga oleh sistem yang mengolah menterjemahkan masukan-
masukan indera..
Tokoh –tokoh yang mendukung teori belajar kognitif diantaranya
adalah Piaget dan Howard Gardner.
a) Teori Jean Piaget
Jean Piaget menyatakan bahwa untuk meningkatkan
kemampuan berpikirnya maka anak harus diberikan berbagai pertanyaan
sehingga kemampuan berpikir anak akan berkembang dengan ditandai
adanya tanggapan berupa jawaban dari anak. Selain itu Piaget
mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif adalah interaksi dari
hasil kematangan manusia dan pengaruh lingkungan. Manusia aktif
mengadakan hubungan dengan lingkungan, menyesuaikan diri terhadap
objek-objek yang ada disekitarnya yang merupakan proses interaksi
untuk mengembangkan aspek kognitif.
Menurut Piaget perkembangan kognitif anak dibagi kedalam
empat tahap yaitu:
Fase Sensori Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak akan berinteraksi dengan lingkungannya
melalui panca indera. Dimulai dengan adanya gerakan reflek yang
dimiliki sejak lahir yaitu dengan gerakan instink yang disebabkan
oleh dorongan dalam diri untuk memuaskan dorongan itu,
misalnya bayi menyusu dan tahu bagaimana caranya, kemudian
dapat menggenggam, melihat, melempar dan lain-lain.
Fase Pra Operasional (3-7 tahun )
Pada tahap ini masa permulaan anak untuk membangun
kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Pada tahap ini anak
dapat berpikir secara simbolik, memiliki kemampuan berbahasa
8
yang baik sehingga dapat menggunakan kata-katanya untuk
menandai suatu objek. Selain itu, anak melihat dunia berdasarkan
perspektifnya sendiri (egosentrik). Anak dapat memutuskan sesuatu
bukan berdasarkan analisis rasional melainkan secara intuitif
artinya dalam menciptakan sesuatu anak tidak tahu pasti mengapa
ia melakukan hal tersebut, misalnya anak menyusun balok atau
menggambar.
Fase Operasional Konkrit
Anak telah mampu memecahkan masalah yang bersifat konkrit dan
masih sulit memecahkan masalah yang bersifat abstrak.
Fase Operasional Formal
Tahap ini, anak dapat berpikir secara abstrak seperti
mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi,
berpikir masa depan secara realistic, mengerti bahasa kiasan dan
mampu menyimpulkan sebuah cerita.
b) Teori Howard Gardner
Teori Howard Gardner adalah Teori Multiple Intelligence, yang
merupakan penilaian yang melihat secara deskriptif tentang bagaimana
anak memecahkan masalahnya dengan menggunakan kecerdasan-
kecerdasan yang dimilikinya sehingga mendapatkan sesuatu yang
bernilai. Berikut delapan kecerdasan jamak yang dikemukakan oleh
Howard Gardner:
Kecerdasan
No. Kemampuan
…..
1 Linguistik Mengolah kata
2 Logika-
Hal angka dan logika, urutan yang logis
Matematika
3 Visual-Spasial Melihat dan mengamati dunia visual dan spasial
secara akurat
4 Musikal Menikmati, mengamati, membedakan,
mengarang, membentuk, dan mengekspresikan
bentuk-bentuk music
5 Intrapersonal Kesadaran diri dan pengetahuan tentang diri
sendiri
9
6 Interpersonal Memahami dan bekerjasama dengan orang lain,
mampun mengamati maksud, motivasi dan
perasaan orang lain.
7 Kinestetik Menggunakan tubuh kita secara terampil untuk
menggunakan ide, pemikiran dan perasaan.
8 Naturalis Mengenali, membedakan, mengungkapkan dan
membuat kategori terhadap apa yang di jumpai
di alam maupun di lingkungan.
9 Spiritual mematuhi perintah Tuhan Yang Maha Esa dan
menjauhi laranganNya.
10
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran harus terdapat
hubungan baik antara guru dan peserta didik dalamsusana saling percaya,
peserta didik belajar tanpa adanya paksaan dari pihak guru.
c) Teori menurut Carl Rogers
Menurut Pandangan C. Rogers Teori psikologi belajar yang term
assuk golongan humanistik adalah teori belajaryang dikemukakan oleh
C. Rogers (1969). Teori ini membedakan dua jenis belajar yaitu kognitif
learning yang berhubungan dengan pengetahuan terapan. Menurut teori
ini proses belajar dengan adanya keterlibatan pribadi, inisiatif diri, dan
evalusi diri. ExperiantialLearning menyimpulkan bahwa belajar harus
dilakukan oleh peserta didik, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator. Guru menciptakan ligkungan yang kondusif yang baik. Pada
teori humanisme selain menganut aliran-aliran pendidikan romantik,
menurut syaodih (1997) juga berpefang pada konsep Gestalt. Bahwa
anak harus dipandang sebagai suatu keseluruhanorganisme ang mencapai
suatu tujuan tertentu (Arbi dan Syahrun, 1992). Dalam pendidikan
Gestalt, pendidikan hendaknya diarahkan untuk membina peserta didik
yang utuh bukan saja pada aspek fisik dan intelektual akan tetapi juga
aspek sosial dan afektif (emosi, sikap,erasaan dan nilai). Sedangkan
menurut Nasution (1991) para Gestalist menginginkan adanya integrasi,
pikiran dan perbuatan yang memberika kebulatan pengalaman
yang menyenangkan sesuai dengan keinginan peserta didik..
