(Strategi Pembelajaran)
KELAS PGSD BI IA
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur atas Rahmat dan Ridha Allah SWT, karena
dalam pembuatan tugas ini dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dra.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini. Apabila dalam isi dan penulisan terdapat banyak
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 14
B. Saran . ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cara, teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa dalam
melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap. Strategi
tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan
diserap dan dipahami oleh siswa, karena hal ini berdampak terhadap tujuan yang
tercapainya hasil belajar yang diinginkan atau di atas standar minimum. Strategi
pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran.
pendidik atas tujuan dan organisasi pengajaran serta isi pelajaran. Adapun lataer
1
B. Tujuan Pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Belajar
Banyak cara agar dapat membuat siswa belajar. Belajar dapat diartikan suatu
proses berubahnya perilaku sebagai akibat pengalaman (Anitah, 2015). Dengan
kata lain belajar dipandang sebagai proses alami yang dapat membawa perubahan
pada pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang (Trinova, 2012). Dari
pengertian belajar tersebut terdapat 3 aspek pokok dalam belajar, yaitu: proses,
perubahan perilaku, dan pengalaman.
a) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.
Sebagai contoh terdapat siswa yang bertanya kemudian siswa lain menjawab
pertanyaan tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan pikiran dan perasaan siswa
aktif, jika pasif maka siswa akan diam bahkan cenderung melamun.
b) Perubahan Prilaku
Hasil belajar salah satunya adalah perubahan prilaku atau tingkah laku.
Seseorang yang belajar akan berubah tingkah lakunya baik aspek
pengetahuan, ketrampilan, atau penguasaan nilai-nilai. Oleh karena itu hasil
belajar dapat dikategorikan kedalam tiga ranah, yaitu: ranah afektif, ranah
kognitif, atau ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dalam Kurikulum
2013 terkandung dalam rumusan kompetensi.
3
c) Pengalaman
Belajar adalah pengalaman yang terjadi antara individu dengan
lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini baik yang fisik maupun yang
sosial. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang memicu siswa untuk
selalu belajar. Guru yang menjelaskan dengan alat peraga akan lebih menarik
siswa dalam proses pembelajarannya, begitu sebaliknya.
2. Prinsip Belajar
Prinsip belajar merupakan ketentuan yang harus dipegang di dalam
pelaksanaan kegiatan belajar. Prinsip belajar sangat menentukan proses dan hasil
belajar. Berberapa unsur dalam prinsip belajar seperti motivasi, perhatian,
aktivitas, dan balikan.
a) Motivasi
Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu
(Hamdu, 2014). Dengan kata lain motivasi berupa dorongan untuk melakukan
kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupunmotivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsic adalah motivasi yang timbul dari dalam dikarenakan siswa ingin
menguasai materi, sedangkan motivasi ektrinsik adalah motivasi yang timbul
dari rangsangan luar, biasanya dikarenakan siswa ingin mendapatkan hadiah.
Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung dengan tujuan
pembelajaran itu sendiri.
b) Perhatian
Perhatian erat hubungannya dengan motivasi bahkan tidak dapat
dipisahkan. Perhatian berpusat pada psikis terhadap suatu benda. Semakin
terpusat perhatian siswa pada pembelajaran maka akan menyebabkan hasil
yang baik pula, begitu sebaliknya semakin perhatian siswa tidak terfokus
pada pembelajaran maka akan menyebabkan hasil yang kurang maksimal.
Oleh karena itu guru harus selalu berusaha membuat perhatian siswa terpusat
pada pembelajaran.
4
c) Aktivitas
Perbuat untuk merubah tingkah laku melalui perbuatan adalah prinsip
belajar. Ada atau tidaknya belajar dicerminkan dari ada atau tidaknya
aktivitas. Tanpa ada aktivitas, belajar tidak mungkin terjadi (Widodo &
Widayanti, 2013). Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila pikiran dan
perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada
hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan metode dan media yang
bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar.
d) Umpan balik
Siswa perlu dengan segera menegetahui apakah yang ia lakukan didalam
proses pembelajaran atau yang ia proses pembelajaran tersebut sudah benar
atau belum. Bila masih salam maka bagian mana yang masih salah dan
mengapa salah serta bagaimana seharusnya ia lakukan kegiatan belajara
tersebut. Sehingga adanya timbal balik ini harus sesegera mungkin agar siswa
tidak terlanjur dalam kesalahan dalam proses pembelajaran. Umpan balik dari
guru sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka
dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran tersebut.
e) Perbedaan Individu
Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai
kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi, kebutuhan akan rasa aman,
mendapatkan pengakuan, dan mengaktualisasi dirinya. Dalam tahap
perkembangannya, siswa berada pada periode perkembangannya yang sangat
pesat dari segala aspek (Hadi, 2017). Perbedaan individual adalah individu
tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain. Guru hendaknya mampu
memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka masing-
masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat diperlukan.
5
B. Perbedaan Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran (Lutvaidah, 2016). Tiap pendekatan pembelajaran tersebut
mempunyai karakteristik tertentu, dan berbeda antara satu dengan yang lainnya
sesuai dengan fungsi dan tujuan tiap pendekatan. Pendekatan pembelajaran
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach)
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).
2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan
oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran yang bertujuan
untuk memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran,
yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan
belajar (Firmansyah, 2015). strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien (Saputra, Wahid, & Ismaniar, 2018).
Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan. Upaya mengimplementasikan
6
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai optimal.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara penyampaian materi pendidikan
kepada peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan teratur oleh tenaga
pengajar atau guru. Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah, demonstrasi,
diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, dan
simposium.
4. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar
yang telah disusun (dalam metode) berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik
yang digunakan guru tergantung kepada kemampuan guru atau siasat agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dengan baik. Teknik
pembelajaran mengambarkan langkah langkah menggunakan metode mengajar,
yang sifat lebih opersional. Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam penentu
teknik pembelajaran diantaranya adalah kemampuan dan kebiasaan guru
ketersedian sarana dan waktu, serta kesiapan siswa.
5. Taktik Pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin
akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki
sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense
of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
7
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
membagi empat kelompok model pembelajaran, yaitu: model interaksi sosial,
model pengolahan informasi, model personal-humanistik, dan model modifikasi
tingkah laku. Demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut disamakan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi
hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, sebagai berikut:
8
C. Faktor-Faktor Penentu dalam Pemelihan Strategi dan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi,
dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran
atau tujuan instruksional. Dalam kurikulum 2013 ini tujuan pembelajaran terdapat
dalam bentuk kompetensi.
2. Bahan Pembelajaran
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya. Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah
dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru
untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran.
3. Siswa
Yang paling berkepentingan dengan proses pembelajaran ialah siswa.
Mengingat keberhasilan dalam pembelajaran dapat dilihat dari perubahan proses
berpikir, ketrampilan dan afektif. Yang perlu di pertimbangkan dari faktor siswa
di dalam memilih strategi pembelajaran, antara lain: siswa sebagai pribadi
tersendiri memiliki perbedaan dari siswa lain, jumlah siswa yang mengikuti
pelajaran
9
4. Guru
Setiap guru memiliki kelebihan serta kelemahan masing-masing. Dalam
hal ini guru harus hati-hati dalam memilih strategi pembelajaran guna mencapai
tujuan pembelajaran. Jika guru salah dalam memiliki strategi pembelajaran maka
akan mengakibatkan proses pembelajaran menjadi membosankan.
5. Sarana
Alat yang menjadi pertimbangan kita dalam memilih dan menggunakan
strategi pembelajaran adalah alat peraga, seperti peta, globe, gambar, foto, grafik,
dst. Semakin banyak sarana yang dapat kita gunakan maka semakin menunjang
proses pembelajaran. Sarana juga dapat membuat materi pembelajaran yang
abstrak menjadi materi konkrit. Sehingga siswa menjadi lebih mudah dalam
memahami materi pembelajaran.
10
b) Strategi Pembelajaran Induktif
Dalam strategi pembelajaran induktif, pesan atau materi pelajaran
diolah mulai dari yang khusus, bagian atau atribut, menuju ke yang
umum, yaitu generalisasi atau rumusan konsep atau aturan.
11
guru mengerahkan, memberikan dorongan, membantu siswa bila
mengalami kesulitan. Keuntungan penggunaan strategi
pembelajaran heuristik bagi siswa adalah secara berangsur-angsur
akan terbentuk sikap positif pada diri mereka antara lain kreatif,
kritis, inovatif, percaya diri, terbuka, dan mandiri.
Strategi ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu diskoveri
(discovery) dan inkuiri (inquiry). Dengan strategi diskoveri, siswa
melakukan kegiatan dengan berpedoman pada langkah-langkah
yang telah ditetapkan oleh guru. Apabila dalam strategi diskoveri,
siswa memperoleh atau menemukan pengetahuan sendiri dengan
bantuan pedoman atau panduan yang diberikan guru, maka dalam
penerapan strategi inkuiri, siswa memperoleh dan menemukan
sendiri pengetahuan tanpa pedoman atau panduan dari guru.
12
5. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Interaksi Guru Dengan Siswa
Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa ada dua
strategi pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran tatap muka dan strategi
pembelajaran melalui media. Penggunaan strategi pembelajaran tatap
muka yang baik dengan sendirinya yang menggunakan alat peraga, karena
siswa akan lebih memahami yang diajarkan guru. Penerapan strategi
pembelajaran dengan media, guru dengan siswa tidak secara langsung
bertatap muka, tetapi melalui media. Salah satu model media yang dapat
digunakan iaah paket pembelajran melalui modul, pembelajran melalui tv,
pembelajaran melalui kaset audio, pembelajaran melalui komputer, dan
pembelajaran melalui paket pengajaran beprogram.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, A., Wahid, S., & Ismaniar, I. (2018). Strategi Pembelajaran Instruktur
https://doi.org/10.24036/spektrumpls.v1i1.9001
Widodo, & Widayanti, L. (2013). Problem Based Learning pada Siswa Kelas
15
Widodo / Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas 32
Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013
Abstract- Hasil belajar siswa di MTs Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo masih rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
partisipasi aktif dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang dapat
mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Metode problem based learning adalah salah satu metode yang dapat
memenuhi harapan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode problem based learning (PBL)
dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
subjek penelitian adalah siswa kelas VII A semester 1 MTs Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo Tahun 2012/2013.
Metode pengumpulan data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan observasi. Data yang terkumpul
dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dan hasil
belajar setelah menerima pembelajaran dengan metode PBL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
Widodo / Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas 33
Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013
inovasi metode belajar yang dapat meningkatkan aktivitas Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas dan
belajar siswa. Dengan adanya aktivitas yang tinggi hasil belajar siswa.
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah
Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar melakukan penelitian tentang bagaimana upaya
siswa dibutuhkan suatu pembelajaran yang efektif. Salah peningkatkan hasil belajar fisika dengan metode problem
satu caranya yaitu dengan menggunakan metode problem based learning pada siswa kelas VII semester I MTs Negeri
based learning yakni metode pembelajaran yang berbasis Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo Tahun Pelajaran
teori belajar konstruktivistik yang dikenalkan oleh John 2012/2013 pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.
Dewey. Secara umum pembelajaran berdasarkan masalah Tujuan penelitian ini adalah:
terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang 1. Untuk mengetahui apakah metode problem based
otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri kelas VIIA semester I MTs Negeri Donomulyo,
[3]. Nanggulan, Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013
Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan usaha pada pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.
untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Berpikir 2. Untuk mengetahui apakah metode problem based
adalah aktivitas kognitif tingkat tinggi yang melibatkan learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
asimilasi dan akomodasi berbagai pengetahuan dan struktur VIIA semester I MTs Negeri Donomulyo, Nanggulan,
kognitif yang dimiliki siswa untuk memecahkan suatu Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013 pada pokok
masalah [4]. bahasan wujud zat dan perubahannya.
Dalam metode problem based learning, pembelajaran .
fokus pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya II. LANDASAN TEORI
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan a. Problem Based Learning
masalah tetapi juga metode ilmiah dalam memecahkan Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan
masalah tersebut. Tujuannya untuk memperoleh dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah metode
kemampuan dan kecakapan kognitif dalam memecahkan problem based learning. Metode ini mempersiapkan siswa
masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Oleh sebab itu, untuk berpikir kritis dan analitis, untuk mencari serta
siswa tidak hanya memahami konsep yang relevan dengan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai (Amir,
masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga 2010 : 21). Dalam metode problem based learning,
memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan sebelum pelajaran dimulai, siswa diberikan masalah-
keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang
masalah dan menumbuhkan pola berfikir kritis[2]. Dalam memiliki konteks dengan dunia nyata, semakin dekat
hal ini, hampir semua bidang studi dapat menggunakan dengan dunia nyata, maka akan semakin baik pengaruhnya
metode problem based learning. Sehingga guru IPA sangat pada peningkatan kecakapan pada siswa. Dari masalah yang
dianjurkan untuk menggunakan model dan strategi mengajar diberikan ini siswa kemudian bekerjasama dalam kelompok,
yang berorientasi pada cara pemecahan masalah [5]. mencoba memecahkan masalah dengan kemampuan yang
Selain memiliki keunggulan, metode problem based dimiliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi baru
learning juga memiliki kelemahan, antara lain ketika siswa yang relevan. Disini peran guru adalah sebagai fasilitator
merasa bahwa masalah akan sulit untuk dipecahkan maka yang mengarahkan siswa dalam mencari dan menemukan
siswa akan merasa enggan untuk mencoba. Tanpa solusi dan sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan pembelajarannya [7].
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan Proses utama dalam problem based learning terletak
belajar apa yang akan mereka pelajari, serta membutuhkan pada diri siswa. Variabel dari luar hanya intruksi yang
waktu cukup lama untuk persiapan [1]. membantu atau membimbing siswa dalam menyelesaikan
Berdasarkan keunggulan yang dimiliki metode problem masalah. Hasil belajar yang diperoleh sukar dilupakan dan
based learning, maka metode ini dapat dijadikan sebagai dapat dimanfaatkan pada berbagai situasi yang termasuk
salah satu alternatif tindakan untuk meningkatkan aktivitas dalam kategori tertentu. Kemampuan memecahkan masalah
belajar dan hasil belajar siswa. Meskipun metode problem merupakan hasil belajar yang sangat penting dan harus
based learning memiliki kekurangan, tetapi hal tersebut dikuasai oleh siswa disamping hasil belajar pada aspek
hanya berdampak sangat kecil dalam meningkatkan aktivitas kognitif [8].
belajar dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, tindakan Problem based learning dikembangkan untuk membantu
yang diberikan pada kelas yang akan ditingkatkan aktivitas siswa mengembangkan kemampuan berpikir, mengatasi
belajar dan hasil belajarnya adalah berupa penerapan metode masalah, keterampilan penyelidikan, kemampuan
problem based learning. mempelajari peran sebagai orang dewasa melalui
Penelitian yang dilakukan oleh [6] yang berjudul keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi,
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui dan menjadi pembelajar yang mandiri dan independen [44.
