Anda di halaman 1dari 129

HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN

(Strategi Pembelajaran)

Dosen Pengampu : Dra. Maryani Nurtejaningsih, M.Pd

KELAS PGSD BI IA
Kelompok 1

Andika Prasetya ( NIM 856966939 )


Dwi Apriyanti ( NIM 856966724 )
Esti Sandra Pertiwi ( NIM 856966645 )
Rizky Mulia Octariani ( NIM 856966652 )

PROGRAM STUDI S.I PGSD


POKJAR TANJUNG KARANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)


UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ)
TANJUNG KARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur atas Rahmat dan Ridha Allah SWT, karena

berkat bimbingan serta petunjuk-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas kelompok

tentang “Hakikat Strategi Pembelajaran”. Tidak lupa kami mengucapkan terima

kasih kepada semua anggota kelompok I, yang banyak menuangkan ide-idenya

dalam pembuatan tugas ini dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dra.

Maryani Nurtejaningsih, M.Pd selaku dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran.

Saya mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan

dan kesempurnaan makalah ini. Apabila dalam isi dan penulisan terdapat banyak

kesalahan penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Bandar Lampung, 08 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dan Prisip Belajar dan Pembelajaran ................................................ 3

B. Perbedaan Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran ............ 6

C. Faktor-Faktor Penentu dalam Pemilihan Strategi dan Pembelajaran ............. 9

D. Berbagai Jenis Strategi Pembelajaran ........................................................... 10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................................. 14

B. Saran . ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara, seperangkat

cara, teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa dalam

melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap. Strategi

pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam

penyampaikan materi pelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

tidak bisa terlepas dari penerapan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran

tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan

materi pelajaran. Diharapkan penyampaian materi pelajaran tersebut, dapat

diserap dan dipahami oleh siswa, karena hal ini berdampak terhadap tujuan yang

hendak dicapai proses pembelajaran. Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah

tercapainya hasil belajar yang diinginkan atau di atas standar minimum. Strategi

pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran.

Strategi Pembelajaran pada hakekatnya adalah prosedur yang sistematis dalam

pelaksanaan pengajaran yang merupakan pengejawantahan dari pemahaman

pendidik atas tujuan dan organisasi pengajaran serta isi pelajaran. Adapun lataer

belakang dari dibuat makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja konsep dan prisip belajar dan pembelajaran?

2. Apa perbedaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran?

3. Apa faktor-faktor penentu dalam pemelihan strategi dan pembelajaran?

4. Apa saja jenis strategi pembelajaran?

1
B. Tujuan Pembelajaran

Serta tujuan dari dibuat makalah ini adalah mengetahui:

1. Konsep dan prisip belajar dan pembelajaran.

2. Perbedaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

3. Faktor-faktor penentu dalam pemelihan strategi dan pembelajaran.

4. Jenis-jenis strategi pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Prisip Belajar dan Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa,


ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa
dalam kondisi belajar (Erman, 2007). Siswa dalam kondisi belajar dapat diamati
dan dicermati melalui indikator aktivitas yang dilakukan, yaitu perhatian fokus,
antusias, bertanya, menjawab, berkomentar, presentasi, diskusi, mencoba, atau
menemukan. Dalam pembelajaran terdapat konsep dan prinsip belajar.

1. Konsep Belajar
Banyak cara agar dapat membuat siswa belajar. Belajar dapat diartikan suatu
proses berubahnya perilaku sebagai akibat pengalaman (Anitah, 2015). Dengan
kata lain belajar dipandang sebagai proses alami yang dapat membawa perubahan
pada pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang (Trinova, 2012). Dari
pengertian belajar tersebut terdapat 3 aspek pokok dalam belajar, yaitu: proses,
perubahan perilaku, dan pengalaman.
a) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.
Sebagai contoh terdapat siswa yang bertanya kemudian siswa lain menjawab
pertanyaan tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan pikiran dan perasaan siswa
aktif, jika pasif maka siswa akan diam bahkan cenderung melamun.

