Disusun oleh:
KELOMPOK 1
PGSD 3 A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan
kelancaran dalam penyusunan tugas mata kuliah “Strategi Pembelajaran di SD”. Dalam tugas
mata kuliah ini kami akan membahas mengenai “Konsep Belajar dan Pembelajaran”. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan wawasan kepada kita semua. Terutama wawasan
mengenai konsep belajar dan pembelajaran di SD. Sekaligus dapat memberikan penjelasan
mengenai pengaplikasian teori belajar dan pembelajaran di kelas.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta
melancarkan tersusunnya tugas mata kuliah ini. Mudah-mudahan ini semua bisa menjadi satu
amal baik bagi penyusun maupun pembaca.
Selanjutnya apabila dalam tugas ini terdapat kesalahan dari susunan kalimat maupun
dalam penulisan, kami mohon maaf dan selalu terbuka menerima masukan, kritikan serta
mengharapkan saran dari rekan-rekan khususnya kepada dosen pengampu yaitu Tika Aprilia,
S.Pd., M.Pd. dan Evy Nur Rochmah, S.Pd, M.Pd. Tentunya kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan tugas selanjutnya.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan
dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28). Pembelajaran merupakan setiap
upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar (Sudjana,1989:30). Belajar dan peembelajaran adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
Pembelajaran yang kreatif dan inovatif seharusnya dilakukan oleh guru dalam upaya
menghasilkan peserta didik yang kreatif. Tingkat keberhasilan guru dalam mengajar dilihat
dari keberhasilan peserta didiknya sehingga dikatakan bahwa guru yang hebat (great
teacher) itu adalah guru yang dapat memberikan inspirasi bagi peserta didiknya. Kegiatan
belajar dan pembelajaran yang konseptual atau terkonsep, menjadikan tujuan pembelajaran
dapat terpenuhi atau tercapai sesuai dengan ketentuan.
Dalam hal ini, teori, prinsip, dan cara mengaplikasikan teori belajar dan pembelajaran
sangat penting untuk dilaksanakan dengan baik sesuai dengan porsi dan kebutuhan. Tujuan
belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
perbuatan belajar yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap
yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa. Sedangkan tujuan pembelajaran yaitu
menitikberatkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan sebagai output pada diri siswa yang
dapat diamati. Dengan menggunakan teori dan prinsip yang benar, diharapkan guru dapat
menjadi lebih baik dalam melakukan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran?
2. Bagaimana proses belajar itu?
3. Apa saja macam-macam teori belajar dan pembelajaran?
4. Bagaimana prinsip belajar dan pembelajaran itu?
5. Bagaimana cara mengaplikasikan teori belajar dan pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian belajar dan pembelajaran.
2. Mengetahui makna dai proses belajar.
3. Mengetahui teori belajar dan pembelajaran.
4. Mengetahui prinsip belajar dan teori pembelajaran.
5. Mengetahui cara mengaplikasikan teori belajar dan pembelajaran.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan.
Undur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai
sumber pendorong, situasi belajar yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan
belajar. Jadi, belajar adalah proses aktivitas mentak yang terjadi melalui interaksi aktif
individu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan perilaku (pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai) yang relative konstan.
6
2. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar
(Sudjana). “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” (Anitah, dkk, 2014:1.18). Pembelajaran
sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan
belajar (Gulo). Pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur
lingkungan sebaiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses
belajar (Nasution).
Jadi pada intinya pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan
sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta hasil yang optimal.
B. Proses Belajar
Proses belajar tidak hanya diartikan sebagai proses menerima ilmu pengetahuan atau
informasi semata. Belajar juga merupakan aktivitas psikis yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. Namun,
tidak semua jenis perubahan adalah hasil dari proses belajar. Misalnya, seorang anak yang
mendadak berubah menjadi pendiam karena dia sedang sakit. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa orang dapat dikatakan telah melalui proses belajar kalau sudah tampak
perubahan perilaku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi akibat interaksi dengan
lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, penyakit, dan faktor-
faktor lainnya. Sehingga, belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
7
b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat
disimpan.
c. Perubahan tidak terjadi begitu saja,melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan.
Menurut Siregar dan Nara (2010:6-7), terdapat delapan kecenderungan seseorang untuk
belajar.