Model Pembelajaran Problem Based Learning” pada mata Problem based learning lebih dari sekedar lingkungan
pelajaran kewirausahaan menyimpulkan bahwa Model yang efektif untuk pengetahuan tertentu. Pengetahuan riil
bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau
Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
Widodo / Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas
Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013
34
ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi pengetahuan bukanlah meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar pada pokok
seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswa, bahasan wujud zat dan perubahannya.
tetapi harus merekonstruksi pengetahuan itu kemudian Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes
memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam dan observasi. Tes merupakan instrumen pengumpulan data
pemeblajaran ini siswa harus dilatih untuk memecahkan untuk mengukur pengetahuan siswa pada aspek kognitif
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan mengenai mata pelajaran fisika. Dalam penelitian ini
bergulat dengan ide-ide dan kemudian mampu instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk
merekonstruksinya [9]. pretest dan posttest (soal pretest sama dengan soal posttest).
Dari beberapa metode mengajar yang ada, metode Tes tertulis dinyatakan dalam bentuk soal pilihan ganda
problem based learning lebih banyak memiliki keunggulan, dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d dengan skor benar
baik dari segi sifat materi, tujuan, serta kemampuan yang bernilai 1 dan salah bernilai 0.
dapat dimiliki siswa [5]. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
b. Hasil belajar cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung
Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah pola- dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap- akan diteliti. Observasi dalam penelitian ini ditujukan untuk
sikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya Supratiknya menilai kinerja siswa dan tingkat aktivitas siswa selama
(2012 : 5) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi proses pembelajaran berlangsung dengan metode problem
objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru based learning. Observasi pada siswa dilakukan untuk
yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses mengamati aktivitas belajar siswa, aspek afektif, dan aspek
belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Dalam psikomotor yang digunakan untuk memperoleh data kinerja
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Format dari
mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang penilaian ini berupa rating scale yang dibuat dalam bentuk
secara garis besar yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan checklist. Jadi dalam pengisian penilaian kinerja siswa,
aspek psikomotor. observer hanya memberikan tanda checklist (√) pada
c. Aktivitas belajar kolom yang sesuai selama proses pembelajaran berlangsung.
Berbuat untuk merubah tingkah laku melalui perbuatan Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif
adalah prinsip belajar. Ada atau tidaknya belajar yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian serta
dicerminkan dari ada atau tidaknya aktivitas. Tanpa ada pembahasan berdasarkan hasil penelitian.
aktivitas, belajar tidak mungkin terjadi. Sehingga dalam Data nilai tes (pretest dan posttest) digunakan untuk
interaksi belajar-mengajar aktivitas merupakan prinsip yang mengukur hasil belajar dari aspek kognitif, maka dilakukan
penting [9]. analisis terhadap butir soal [3] dengan rumus :
Penggunaan metode, pendekatan belajar mengajar dan T
orientasi belajar menyebabkan aktivitas belajar setiap siswa KB = × 100%
Tt
berbeda-beda. Ketidaksamaan aktivitas belajar siswa
melahirkan kadar aktivitas belajar yang bergerak dari (1)
aktivitas belajar yang rendah sampai aktivitas belajar yang Keterangan:
tinggi [11]. KB = ketuntasan belajar
T = jumlah skor yang diperoleh siswa
III. METODE PENELITIAN Tt = jumlah skor total
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas Rumus untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, aspek
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas afektif dan aspek psikomotor sebagai berikut [14]:
adalah penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan R
kolaboratif dan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki
NP = × 100
SM
mutu praktek pembelajaran di kelas [12].
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan, (2)
yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, Keterangan:
dan (4) refleksi. Setelah melakukan tindakan refleksi yang NP= nilai persen yang diharapkan
mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil R = skor mentah yang diperoleh siswa
pengamatan proses dan hasil tindakan yang dilakukan,
SM= kor maksimal tes
biasanya timbul permasalahan atau pemikiran yang perlu
Dengan kriteria:
mendapat perbaikan, sehingga perlu dilakukan perencanaan
86% - 100%= sangat baik
ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta refleksi
ulang. Tahap-tahap kegiatan ini terus berlangsung sampai 76% 85% = baik
suatu permasalahan dianggap selesai [13]. 60% 75% = cukup
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA yang MTs 55% 59% = kurang
Negeri Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo semester 1 ≤ 54% = sangat kurang
tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah metode problem based learning untuk
Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
Widodo / Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas 35
Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013
Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
HAKIKAT BELAJAR DAN BERMAIN MENYENANGKAN
Zulvia Trinova
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang
e-mail: zulvia.trinova12@gmail.com
Abstract: Learning is a process of knowledge development, skill, and attitude through intensive interaction with
learning resources. Learning by playing to the the children provide a chance to manipulate, reiterate, explore,
practice, take many concepts. Learning by fun is a process of learning in fun and meaningful situation that can
attract students’ interest to be involve actively, so that learning purpose can be achieve maximally.
Abstrak: Belajar adalah sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi
dengan melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar. Belajar bagi anak yang dilaksanakan
dengan cara bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang,
bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep. Pembelajaran menyenangkan
adalah suatu proses pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan yang
dapat menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
maksimal.
209
Trinova, Hakikat Belajar dan Bermain Menyenangkan bagi Peserta Didik. | 210
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan Belajar pada hakikatnya adalah proses
dialogis”. Sementara Peraturan Pemerintah interaksi terhadap semua situasi yang ada di
No.19 pasal 19 ayat 1 berbunyi “proses sekitar individu. Belajar dapat dipandang
pembelajaran pada satuan pendidikan diseleng- sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan
garakan secara interaktif, inspiratif, menye- dan proses berbuat melalui berbagai
nangkan, menantang, memotivasi siswa untuk pengalaman. Belajar juga merupakan proses
berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak melihat, mengamati, dan memahami sesuatu
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan (Sudjana dalam Rusman, 2010: 1). Artinya,
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan seluruh aktivitas anak memperhatikan sesuatu
perkembangan fisik, serta psikologi siswa”. merupakan proses belajar.
Pembelajaran menyenangkan merupa- Tujuan belajar adalah memperoleh
kan suasana belajar mengajar yang dapat dengan suatu cara yang dapat melahirkan suatu
memusatkan perhatiannya secara penuh saat kemampuan intelektual, merangsang keingin-
belajar sehingga curah waktu perhatiannya (time tahuan, dan memotivasi peserta didik. Oleh
on task) tinggi. Pembelajaran menyenangkan karena itu, kegiatan pembelajaran yang berkua-
dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dapat litas dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya,
menarik perhatian siswa dengan berbagai metode yang digunakan (Sutrisno, 2011: 39).
metode yang diterapkan, sehingga saat pembela- Untuk mendukung hal ini guru berperan sebagai
jaran berlangsung siswa tidak merasa bosan. fasilitator yang harus mampu merencanakan
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sedemikian rupa sehingga seluruh potensi
pembelajaran menyenangkan adalah suatu peserta didik terpenuhi. Dengan demikian,
proses pembelajaran yang berlangsung dalam indikator belajar adanya perubahan pada
suasana yang menyenangkan dan mengesankan. pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang
Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan yang dapat dilihat dari proses melihat,
berkesan akan menarik minat peserta didik mengamati, dan memahami sesuatu.
untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan Kegiatan yang dilaksanakan anak
pembelajaran dapat dicapai maksimal. dalam bentuk belajar selalu berwujud bermain,
hal ini disebabkan karena bermain memang
KONSEP BELAJAR DAN BERMAIN merupakan jiwa anak itu sendiri. Bermain
Belajar dipandang sebagai proses alami adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-
yang dapat membawa perubahan pada ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan
pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang. bagi diri seseorang. Bermain juga merupakan
Belajar dikatakan sebagai sebuah proses sarana sosialisasi yang dapat memberi anak
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan,
sikap yang terjadi manakala seseorang melaku- mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan
kan interaksi secara intensif dengan sumber- belajar secara menyenangkan.
sumber belajar. Bermain dijadikan sebagai salah satu
Belajar dapat dikatakan sebagai proses alat utama yang menjadi latihan untuk
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengeta- pertumbuhannya. Bermain dikatakan medium
huan) yang sudah dipahami dengan sesuatu karena anak mencobakannya dan tidak hanya di
yang baru. Dimensi belajar memuat beberapa dalam fantasinya, tetapi nyata aktivitas yang
unsur: penciptaan hubungan, suatu pengetahuan dilakukan anak (Conny R. Semiawan, 2008: 20).
yang sudah dipahami, dan sesuatu pengetahuan Bermain diartikan sebagai kegiatan yang
yang baru. (Anthoni Robbins dalam Trianto, dilakukan demi kesenangan dan tanpa
2010: 15). Dengan demikian, makna belajar mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan
bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar tersebut dilakukan secara sukarela tanpa
belum diketahui (nol), tetapi merupakan paksaan atau tekanan dari pihak luar (Hurlock
keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 2). Bagi
ada dengan pengetahuan yang baru. anak, bermain adalah aktivitas yang dilakukan
karena ingin, bukan karena harus memenuhi
211 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012, hlm. 209-215
tujuan atau keinginan orang lain. Bermain kognitif adalah mannfaat mainan untuk
diartikan sebagai suatu kegiatan atau tingkah perkembangan kecerdasan anak. Biasanya, ini
laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berhubungan dengan kemampuan imajinasi,
berkelompok dengan menggunakan alat atau pembentukan nalar, logika, maupun pengeta-
untuk mencapai tujuan tertentu (Soegeng huan-pengetahuan sistematis.
Santoso dalam Rani Yulianti, 2012: 7). Dengan Bermain memiliki ciri-ciri yang khas
bermain anak-anak akan berusaha untuk yang membedakannya dari kegiatan lain.
memiliki keinginan dan mencapai keinginannya. Kegiatan bermain pada anak-anak memiliki
Melalui bermain, semua aspek perkembangan cirri-ciri sebagai berikut:
anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara a. Bermain selalu menyenangkan (pleasu-
bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi rable), menikmatkan atau menggem-birakan
untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui (enjoyable).
dan menemukan hal-hal baru. b. Bermain tidak bertujuan ekstrinsik, motivasi
Bermain juga dikatakan suatu kegiatan bermain adalah intrinsik dari diri anak.
yang dilakukan dengan atau tanpa memper- c. Bermain bersifat spontan dan sukarela,
gunakan alat yang menghasilkan pengertian atau bukan karena terpaksa.
memberikan informasi, memberikan kesena- d. Bermain melibatkan peran aktif semua
ngan maupun mengembangkan imajinasi yang peserta sesuai peran dan gilirannya masing-
lebih mendominan pada belahan otak kiri anak masing.
usia dini (Anggani Sudono, 2000:5). Jika e. Bermain bersifat fleksibel, anak dapat
pengertian bermain dipahami dan sangat dengan bebas memilih dan beralih ke
dikuasai oleh guru, maka kemampuan itu akan kegiatan bermain apa saja yang mereka
berdampak positif dari cara guru dalam inginkan. Adakalanya anak berpindah-
membantu proses belajar anak. Pada saat pindah dari satu kegiatan bermain ke
bermain, guru perlu mengetahui saat yang tepat kegiatan bermain lainnya yang tidak terlalu
untuk melakukan dan menghentikan intervensi, lama (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 6 – 8).
karena jika tidak memahami secara benar dan Berdasarkan uraian di atas, maka
tepat, hal ini akan membuat anak frustrasi. secara umum ciri kegiatan bermain adalah
Setiap anak senang bermain dan setiap menyenangkan, memiliki motivasi intrinsik,
anak akan sangat menikmati permainan yang ia spontan/sukarela, ada peran aktif pemain, aktif,
pilih, tanpa terkecuali. Melalui bermain anak dan fleksibel. Dengan demikian, guru tidak
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. dapat terlalu banyak ikut campur karena itu
Dapat dikatakan bahwa walaupun bermain akan merusak hakikatnya bermain.
bukan merupakan suatu pekerjaan, tapi bagi Bermain mempunyai nilai dan ciri yang
anak bermain merupakan sesuatu yang serius penting dalam kemajuan perkembangan
baginya. kehidupan sehari-hari seorang anak, yaitu:
Ada 5 (lima) manfaat nyata dari a. Arti bermain bagi anak karena bermain
bermain, yaitu manfaat motorik, afektif, kognitif, mengandung resiko, walaupun permainan
spiritual, dan keseimbangan. Manfaat motorik dalam bentuk sederhana.
adalah manfaat yang berhubungan dengan nilai- b. Unsur lain bermain adalah pengulangan,
nilai positif mainan yang terjadi pada anak dapat memperoleh kesempatan untuk
fisik/jasmaniah anak. Biasanya hal ini mewujudkan kegiatan bermainnya dalam
berhubungan dengan unsur-unsur kesehatan, nuansa yang berbeda sehinggsa keteram-
keterampilan, ketangkasan, maupun kemmpuan pilannya meningkat.
fisik tertentu. Manfaat afeksi yaitu manfaat c. Melalui bermain anak secara aman dapat
mainan yang berhubungan dengan perkem- menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum
bangan psikologis anak. Unsur-unsur yang dan ditegur (Conny R. Semiawan, 2008: 20).
mencakup dalam kelompok ini, antara lain Berdasarkan kutipan di atas, bermain
naluri/insting, perasaan, emosi, sifat/karakter/ merupakan kebutuhan mendasar bagi anak
watak, maupun kepribadian seseorang. Manfaat sehingga perlu usaha guru untuk mewujudkan
Trinova, Hakikat Belajar dan Bermain Menyenangkan bagi Peserta Didik. | 212
kegiatan itu sehingga meningkatkan kreativitas belajar karena mereka tahu apa makna dan
dan mengembangkan potensi mereka secara gunanya belajar, karena belajar sesuai dengan
optimal. minat dan hobinya (meaningful learning) karena
Belajar bagi anak yang dilaksanakan mereka dapat memadukan konsep pembelajaran
dengan cara bermain memberikan kesempatan yang sedang dipelajarinya dengan kehidupan
kepada anak untuk memanipulasi, mengulang- sehari-hari, bahkan dengan berbagai topik yang
ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, sedang “in” berkembang di dalam masyarakat
mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam- (http://anwarholil.blogspot.com/ 2009/01/joyful-
macam konsep serta pengertian yang tidak learning-sebagai-landasan. html).