b) Perubahan Prilaku
Hasil belajar salah satunya adalah perubahan prilaku atau tingkah laku.
Seseorang yang belajar akan berubah tingkah lakunya baik aspek
pengetahuan, ketrampilan, atau penguasaan nilai-nilai. Oleh karena itu hasil
belajar dapat dikategorikan kedalam tiga ranah, yaitu: ranah afektif, ranah
kognitif, atau ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dalam Kurikulum
2013 terkandung dalam rumusan kompetensi.

3
c) Pengalaman
Belajar adalah pengalaman yang terjadi antara individu dengan
lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini baik yang fisik maupun yang
sosial. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang memicu siswa untuk
selalu belajar. Guru yang menjelaskan dengan alat peraga akan lebih menarik
siswa dalam proses pembelajarannya, begitu sebaliknya.

2. Prinsip Belajar
Prinsip belajar merupakan ketentuan yang harus dipegang di dalam
pelaksanaan kegiatan belajar. Prinsip belajar sangat menentukan proses dan hasil
belajar. Berberapa unsur dalam prinsip belajar seperti motivasi, perhatian,
aktivitas, dan balikan.

a) Motivasi
Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu
(Hamdu, 2014). Dengan kata lain motivasi berupa dorongan untuk melakukan
kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupunmotivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsic adalah motivasi yang timbul dari dalam dikarenakan siswa ingin
menguasai materi, sedangkan motivasi ektrinsik adalah motivasi yang timbul
dari rangsangan luar, biasanya dikarenakan siswa ingin mendapatkan hadiah.
Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung dengan tujuan
pembelajaran itu sendiri.

b) Perhatian
Perhatian erat hubungannya dengan motivasi bahkan tidak dapat
dipisahkan. Perhatian berpusat pada psikis terhadap suatu benda. Semakin
terpusat perhatian siswa pada pembelajaran maka akan menyebabkan hasil
yang baik pula, begitu sebaliknya semakin perhatian siswa tidak terfokus
pada pembelajaran maka akan menyebabkan hasil yang kurang maksimal.
Oleh karena itu guru harus selalu berusaha membuat perhatian siswa terpusat
pada pembelajaran.

4
c) Aktivitas
Perbuat untuk merubah tingkah laku melalui perbuatan adalah prinsip
belajar. Ada atau tidaknya belajar dicerminkan dari ada atau tidaknya
aktivitas. Tanpa ada aktivitas, belajar tidak mungkin terjadi (Widodo &
Widayanti, 2013). Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila pikiran dan
perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada
hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan metode dan media yang
bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar.

d) Umpan balik
Siswa perlu dengan segera menegetahui apakah yang ia lakukan didalam
proses pembelajaran atau yang ia proses pembelajaran tersebut sudah benar
atau belum. Bila masih salam maka bagian mana yang masih salah dan
mengapa salah serta bagaimana seharusnya ia lakukan kegiatan belajara
tersebut. Sehingga adanya timbal balik ini harus sesegera mungkin agar siswa
tidak terlanjur dalam kesalahan dalam proses pembelajaran. Umpan balik dari
guru sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka
dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran tersebut.

e) Perbedaan Individu
Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai
kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi, kebutuhan akan rasa aman,
mendapatkan pengakuan, dan mengaktualisasi dirinya. Dalam tahap
perkembangannya, siswa berada pada periode perkembangannya yang sangat
pesat dari segala aspek (Hadi, 2017). Perbedaan individual adalah individu
tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain. Guru hendaknya mampu
memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka masing-
masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat diperlukan.

Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari


unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur
atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi.

5
B. Perbedaan Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran

Proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan


makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.
Istilah-istilah tersebut adalah: pendekatan pembelajaran, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik
pembelajaran, dan model pembelajaran.