Beberapa pengaruh teori humanisme terhadap prosese
pembelajaran.
1) Individualisasi : perlakuan individual didasrkan pada kebutuhan
dan individualitas / kepribadian;
2) Motivasi : Motivasi belajar bersifat intrinsik, bersasarkan
pemuasan kebutuhan individu;
3) Metodologi : Menggunakan pendekatan proyek yang terpadu,
menekankan pada mempelajari kehidupan sosial;
4) Tujuan-tujuan kulikuler : Memusatkan diri pada pengembangan
sosial, keterampilan berkomunikasi, tanggap pada kebutuhan
kelomok dan individu;
5) Bentuk pengelolaan kelas : Peseta didik diberi kebebasan
memilih, sedangkan guru membantu bukan mengarahkan.
11
Teori belajar behaviorisme, untuk saat ini kurang relevan bila di
bandigkandengan teori kognitivisme dan humanisme. Pada teori
humanisme dan kognitivisme saat inidianggap relevan untuk
dikembangkan dalam berbagai pembelajaran.
.
2.4. Teori Pembelajaran
Teori Deskriptif dan Teori Preskriptif
Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif
dan teori belajar adalah deskriptif, preskriptif karena tujuan utama teori
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, dan
deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memerika proses belajar. Teori
belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang
menentukan hasil belajar, atau sebagaimana seseorang belajar.Teori pembelajaran
menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar
terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi
dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Teori belajar yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan
metode pembelajaran sebagai given, dan memerika hasil pembelajaran sebagai
variabel yang diamati atau kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel
bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Sedangkan teori
pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan
sebagai given dan metode yang optimal dtempatkan sebagai variabel yang
diamati, atau metode pembelajaran sebagai variabel tergantung. Teori preskriptif
adalah goal oriented (untuk mencapai tujuan), sedangkan teori deskriptif adalah
goal free (untuk memberikan hasil). Variabel yang diamati dalam pengembangan
teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal
untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran
deskriptif variabel yang diamati adalah hasil sebagai efek dari interasi antara
metode dan kondisi. Jadi, teori ini mengemukakan bahwa adanya keterkaitan
antara belajar dengan pembelajaran. Ketercapaian belajar merupakan hasil dari
tercapainya tujuan dari pembelajaran.
12
Teori Behavioristik
Teori behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu
menunjukkan perubahantingkah laku. Pandangan behaviouristik mengakui
pentingnya masuan atau input yang berupastimulus dan keluaran atau output yang
berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon di
anggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur.Yang bisa
diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.
Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam
belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.
Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin
kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement)
maka respon juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behaviouristik antara
lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar
ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi
pelajaran mengikuti urutan dari bagian- bagian keseluruhan. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut suatu jawaban benar.
Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas
belajarnya.
Teori Kognitif
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan
persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur
kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi
pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat
dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengetahuan baru dengan steruktur kognitif yag telah dimilii siswa.
Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu,
13
dari sederhan ke kompleks. Perbedaanindividual pada diri siswa perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat mepengaruhikeberhasilan siswa.
Teori Konstruktivistik
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki
kepekaan, mandiri, bertanggung-jawab, dapat mendidik dirinya sendiri
sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah,
diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri
manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk
mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar
merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui
asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya,
memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran
diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan
tersebut secara optimal padadiri siswa.
Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa
kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan
membentuk suatu kunstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran
struktur kognitifnya. Guru-guru konstrutivistik yang mengakui dan menghargai
dorongan dari manusia atau siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya
sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agarterjadi
aktifitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.
Teori Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah
mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung
bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apasaja asal
tujuannya tercapai. Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran
cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat
mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
14
Teori Sibermetik
Teori sibernetik menekankan bahwa belajar adalah pemrosesan
informasi. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi
yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan
oleh sistem informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori sibernetik
berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala
situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Proses
pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses pengodean
informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan
diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah
disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang
terorganisasi dan proses penulusuran bergerak secara hirakhis, dari informasi yang
paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai
informasi yang diinginkan diperoleh. Konsepsi landa dengan model
pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik mengatakan bahwa belajar
algoritmik menuntut siswa untuk berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear ,
menuju pada target tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristic menuntut siswa
untuk berpikir devergan, menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus. Aplikasi
teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam
teori Gagne dan Briggs.