terhitung banyaknya, karena kegiatan belajar Pembelajaran yang menyenangkan me-
dan bermain yang dilaksanakan sangat rupakan salah satu model dalam pembela-jaran
menyenangkan mereka. yang mendukung pengembangan berpikir
kreatif dan menciptakan suasana belajar yang
PEMBELAJARAN MENYENANGKAN menyenangkan. Dengan adanya model-model
Menurut Iif Khoiru Ahmadi (2011: 31), pembelajaran yang dapat menyenangkan dan
menyenangkan berarti sifat terpesona dengan menarik perhatian anak, diharapkan anak
keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatannya merasa senang dan bahagia (enjoy) dalam
sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam mengikuti aktivitas. Lebih jauh lagi, anak dapat
belajar sampai lupa waktu, penuh percaya diri, mengembangkan kreativitasnya dalam mengem-
dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau bangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku
hal yang lebih berat lagi. yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
Pembelajaran menyenangkan adalah sekitarnya. Dengan demikian, pembelajaran
suatu proses pembelajaran yang berlangsung yang diberikan guru dapat mencapai sasaran
dalam suasana yang menyenangkan dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
mengesankan. Suasana pembelajaran yang Dave Meier dalam Indrawati, dkk.
menyenangkan dan berkesan akan menarik (2009: 16) memberikan pengertian menye-
minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, nangkan sebagai suasana belajar dalam keadaan
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai gembira. Dapat diartikan bahwa suasana
maksimal. Di samping itu, pembelajaran yang gembira di sini bukan berarti suasana ribut,
menyenangkan dan berkesan akan menjadi hura-hura, kesenangan yang sembrono dan
hadiah, reward bagi peserta didik yang pada kemeriahan yang dangkal.
gilirannya akan mendorong motivasinya Rose and Nocholl dalam Jamal Ma’mur
semakin aktif dan berprestasi pada kegiatan Asmani (2011b: 84–85) mengatakan bahwa ciri-
belajar berikutnya (Ismail, 2008: 47). ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah:
Menurut Rusman (2010: 326), a. Menciptakan lingkungan tanpa stress
pembelajaran menyenangkan (joyful instruction) (rileks).
merupakan suatu proses pembelajaran yang di b. Materi yang diberikan relevan tingkat
dalamnya terdapat hubungan yang kuat antara perkembangan anak
guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa c. Belajar secara emosional, seperti adanya
atau tertekan. Dengan kata lain, pembelajaran humor dan dukungan semangat.
menyenangkan memiliki pola hubungan yang d. Melibatkan semua indera dan otak kiri
baik antara guru dan anak. (analitis) maupun kanan (sosial).
Pembelajaran yang menyenangkan atau e. Menantang peserta didik dan mengekspresi-
juga diistilahkan dengan joyful learning kan apa yang sedang dipelajari.
merupakan strategi, konsep dan praktik
pembelajaran yang sinergi dengan pembelajaran Pendapat di atas hampir sama dengan
bermakna, pembelajaran kontekstual, teori pandangan Mohammad Jauhar (2011: 164),
konstruktivisme, pembelajaran aktif (active yang menyatakan bahwa ciri pokok pembe-
learning) dan psikologi perkembangan anak. lajaran yang menyenangkan, ialah: adanya
Anak akan bersemangat dan gembira dalam lingkungan yang tidak membuat tegang, aman,
213 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012, hlm. 209-215
Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah bungan dengan buku-buku yang merupakan
memantulkan energi positif yang dapat salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan
mempengaruhi semangat peserta didik. pula dengan interaksi anak dengan
b. Menciptakan suasana rileks lingkungannya, yaitu pengalaman. Hal yang
Ciptakanlah lingkungan yang releks, penting dalam belajar adalah perubahan peri-
yaitu dengan menciptakan lingkungan yang laku, dan itu menjadi target dari belajar.
nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat Guru dapat menerapkan belajar dan
duduk secara berkala sesuai keinginan peserta bermain menyenangkan sebagai pondasi awal
didik. Selain itu, ciptakanlah suasana kelas dalam meningkatkan kualitas tumbuhkembang
dimana peserta didik tidak takut melakukan peserta didik. Anak dapat mengekspresikan diri
kesalahan. dalam menjalani seluruh aktivitas, tanpa adanya
c. Memotivasi siswa paksaan, pengendalian dari para pendidik yang
Motivasi adalah sebuah konsep utama berada di sekitarnya, namun tetap mewujudkan
dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi ini prinsip belajar dan bermain menyenangkan
sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, hingga potensi yang ada pada dirinya berkem-
kecemasan, dan umpan balik/penguatan. bang optimal.
Adanya dorongan dalam diri individu untuk Guru dapat menciptakan suasana pem-
belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara belajaran sedemikian rupa yang mengaktifkan
langsung, tetapi bisa saja karena rangsangan dan menyenangkan anak yang dapat membuat
dari luar, misalnya berupa stimulus model peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan,
pembelajaran yang menarik memungkinkan kreatif, mencurahkan perhatian/konsentrasi pe-
respon yang baik dari diri peserta didik yang nuh dalam suasana pembelajaran yang menim-
akan belajar. Respon yang baik tersebut, akan bulkan kenyamanan bagi anak sehingga proses
berubah menjadi sebuah motivasi yang tumbuh pembelajaran dapat dicapai secara optimal
dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong seiring dengan perkembangan potensi dalam diri
untuk mengikuti proses pembelajaran dengan peserta didik tersebut.
penuh perhatian dan antusias (http://sumsel.
kemenag.go.id)
Para guru dapat menyadari bahwa DAFTAR RUJUKAN
pembelajaran dengan bermain dan menye-
nangkan dapat meningkatkan keberhasilan Adam Dikorda. 2009. http://luwuutara.go.id
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, Strategi Pembelajaran Menyenangkan
guru hendaknya dapat menciptakan suasana Siswa. Diakses pada tanggal 30 Januari
yang menyenangkan dalam setiap proses 2012
pembelajaran. Beberapa cara yang dapat dipakai Anggani Sudono. 2000. Sumber Belajar dan
guru untuk menciptakan pembelajaran melalui Alat Permainan untuk PAUD. Jakarta:
yang menyenangkan antara lain dengan Grasindo
menggunakan metode yang bervariasi, mencip- Arief S. Sadiman, dkk. 1990. Media Pendidikan:
takan suasana yang rileks, memotivasi peserta Pengertian, Pengem-bangan, dan
didik, dan menyapa peserta dengan hangat dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV.
antusias. Dalam konteks pembelajaran Rajawali
menyenangkan guru dituntut tidak hanya Conny R. Semiawan. 2008. Belajar dan
memerankan diri sebagai pengajar atau pendidik, Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah
tetapi juga sebagai fasilitator dan motivator bagi Dasar. Jakarta: Indeks
peserta didik. http://pakguruonline.pendidikan.net diakses
tanggal 15 Desember 2011
SIMPULAN http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/joyful-
Belajar adalah suatu proses perubahan learning-sebagai-landasan.html diakses
perilaku yang bersifat menetap melalui serang- pada tanggal 19 Januari 2011
kaian pengalaman. Belajar tidak sekadar berhu-
215 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012, hlm. 209-215
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)
pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah
tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat
unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat
yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak
titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.
R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-
discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan
demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki
sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang
sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan
dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru
yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga
seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1)
model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)
model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran
tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai
kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah
modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan
unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah
yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru
atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-
kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat
sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan
teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat
secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas,
sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan
muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin
memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
SPEKTRUM
Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
STRATEGI PEMBELAJARAN INSTRUKTUR Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
MENURUT WARGA BELAJAR PADA Sumatera Barat, Indonesia
ABSTRACT
The background of this research is the success of learning process of embrioder at HP3 Padang Pariaman. The
purpose of this research is to describe instructor's learning strategy, that is: (1) teaching stage, (2) teaching
approach, (3) teaching principle. This type of research is descriptive quantitative. The populations of the study
consist of thirty-five peoples. The technique in this research is random sampling method. The number of
samples in this study were twenty-five participants. Techniques of data collection are questionnaires, while
questions is used as data collection tool. The results showed that the instructor's learning strategy according
to the study population is interesting, it can be seen from the aspect: (1) teaching stage, (2) teaching approach,
(3) teaching principle. Suggestions for learning strategy of these three aspects can be maintained and further
enhanced by training Instructor.
PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembangunan yang mengacu pada pencapaian tujuan pembangunan nasional
perlu dilaksanakan melalui berbagai usaha, yaitu usaha yang terencana dan terpadu di segala bidang
untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, baik sejahtera dari segi material maupun dari segi
nonmaterial. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan
salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat yang
adil dan makmur. Pencapaian cita-cita tersebut dilaksanakan secara sistematis dan terpadu dalam
bentuk operasional penyelenggaraan pemerintahan, selaras dengan fenomena dan dinamika yang
terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian
upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat yang
sejahtera lahir dan batin.
D. Sudjana (2010), menyatakan “Pendidikan luar sekolah, sebagai bagian dari pendidikan
nasional yang program-programnya berkaitan dengan berbagai sektor pembangunan, adalah wajar
untuk memantapkan tugas pokoknya agar berorientasi pada perubahan masyarakat yang mungkin
terjadi di masa depan”. Pendidikan nonformal (PNF) sebagai cakupan pendidikan luar sekolah
merupakan kata kunci yang tepat dalam memberdayakan masyarakat. Salah satu unsur untuk
memberdayakan masyarakat adalah swadaya masyrakat. Satuan pendidikan nonformal berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat Indonesia dalam
rangka mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nonformal mempunyai fungsi utama untuk membina
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan masyarakat, lembaga, dan keluarga.
Satuan pendidikan nonformal salah satunya adalah kursus atau disebut dengan program
pelatihan. Kegiatan ini umumnya diselenggarakan oleh lembaga kemasyarakatan, yang berkembang
pesat dalam jumlah lembaga penyelenggaraan, maupun jenis-jenis program yang mampu merespon
dan mengorganisir kebutuhan masyarakat. Coombs dan Ahmed mengelompokkan program-program
pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan ke dalam
empat kategori yaitu (1) pendekatan pendidikan perluasan, (2) pendekatan latihan, (3) pendekatan
pengembangan swadaya masyarakat, (4) pendekatan pembangunan terpadu (D. Sudjana, 2001).
Satuan pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Pendidikan nonformal mempunyai fungsi utama untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber
10 Jurnal Spektrum PLS 1(1)
daya manusia di lingkungan masyarakat, lembaga, dan keluarga. Satuan pendidikan nonformal salah
satunya adalah kursus atau disebut dengan program pelatihan. Kegiatan ini umumnya diselenggarakan
oleh lembaga kemasyarakatan, yang berkembang pesat dalam jumlah lembaga penyelenggaraan,
maupun jenis-jenis program yang mampu merespon dan mengorganisir kebutuhan masyarakat.
Perkumpulan Home Industri, Pedagang, Petani, dan Peternakan (HP3) merupakan suatu
lembaga yang dibentuk oleh, untuk, dan dari masyarakat yang mempunyai fungsi sebagai
penyelenggara kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk masyarakat. HP3 Padang Pariaman berdiri
pada tahun 2011, di mana HP3 Padang Pariaman mempunyai beberapa program dan kegiatan yang
ditujukan untuk memberikan keahlian kepada masyarakat. Adapun program-program kegiatan HP3
Padang Pariaman yaitu pelatihan bordir, bordir komputer, fesyen busana, sulaman jarum emas, serta
pelatihan pertanian, peternakan, dan perdagangan.
Perkumpulan HP3 Padang Pariaman memberikan pelayanan bagi masyarakat yaitu salah
satunya program pelatihan menyulam. Program pelatihan menyulam bertujuan untuk memberikan
bekal kepada warga masyarakat yang mengikuti pelatihan yang berupa keahlian menyulam, dan akan
bermanfaat nantinya sebagai usaha industri rumah. Tujuan diselenggarakan program pelatihan
menyulam ialah mengajarkan masyararkat salah satu upaya memecahkan permasalahan dalam
masyarakat yang tidak mempunyai keahlian kusus untuk memenuhi kebutuhan dan membantu
meningkatkan perekonomian keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal, 13 Februari 2017 dengan Ibu Yuslinur,
selaku penyelenggara program pelatihan menyulam, mengatakan “Proses pelatihan berlangsung sangat
baik, warga belajar rajin menghadiri pelatihan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, sehingga
berdampak positif pada pelatihan”. Pernyataan Ibu Yuslinur tersebut sesuai dengan observasi yang
peneliti lakukan pada tanggal 23, 27, dan 28 Januari 2017 pada pelatihan terlihat warga belajar selalu
hadir. Hal tersebut terbukti dengan daftar kehadiran atau absensi peserta di setiap pertemuan, terlihat
pada Tabel 1.
Tabel 1
Absensi Kehadiran Warga Belajar Pelatihan Menyulam di HP3 Padang Pariaman Periode
16 Januari–4 Februari 2017
No Hari / Tanggal JumlahKehadiran Persentase
1 Senin, 16 Januari 2017 35 orang 100%
2 Selasa, 17 Januari 2017 35 orang 100%
3 Rabu, 18 Januari 2017 35 orang 100%
4 Kamis, 19 Januari 2017 35 orang 100%
5 Jumat, 20 Januari 2017 35 orang 100%
6 Sabtu, 21 Januari 2017 35 orang 100%
7 Senin, 23 Januari 2017 35 orang 100%
8 Selasa, 24 Januari 2017 35 orang 100%
9 Rabu, 25 Januari 2017 35 orang 100%
10 Kamis, 26 Januari 2017 35 orang 100%
11 Jumat, 27 Januari 2017 35 orang 100%
12 Sabtu, 28 Januari 2017 35 orang 100%
13 Senin, 30 Januari 2017 35 orang 100%
14 Selasa, 31 Januari 2017 35 orang 100%
15 Rabu, 1 Februari 2017 35 orang 100%
16 Kamis, 2 Februari 2017 35 orang 100%
17 Jumat, 3 Februari 2017 35 orang 100%
Sumber : HP3 Padang Pariaman
Dari Tabel 1 terlihat bahwa tingkat kehadiran warga belajar pelatihan menyulam di HP3
selama bulan Januari sampai Februari mencapai 100%, semua warga belajar selalu hadir dan tidak ada
yang datang terlambat selama mengikui pembelajaran di setiap pertemuan yang diadakan 6 kali dalam
seminggu. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 23, 27, dan 28 Januari 2017
menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan menyulam berlangsung sangat kondusif, pelatihan dimulai
dari pukul 8 pagi sampai dengan 4 sore, tidak terlihat warga belajar yang keluar masuk selama jam
pelajaran. Meskipun jam pelatihan cukup lama peneliti melihat warga belajar sangat antusias dan
semangat pada saat proses pembelajaran, karena 70% warga belajar di antaranya memberikan
pertanyaan dan pendapatnya. Selain itu Ibu Juwita selaku instruktur terlihat begitu energik atau
Aldi Saputra, Syafruddin Wahid, Ismaniar 11
bersemangat memberikan materi dan praktik pada proses pembelajaran pelatihan, dengan penggunaan
strategi dan metode pembelajaran. Setiap warga belajar tidak sungkan bertanya kepada instruktur
apabila belum paham terhadap materi dan praktik yang diajarkan.
Ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, warga belajar mendapat perlakuan
yang sama dalam memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pengelola, maka terlihat setiap peserta
berlomba-lomba menciptakan karya, berpacu mengembangkan kreativitas dan selalu berupaya untuk
lebih inovatif. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil karya yang warga belajar buat selama pelatihan,
yaitu berupa alas meja, sapu tangan, baju kaus, dan baju kebaya dengan motif-motif yang dibuat
menggunakan sulaman jarum emas. Adapun hasil nilai yang warga belajar dapatkan pada ujian
kompetensi setelah pelatihan cukup baik, yaitu terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Nilai Ujian Kompetensi Pelatihan Menyulam Periode Januari–Februari 2017
Nilai
No Nama Rata-rata Huruf Keterangan
Tulis Praktek
1 Ana Marlina 88 92 90 A Baik
2 Asnita 90 94 92 A Baik
3 AniNirmala 84 90 87 A Baik
4 CiciPermata S 86 90 88 A Baik
5 DaswitaErlina 92 88 90 A Baik
6 Debi Afrizawati 82 84 83 A Baik
7 Delis Wati 76 80 78 B Cukup
8 DewiMayang S 78 82 80 A Baik
9 EkaYuliawati D 85 88 87 A Baik
10 Elmi 78 86 82 A Baik
11 ElviSagita 76 90 83 A Baik
12 Fajrina Mega Sari 80 86 83 A Baik
13 FeraSusanti 90 88 89 A Baik
14 FitriYuli 82 90 86 A Baik
15 HasnatulKhayri 78 88 83 A Baik
16 HeniWulandari 75 80 78 B Cukup
17 IndresSafitri 80 90 85 A Baik
18 Lifia 86 94 90 A Baik
19 Lindawati 82 90 86 A Baik
20 Maria Putri Y 82 86 84 A Baik
21 MeliaNovita 84 90 87 A Baik
22 Mira Nismata 88 92 90 A Baik
23 NesaAfrina 90 96 93 A Baik
24 NettiYunita 90 86 88 A Baik
25 Nurhaisyah 80 86 83 A Baik
26 PutriMelia 75 82 79 B Cukup
27 Rahmi 78 90 84 A Baik
28 Reni Handayani 88 90 89 A Baik
29 RiaWidya 76 80 78 B Cukup
30 Sri Mulyani 82 94 88 A Baik
31 UmmiQorinna 90 90 90 A Baik
32 Verawati 90 86 88 A Baik
33 WindaElmareza 86 88 87 A Baik
34 YellyAulia 92 88 90 A Baik
35 YuliSartika 92 90 91 A Baik
Dari Tabel 2 disimpulkan bahwa warga belajar telah memperoleh nilai yang sangat baik pada
ujian kompetensi pelatihan menyulam, dan dapat dikatakan pelaksanaan pelatihan cukup berhasil.
Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan pelatihan yaitu
strategi pembelajaran instruktur yang sangat baik.
Srategi pembelajaran berarti usaha pendidik dalam menggunakan beberapa variabel
pengajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat memengaruhi peserta didik
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. N. Sudjana (2014) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
pada dasarnya adalah tindakan nyata dari pendidik melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu,
yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien. Di mana strategi pembelajaran merupakan taktik atau
12 Jurnal Spektrum PLS 1(1)
politik yang digunakan pendidik dalam melaksanakan praktik pengajaran. Di sisi lain Ceray
mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi atau prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik (Sanjaya, 2006).
Dari pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran
sangat diperlukan untuk mempermudah proses pembelajaran dan mampu memengaruhi warga belajar
sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang strategi pembelajaran instruktur menurut warga belajar
pada pelatihan menyulam di Perkumpulan Home Industri, Pedagang, Petani, dan Peternak (HP3)
Kabupaten Padang Pariaman.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan tahapan mengajar instruktur
menurut warga belajar (2) Mendeskripsikan pendekatan mengajar menurut warga belajar, (3)
Mendeskripsikan prinsip mengajar instruktur menurut warga belajar.
METODE
Jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif kuantitatif. Melalui penelitian ini, penulis
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, kejadian, peristiwa yang terjadi di lapangan apa adanya tanpa
melakukan penambahan atau intervensi terhadap sasaran penelitian. Pada penelitian ini variabel yang
akan diteliti yaitu strategi pembelajaran instruktur menurut warga belajar pada pelatihan menyulam di
HP3 Padang Pariaman. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang strategi
pembelajaran, pembelajaran instruktur pada tahapan mengajar, pendekatan mengajar dan prinsip
mengajar pada pelatihan menyulam. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga belajar
pelatihan menyulam yang berjumlah 35 orang. Teknik random sampling di mana sampel diambil
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir sebanyak 70% dari populasi. Dengan demikian sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 25 orang. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah penyebaran kuesioner, sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah
kuesioner atau pertanyaan. Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus persentase.
Gambar 1
Strategi Pembelajaran Instruktur Menurut Warga Belajar dalam Tahapan Mengajar
Dari Gambar 1 dijelaskan bahwa, tahapan mengajar instruktur menurut warga belajar pada
pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman dapat diklasifikasikan pada kategori menarik.
Aldi Saputra, Syafruddin Wahid, Ismaniar 13
Gambar 2
Strategi Pembelajaran Instruktur Menurut Warga Belajar dalam Pendekatan Mengajar
Dari analisis Gambar 2, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran instruktur pada
pendekatan mengajar sangat baik, karena terlihat dari jumlah responden yang memilih alternatif
jawaban selalu 54.5% dan sering 45.5% pada kegiatan pelatihan menyulam. Rangkuman jawaban
yang diterima oleh peneliti menunjuk bahwa pendekatan mengajar instruktur menurut warga belajar
pada pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman tergolong sangat menarik.
Gambar 3
Strategi Pembelajaran Instruktur Menurut Warga Belajar dalam Prinsip Mengajar
Dari analisis data pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran instruktur
pada prinsip mengajar instruktur sangat baik, karena terlihat dari jumlah responden yang memilih
alternatif jawaban selalu 58.8% dan sering 34.8% pada kegiatan pelatihan menyulam. Rangkuman
jawaban yang diterima oleh peneliti menunjuk bahwa prinsip mengajar instruktur menurut warga
belajar pada pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman termasuk dalam kategori sangat menarik.
14 Jurnal Spektrum PLS 1(1)
Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian tentang strategi pembelajaran instruktur pada pelatihan
menyulam di HP3 Padang Pariaman yang telah dideskripsikan sebelumnya akan dibahas pada bagian
ini tentang aspek strategi pembelajaran instruktur. Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu per satu
dalam pembahasan berikut.
Slameto (2010), menjelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar dapat berlangsung secara intensif dan optimal serta memberikan penanaman
prinsip, sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen atau tetap.
Berdasarkan uraian tersebut maka jelaslah bahwa jika instruktur menggunakan prinsip mengajar pada
pelatihan maka akan meningkatkan keinginan dan kemauan warga belajar dalam mengikuti pelatihan.
Oleh karena itu, prinsip mengajar instruktur merupakan bagian penting dalam strategi pembelajaran
agar tujuan untuk terus belajar dan mencapai hasil yang lebih baik selalu tertanam pada diri warga
belajar.
Sejalan dengan penjelasan tersebut, data penelitian yang ditemukan mengenai prinsip
mengajar instruktur menurut warga belajar pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman dalam hal
ini tergolong sangat menarik. Ini artinya strategi pembelajaran pada prinsip mengajar instruktur dapat
memengaruhi proses dan hasil belajar pelatihan menyulam.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah disimpulkan diatas,
maka peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut: (1) Bagi pengelola program pelatihan
menyulam di HP3 Padang Priaman, diharapkan untuk dapat lebih sukses lagi dalam menjalankan
program pelatihan menyulam pada periode selanjutnya sesuai dengan apa yang diharapkan. (2) Bagi
instruktur sebagai bahan masukan dalam meningkatkan proses pembelajaran pada pelatihan-pelatihan
yang diadakan. (3) Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian, diharapkan pada peneliti untuk
meneliti strategi pembelajaran secara lebih terperinci.
DAFTAR RUJUKAN
Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Predana Media Group.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, D. (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Sudjana, D. (2010). Pendidikan Non Formal. Bandung: Falah Production.
Sudjana, N. (2014). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (13th ed.). Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sudrajat, A. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model
Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran
dan pendekatan pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika siswa. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Subjek penelitian
sebagai populasi seluruh siswa SMP Negeri di Kota Tegal dengan populasi terjangkau
siswa di SMP Negeri 17 dan SMP Negeri 18 Kota Tegal dan sampel dipilih secara
random 120 orang. Penelitian dilaksanakan mulai 22 Oktober sampai 20 November 2014.
Data yang digunakan diperoleh melalui teknik tes sertadianalisis menggunakan analisis
kuantitatif dengan teknik anava dua jalan. Dalam hal ini perhitungan hipotesis
menggunakan SPSS 20.0. Hasil penelitian diperoleh: (1) Terdapat pengaruh yang sangat
signifikan pengaruh metode pembelajaran terhadap penguasaan konsep Matematika
siswa. (2) Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran yang signifikan terhadap
penguasaan matematika siswa. (3) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan interaksi
metode pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap penguasaan konsep
Matematika siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan konsep matematika
dengan menggunakan metode pembelajaran Complette Sentence dan pendekatan
pembelajaran konsep lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran proses.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana terpenuhinya proses belajar manusia. Tanpa
pendidikan manusia tidak mampu mengembangkan fitrahnya sebagai insan pedagogik
yang perlu dididik dan mendidik. Namun, suatu pendidikan akan mempunyai mutu yang
tinggi apabila guru mempunyai mutu yang tinggi pula. Sedangkan mutu guru sangat
ditentukan oleh pemahamannya tentang komponen, pendekatan, dan berbagai metode
pengajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Usaha-usaha guru dalam
mengatur dan menggunakan berbagai variabel pengajaran merupakan bagian penting
dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu pemilihan
metode, strategi dan pendekatan dalam situasi kelas yang bersangkutan sangat penting.
Upaya pengembangan strategi mengajar tersebut berlandas pada pengertian bahwa
mengajar merupakan suatu upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan belajar.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap siswa
mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat
membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai
melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Tujuan dalam pembelajaran matematika
yang dianggap penting oleh guru adalah pemahaman konsep matematika. Pemahaman
konsep dalam matematika merupakan hal yang paling mendasar dalam mempelajari
matematika. Dengan memahami konsep, siswa bisa mengembangkan kemampuannya
- 279 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …
TINJAUAN PUSTAKA
Penguasaan Konsep Matematika
Seorang siswa dikatakan telah menguasai konsep apabila ia telah mampu
memahami, mengenali dan mengabstraksi sifat yang sama tersebut, yang merupakan ciri
khas dari konsep yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep
tersebut. Penguasaan konsep matematika adalah hasil belajar proses untuk memahami,
mengenali, atau mengabstraksikan suatu kejadian agar bersifat umum melalui
pengalaman, definisi atau pengamatan langsung yang bertahap.
Siswa dapat membangun konsep dengan cara pengamatan atau
membayangkan sesuatu yang kongkret terlebih dahulu. Ciri-ciri siswa yang sudah
menguasai konsep antara lain: (1) mengetahui ciri-ciri suatu konsep, (2)
mengetahui beberapa contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut, (3)
mengenal sejumlah sifat-sifat dan esensinya dapat menggunakan hubungan antar
konsep, (4) dapat mengenal hubungan antar konsep, (5) dapat mengenal kembali
konsep itu dalam berbagai situasi, (6) dapat menggunakan konsep dalam
menyelesaikan masalah matematika.
Metode Pembelajaran
Uno & Mohamad (2012: 7) mengemukakan pendapatnya yaitu “Metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan
fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.Metode
pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan
atau cara yang teratur untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Setiap materi
pembelajaran tidak dapat menggunakan metode pembelajaran yang sama, oleh karena itu
sebelum mengajar seorang guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi. Adapun prinsip dalam memilih metode pembelajaran yang dikemukakan oleh
Bachtiar Rifva’i (dalam Mira Seplitasari: 2013) yaitu:
1) Asas maju kelanjutan (continous progress) yang artinya memberi kemungkinan
pada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
- 280 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …
dimana seorang guru menyiapkan suatu bagan, skema (handout) sebagai media yang
dapat membantu siswa dalam membuat catatan ketika seorang guru sedang
menyampaikan pelajaran dengan metode ceramah
Langkah – langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran guided note taking
adalah sebagai berikut:
1) Memberi bahan ajar misalnya berupa handout kepada siswa
2) Materi ajar disampaikan dengan metode ceramah.
3) Mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang
kosong dalam handout tersebut.
Menurut Purnomo (2012) menyatakan bahwa: Model Pembelajaran Complette Sentence
merupakan rangkaian prosespembelajarann yang diawali dengan menyampaikan materi
ajar oleh guru, atau dengan penganalisaan terhadap modul yang telah dipersiapkan,
pembagian kelompok yang tidak boleh lebih dari tiga orang dengan kemampuan yang
heterogen, pemberian lembar kerja yang berisi paragraf yang belum lengkap, lalu
diberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan diakhiri dengan pengambilan
kesimpulan.
Langkah-langkah dalam metode pembelajaran Complette Sentence, yaitu:
1) Mempersiapkan lembar kerja siswa dan modul.
2) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
3) Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau
modul dengan waktu secukupnya.
4) Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
5) Guru membagikan lembar kerja yang berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap.
6) Siswa berdiskusi untuk melengkapi paragraf dengan kunci jawaban yang tersedia.
7) Siswa berdiskusi secara berkelompok.
8) Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap siswa membaca
sampai mengerti atau hafal.
9) Kesimpulan.
- 281 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran. Tiap pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai karakteristik tertentu,
dan berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsi dan tujuan tiap
pendekatan. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan
tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Menurut Sagala (2012: 71) Pendekatan konsep merupakan suatu pendekatan
pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada
siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep diperoleh dari fakta,
peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak.Konsep memiliki banyak
arti tetapi dalam kegiatan belajar mengajar, konsep adalah akibat dan suatu hasil belajar,
misal suatu saat seseorang belajar mengenal kesimpulan benda-benda dengan jalan
membedakan satu sama lain. Jalan lain yang dapat ditempuh adalah memasukan suatu
benda kedalam suatu kelompok tertentu dan mengemukakan beberapa contoh dan
kelompok itu yang dinyatakan sebagai jenis kelompok tersebut. Jalan yang kedua inilah
yang memungkinkan seseorang mengenal suatu benda atau peristiwa sebagai suatu
anggota kelompok.
