Dosen Pengampu :
Hutri Rizki Amelia, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Dea Lidia Nur Alfiani (12211323990)
Irfan Efendi (12211312314)
Melsa Chania (12211323267)
Sri Aprilia Nanda Sari (12211324142)
KELAS 3A
2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, tak lupa shalawat serta
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kita sebagai umatnya
yang setia hingga akhir zaman.
Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Model dan Strategi Pembelajaran Geografi dengan pembahasan mengenai “Hakikat
Belajar, Mengajar dan Pembelajaran”. Proses penyusunan makalah ini tentunya
mendapat bimbingan dari Dosen yaitu Ibu Hutri Rizki Amelia, M.Pd, Orang tua
yang mendukung di rumah, serta teman-teman di kelas 3A.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian belajar, mengajar dan pembelajaran .................................... 3
2.2 Hakikat belajar, mengajar dan pembelajaran......................................... 5
2.3 Prinsip mengajar, belajar dan pembelajaran .......................................... 7
2.4 Tujuan belajar, mengajar dan pembelajaran .......................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan belajar, mengajar dan pembelajaran?
2. Bagaimana hakikat belajar, mengajar dan pembelajaran?
3. Apa saja prinsip mengajar, belajar dan pembelajaran?
4. Apa saja tujuan dari belajar, mengajar dan pembelajaran?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari belajar, mengajar dan
pembelajaran.
2. Untuk mengetahui hakikat belajar, mengajar dan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui prinsip mengajar, belajar dan pembelajaran.
4. Untuk mengetahui tujuan dari belajar, mengajar dan pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
perubahan dalam diri setiap individu, dan perubahan tersebut mempunyai
nilai positif bagi dirinya. Tetapi tidak semua perubahan bisa dikatakan
sebagai belajar, sebagai contoh seseorang anak yang terjatuh dari pohon dan
tangan nya patah. Kondisi tersebut tidak bisa dikatakan sebagai proses
belajar meskipun ada perubahan, karena perubahan tersebut bukan sebagai
perilaku aktif dan menuju kepada perbuahan yang lebih baik.
B. Pengertian Mengajar
Menurut Slameto (1988), mengajar adalah suatu proses di mana
pengajar dan murid menciptakan lingkungan yang baik, agar terjadi
kegiatan belajar yang berdaya guna, yang dilakukan dengan menata
seperangkat nilai-nlai dan kepercayaan yang ikut mewarnai pandangan
mereka terhadap realitas sekelilingnya.
C. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran atau dalam bahasa inggris biasa diucapkan dengan
learning merupakan kata yang berasal dari to learn atau belajar. Aktivitas
belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada peserta didik,
sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru, jadi istilah
pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar,
proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar. Secara psikologis
pengertian pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahan perilaku secara menyeluruh, sebagai
hasil dari interaksi individu itu dengan lingkungannya.
Suyono & Hariyanto (2014: 183) mengatakan bahwa pembelajaran
identik dengan pengajaran, suatu kegiatan dimana guru mengajar atau
membimbing anak-anak menuju proses pendewasaan diri. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa pembelajaran erat kaitannya dengan
pengajaran. Pengajaran sebagaian bagian yang terintegral dalam
4
pembelajaran dan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lain.
Dimana ada pembelajaran maka di situ pula terjadi proses pengajaran.
Dari pemahaman tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran pada
dasarnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu dengan bantuan
guru untuk memperoleh perubahan perubahan perilaku menuju
pendewasaan diri secara menyeluruh sebagai hasil dari interaksi individu
dengan lingkunganya.
5
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan (Suyono &
Hariyanto, 2017). Dengan demikian, perubahan merupakan substansi dari
belajar itu sendiri. Tentunya berbagai perubahan yang dimanifestasikan
dalam banyak pola dan respons itu didapatkan dari proses belajar itu sendiri.