1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran (Lutvaidah, 2016). Tiap pendekatan pembelajaran tersebut
mempunyai karakteristik tertentu, dan berbeda antara satu dengan yang lainnya
sesuai dengan fungsi dan tujuan tiap pendekatan. Pendekatan pembelajaran
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach)
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).

2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan
oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran yang bertujuan
untuk memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran,
yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan
belajar (Firmansyah, 2015). strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien (Saputra, Wahid, & Ismaniar, 2018).
Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan. Upaya mengimplementasikan

6
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai optimal.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara penyampaian materi pendidikan
kepada peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan teratur oleh tenaga
pengajar atau guru. Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah, demonstrasi,
diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, dan
simposium.

4. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar
yang telah disusun (dalam metode) berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik
yang digunakan guru tergantung kepada kemampuan guru atau siasat agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dengan baik. Teknik
pembelajaran mengambarkan langkah langkah menggunakan metode mengajar,
yang sifat lebih opersional. Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam penentu
teknik pembelajaran diantaranya adalah kemampuan dan kebiasaan guru
ketersedian sarana dan waktu, serta kesiapan siswa.

5. Taktik Pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin
akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki
sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense
of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,

7
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
membagi empat kelompok model pembelajaran, yaitu: model interaksi sosial,
model pengolahan informasi, model personal-humanistik, dan model modifikasi
tingkah laku. Demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut disamakan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi
hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, sebagai berikut:

Gambar 1. Hirarki Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika


strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah
ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat
memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan
berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

8
C. Faktor-Faktor Penentu dalam Pemelihan Strategi dan Pembelajaran

Guru dalam menentukan strategi pembelajran harus memperhatikan


beberapa faktor. Faktor dalam menentukan strategi pembelajran yang akan
digunakan antara lain: tujuan pembelajaran, bahan belajar, siswa, guru, dan
sarana.

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi,
dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran
atau tujuan instruksional. Dalam kurikulum 2013 ini tujuan pembelajaran terdapat
dalam bentuk kompetensi.

2. Bahan Pembelajaran
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya. Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah
dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru
untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran.

3. Siswa
Yang paling berkepentingan dengan proses pembelajaran ialah siswa.
Mengingat keberhasilan dalam pembelajaran dapat dilihat dari perubahan proses
berpikir, ketrampilan dan afektif. Yang perlu di pertimbangkan dari faktor siswa
di dalam memilih strategi pembelajaran, antara lain: siswa sebagai pribadi
tersendiri memiliki perbedaan dari siswa lain, jumlah siswa yang mengikuti
pelajaran

9
4. Guru
Setiap guru memiliki kelebihan serta kelemahan masing-masing. Dalam
hal ini guru harus hati-hati dalam memilih strategi pembelajaran guna mencapai
tujuan pembelajaran. Jika guru salah dalam memiliki strategi pembelajaran maka
akan mengakibatkan proses pembelajaran menjadi membosankan.

5. Sarana
Alat yang menjadi pertimbangan kita dalam memilih dan menggunakan
strategi pembelajaran adalah alat peraga, seperti peta, globe, gambar, foto, grafik,
dst. Semakin banyak sarana yang dapat kita gunakan maka semakin menunjang
proses pembelajaran. Sarana juga dapat membuat materi pembelajaran yang
abstrak menjadi materi konkrit. Sehingga siswa menjadi lebih mudah dalam
memahami materi pembelajaran.