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberikan kesempatan
kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep
sebagai suatu keterampilan proses (Afrial, 2012). Pendekatan ini dilatar belakangi oleh
konsep-konsep belajar menurut teori Naturalisme-Romantis” dan teori kognitif gestal.
Naturalisme-romantis menekankan kepada aktifitas siswa. Dan teori kognitif gestal
menekankan pemahaman dan kesatupaduan yang menyeluruh.
METODE
Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sudjana (2009: 56)
menyatakan bahwa pada penelitian eksperimen peneliti harus melakukan manipulasi atau
perlakuan terhadap variabel bebas, melakukan pengukuran sendiri terhadap variabel
bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya ada dua yaitu metode pembelajaran
(X 1 ) dan pendekatan pembelajaran (X 2 ) serta variabel terikatnya yaitu penguasaan
R R R R
- 282 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …
Konsep �
𝑋𝑋 = 74,50 �
𝑋𝑋 = 85,13 𝑋𝑋� = 79,65
(B 1 )
R R
𝑆𝑆 = 5,243 𝑆𝑆 = 6,124 𝑆𝑆 = 7,778
𝑛𝑛 = 32 𝑛𝑛 = 30 𝑛𝑛 = 62
Proses �
𝑋𝑋 = 72,00 �
𝑋𝑋 = 83,47 𝑋𝑋� = 77,93
(B 2 )
R R
𝑆𝑆 = 4,846 𝑆𝑆 = 5,469 𝑆𝑆 = 7,795
𝑛𝑛 = 28 𝑛𝑛 = 30 𝑛𝑛 = 58
Jumlah �
𝑋𝑋 = 73,33 �
𝑋𝑋 = 84,30 𝑋𝑋� = 78,82
𝑆𝑆 = 5,174 𝑆𝑆 = 5,901 𝑆𝑆 = 7,801
𝑛𝑛 = 60 𝑛𝑛 = 60 𝑛𝑛 = 120
tehadap penguasaan konsep matematika (Y) berasal dari populasi yang homogen.
R
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis Anava dua jalan
dengan bantuan program SPSS. Setelah dilakukan perhitungan jika kemudian ditemukan
adanya pengaruh interaksi maka dilanjutkan dengan uji Tuckey. Berikut ini adalah hasil
pengujiannya.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis Penelitian
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Penguasaan Konsep Matematika
Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 3743.033 P 3 1247.678 41.364 .000
Intercept 743001.589 1 743001.589 24632.703 .000
A 3654.917 1 3654.917 121.171 .000
B 129.918 1 129.918 4.307 .040
A*B 5.197 1 5.197 .172 .679
Error 3498.933 116 30.163
Total 752690.000 120
Corrected Total 7241.967 119
a. R Squared =.517 (Adjusted R Squared =.504)
- 283 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …
0,172 maka dapat diartikan terdapat pengaruh yang tidak signifikan interaksimetode
pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika.
PENUTUP
Simpulan
1. Terdapat pengaruh yang sangat signifikan metode pembelajaran terhadap penguasaan
konsep matematika.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran terhadap penguasaan
konsep matematika.
3. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan interaksimetode pembelajaran danpendekatan
pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika.
Saran
1. Disarankan bagi guru, dalam upaya penguasaan konsep matematika, metode
pembelajaran dan pendekatan pembelajaran eksperimen merupakan metode yang
cukup efektif untuk penguasaan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Serta
guru dapat menguasai metode pembelajaran dan pendekatan pembelajan yang hendak
diajarkan sehingga siswa menjadi tertarik dalam belajar matematika.
2. Bagi peserta didik, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang studi
matematika, hendaknya peserta didik fokus saat guru menerangkan materi dan sering
latihan soal.
3. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan, penelitian ini baru mengungkapkan
sebagian kecil permasalahan yang berhubungan dengan penguasaan konsep
matematika. Temuan penelitian menunjukan masih banyak faktor yang mempengaruhi
penguasaan konsep matematika yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini. Faktor
ini biasa datang dari dalam diri siswa seperti kecerdasan, minat belajar, dan motivasi
- 284 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …
berprestasi siswa terhadap mata pelajaran matematika. Maupun dari luar diri siswa
seperti penggunaan media pembelajaran, profesionalisme guru, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Fathurrahman & Sutikno. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Sabari, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching. Jakarta:
Quantum Teaching.
Sagala, Saeful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: PT. Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
0T 0T
Purnomo, Edi. 2012. Model Pembelajaran Complete Sentece. http: //poyoth- 3TU
2014)
Seplitsari, Mira. 2013. Makalah Metode Pembelajaran. http:
3TU
//id.slideshare.net/miraseplitasari/makalah-metode-pengajaran (diakses
U3T 16
Oktober 2014)
Suhaimi, Afrial. 2012. Pendekatan Proses. http: //maistrofisika.blogspot.com/
3TU
- 285 -
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PESTASI BELAJAR IPA
DI SEKOLAH DASAR
(Studi Kasus terhadap Siswa Kelas IV SDN Tarumanagara
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya)
Abstract: Motivation is one of the several things which determine the successful of the student
learning activity. Without motivation, learning process is difficult to achieve optimum success. The
use of the principle of motivation is something essential in the learning and education process. This
article is thrilled to investigate the influence of learning motivation to the student science performance.
This correlation descriptive study was conducted as a case study on elementary school fourth grade
students and the objective was to describe the level of influence of student’s motivation toward
science performance. A total of 26 fourth grade students at Tarumanagara Elementary School District
Tawang are used as a sample. Data was collected using a questionnaire as an instrument of learning
motivation variables and test results as the average student achievement variable. Results of data
processed with statistical calculations and the average correlation performed using SPSS 16.0. Results
showed that on average, learning motivation and science learning performance of students achieve
good interpretation. The Influence of student’s learning motivation showed significant high correlation
and donate the influence of 48.1% on student’s science performance.
Abstrak: Motivasi adalah salah satu hal yang berpengaruh pada kesuksesan aktifitas pembelajaran
siswa. Tanpa motivasi, proses pembelajaran akan sulit mencapai kesuksesan yang optimum. Artikel
ini ditujukan untuk menyelidiki pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa. Penelitian
korelasi deskriptif ini dilakukan sebagai studi kasus terhadap siswa kelas empat Sekolah Dasar dan
tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan level dari pengaruh motivasi siswa terhadap
prestasi belajar IPA. Terdapat total 26 siswa kelas empat Sekolah Dasar dari SD Tarumanagara
kecamatan Tawang, Tasikmalaya yang dijadikan sample dalam penelitian ini. Data-data dikumpulkan
melalui questionare instrument dari variable motivasi belajar dan juga hasil test siswa sebagai variable
rata-rata pencapaian siswa. Hasil dari data-data diproses melalui perhitungan statistic dan korelasi
rata-rata, didapat melalui penggunaan SPSS 16.0. Data menunjukkan interprestasi tingkat reliabilitas
tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA adalah sebesar 48,1%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil dari nilai prestasi belajar siswa dihitung
Hasil analisis terhadap hasil rata-rata angket dengan hasil perhitungan Deskriftif seperti Tabel
dari total jumlah siswa menunjukan valid, reliabel
4.20 sebagai berikut:
dan terdistribusi normal. Berikut ini perhitungan
84 ISSN 1412-565X
Analisis juga menunjukkan bahwa pengaruh motivasi
TABEL 2
DESKRIPTIF PRESTASI BELAJAR IPA belajar besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar
IPA dari siswa. Sehungga sebagaimana yang
N Std.
Mean Min Max Sum diungkapkan oleh Keller (dalam Nashar, 2004:77)
Valid Missing Deviation
bahwa prestasi belajar dapat dilihat dari terjadinya
Y 26 0 88,46 7,317 70 100 2300 perubahan hasil masukan pribadi berupa motivasi
dan harapan untuk berhasil. Peningkatan hasil
Hasil deskriftif data prestasi belajar IPA dalam belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah
penelitian ini diterangkan bahwa terdapat 26 orang satunya adalah motivasi untuk belajar.
siswa yang mengisi angket dengan rata-rata (mean) Hasil penelitian ini juga menginformasikan
sebesar 88,46; simpangan baku (standar deviasi) = terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi
7,317; skor minimun dari data motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti
yang paling rendah = 70 dan skor maksimum dari bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar,
data motivasi belajar siswa = 100. Sedangkan jumlah maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi).
skor keseluruhan sebesar 2300. Sebaliknya jika siswa memiliki kebiasaan yang buruk
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh, besarnya dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan
koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,693 lebih besar buruk (rendah).
dari 0,491 dengan taraf signifikan 1%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yaitu KESIMPULAN
“terdapat hubungan motivasi belajar terhadap Tanggapan siswa kelas IV Tarumanagara
prestasi belajar IPA” Jika dikonsultasikan dengan Kota Tasikmalaya terhadap motivasi belajar
pendapat Arikunto, S (2006) maka besarnya korelasi diinterpretasikan baik karena nilai rata-rata (87,46)
ini berada pada rentang 0,600 – 0,800 dengan tingkat berada dalam kategori X e” 61. Prestasi tiap siswa
hubungan yang tinggi. Dengan demikian data di atas berbeda-beda ada yang tinggi dan ada yang rendah.
memiliki tingkat hubungan yang tinggi anatara Prestasi belajar pada kelas IV SDN Tarumanagara
motivasi siswa dan prestasi belajar pada mata umumnya diinterpretasikan baik karena nilai rata-
pelajaran IPA. rata (88,46) berada dalam kategori X e” 61.
Sementara itu berdasarkan uji koefisien Berdasarkan pengolahan dan analisis data
determinasi dengan rumusan KP= r 2 x 100%, dengan dibantu program SPSS 16.0 diperoleh
menunjukkan kontribusi variabel X (motivasi siswa) koefisien korelasi (r) sebesar 0,693 artinya motivasi
terhadap variabel Y (prestasi belajar IPA) belajar dengan prestasi belajar siswa memiliki
berpengaruh sebesar 48,1%, sedangkan 51,9% pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat
lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disimpulkan bahwa terdapat pengaruh motivasi
diketahui. belajar terhadap prestasi belajar IPA”. Setelah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara dikorelasikan menunjukkan interprestasi tingkat
umum motivasi belajar dan prestasi belajar siswa reliabilitas tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar
kelas IV SD N Tarumanagara tergolong baik. terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN
Jurnal Penelitian Pendidikan 85
Vol. 12 No. 1, April 2011
Tarumanagara Tawang Tasikmalaya adalah sebesar
48,1%.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin. (1996). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Muhamad Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisyi.
Nashar. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.
Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Poerwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Riduan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wasty Soemanto. (2003). Psikologi Pendidikan. Malang: Rineka Cipta.
Winkel WS. (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
BIODATA SINGKAT
Penulis adalah staf pengajar tetap bidang pendidikan IPA
di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
86 ISSN 1412-565X
Jurnal Inspirasi – Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017, 71–92
ISSN 2548-5717
Abstract
Knowing that children recognize and respond to their behavior in various situations.
Knowing not only mean or include data collection and the behavior of the child, because the
data itself can only be used properly concerned with the situation and the facts which have
been obtained. Individual differences should be considered in the implementation of teaching
in class are factors related to the readiness of children to receive instruction for those
differences will determine the educational system as a whole. These differences should be
resolved by individual approach as well, but still realize that education is not solely aimed at
developing the individual as an individual, but also in relation to the life of the community
vary. Factors that affect individual differences is the concept of self (self-concept), locus of
control, anxiety experienced by students, motivation to learn the results.
Mengenal anak berarti mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-macam
situasi. Mengenal tidak hanya berarti atau meliputi pengumpulan data-data dan tingkah
laku tentang anak, karena data itu sendiri hanya dapat dipergunakan dengan baik jika
bertalian dengan situasi dan waktu dimana fakta tersebut telah diperoleh. Perbedaan
individual yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengajaran dikelas adalah
faktor-faktor yang menyangkut kesiapan anak untuk menerima pengajaran karena
perbedaan tersebut akan menentukan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Perbedaan-perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan pendekatan individualnya
juga, tetapi tetap disadari bahwa pendidikan tidak semata-mata bertujuan untuk
mengembangkan individu sebagai individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola
kehidupan masyarakat yang bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan
individu adalah: self concept (konsep diri), locus of control, kecemasan yang dialami anak
didik, motivasi hasil belajar.
A. Pendahuluan
Dari bahasa bemacam-macam aspek perkembangan individu, dikenal ada
dua fakta yang menonjol, yaitu semua manusia mempunyai unsur-unsur
kesamaan di dalam pola perkembangannya dan di dalam pola yang bersifat
umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial,
B. Pembahasan
an pokok dapat terbagi dalam tiga aspek yaitu: kebutuhan jasmani, kebutuhan
kejiwaan (psychologic) dan kebutuhan rohani (Soemanto, 2006: 176).
b. Perkembangan Anak
Perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan rohani saja.
Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mengambil
peranan besar dalam membentuk watak anak. Dalam perkembangan, ada
metode-metode tertentu, dan pada tiap periode perkembangan terlihat
adanya sikap, kecenderungan pola sikap, watak dan tingkah laku tertentu,
yang menunjukkan kesamaan jika dibandingkan dengan yang terlihat pada
teman-teman sebaya (Soemanto, 2006: 177).
Masa perkembangan ini penting untuk dikenal karena memberi pada
anak masalah-masalah khususu, pengalaman-pengalaman tertentu dan ke-
siapan untuk memiliki keterampilan dan penguasaan-penguasaan yang
berguna bagi masa perkembangan berikutnya.
1) Tinjauan Masa Perkembangan
a) Masa 0- 3 tahun
1) Pertumbuhan berlangsung dengan pesat, terutama pertumbuhan
jasmaninya.
2) Jiwani; masa ini adalah masa pembentukan pola/tipe kepribadian,
pola kebiasaan dan sikap yang diperoleh dengan penamaan kebiasaan
atau peniruan dari orang tua (transfer), dari sikap, perasaan, atau
suasana hati.