(1) Pertama, ada semacam dorongan rasa ingin tahu, yang kuat. Dorongan ini
berasal dari dalam dirinya, untuk mengetahui sesuatu. Biasanya rasa ingin tahu
diwujudkan dengan munculnya sejumlah pertanyaan.
(2) Kedua, ada keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dan teknologi
sebagai salah satu tuntutan zaman dan lingkungannya. Hal ini merupakan faktor
eksternal yang mendorong manusia untuk belajar. Terutama di era globalisasi
seperti saat ini yang menuntut setiap manusia agar “melek” teknologi.
(3) Ketiga, meminjam istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia
didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai
aktualisasi diri.
(4) Keempat, untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah diketahuinya.
Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan seseorang.
(5) Kelima, untuk mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Tidak semua orang mudah beradaptasi dengan lingkungannya, beberapa di
antara mereka harus belajar terlebih dahulu agar mampu menghadapi perubahan
yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
(6) Keenam, untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
Intelektualitas adalah modal penting untuk berkompetisi di zaman seperti saat
ini. Di samping itu, beberapa orang merasa bahwa potensi dirinya perlu digali
melalui proses belajar.
(7) Ketujuh, untuk mencapai cita-cita. Sebagai manusia yang membutuhkan
aktualisasi diri, maka cita-cita merupakan satu hal yang mendorong manusia
untuk belajar. Hampir bisa dipastikan jika cita-cita dapat dicapai melalui proses
belajar.
8
(8) Kedelapan, sebagian orang belajar untuk mengisi waktu luang. Seseorang
merasa perlu memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan yang bermanfaat,
yakni dengan belajar.
b. Teori Gastalt
Teori ini diperkenalkan oleh Max Wertherimer (1880-1943), Kurt Koffka
(1886-1941), dan Wolfgang Kohler (1887-1967). Teori ini menyebutkan bahwa
dalam proses pembelajaran, melihat satu proses saja tidak cukup untuk
memahami secara keseluruhan. Teori ini juga berpesan untuk berhati-hati
semasa membuat tanggapan dan juga penafsiran.
c. Teori Gagne
Teori ini diperkenalkan oleh Gagne (1970). Teori ini mengemukakan bahwa
pembelajaran yang berkesan adalah melalui tiga proses yaitu keadaan sebelum
input, peristiwa penting, dan aspek yang berkaitan dengan tindak balas.
9
2. Teori Humanisme
Teori ini dipelopori oleh Abraham Maslow dan Carl Rogers. Teori ini
mementingkan kesediaan moral dan potensi pelajar. Teori ini memfokuskan kepada
perkara-perkara yang berkaitan secara langsung dengan individu, keunikan diri sendiri
bagi seorang individu dan juga kepentingan kemanusiaan terhadap individu. Dalam teori
ini diandaikan bahwa manusia mempunyai keperluan dan keperluan asas. Sekiranya
keperluan dan keperluan asas dipenuhi sepenuhnya maka secara langsung individu dapat
memotivasi individu sendiri ke peringkat yang lebih tinggi yaitu mencapai tahap
kesempurnaan diri.
Hal ini disokong oleh teori hierarki kebutuhan Maslow (1984) yang menyatakan
bahwa jika keperluan psikologi tidak dipenuhi oleh individu maka jiwa seseorang
tersebut akan terganggu dan tidak tentram. Sepanjang proses pembelajaran, teori
humanisme ini menekankan kepada pelajar, berpusat kepada pelajar, dan pelajar
diibaratkan sebagai klien. Dalam hal yang seperti ini, konsep ini sangat penting karena
ia menceritakan tentang beberapa aspek yaitu dari segi nilai manusia, hak individu,
tindakan diri dan harga diri dalam menentukan sesuatu tindakan yang diambil. Jadi
pendidikan menurut teori humanisme adalah memanusiakan manusia. Dalam teori ini
guru sebagai fasilitator, motivator dan juga organisator. Sebagai fasilitator guru
memfasilitasi seluruh siswanya, sebagai motivator guru memotivasi siswanya untuk
belajar, sedangkan organisator guru mengkoordinir atau mengarahkan siswanya dalam
belajar.
3. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah sebuah teori tentang apa yang diketahui dan bagaimana
anak menjadi tahu. dalam teori konstruktivisme ini percaya bahwa anak menciptakan
pengetahuannya sendiri dan guru hanyalah seorang fasilitator. Anak masuk sekolah
dengan membawa pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Pengetahuan dan
pengalaman ini sering dianggap tidak valid sehingga anak harus memproses informasi
baru tanpa guru memaksakan informasi dan kontennya untuk mendapatkan pengetahuan
yang valid dan lengkap. Tugas guru menurut teori ini adalah menciptakan lingkungan
dimana siswa dapat benar-benar mengeksplorasi pengetahuannya. Dalam hal ini peran
guru adalah untuk mengatur informasi dan konsep menggunakan berbagai strategi
seperti pertanyaan, pemeriksaan, keterlibatan, mengeksplorasi dan mengembangkan
wawasan baru. Teori ini menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi atau
bentukan dari kita sendiri.
10
Jadi teori konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa anak
membangun konsep melalui pengalamannya sendiri atau diri sendiri. Dalam
penerapannya teori ini membutuhkan inovasi dan kreatifitas dari pendidik, karena
apabila diterapkan secara utuh teori ini akan membutuhkan waktu yang lama. (Mustadi.
A, dkk, 2018: 29).
4. Teori Behaviorisme
Fokus utama dalam konsep behaviorisme adalah perilaku yang terlihat dan
menyebabkan luar menstimulasinya. Menurut teori behaviorisme belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar jika dapat
menunjukan perubahan perilaku.
Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan
asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera dengan kecenderungan untuk
bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon (S-R). Dalam teori ini seseorang
dianggap telah belajar apabila dapat menunjukan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada anak, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan anak terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Teori belajar behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
11
peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan
dan mengarahkan aktivitas seseorang, tanpa adanya motivasi seseorang tidak dapat
melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, dengan perhatian dan
motivasi maka siswa akan melakukan proses belajar atau membiasakan diri dengan
belajar dengan baik, sehingga ia dapat memperoleh hasil yang ia inginkan.
2. Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu
beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai
kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan
hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar merupakan proses mengamali,
dan belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Menurut Edgar Dale dalam
Dimyati (2009:45), “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung”.
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa
secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan
keaktifan siswa.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua
adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, dan juga apabila daya-daya
tersebut dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan maka akan menjadi
sempurna. Selain itu dengan adanya pengulangan maka akan membentuk respons yang
benar dan akan dapat membentuk kebiasaan-kebiasaan. Contonya pada saat belajar tidak
hanya membaca akan tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mengulang materi yang
belum dipahami, dan lain-lain.
12
5. Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu
dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi
kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Contoh dari prinsip tantangan inii
yaitu, melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau
mencari tahu pemecahan suatu masalah.
7. Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang
lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa
menentukan cara belajar dan sarana belajar bagi dirinya sendiri. Contohnya pada saat
siswa menentukan tempat duduk dikelas, menyusun jadwal belajar, dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar meliputi perhatian
dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan,
balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
13
a. Siswa bukan orang dewasa. Cara berpikir anak dan orang dewasa sangatlah berbeda.
Cara berpikir anak tidak seperti cara berpikir orang dewasa yang mudah dalam
proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap
tertentu.Selain itu, anak pada usia sekolah dasar, belum mampu memilah-milah
konsep sehingga dalam berpikir, mereka perlu mengaitkan berbagai macam
pengetahuan.
b. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda konkrit. Keterlibatan siswa secara aktif
dalam belajar amat dipentingkan, karena dengan hanya mengaktifkan siswa maka
proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan
baik.
c. Pembelajaran merupakan student-center dimana siswa aktif dalam proses
pembelajaran dan guru berkedudukan sebagai fasilitator.
14
BAB 3
PENUTUP
A. Simpulan
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah
dipelajari. Sedangkan pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja
oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta hasil yang optimal. Interaksi
antara guru dengan siswa dan komunikasi timbal balik dengan tujuan belajar disebut
proses belajar. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen
yang tidak bisa dipisahkan. Teori belajar dan pembelajaran terdapat empat macam yaitu,
teori kognitivisme, humanisme, konstruktivisme, dan behaviorisme. Sedangkan prinsip-
prinsip belajar dan pembelajaran meliputi tujuh prinsip. Prinsip belajar merupakan
ketentuan atau hukum yang harus dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan kegiatan
belajar.
B. Saran
Setelah mengetahui konsep belajar dan pembelajaran di kelas, diharapkan
penulis dan pembaca mampu menerapkannya di ruang kelas. Penulis menyadari bahwa
makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
15
DAFTAR PUSTAKA
16