Teori Revolusi-Sosiokultural
Pandangan yang dianggap lebih mampu mengakomodasi tuntunan
sosiocultural - revolution adalah teori belajar yang dikembangkan oleh
Vygotsky. Dikemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang
terutama berasal dari kehidupan social atau kelompoknya, dan bukan
sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut
pendekatan ko-konstruktivisme. Konsep- konsep penting dalam teorinya yaitu
genetic low of development, zona of proxsimal development, dan
mediasi, mampu membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti
dari latar sosial budaya dan sejarahnya. Perolehan pengetahuan dan
perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi
kesadaran sosial bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder.
Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya
anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona
15
perkembangan proxsimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat
memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau teman
yang lebih kompeten. Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif –kolaboratif serta
belajar kontekstual sangat tepat digunakan. Sedangkan anak yang telah mampu
belajar sendiri perlu ditingkatkan tuntutannya, segingga tidak perlu menunggu
anak yang berada di bawahnya dengan demikian diperlukan pemahaman yang
tepat tentang karaktristik siswa dan budayanya sebagai pijakan dalam
pembelajaran.
16
kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. Strategi
dasar pembelajarannya dimulai dengan:
1) membangunkan/memicu kecerdasan
2) memperkuat kecerdasan
3) mengajarkan dengan /untuk kecerdasan
4) mentransfer kecerdasan.
17
Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Suatu kalimat “unsure itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal.
Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui
berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi
verbal terbentuk jika unsure-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu
mengikuti yang lain. Asosiasi artinya perkumpulan. Asosiasi verbal merupakan
belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang,
atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.
Diskriminasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti
membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang atau tumbuh-tumbuhan.
Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan symbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran
terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang belakang
menurut cirri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilian, amphibian,
burung, ikan. Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit),
kebangsaan, suku bangsa, atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk
konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.
Belajar Aturan (Rule Learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah aturan (rule). Tipe belajar ini banyak terdapat
dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar
sudut dalam segitiga sama dengan 180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip
dengan rangkaian verbal (verbal chaining), terutama jika aturan itu tidak
diketahui artinya. Oleh karena itu, setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus
dipahami artinya.
Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan pemikiran.
Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan
yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu,
adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai
langkah, seperti mengenal tiap unsure dalam masalah itu, mencari hubungannya
dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran.
Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba (insight). Dengan
ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri
yang penyelesaiannya ditemukan sendiri akan lebih mantap dan dapat ditransfer
18
kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah
memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.
19
ulung dan menyerap apa yang mereka temukan sebagai pengetahuannya, maka guru
ataupun pendidik perlu menciptakan lingkungan yang berpotensi baik.
Adapun ciri-ciri belajar pada anak usia dini:
a) Adanya kemampuan baru atau perubahan bersifat pengetahuan.
b) Perubahan tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
c) Perubahan tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.
d) Perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh
obat-obatan.
Bagaimana anak belajar pada usia dini?
Mikro : Proses belajar disesuaikan dengan perkembangan anak
Makro : pembelajaran terkait komponen yang terdiri dari siapa peserta
didiknya, sasaran program, analisis konteks
20
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid, sehingga mengupayakan terjadinya interaksi antara guru dan murid. Dalam
pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pembelajaran yang
diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan keampuan berfikir
siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang
kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh
guru. Jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode
pengajaran yang sesuai kebutuhan materi ajaryang mengacu pada prinsip pedagogik,
yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika metode dalam pembelajaran tidak
dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. Adapun hakikat
pembelajaran itu sendiri sebagai berikut:
Proses interaksi peserta didik dengan pendidik beserta sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar
Usaha yang dilaksanakan secara sengaja, tearah dan terencana, dengan tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan serta
pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri
seseorang.
1.2 Saran
Saran saya sebagai penulis terhadap para pembaca agar dapat memahami
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca ataupun calon guru dapat
memahami ataupun menerapkan model pembelajaran pada anak usia dini sesuai dengan
pemahaman-pemahaman para ahli yang sebelumnya sudah meneliti karakteristik anak
usia dini sehingga dapat mempermudah para pendidik untuk menerapkan teknik,
metode pembelajaran pada anak usia dini. Terima Kasih.
21
DAFTAR PUSTAKA
Nuraini Yuliani. 2019. Perspektif Baru Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Campustaka: Jakarta
Nuraini, Y., Hartati, S., dan Sihadi 2020. Memacu Kreativitas Melalui Bermain.
Jakarta: Bumi Aksara
Sit, Masganti. 2016. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Teori dan
Praktik. Medan: Perdana Publishing
22