3) Rohani; konsep tentang Tuhan diperoleh dari orang tua. Konsep ini
telah dimiliki anak sebelum ia dapat bercakap-cakap. Biasanya konsep
ini berhubungan atau sejajar dengan konsep anak tentang orang tua
(baik, buruk, adil, penuh kasih, jahat, dingin, dan lain-lain). Konsep
yang pertama ini dilengkapi dengan pengalaman anak, dari contoh
yang ditiru anak seperti bersedianya ia untuk salat dan lain-lain.
kan hal-hal yang khusus dan bertujuan melihat kepribadian yang unik itu di
belakang tingkah laku. Karena pengetahuan yang umum biasanya dibahas
dalam ilmu jiwa umum. Maka yang penting untuk di ketahui adalah konsep
tentang dirinya sendiri, motif-motif, kemauan, perasaan dan kebutuhan-ke-
butuhan yang khusus pada diri anak. Pengertian dan pengetahuan (pengenal-
an) pembimbing tentang anak tergantung dengan pengetahuan dan pe-
ngenalan yang diperolehnya dalam suatu konteks atau situasi. Mengenal anak
berarti mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-macam
situasi. Mengenal tidak hanya berarti atau meliputi pengumpulan data-data
dan tingkah laku tentang anak, karena data itu sendiri hanya dapat di-
pergunakan dengan baik jika bertalian dengan situasi dan waktu dimana
fakta tersebut telah diperoleh.
Mengenal meliputi aspek yang banyak sekali dan yang cukup kompleks,
misalnya: a) Mengenal variasi dalam kecepatan perkembangan jasmani,
jiwani dan rohani; b) Mengenal persepsi penerimaan dunia sekitar anak; c)
Mengenai tingkah laku yang hanya dimiliki karena harapan dan kebudayaan;
d) Mengenal tingkah laku sebagai gejala saja; e) Mengenal bahwa tingkah laku
yang dipelajari juga dapat diubah dengan proses belajar; f) Mengenal jika
anak tidak berhasil atau mampu menyesuaikan diri dengan faktor-faktor
dalam lingkungannya ia akan mengambil sikap dan tingkah laku tertentu
untuk menutupi kegagalannya; g) Kemungkinan seorang anak memiliki ke-
terampilan atau kecerdasan khusus yang belum diketahui dan digali, dan
banyak hal lagi yang perlu dikenal. Mengenal anak adalah proses yang ber-
langsung terus dan tidak ada habisnya.
Seringkali kita mencari metode-metode dan cara-cara yang formal dan
dibuat-buat. Makin kompleks dan maju masyarakat kita makin maju teknik-
teknik menyusun dan mengolah data yang telah terkumpul.
Akan tetapi, cara yang sderhana yang informal yang wajar dan yang
berjalan terus-menerus sering kali cukup efektif; misalnya mengatur ruang
kelas dan tempat duduk anak sedemikian rupa agar setiap anak mendapat
perhatian guru, dengan mempertimbangkan kebutuhan anak, kelemahan dan
kekuatan tiap-tiap anak. Dengan perhatian yang diberikan guru itu, anak
terdorong untuk mengungkapkan diri atau membuka pribadinya kepada
guru, dan terbentuklah hubungan yang baik antara guru dan murid. Pem-
bimbing menyadari apabila anak belajar sungguh-sungguh seluruh pribadi-
nya ikut dalam kegiatan itu, jadi anak melihat, merasa dan menjiwai kegiatan
belajar atau melaksanakan tugas yang harus dilakukannya. Pengetahuan
tentang apa yang dihadapi anak tidak terlepas dari latar belakang kejadian itu
dan dari potensi anak yang menghadapi kejadian itu.
Beberapa hal yang perlu diketahui pembimbing dalam menolak anak dan
cara yang dipakai: a) Pengalaman-pengalaman yang lampau dalam pen-
didikan melalui surat, tes, pertanyaan, wawancara, dan lain-lain; b) Kegiatan
ekstrakurikuler, melalui questionnaire (angket); c) Kegiatan pada waktu
luang, melalui questionnaire (angket), biografi, catatan harian, dan lain-lain; d)
Penyesuaian sosial melalui anecdotal record, observasi, dan lain-lain; e) Latar
belakang rumah, melalui wawancara, questionnaire (angket); f) Kesehatan
melalui observasi, pemeriksaan, dan lain-lain; g) Kecakapan dan keterampilan
baik yang akademis maupun aestetis, sosial, teknis, dan lain-lain. Melalui
observasi, catatan harian, angket, dan lain-lain; h) Minat terutama melalui
sikap terhadap kegiatan dan orang; i) Rencana dan harapan-harapan melalui
hubungan informal dan wawancara.
Makin kita mengenal diri sendiri, makin kita dapat mengenal orang lain.
Makin kita terampil mengembangkan dan mengubah diri sendiri makin kita
berhasil menolong orang mengembangkan diri (Soemanto, 2006: 183).
of formal operation. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah ke-
mampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara
bermakna (meaning fully) tanpa memerlukan objek yang konkret atau
bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat
imajinatif. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh ke-
cerdasan dalam Multiple Intellegeneces yang dikemukakan oleh Gardner
(1993) yaitu; kecerdasan linguistik, kecerdasan logis metematis, mekerdasan
musikal, kecerdasan spansial, kecerdasan kinestik ragawi, kecerdasan
intrapribadi, kecerdasan antarpribadi. Ketujuh kecerdasan ini seyogianya
dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik keilmuan pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan.
ability s.c; social studies s.c; math ability s.c; social s.c; friendship s.c’ dating s.c;
physical s.c; atletic s.c; physical apperarance s.c. 5) Berkembang (develop-
mental). Self concept brkembang sesuai dengan umur dan pengaruh lingkung-
annya. 6) Evaluative. Individu tidak hanya membentuk diskripsi dirinya pada
situasi yang istimewa, tetapi juga mengadakan penilaian terhadap dirinya
sendiri. Beberapa murid percaya bahwa mereka adalah murid yang sukses,
sementara murid yang lain merasa tidak layak dan merasa rendah, jika
dibandingkan dengan teman-teman satu kelas. Coopersmith menggolongkan
menjadi dua yaitu self esteem yang positif dan yang negatif. Disamping itu ada
pula yang menambahkan dengan golongan yang moderat. Ada hubungan
antara positof self concept dengan prestasi (Soemanto, 2006, 184-185).
Ada tiga faktor yang membentuk pengembangan self concept yakni: scool
experiences, child rearing practices, and physical growth and development.
Kualitas hubungan orang tua dan anak dapat menghancur atau menumbu-
hkan self concept. Coopersmith (1967) menyebutkan tiga kondisi hubungan
antara child rearing dengan self esteem yaitu:
c. Locus of Control
Locus of control ialah bagaimana individu merasa/ melihat garis atau
hubungan antara tingkah lakunya dan akibatnya, apakah ia dapat menerima
tanggung jawab atau tidak atas tindakannya. Menurut Rotter, locus and control
mempunyai dua fungsi, yaitu dimensi eksternal dan internal. Dimensi ekster-
nal akan menganggap bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu berada di
luardiri pelaku. Sedangkan dimensi internal melihat bahwa tanggung jawab
segala perbuatan itu pada diri pelaku.
alaman belajar masa lampau menyebabkan ia merasa tidak senang dan takut
akan gagal. Siswa selalu menghindari tugas-tugas yang dirasakannya akan
menyebabkan kegagalan.
Holt (1964) memberikan analisis yang bagus tentang usaha-usaha anak
untuk melindungi dirinya di kelas. Contoh tingkah laku anak di sekolah yang
dilakukan oleh anak-anak yang gelisah yaitu self centered, self protective, men-
jauhi pertengkara, kebingungan, hukuman, penolakan, atau kehilangan status.
Self liminiting, self defeating ini disebabkan oleh rasa takut. Mengapa anak
pandai berlaku bodoh? Karena merasa takut. Kebanyakan anak takut di
sekolah. Seperti tentara, mereka berusaha mengatasi rasa takut, tetapi selalu
gagal, merusak intelegensi dan kapasitas mereka.
Atkinson dan Feather (1966) menyatakan bahwa situasi kompetitif timbul
karena: 1) Keinginan untuk berhasil (the need to achieve success). 2) Keinginan
untuk tidak gagal (the need to avoid failure).
Jika motivasi seseorang untuk berhasil lebih kuat daripada motivasi untuk
yidak gagal, maka ia akan segera merinci kesulitan-kesulitan yang dihadapi-
nya. Sebaliknya, ialah ia akan mencari soal yang lebih mudah atau bahkan
yang lebih sukar (Soemanto, 2006, 187-189).
C. Kesimpulan
Mengenal anak berarti mengenal respons dan tingkah lakunya dalam
bermacam-macam situasi. Mengenal tidak hanya berarti atau meliputi
pengumpulan data-data dan tingkah laku tentang anak, karena data itu
sendiri hanya dapat dipergunakan dengan baik jika bertalian dengan situasi
dan waktu dimana fakta tersebut telah diperoleh.
Perbedaan individual yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan
pengajaran dikelas adalah faktor-faktor yang menyangkut kesiapan anak
untuk menerima pengajaran karena perbedaan tersebut akan menentukan
sistem pendidikan secara keseluruhan. Perbedaan-perbedaan tersebut harus
diselesaikan dengan pendekatan individualnya juga, tetapi tetap disadari
bahwa pendidikan tidak semata-mata bertujuan untuk mengembangkan
individu sebagai individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola kehidupan
masyarakat yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
DANI FIRMANSYAH
syah_dani@ymail.com
DOSEN PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP – UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang mempunyai peranan besar
dalam pembangunan di suatu negera selain bidang ekonomi, politik, keamanan,
dan sebagainya. Maju mundurnya bangsa banyak ditentukan oleh maju
mundurnya pendidikan, oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan sebaik-
baiknya agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pendidikan di Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain, salah
satu faktornya belum sadarnya masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan
dengan banyaknya siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, maka dari itu Pendidikan di Indonesia yang berakar pada kebudayaan
bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 terus ditata,
dikembangkan, dilengkapi berbagai ketentuan peraturan serta mengutamakan
pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Upaya ini perlu didukung oleh
sumber daya pendidikan secara bertahap disertai keterpaduan dan efisiensi
pelaksanaannya sehingga mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan
pembangunan di Indonesia.
Tujuan pendidikan nasional ini akan tercapai apabila semua pihak ikut
serta mendukung kemajuan pendidikan itu, baik oleh pemerintah, guru sebagai
pendidik maupun masyarakat. Usaha yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan mengeluarkan berbagai kebijakan
dan mengambil langkah-langkah perbaikan seperti perbaikan kurikulum,
pemerataan tenaga pendidikan, sertifikasi guru, pemberian dana bantuan
operasional sekolah serta penerapan ide-ide baru untuk peningkatan mutu
pendidikan termasuk mutu guru.
Guru memberikan peranan penting didalam pendidikan terutama didalam
kegiatan belajar mengajar, agar kegiatan belajar mengajar berhasil maka guru
dituntut untuk menguasai dan memahami berbagai keterampilan yang dapat
mendukung efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar mengajar. Guru adalah salah
satu komponen pendidikan yang sangat berperan dalam usaha pembentukan
sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu,
guru merupakan salah satu unsur kependidikan harus berperan serta secara aktif
dalam menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Pada diri guru
terletak tanggung jawab untuk membawa siswa pada suatu kedewasaan atau taraf
kematangan tertentu. Sardiman (2012:125) mengatakan bahwa guru tidak semata-
mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga
sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan “pembimbing” yang
memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar”.
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), menurut pandangan peneliti sebagian besar siswa beranggapan bahwa
pembelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan,
sehingga siswa menjadi enggan untuk belajar matematika. Hal ini mengakibatkan
rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika jika dibandingkan
dengan mata pelajaran lainnya, maka dari itu guru perlu meningkatkan kualitas
dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki
peran yang penting yaitu sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge
dan sebagai pembimbing yang mendorong potensi siswa dalam belajar. Artinya
guru memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menguasai ilmu yang akan
diajarkan, memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan teknik mengajar, dan
menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa. Dengan
demikian, maka akan berpengaruh langsung terhadap hasil belajar matematika.
Usaha meningkatkan hasil belajar matematika dapat dilakukan dengan
memperbaiki proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan sekumpulan
kegiatan dan serangkaian pengalaman yang dihadirkan oleh guru kepada peserta
didiknya. Guru yang kompeten dan professional akan tanggap terhadap
kemampuan siswa yang dimiliki. Dengan kemampuan tersebut, guru professional
senantiasa memiliki strategi dalam menyampaikan materi pelajaran kepada
peserta didiknya.
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Di sekolah tersebut siswa mengalami proses belajar, setelah mengalami
proses belajar tersebut diharapkan siswa berubah sesuai dengan apa yang
dipelajari dari proses belajar tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut para ahli
psikologi yang menyatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan kematangan
dari anak didik sebagai akibat dari belajar, dan menurut Gagne (Sagala, 2006: 13).
Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya
akibat dari penglaman.
Menurut Garret (Sagala, 2006: 13) Belajar merupakan proses yang
berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang
membawa pada perubahan diri dan perubahan cara bereaksi terhadap suatu
perangsang tertentu. Berdasarkan para ahli di atas bahwa belajar adalah suatu
proses atau kegiatan perubahan tingkah laku individu dalam memperoleh suatu
pengetahuan setelah ia mendapatkan suatu pembelajaran atau pengalaman, hal ini
sudah tentu perubahan kearah yang lebih baik (positif), misalnya yang tadinya
tidak tahu setelah mengalami proses belajar setidaknya menjadi tahu. Untuk
menuju ke hal yang lebih baik lagi dalam proses belajar ini akan memerlukan
waktu yang lama dan perlu adanya urutan-urutan yang sistematis didalam proses
belajar.
Sudah seharusnya belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara
sistematis serta didasarkan pada pengalaman sebelumnya. Menurut Ruseffendi
(1991: 153) “Belajar matematika adalah belajar konsep dimulai dari benda-benda
real kongkrit secara intutif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi konsep
itu diajarkan lagi dalam bentuk yang lebih abstrak dengan mengunakan notasi
yang lebih umum dipakai dalam matematika”.
Dapat diambil kesimpulan bahwa belajar mateamtika yaitu suatu proses
untuk memahami suatu konsep (materi) tentang matematika harus memahami
konsep (materi) sebelumnya, karena pada pembelajaran matematika memerlukan
tahapan-tahapan dari hal-hal yang lebih mudah menuju hal-hal yang lebih sulit,
hal ini untuk mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep atau materi.
“Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang telah dimiliki oleh
siswa setelah ia mengalami proses belajarnya” (Sudjana, 2005: 22). Dalam proses
belajar mengajar guru melakukan tugasnya tidak hanya menyampaikan materi
kepada siswa, tetapi ia juga dituntut untuk membantu keberhasilan dalam
menyampaikan materi pelajaran yaitu dengan cara mengevaluasi hasil belajar
mengajar.