D. Berbagai Jenis Strategi Pembelajaran

Berbagai jenis Strategi Pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam


pembelajaran, antara lain:

1. Strategi Pembelajaran berdasarkan Proses Pengolahan Pesan


Dilihat dari proses pengolahan pesan, strategi pembelajaran dapat
dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu:

a) Strategi Pembelajaran Deduktif


Dalam strategi pembelajaran deduktif, pesan atau materi pelajaran
diolah mulai dari yang umum, generalisasi atau rumusan konsep,
dilanjutkan ke yang khusus, yaitu penjelasan bagian-bagiannya atau
atribut-atributnya dengan menggunakan berbagai iliustrasi atau
contoh. Strategi pembelajaran deduktif tepat digunakan apabila
konsep yang akan dibahas merupakan konsep baru bagi siswa atau
waktu yang tersedia untuk membahas suatu konsep relatif terbatas.

10
b) Strategi Pembelajaran Induktif
Dalam strategi pembelajaran induktif, pesan atau materi pelajaran
diolah mulai dari yang khusus, bagian atau atribut, menuju ke yang
umum, yaitu generalisasi atau rumusan konsep atau aturan.

2. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pihak Pengolah Pesan


Tiap peristiwa belajar-mengajar bertujuan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, ingin menyampaikan pesan, informasi, pengetahuan dan
keterampilan tertentu kepada siswa. Pesan tersebut dapat diolah sendiri
secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan kepada siswa, namun dapat
juga siswa sendiri yang diharapkan mengolah dengan bantuan sedikit atau
banyak dari guru. Atas dasar pihak pengolah pesan, strategi pembelajaran
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a) Strategi Pembelajaran Ekpositori
Dengan strategi pembelajaran ekpositori, guru yang mencari
materi pelajaran yang akan diajarkan ke siswa dari berbagai
sumber, kemudian guru mengolahnya serta membuat rangkuman
dan/atau mungkin membuat bagan. Proses pembelajaran yang
terjadi adalah sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan materi pelajaran secara rinci kepada
siswa
2) Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi
pembelajaran tersebut
3) Siswa diminta mencatat materi pelajaran dan/atau
mempelajarinya kembali di rumah masing-masing.

b) Strategi Pembelajaran Heuristik


Dengan menggunakan strategi pembelajarn ini, yang
mencari dan mengolah pesan (materi pelajaran) ialah siswa. Guru
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing kegiatan omenarik
siswa untuk mengikutinya, tetapi siswa disuruh berada didepan,

11
guru mengerahkan, memberikan dorongan, membantu siswa bila
mengalami kesulitan. Keuntungan penggunaan strategi
pembelajaran heuristik bagi siswa adalah secara berangsur-angsur
akan terbentuk sikap positif pada diri mereka antara lain kreatif,
kritis, inovatif, percaya diri, terbuka, dan mandiri.
Strategi ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu diskoveri
(discovery) dan inkuiri (inquiry). Dengan strategi diskoveri, siswa
melakukan kegiatan dengan berpedoman pada langkah-langkah
yang telah ditetapkan oleh guru. Apabila dalam strategi diskoveri,
siswa memperoleh atau menemukan pengetahuan sendiri dengan
bantuan pedoman atau panduan yang diberikan guru, maka dalam
penerapan strategi inkuiri, siswa memperoleh dan menemukan
sendiri pengetahuan tanpa pedoman atau panduan dari guru.

3. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pengaturan Guru


Dilihat dari sisi pengaturan guru, dikenal dua jenis strategi
pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran seorang guru dan beregu (team
teaching). Strategi pembelajaran seorang guru sudah biasa kita lakukan,
yaitu seorang guru mengajar sejumlah siswa. Sementara itu, yang
dimaksud dengan strategi pembelajaran beregu adalah pembelajaran yang
dilaksanakan oleh dua orang atau lebih guru mengajarkan satu mata
pelajaran, atau mengajarkan salah satu tema yang pembahasannya
menyangkut berbagai mata pelajaran.

4. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Sejumlah Siswa


Dengan memperhatikan sejumlah siswa, dikenal tiga strategi
pembelajran, yaitu strategi pembelajaran klasikal, kelompok kecil dan
individual. Strategi pembelajaran klasikal dan kelompok kecil sudah
biaasa kita lakukan. Sementara itu strategi pembelajaran individual masih
jarang digunakan. Contoh penggunaan strategi pembelajaran individual,
seperti yang sekarang sedang anda lakukan dengan menggunakan paket
pengajaran modul.