Seperti yang diungkapkan oleh Purwanto (2014) bahwa belajar adalah
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Sementara itu menurut Djamaluddin & Wardana (2019), hakikat
belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai
materi yang telah dipelajari.
b. Hakikat Mengajar
Menurut Sudjana (1991), hakikat mengajar adalah suatu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar peserta didik,
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan
proses belajar.
c. Hakikat Pembelajaran
Apabila hakikat dari belajar itu adalah “perubahan” maka hakikat
pembelajaran sendiri dapat dikatakan sebagai “interaksi” yang terjadi. Hal
tersebut karena tanpa adanya interaksi, maka tidak akan ada pembelajaran
yang terjadi, seperti bagaimana tanpa ada “perubahan” maka dapat
dikatakan tidak ada proses belajar yang terjadi.
Namun demikian, pembelajaran melibatkan banyak interaksi yang
dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan proses belajar yang baik,
maka dapat dikatakan pula bahwa pembelajaran adalah suatu sistem. Istilah
sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang berarti sehimpunan
6
bagian atau komponen yang saling berhubungan secara terartur dan
merupakan suatu keseluruhan (Djamaluddin & Wardana, 2019).
Oleh karena itu, hakikat pembelajaran juga tidak hanya sekedar
interaksi yang terjadi. Bahkan, menurut Djamaluddin & Wardana (2019)
hakikat pembelajaran adalah perencanaan atau perancangan (desain)
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Hal tersebut karena dalam
pembelajaran, peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai
salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan
sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
2. Prinsip Fokus
Mengajar dengan memperhatikan prinsip fokus, yaitu guru dalam
membahas pokok bahasan tertentu perlu menentukan pokok persoalan
yang menjadi pusat pcmbahasan. Bila prinsip konteks mengharuskan
guru menghubungkan bahan pengajaran seluas-luasnya, maka prinsip
fokus mengharuskan adanya pemusatan pokok persoalan. Dalam
7
prakteknya, kedua-duanya harus dilaksanakan sehingga saling
melengkapi. Kedua prinsip itu merupakan kriteria mengajar yang
efektif.
3. Prinsip urutan
Mengajar dengan melaksanakan prinsip urutan adalah materi
pengajaran hendaknya disusun secara logis dan sistematis, sehingga
mudah dipelajari anak. Urutan bahan pelajaran hendaknya menunjang
proses belajar mengajar. Misalnya: guru mengajar matematika dengan
pokok bahasan fungsi grafik tentu ia akan merinci kegiatan apa yang
harus dikuasai siswa, untuk memahami dengan mudah permasalahan
fungsi grafik. Untuk memahami prinsip tersebut, guru perlu merinci
kegiatan-kegiatan mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian.
Penyusunan kegiatan-kegiatan tersebut harus sistematis dan logis.
4. Prinsip evaluasi
Prinsip ini menekankan bahwa guru dalam mengajar tidak boleh
meninggalkan kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan integral
dalam mengajar. Kegiatan evaluasi berfungsi mempertinggi efektivitas
belajar, menimbulkan dorongan siswa untuk lebih meningkatkan
belajarnya da.n memungkinkan guru untuk memperbaiki metode
mengajarnya. Evaluasi ini dapat dilakukan baik secara tertulis maupun
lisan dalam bentuk “assasment”.
5. Prinsip individualisasi
Melaksanakan prinsip individualisasi diwujudkan dalam bentuk
mengajar hendaknya memperhatikan perbedaan antar individu siswa.
Siswa sebagai makhluk individu berbeda-beda, baik dari segi mental,
misalnya perbedaan intelegensi, bakat, minat dan sebagainya maupun
berbeda dalam kecenderungan, misalnya ada yang cenderung lebih baik
pada bidang estetika, tetapi kurang baik pada matematika. dan
8
sebagainya. Perbedaan individu tersebut dapat dilakukan dalam
pemberian pelayanan belajar, seperti bimbingan belajar, tugas-tugas,
dan sebagainya.
6. Prinsip sosialisasi
Prinsip ini menekankan bahwa guru dalam mengajar hendaknya
dapat menciptakan suasana belajar yang menimbulkan sikap saling
kerjasama antara siswa., dalam mengatasi masalah.
2. Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.
Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang
9
mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan
fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-
keterampilan, dan sebagainya.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar merupakan
proses mengamali, dan belajar tiak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Menurut Edgar Dale dalam Dimyati (2009:45), “belajar yang baik
adalah belajar melalui pengalaman langsung”. Dalam belajar melalui
pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Namun demikian, perilaku
keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran
dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan
barangkali yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori
Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang,
dan juga apabila daya-daya tersebut dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan maka akan menjadi sempurna. Selain itu
dengan adanya pengulangan maka akan membentuk respons yang benar
dan akan dapat membentuk kebiasaan-kebiasaan.
5. Tantangan
Tantangan yang dihadapi alam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak
mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang
10
untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa
untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi
akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut.
7. Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda
satu dengan yang lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa
lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sarana belajar
bagi dirinya sendiri.
11
ketentuan yang pasti dalam memilih materi, metode, alat/media, evaluasi dalam
kegiatan yang dilakukan.
1. Tujuan Belajar
Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi di mana
ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus
mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang
diinginkan. Proses penyesuaian diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak
sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam
hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah
terbentuk hingga ia mencapai respons yang memuaskan.
Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur hidup
yang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan
yang lainnya, dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang
diharapkan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta
belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang
memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
2. Tujuan Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan bagian-bagian yang penting dalam
proses pembelajaran sebab aktivitas tersebut akan menemukan proses
keberhasilan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. (2007), tujuan belajar adalah
kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat
dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Dick dan Carey : The Instructional goal
statement that describes what it is student will be able to do after they have
completed instruction.
Tujuan ini juga bisa diistilakan dengan indikator hasil belajar. Artinya
adalah apa hasil yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses
12
belajar mengajar. Tujuan belajar dan mengajar menurut Pupuh
Fathurrahman & M. Sobbry Sutikno, M.Pd (2007), merupakan suatu cita-
cita yang bernilai normatif, terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan
kepada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mewarnai anak didik bersikap
dan berbuat dalam lingkungan sosial, baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
3. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep
mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak
pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas
subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem.
Sehingga, dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa
atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas, dan
prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan.
Davis (1974), mengungkapkan bahwa learning system menyangkut
pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar,
fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur
interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan sedangkan dalam
system teaching, sistem, komponen perencanaan mengajar, bahan ajar,
tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan
berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya belajar, mengajar, dan pembelajaran saling berkaitan satu
sama lain. Belajar merupakan suatu proses yang tanpa kita sadari berjalan terus
dari kita lahir hingga akhir hayat. Sama halnya dengan mengajar, apabila
pendidik pasif dalam menyampaikan informasi sedangkan peserta didik tidak
merespon apa saja yang diinformasikan, maka hal tersebut juga dapat disebut
interaksi satu arah. Lain halnya dengan pembelajaran. Pembelajaran dapat
terjadi apabila ada proses timbal balik dari belajar-mengajar, yaitu adanya
interaksi dan komunikasi antara pendidik dan peserta didik.
Dalam sebuah pendidikan tentu ada prinsip dari mengajar, belajar dan
juga pembelajaran. Menurut James L Marsell terdapat 6 prinsip mengajar yaitu:
prinsip konteks, prinsip fokus, prinsip urutan, prinsip evaluasi, prinsip
individualisasi, dan prinsip sosialisasi. Sementara itu prinsip, dari belajar dan
pembelajaran menurut Dimyati (2009:42) yaitu: perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan,
balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
Di samping prinsip, dalam sebuah pendidikan di perlukan tujuan.
Pentingnya tujuan dalam proses pendidikan sama hal pentingnya pendidikan
dalam proses kehidupan. Tujuan pendidikan menggambarkan tentang
idealisme, cita-cita keadaan individu atau masyarakat yang dikehendaki.
3.2 Saran
Setelah diselesaikannya penulisan makalah ini, maka penulis merasa perlu
untuk mengingatkan kembali kepada kita sebagai mahasiswa, apalagi kita
sebagai calon guru ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu hakikat dari
belajar, mengajar dan juga pembelajaran guna memperluas cakrawala ilmu
pengetahuan dan menumbuh kembangkan penguatan karakter ke arah yang
lebih baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15