Upaya memberikan evaluasi belajar mengajar yaitu untuk mengetahui
hasil belajar matematika siswa. Kegiatan evaluasi belajar mengajar berkaitan erat
dengan kegiatan pengukuran yang berupa tes hasil belajar. Hasil dari tes tersebut
tiada lain adalah berupa nilai. Menurut Sudjana (2005: 28) “evaluasi adalah
pemberian cara bekerja, pemecahan, metode, materil dll”. Dilihat dari segi
tersebut maka dalam evaluasi perlu ada suatu kriteria atau standar tertentu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 200) “bahwa evaluasi hasil belajar
merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan
penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar”. Berdaarkan pengertian evaluasi
hasil belajar tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang
diperoleh oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana
tingkat keberhasilan evaluasi hasil belajar tersebut kemudian ditandai dengan
skala nilai berupa huruf atau simbol atau angka.
Menurut beberapa pengertian maka hasil belajar matematika dapat
disimpulkan yaitu hasil akhir yang dimiliki atau diperoleh siswa setelah ia
mengalami proses belajar matematika yang ditandai dengan skala nilai berupa
huruf atau simbol atau angka, dan hal ini biasa dijadikan tolak ukur berhasil atau
tidaknya siswa tersebut dalam pembelajaran matematika pada materi menghitung
keliling dan luas segitiga dan menentukan luas bangun dengan luas segitiga.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen, yaitu dengan
mengadakan serangkaian perlakuan secara langsung terhadap sampel. Tujuan
penelitian eksperimen adalah menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab
akibat dengan cara menggunakan satu atau lebih kelompok eksperimen satu atau
lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Selanjutnya untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh hasil eksperimental berupa perlakuan strategi
pembelajaran yaitu strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran
ekspositori, maka penulis mengadakan tes atau evaluasi hasil belajar pada masing-
masing kelas sampel setelah eksperimen dilakukan.
Untuk mendapatkan sejumlah data yang diperlukan sehubungan masalah
penelitian, maka penulis mengadakan serangkaian pembelajaran dengan materi
“menghitung keliling dan luas segitiga pada dua kelas VII yang ditetapkan sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dengan membentuk dua kelompok yang terdiri dari
kelompok strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran ekspositori. Rancangan
yang dilakukan adalah rancangan Acak Lengkap non faktorial dengan menggunakan 2
perlakuan dan 2 ulangan sebagai perlakuan yaitu: 1. Strategi pembelajaran inkuiri 2.
strategi pembelajaran ekspositori. Setiap perlakuan terdiri dari 40 siswa, yang
penempatannya dilakukan sedemikian rupa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain faktorial 2 x 2, matriknya adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Desain Penelitian
Strategi Pembelajaran
(A)
∑
Inkuiri Ekspositori
(A1) (A2)
Rendah A1B1 A2B1 B1
Minat B1
Belajar Tinggi A1B2 A2B2 B2
B2
∑ A1 A2
Keterangan :
A1 : Kelompok siswa dengan strategi pembelajaran inkuiri
A2 : Kelompok siswa dengan strategi pembelajaran ekspositori
B1 : Kelompok siswa dengan minat belajar rendah
B2 : Kelompok siswa dengan minat belajar tinggi
A1B1 : Skor hasil belajar pada siswa yang mempunyai minat belajar
rendah pada pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri
A2B1 : Skor hasil belajar pada siswa yang mempunyai minat belajar
rendah pada pembelajaran dengan strategi pembelajaran
ekspositori.
A1B2 : Skor hasil belajar pada siswa yang mempunyai minat belajar
tinggi dengan strategi pembelajaran inkuiri
A2B2 : Skor hasil belajar pada siswa yang mempunyai minat belajar
tinggi dengan strategi pembelajaran ekspositori
Tabel 2
Pengujian Hipotesis Penelitian
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 806.600a 3 268.867 2.544 .065
Intercept 298215.000 1 298215.000 2.822E3 .000
A 627.267 1 627.267 5.935 .018
B 123.267 1 123.267 1.166 .285
A*B 56.067 1 56.067 .531 .469
Error 5918.400 56 105.686
Total 304940.000 60
Corrected Total 6725.000 59
a. R Squared = ,120 (Adjusted R Squared = ,073)
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran terhadap hasil
belajar matematika. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel Test of Between-
Subject Effects di atas yang merupakan tabel utama yang mempresentasikan
hasil hipotesis yang diajukan peneliti. Dari tabel tersebut, diketahui nilai p-
value untuk kategori strategi pembelajaran adalah 0,018 (< 0,05), maka
simpulannya terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
matematika siswa pada penerapan strategi pembelajaran inkuiri dan strategi
pembelajaran ekspositori.
2. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan minat belajar terhadap hasil belajar
matematika. Berdasarkan Hasil pengujian pada tabel Test of Between-Subject
Effects diketahui untuk kategori minat belajar tinggi dan rendah memiliki nilai
sig 0,285 (> 0,05). Maka simpulannya adalah terdapat pengaruh yang kurang
signifikan antara hasil belajar matematika siswa minat belajar rendah dengan
hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi..
3. Terdapat pengaruh interaksi yang tidak signifikan antara strategi pembelajaran
dan minat belajar terhadap hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil
pengujian yang terdapat pada tabel Test of Between-Subject Effects diperoleh
nilai p-value untuk interaksi metode dan minat belajar (A*B) adalah 0,469 (>
0,05), maka kesimpulannya terdapat pengaruh yang kurang signifikan
interaksi kategori strategi pembelajaran (inkuiri dan ekspositori) dengan minat
belajar (rendah-tingi).
DAFTAR RUJUKAN
Anderson, R. W., dan David R Krathwohl. (2001). A Taxonomy for Learning,
Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Arikunto, S. (1996) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Bina
Aksara.
Aqib, Z. (2013) Mode-model Media dan Strategi Pembelajarn Kontekstual
(Inovatif),Banung: Yrama Widya.
Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama
Dimyati, dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Gie, T. L. 2004. Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Gajah
Mada Press.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
_ _ _ _ _. (2003). Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: PT. Bumi Aksara,
Wahid, A. (1998). Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak” dalam Chabib Toha
(eds), PBMPAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winkell, W.S. (1984). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:
Gramedia.
DAFTAR ISI
Pelindung: Rektor UNLA.
Penasehat: Pembantu Rektor I UNLA, dan
PENGANTAR REDAKSI
Ketua Penelitian dan Pengembangan UNLA.
Penanggung Jawab: Dekan FKIP UNLA.
HAKIKAT PEMBELAJARAN
Tim Asistensi: Pembantu Dekan I, Pembantu
Oleh: H. Erman S, Ar______________________________________________ 1
Dekan II, dan Pembantu Dekan III FKIP UNLA.
Tim Ahli: Prof. H.E.T. Ruseffendi, S.Pd.,
PENGEMBANGAN CDROM INTERAKTIF SEBAGAI BAHAN AJAR
M.Sc., Ph.D.; H. Otoy Sutarman, Drs., M.Pd.;
PRAKTIK AKUNTANSI II UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
Dr. Hj. Erliany Syaodih, Dra., M.Pd.; Mumun
BELAJAR MAHASISWA
Syaban, Drs., M.Si.; Eki Baihaki, Drs.,M.Si.
Oleh: Asep Hidayat ______________________________________________ 12
Pemimpin Redaksi: Asep Hidayat, Drs., M.Pd.
STRATEGI PENGEMBANGAN ORGANISASI PERGURUAN TINGGI
Sekretaris: Hj. Elly Retnaningrum, Dra., M.Pd.
SWASTA
Redaktur Khusus PIPS: Ketua Jurusan PIPS
Oleh: Ipong Dekawati ____________________________________________ 26
FKIP UNLA; Hj. Rita Zahara, Dra.; Cucu
Lisnawati, S.Pd.
PENDIDIKAN DAN KONFLIK SOSIAL
Redaktur Khusus PMIPA: Ketua Jurusan
Oleh: Elly Retnaningrum __________________________________________ 36
PMIPA FKIP UNLA; Puji Budi Lestari, Dra.,
M.Pd.; Irmawan, S.Pd.
PENGERTIAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Tata Usaha, Pimpinan: B. Anantha Sritumini,
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Dra.; Bendahara: Tatang Sopari, S.Pd.;
Oleh: Tadjuddin Manshur _________________________________________ 41
Sirkulasi: Sumpena, Syaban Budiman.
ASPEK HUKUM PEMERIKSAAN KOPERASI
Penerbit: Badan Penerbitan FKIP UNLA.
Oleh: Ria Herdhiana _____________________________________________ 57
Percetakan: C.V. Sarana Cipta Usaha.
Setting dan Layout: 3Nur Studio
ASPEK EKONOMI DALAM PENDIDIKAN
Oleh: Cucu Lisnawati ____________________________________________ 73
LAMPIRAN
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional RI Nomor 11/DIKTI/Kep./2006 tentang Panduan
Akreditasi Berkala Ilmiah ______________________________________ 83
Redaksi menerima tulisan dengan panjang tulisan maksimal 6000 kata dan sudah ditulis dan dikemas dalam disket dengan format
Microsoft Word. Isi tulisan ilmiah populer, hasil penelitian, atau gagasan orisinal pada bidang pendidikan dan budaya. Isi tulisan, secara
yuridis formal menjadi tanggung jawab penulis. Naskah yang dikirim ke Redaksi menjadi milik redaksi Jurnal Educare.
Redaksi
Oleh: H. Erman S, Ar
Abstrak: Manusia adalah makhluq ciptaan Alloh yang paling sempurna karena
dibekali akal, rasa, minat, dan bakat sebagai potensi setiap individu yang sangat
bernilai dan modal dasar untuk hidup dan kehidupannya. Pembelajaran pada
hakekatnya adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan pengembangan
potensi tersebut, dengan demikian guru sebagai sutradara seyogianya
merencanakan dengan matang skenario dalam RPP agar siswa beraktivitas tinggi
melalui penalaran, mencoba, eksplorasi, konjektur, hipotesis, generalisasi, inkuiri,
komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Dalam proses pembelajaran
hindari prilaku siswa hanya bertindak sebagai penonton dan bersikap menerima.
Agar siswa siswa bisa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ciptakan suasana
kondusif, nyaman dan menyenangkan
A. Latar Belakang
Seringkali kita mendengar ungkapan di masyarakat ‘mengajar apa bu
guru ?’ atau ‘ bu guru mengajar di mana ?’ dan jawaban bu guru tersebut
adalah ‘ibu mengajar Bahasa Indonesia di SMP Barakatak Dayeuhkolot’. Dari
ungkapan tersebut di atas, tampak bahwa konotasi kata guru adalah bertugas
mengajar dan siswa yang diajar, hal ini berarti guru sebagai subjek (pemain)
yang beraktivitas dominan sedangkan siswa hanyalah objek (penonton) yang
beraktivitas rendah . Komunikasi guru-siswa di kelas selama ini kebanyakan
hanya satu arah, dari guru ke siswa, guru dominan dan siswa resisten, guru
pemain dan siswa penonton, guru mengajar dan bukan membelajarkan siswa,
bukan pembelajaran melainkan pengajaran (instruksional).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sekarang ini guru masih mendominsai
kelas, siswa pasif (datang, duduk, dengar, lihat, berlatih, dan ... lupa). Guru
memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian pula dalam
progam latihan, dari waktu ke waktu soal yang diberikan adalah soal yang itu-
Strategi Pembelajaran
Prof. Dr. Sri Anitah W.
PE NDA HULUA N
Kegiatan Belajar 1
1. Pendekatan
Pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis
digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan strategi, metode, dan
teknik (prosedur) dalam mencapai target atau hasil tertentu sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai suatu
perspektif atau cara pandang seseorang dalam menyikapi sesuatu.
2. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai
seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran
menurut Frelberg & Driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai
berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk
siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach & Ely (1980)
mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996) berpendapat bahwa
PBIN4301/MODUL 1 1.3
Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan nomor c dan d adalah
teknik pembelajaran, dengan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi.
Seluruh kegiatan tersebut di atas merupakan strategi yang disusun guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mengatur strategi, guru dapat memilih
berbagai metode, seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, dan demonstrasi.
Berbagai media, seperti film, VCD, kaset audio, dan gambar, dapat
digunakan sebagai bagian dari teknik-teknik yang dipilih oleh guru.
2. Advance Organizer
Guru menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan skemata
siswa (eksistensi pemahaman siswa), untuk mengetahui apa yang telah
dikenal siswa, dan untuk membantunya mengenal relevansi pengetahuan
yang telah dimiliki. Advance organizer memperkenalkan pengetahuan baru
secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai kerangka untuk
memahami isi informasi baru secara terperinci Anda dapat menggunakan
advance organizer untuk mengajar bidang studi apa pun.
Gambar 1.1.
Kontinum Pembelajaran
Dengan diagram tersebut dapat dilihat bahwa ujung paling kiri adalah
“Expotition” (ekspositori), yang berarti guru hanya memberikan informasi
yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang
mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran telah diorganisasikan oleh guru sehingga siap disampaikan
kepada siswa dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya
itu, pembelajaran itu disebut ekspositori.
Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa kontinum tersebut di atas
berguna bagi guru dalam memilih metode pembelajaran. Titik-titik yang
bergerak dari ujung kiri sampai ke ujung kanan mengandung unsur-unsur
ekspositori dengan berbagai metode yang bergerak sedikit demi sedikit
sampai pada unsur discovery (penemuan). Dalam kenyataan hampir tidak ada
discovery murni, pada umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta
metode pembelajaran yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan
metode campuran.
Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositori dengan metode
ekspositori pula. Begitu pula dengan discovery/inquiry sehingga suatu ketika
ekspositori- discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi pembelajaran,
tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode pembelajaran. Gerak titik-
titik dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 1.2.
Gerak Titik dan Metode Pembelajaran dari Strategi
Ekspositori – Discovery
1.8 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dari contoh sederhana tersebut dapat dilihat bahwa suatu strategi yang
diterapkan guru, tidak selalu mutlak ekspositori atau discovery. Guru dapat
mengombinasikan berbagai metode yang dianggapnya paling efektif untuk
mencapai suatu tujuan.
PBIN4301/MODUL 1 1.9
i. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan
mengalami kegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya.
Rambu-rambu CBSA
Rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang
dapat diukur dari rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan
yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dari
suatu proses pembelajaran. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari
beberapa dimensi sebagai berikut.
LA TIHA N
1) Tentukan dahulu suatu pokok bahasan untuk mata pelajaran yang Anda
pilih, kemudian rumuskanlah tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Anda
susun suatu prosedur mengajarkannya. Salah satu atau beberapa di
antaranya adalah metode, sedangkan seluruh prosedur yang Anda susun
adalah strategi pembelajaran.
2) Teori-teori yang mendasari strategi pembelajaran, antara lain teori
belajar bermakna dengan advance organizer dari Ausubel, discovery dari
Bruner, dan peristiwa belajar dari Gagne.