12
5. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Interaksi Guru Dengan Siswa
Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa ada dua
strategi pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran tatap muka dan strategi
pembelajaran melalui media. Penggunaan strategi pembelajaran tatap
muka yang baik dengan sendirinya yang menggunakan alat peraga, karena
siswa akan lebih memahami yang diajarkan guru. Penerapan strategi
pembelajaran dengan media, guru dengan siswa tidak secara langsung
bertatap muka, tetapi melalui media. Salah satu model media yang dapat
digunakan iaah paket pembelajran melalui modul, pembelajran melalui tv,
pembelajaran melalui kaset audio, pembelajaran melalui komputer, dan
pembelajaran melalui paket pengajaran beprogram.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:

1. Pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan

siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau

menjadikan siswa dalam kondisi belajar.

2. Model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran,

metode pembelajaran, teknik dan taktik pembelajaran merukana unsur

dalam proses pembelajaran.

3. Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan strategi pembelajaran adalah

tujuan, bahan, siswa, guru, sarana pemebelajaran

4. Strategi pembelajran dibedakan atas dua macam yaitu strategi pembelajaran


induktif dan strategi pembelajaran deduktif

B. Saran

Hendaknya seorang guru dapat mendesain proses pembelajaran dan

mengimplementasikan strategi pembelajaran yang baik serta disesuaikan

dengan sasaran dalam strategi pembelajaran, sehingga memperoleh kegiatan

pembelajaran yang bermakna.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anitah. (2015). Strategi Pembelajaran. In Statewide Agricultural Land Use

Baseline 2015 (Vol. 1). https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1000117

Erman. (2007). Hakikat Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dan Budaya, 4(2).

Firmansyah. (2015). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar

Terhadap Hasil Belajar Matematika. 3, 34–44.

Hadi, I. A. (2017). Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak

dalam Efektivitas Pendidikan. Jurnal Inspirasi, 1(1), 71–74.

Hamdu, G. (2014). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar

IPA di Sekolah Dasar. Metodik Didaktik, 9(1), 60–71.

Lutvaidah, U. (2016). Pengaruh Metode dan Pendekatan Pembelajaran Terhadap

Penguasaan Konsep Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA,

5(3), 279–285. https://doi.org/10.30998/formatif.v5i3.653

Saputra, A., Wahid, S., & Ismaniar, I. (2018). Strategi Pembelajaran Instruktur

Menurut Warga Belajar pada Pelatihan Menyulam. Spektrum: Jurnal

Pendidikan Luar Sekolah (PLS), 1(1), 9.

https://doi.org/10.24036/spektrumpls.v1i1.9001

Trinova, Z. (2012). Hakikat Belajar dan Bermain Menyenangkan Bagi Peserta

Didik. Al-Ta Lim, 19(3), 209. https://doi.org/10.15548/jt.v19i3.55

Widodo, & Widayanti, L. (2013). Problem Based Learning pada Siswa Kelas

VIIA MTs Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013.

Fisika Indonesia, XVII(49), 32–35.

15
Widodo / Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas 32
Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE


PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VIIA MTs NEGERI DONOMULYO
KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Widodo, Lusi Widayanti


Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Kapas 9 Semaki Yogyakarta
wied_uad@yahoo.co.id

Abstract- Hasil belajar siswa di MTs Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo masih rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
partisipasi aktif dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang dapat
mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Metode problem based learning adalah salah satu metode yang dapat
memenuhi harapan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode problem based learning (PBL)
dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
subjek penelitian adalah siswa kelas VII A semester 1 MTs Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo Tahun 2012/2013.
Metode pengumpulan data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan observasi. Data yang terkumpul
dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dan hasil
belajar setelah menerima pembelajaran dengan metode PBL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Key words: problem based learning, aktivitas belajar, hasil belajar.

I. PENDAHULUAN menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa menghapal


Pembelajaran [1] didesain untuk membelajarkan siswa, informasi faktual. Fakta di lapangan menunjukan bahwa
artinya siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dengan siswa cenderung malas berfikir secara mandiri.
kata lain, pembelajaran lebih berorientasi pada aktivitas Masalah utama dalam pembelajaran di MTs Negeri
siswa untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan Donomulyo adalah masih rendahnya hasil belajar siswa. Hal
antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara ini tampak dari rata-rata hasil ulangan tengah semester fisika
proposional. Keaktifan siswa ada yang secara langsung kelas VII yang belum memenuhi nilai standar KKM.
dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamamti secara Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
langsung, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, dan oleh sekolah yaitu sebesar 70. Hasil ulangan tengah
mengumpulkan data. Kadar keaktifan siswa tidak hanya semester kelas VII A sebanyak 19 siswa dari 23 siswa masih
ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga oleh mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Pada materi wujud zat dan perubahan zat sebanyak 70,58%
Oleh sebab itu, aktif atau tidaknya siswa dalam belajar siswa belum memenuhi KKM.
hanya siswa sendiri yang mengetahui secara pasti. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) [2] pada 16 Okober 2012 pukul 10.00 WIB dengan Sri
termasuk fisika mestinya menekankan pada pemberian Purwaningsih, S.Pd guru mata pelajaran fisika kelas VII
pengalaman langsung kepada siswa sehingga siswa MTs Negeri Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo
memperoleh pemahaman mendalam tentang alam sekitar rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan antara lain
dan prospek pengembangan lebih lanjut dapat karena: (1) rendahnya pemahaman siswa dalam menerima
menerapkannya di dalam kehidupan kehidupan sehari-hari. pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga sulit menjawab
Pembelajaran IPA di sekolah seharusnya melibatkan aspek pertanyaan-pertanyaan; (2) belum terjadi suasana aktif
sikap, proses, produk, dan aplikasi, sehingga siswa dapat dalam diskusi, dan (3) kurangnya keterlibatan siswa secara
mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami langsung. Beberapa siswa menjawab pertanyaan dengan
fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, ragu-ragu, keberanian siswa untuk mengajukan pendapat
metode ilmiah, dan meniru kerja ilmuan dalam menemukan dan bertanya juga kurang. Guru juga lebih sering mengajar
fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA saat ini, siswa dengan metode ceramah. Selain itu, kurangnya fasilitas
hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghapalkan laboratorium yang menyebabkan jarang melakukan kegiatan
konsep, teori dan hukum, serta berorientasi pada hafalan. praktikum. Karena jarangnya kegiatan praktikum maka
Akibatnya, sikap, proses, dan aplikasi tidak tersentuh dalam guru hanya mengevaluasi pada aspek kognitif.
pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas Melihat kondisi di atas proses pembelajaran di MTs
tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar Negeri Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo aktivitas
kompetensi dan kompetensi dasar. Pada pembelajaran ini belajarnya masih rendah, sehingga hasil belajar siswa
suasana kelas cenderung teacher-centered, guru hanya rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya

Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
Widodo / Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas 33
Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013