3) Sulit bagi guru untuk menetapkan apakah metode-metode yang
diterapkan termasuk ekspositori ataukah discovery secara murni karena
biasanya dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya berisi ceramah saja,
melainkan guru juga memberi pertanyaan, memberi tugas, menyuruh
siswa menunjukkan sesuatu.
4) Discovery (penemuan) adalah proses mental yang mengharapkan siswa
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip, sedangkan inquiry
merupakan pendalaman discovery, artinya inquiry mengandung proses
mental yang lebih tinggi.
5) Pembaharuan CBSA dibandingkan dengan keaktifan siswa yang
diterapkan oleh guru-guru pada masa lalu adalah bahwa pembelajaran
saat ini berpusat pada siswa (student centered).
PBIN4301/MODUL 1 1.13
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
2) Dengan siswa, materi, kondisi, serta metode yang sama, guru A lebih
berhasil daripada guru B, hal ini banyak disebabkan karena ....
A. perencanaan yang berbeda
B. SAP yang berbeda
C. penyusunan materi yang berbeda
D. penggunaan teknik yang berbeda
C. Ausubel
D. Bloom
Kegiatan Belajar 2
1. Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung memiliki 4 komponen, yaitu (a) penentuan tujuan
yang jelas, (b) pembelajaran dipimpin guru, (c) monitoring hasil belajar yang
cermat, dan (d) metode organisasi dan pengelolaan kelas. Pembelajaran
langsung efektif karena didasarkan pada prinsip-prinsip belajar
behaviouristik, seperti menarik perhatian pebelajar, penguatan respons
pebelajar, menyediakan balikan korektif, dan melakukan respons-respons
yang betul. Hal ini juga cenderung meningkatkan waktu belajar.
2. Pembelajaran Eksplisit
Pembelajaran eksplisit menuntut guru untuk memberi perhatian kepada
pebelajar, memberi penguatan atas respons yang benar, menyediakan balikan
kepada pebelajar tentang kemajuannya, dan meningkatkan jumlah waktu
yang digunakan pebelajar untuk mempelajari materi.
1.18 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
3. Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan suatu pendekatan pembelajaran individual
yang menggunakan kurikulum terstruktur yang dipecah ke dalam serangkaian
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan kecil yang dipelajari.
Pembelajaran ini didesain untuk menjamin bahwa pebelajar menguasai tujuan
pembelajaran dan juga memberi waktu yang cukup kepada pebelajar. Model
ini meyakini bahwa sebagian besar pebelajar akan mencapai suatu tingkat
tertentu karena waktu belajar fleksibel dan tiap pebelajar menerima target
pembelajaran, praktik yang diperlukan, dan balikan. Belajar tuntas
melibatkan pembelajaran tradisional berbasis kelompok dan remediasi
individual serta pengayaan. Model ini memiliki kegiatan-kegiatan guru pada
tingkat tinggi. Guru mendiagnosis kemampuan-kemampuan pebelajar,
kemudian mempreskripsi kegiatan-kegiatan individual. Belajar tuntas
menekankan pada hal-hal (a) fleksibel/belajar yang menstrukturkan waktu
dengan materi, (b) diagnostik/pembelajaran preskriptif, dan (c)
melengkapi keberhasilan seluruh tujuan oleh semua pebelajar. Pembelajaran
yang sesuai dan waktu, merupakan dua kunci utama belajar tuntas.
Guru-guru menggunakan belajar tuntas untuk mengorganisasikan
pembelajaran dengan cara yang tepat, menyajikan informasi dan
keterampilan menurut suatu pola, menentukan secara reguler seberapa jauh
kemajuan, membentuk kemajuan pebelajar, membantu pebelajar mengatasi
kesulitan-kesulitan melalui bimbingan dan pembelajaran tambahan atau
praktik, serta menyediakan pengayaan ekstra untuk pebelajar yang menguasai
pembelajaran dengan cepat.
Pembelajaran tuntas membutuhkan perencanaan ekstensif dan cermat,
pengorganisasian, tes diagnostik. Tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan
alternatif harus disediakan atau dikembangkan oleh guru untuk melayani
kebutuhan individu pebelajar.
untuk kelompok khusus atau untuk menjelaskan tugas belajar. Ceramah tidak
harus digunakan apabila tujuan lebih pada pembelajaran untuk memiliki
pengetahuan/informasi yang kompleks, abstrak atau terperinci, partisipasi
pebelajar di sini penting.
5. Demonstrasi
Demonstrasi sama dengan ceramah dalam hal komunikasi langsung dan
pemberian informasi dari guru kepada pebelajar. Demonstrasi melibatkan
pendekatan visual untuk menguji proses, informasi, ide-ide. Demonstrasi ini
membolehkan pebelajar melihat guru sebagai pebelajar aktif dan model.
Pebelajar dapat mengobservasi sesuatu yang riil dan bagaimana cara
bekerjanya. Mungkin berupa demonstrasi murni, demonstrasi dengan
komentar atau demonstrasi partisipatif dengan pebelajar. Dalam banyak
kasus, guru mendemonstrasikan kegiatan tertentu atau kegiatan awal yang
meminta pebelajar melakukannya secara individual. Bagi kebanyakan
pebelajar, demonstrasi guru ini dianggap sebagai contoh suatu kegiatan.
Demonstrasi dapat digunakan untuk menampilkan ilustrasi atau prosedur
yang efisien, mendorong minat pebelajar dalam suatu topik tertentu,
menyiapkan contoh untuk mengajar keterampilan-keterampilan khusus, dan
menyiapkan perubahan-perubahan langkah. Untuk mencapai demonstrasi
yang efektif, guru harus merencanakan demonstrasi dengan cermat,
mempraktikkan demonstrasi, mengembangkan suatu panduan untuk
membimbing demonstrasi, meyakinkan bahwa setiap orang dapat melihat
demonstrasi itu, menjelaskan demonstrasi untuk memusatkan perhatian,
memberikan pertanyaan-pertanyaan, dan merencanakan tindak lanjut
demonstrasi.
tinggi (di atas ingatan), menggunakan cara berpikir yang abstrak dan
kompleks.
Kedua, ada dua jenis jawaban yang dikemukakan. Pertanyaan-
pertanyaan konvergen cenderung memiliki satu jawaban yang benar atau
paling baik. Pertanyaan divergen sering merupakan pertanyaan yang terbuka
dan biasanya memiliki banyak jawaban yang sesuai. Ketiga, menentukan
jenis pertanyaan yang tepat pada situasi yang ada. Memfokuskan pertanyaan
digunakan untuk memusatkan perhatian pebelajar pada pelajaran atau pada
materi yang didiskusikan. Pertanyaan ini digunakan untuk menentukan apa
yang telah dipelajari oleh pebelajar, untuk memotivasi dan menimbulkan
minat pebelajar saat mulai dan selama pembelajaran atau mengecek
pengertian pebelajar pada akhir pembelajaran. Pertanyaan penuntun,
menggunakan petunjuk dan isyarat untuk membantu pebelajar dalam
membetulkan jawaban. Pebelajar mungkin tidak menjawab pertanyaan secara
lengkap. Dalam kasus ini, guru mungkin tetap pada pebelajar yang sama,
untuk menanyakan satu atau beberapa pertanyaan penggali yang diharapkan
dapat mengklarifikasi dan membimbing pebelajar untuk menjawab dengan
lebih lengkap. Misalnya, Apa yang kau maksud dengan kata itu? atau
dapatkah kamu menjelaskan dengan lebih lengkap? Apa alasanmu?
Keempat, tanpa memperhatikan jenis pertanyaan yang ditanyakan,
susunlah pertanyaan. Tiga langkah untuk menyusun pertanyaan, yaitu (a)
ajukan pertanyaan, (b) beri waktu beberapa saat, dan (c) sebut nama
pebelajar yang akan diberi pertanyaan. Tanpa menyebut nama pebelajar
tertentu saat mengajukan pertanyaan, semua pebelajar akan memikirkan ide
untuk menjawabnya. Menggunakan waktu sebentar, berarti memberi
kesempatan kepada pebelajar untuk berpikir tentang jawaban yang akan
diberikan.
7. Resitasi
Resitasi termasuk pertanyaan guru secara lisan tentang materi yang telah
dipelajari. Guru mungkin memakai resitasi sebagai suatu cara untuk
mendiagnosis kemajuan pebelajar. Pola interaksi khusus, yaitu pertanyaan
guru, pebelajar menjawab, kemudian reaksi guru. Pertanyaan yang sering
diajukan guru, yaitu apa, siapa, di mana, dan kapan. Guru biasanya bertanya
tentang “informasi yang diketahui” pebelajar selama resitasi. Jadi, guru
memberi pertanyaan untuk mengetahui apakah pebelajar mengetahui jawaban
tersebut, bukan untuk memperoleh informasi.
PBIN4301/MODUL 1 1.21
9. Reviu
Reviu merupakan kesempatan bagi pebelajar melihat suatu topik pada
waktu yang lain. Reviu berbeda dengan praktik dan latihan. Reviu tidak
memerlukan teknik latihan. Reviu dapat berbentuk (a) rangkuman pada akhir
pelajaran atau unit atau pada akhir suatu bab, (b) kuis, (c) garis besar, (d)
diskusi, dan (e) tanya jawab atau strategi yang lain.
Reviu sehari-hari pada awal pembelajaran membantu guru menentukan
apakah pebelajar memerlukan pengetahuan prasyarat atau keterampilan
tertentu untuk suatu pembelajaran, atau untuk mengetahui apakah pebelajar
telah menguasai materi yang telah dipelajari. Reviu mingguan dan bulanan
membantu guru mengecek pemahaman pebelajar, meyakinkan bahwa
keterampilan awal yang diperlukan dikuasai dengan baik, juga untuk
mengecek langkah guru.
diskusi keseluruhan kelas, guru harus dapat memusatkan secara jelas arah
diskusi tersebut. Apabila menyimpang, arahkan pada jalurnya, dengan
memusatkan kembali diskusi, meningkatkan partisipasi pebelajar dengan
mendengarkan secara cermat semua sudut pandang yang dikemukakan.
Diskusi ini sering tersesat apabila kelas menyimpang dari tujuan utama
diskusi. Jadi, guru perlu merencanakan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk
diskusi sehingga lebih mungkin untuk tetap berpusat pada tujuan.
Sebelum memulai diskusi kelas secara keseluruhan, yakinkan bahwa
pebelajar memiliki dasar pengetahuan yang cukup sebagai bekal diskusi.
Diskusi tak dapat berjalan kalau pebelajar tidak banyak mengetahui tentang
topik yang dibicarakan. Kadang-kadang diskusi digunakan sebelum
pembelajaran sebagai suatu cara untuk membangkitkan minat pebelajar,
tetapi informasi itu harus disajikan dalam waktu yang cukup.
Jika digunakan secara tepat, diskusi dapat mendorong pebelajar berpikir
kritis dan meningkatkan kemampuan pebelajar yang berprestasi rata-rata
maupun yang kurang untuk berpartisipasi dalam proses belajar. Apabila
diskusi digunakan dengan cara yang kurang benar, akan berakibat respons
pebelajar rendah sehingga diskusi membosankan dan tidak mendorong
pebelajar berpikir.
Diskusi dapat digunakan untuk tujuan kognitif maupun afektif. Pada
domain kognitif, diskusi dapat meningkatkan pebelajar untuk menganalisis
ide-ide dan fakta-fakta dari suatu pelajaran dan mengkaji hubungan
antarmateri yang diajarkan. Pada domain afektif, diskusi dapat meningkatkan
kemampuan pebelajar untuk menguji pendapatnya, berinteraksi dengan
teman dan mengevaluasi ide-ide teman lain, serta untuk mengembangkan
keterampilan mendengarkan dengan baik. Apa pun tujuannya, diskusi harus
direncanakan dengan baik dan pertanyaan kunci dinyatakan pada awal
pembelajaran.
Berikut ini petunjuk untuk mempersiapkan dan mengimplementasikan
diskusi yang efektif.
a. Tetapkan tujuan diskusi
Tujuan diskusi akan menentukan struktur diskusi. Apabila tujuan
terfokus pada pengembangan kognitif maka pertanyaan diarahkan pada
konsep-konsep dan ide-ide yang sesuai. Apabila diskusi difokuskan pada
domain afektif maka pertanyaan diarahkan pada nilai-nilai dan
pengalaman-pengalaman pribadi.
PBIN4301/MODUL 1 1.23
LA TIHA N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
Tes Formatif 1
1) B. Tidak hanya meliputi semua komponen materi, tetapi juga prosedur
(teknik maupun metode).
2) D. Tidak merupakan implementasi atau pelaksanaan dan metode (cara)
dengan berbagai teorinya. Jadi walaupun perencanaan/penyusunan
SAP (termasuk di dalamnya penyusunan materi) sama, namun
semua itu baru tertulis di atas kertas. Pelaksanaannya tergantung
keterampilan teknis tiap guru.
3) C. Ausubel mengedepankan penalaran deduktif, yang dimulai dari
penjelasan guru.
4) A. Dengan ekspositorik, guru memberikan pesan/informasi yang telah
diolah sehingga pebelajar menerima pesan tersebut tanpa harus
memahami masalahnya, mengolah atau menganalisis lebih lanjut.
5) B. Pebelajar melakukan eksperimen berarti ia melakukan prosedur
berpikir ilmiah yang dimulai dari perumusan masalah, merumuskan
hipotesis mengumpulkan data, menganalisis sampai pada suatu
kesimpulan.
6) D. Dengan ceramah guru memberikan informasi secara sepihak kepada
pebelajar.
7) B. Untuk dapat membuat kesimpulan diperlukan suatu proses berpikir
yang panjang, dari perumusan masalah sampai dengan menganalisis.
8) D. Jelasnya problema, arah konsep yang harus ditemukan pebelajar
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang jelas.
9) B. CBSA tidak hanya berarti adanya kegiatan keterampilan fisik saja.
10) A. Apa pun yang kita kerjakan bertitik tolak dari tujuan.
Tes Formatif 2
1) A. Dengan strategi deduktif kegiatan dimulai dari hal yang umum,
dalam hal ini mengemukakan rumus.
2) B. Guru merupakan sumber informasi.
3) D. Dengan belajar tuntas pebelajar dituntut menuntaskan materi yang
dipelajari.
4) C. Mudah
5) B. Di sini guru menunjukkan sesuatu kepada pebelajar.
PBIN4301/MODUL 1 1.29
Daftar Pustaka
Gerlach, V.S. & Ely, D.P. (1980). Teaching and Media a Systematic
Approach. New Jersey: Prentice Hall.
Zubair Amin and Khoo Horn Eng. (2003). Basic in Medical Education.
Singapore: World Scientific.