inovasi metode belajar yang dapat meningkatkan aktivitas Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas dan
belajar siswa. Dengan adanya aktivitas yang tinggi hasil belajar siswa.
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah
Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar melakukan penelitian tentang bagaimana upaya
siswa dibutuhkan suatu pembelajaran yang efektif. Salah peningkatkan hasil belajar fisika dengan metode problem
satu caranya yaitu dengan menggunakan metode problem based learning pada siswa kelas VII semester I MTs Negeri
based learning yakni metode pembelajaran yang berbasis Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo Tahun Pelajaran
teori belajar konstruktivistik yang dikenalkan oleh John 2012/2013 pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.
Dewey. Secara umum pembelajaran berdasarkan masalah Tujuan penelitian ini adalah:
terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang 1. Untuk mengetahui apakah metode problem based
otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri kelas VIIA semester I MTs Negeri Donomulyo,
[3]. Nanggulan, Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013
Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan usaha pada pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.
untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Berpikir 2. Untuk mengetahui apakah metode problem based
adalah aktivitas kognitif tingkat tinggi yang melibatkan learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
asimilasi dan akomodasi berbagai pengetahuan dan struktur VIIA semester I MTs Negeri Donomulyo, Nanggulan,
kognitif yang dimiliki siswa untuk memecahkan suatu Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013 pada pokok
masalah [4]. bahasan wujud zat dan perubahannya.
Dalam metode problem based learning, pembelajaran .
fokus pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya II. LANDASAN TEORI
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan a. Problem Based Learning
masalah tetapi juga metode ilmiah dalam memecahkan Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan
masalah tersebut. Tujuannya untuk memperoleh dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah metode
kemampuan dan kecakapan kognitif dalam memecahkan problem based learning. Metode ini mempersiapkan siswa
masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Oleh sebab itu, untuk berpikir kritis dan analitis, untuk mencari serta
siswa tidak hanya memahami konsep yang relevan dengan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai (Amir,
masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga 2010 : 21). Dalam metode problem based learning,
memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan sebelum pelajaran dimulai, siswa diberikan masalah-
keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang
masalah dan menumbuhkan pola berfikir kritis[2]. Dalam memiliki konteks dengan dunia nyata, semakin dekat
hal ini, hampir semua bidang studi dapat menggunakan dengan dunia nyata, maka akan semakin baik pengaruhnya
metode problem based learning. Sehingga guru IPA sangat pada peningkatan kecakapan pada siswa. Dari masalah yang
dianjurkan untuk menggunakan model dan strategi mengajar diberikan ini siswa kemudian bekerjasama dalam kelompok,
yang berorientasi pada cara pemecahan masalah [5]. mencoba memecahkan masalah dengan kemampuan yang
Selain memiliki keunggulan, metode problem based dimiliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi baru
learning juga memiliki kelemahan, antara lain ketika siswa yang relevan. Disini peran guru adalah sebagai fasilitator
merasa bahwa masalah akan sulit untuk dipecahkan maka yang mengarahkan siswa dalam mencari dan menemukan
siswa akan merasa enggan untuk mencoba. Tanpa solusi dan sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan pembelajarannya [7].
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan Proses utama dalam problem based learning terletak
belajar apa yang akan mereka pelajari, serta membutuhkan pada diri siswa. Variabel dari luar hanya intruksi yang
waktu cukup lama untuk persiapan [1]. membantu atau membimbing siswa dalam menyelesaikan
Berdasarkan keunggulan yang dimiliki metode problem masalah. Hasil belajar yang diperoleh sukar dilupakan dan
based learning, maka metode ini dapat dijadikan sebagai dapat dimanfaatkan pada berbagai situasi yang termasuk
salah satu alternatif tindakan untuk meningkatkan aktivitas dalam kategori tertentu. Kemampuan memecahkan masalah
belajar dan hasil belajar siswa. Meskipun metode problem merupakan hasil belajar yang sangat penting dan harus
based learning memiliki kekurangan, tetapi hal tersebut dikuasai oleh siswa disamping hasil belajar pada aspek
hanya berdampak sangat kecil dalam meningkatkan aktivitas kognitif [8].
belajar dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, tindakan Problem based learning dikembangkan untuk membantu
yang diberikan pada kelas yang akan ditingkatkan aktivitas siswa mengembangkan kemampuan berpikir, mengatasi
belajar dan hasil belajarnya adalah berupa penerapan metode masalah, keterampilan penyelidikan, kemampuan
problem based learning. mempelajari peran sebagai orang dewasa melalui
Penelitian yang dilakukan oleh [6] yang berjudul keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi,
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui dan menjadi pembelajar yang mandiri dan independen [44.
Model Pembelajaran Problem Based Learning” pada mata Problem based learning lebih dari sekedar lingkungan
pelajaran kewirausahaan menyimpulkan bahwa Model yang efektif untuk pengetahuan tertentu. Pengetahuan riil
bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau

Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
Widodo / Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas
Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013
34

ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi pengetahuan bukanlah meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar pada pokok
seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswa, bahasan wujud zat dan perubahannya.
tetapi harus merekonstruksi pengetahuan itu kemudian Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes
memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam dan observasi. Tes merupakan instrumen pengumpulan data
pemeblajaran ini siswa harus dilatih untuk memecahkan untuk mengukur pengetahuan siswa pada aspek kognitif
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan mengenai mata pelajaran fisika. Dalam penelitian ini
bergulat dengan ide-ide dan kemudian mampu instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk
merekonstruksinya [9]. pretest dan posttest (soal pretest sama dengan soal posttest).
Dari beberapa metode mengajar yang ada, metode Tes tertulis dinyatakan dalam bentuk soal pilihan ganda
problem based learning lebih banyak memiliki keunggulan, dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d dengan skor benar
baik dari segi sifat materi, tujuan, serta kemampuan yang bernilai 1 dan salah bernilai 0.
dapat dimiliki siswa [5]. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
b. Hasil belajar cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung
Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah pola- dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap- akan diteliti. Observasi dalam penelitian ini ditujukan untuk
sikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya Supratiknya menilai kinerja siswa dan tingkat aktivitas siswa selama
(2012 : 5) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi proses pembelajaran berlangsung dengan metode problem
objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru based learning. Observasi pada siswa dilakukan untuk
yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses mengamati aktivitas belajar siswa, aspek afektif, dan aspek
belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Dalam psikomotor yang digunakan untuk memperoleh data kinerja
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Format dari
mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang penilaian ini berupa rating scale yang dibuat dalam bentuk
secara garis besar yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan checklist. Jadi dalam pengisian penilaian kinerja siswa,
aspek psikomotor. observer hanya memberikan tanda checklist (√) pada
c. Aktivitas belajar kolom yang sesuai selama proses pembelajaran berlangsung.
Berbuat untuk merubah tingkah laku melalui perbuatan Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif
adalah prinsip belajar. Ada atau tidaknya belajar yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian serta
dicerminkan dari ada atau tidaknya aktivitas. Tanpa ada pembahasan berdasarkan hasil penelitian.
aktivitas, belajar tidak mungkin terjadi. Sehingga dalam Data nilai tes (pretest dan posttest) digunakan untuk
interaksi belajar-mengajar aktivitas merupakan prinsip yang mengukur hasil belajar dari aspek kognitif, maka dilakukan
penting [9]. analisis terhadap butir soal [3] dengan rumus :
Penggunaan metode, pendekatan belajar mengajar dan T
orientasi belajar menyebabkan aktivitas belajar setiap siswa KB = × 100%
Tt
berbeda-beda. Ketidaksamaan aktivitas belajar siswa
melahirkan kadar aktivitas belajar yang bergerak dari (1)
aktivitas belajar yang rendah sampai aktivitas belajar yang Keterangan:
tinggi [11]. KB = ketuntasan belajar
T = jumlah skor yang diperoleh siswa
III. METODE PENELITIAN Tt = jumlah skor total
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas Rumus untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, aspek
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas afektif dan aspek psikomotor sebagai berikut [14]:
adalah penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan R
kolaboratif dan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki
NP = × 100
SM
mutu praktek pembelajaran di kelas [12].
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan, (2)
yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, Keterangan:
dan (4) refleksi. Setelah melakukan tindakan refleksi yang NP= nilai persen yang diharapkan
mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil R = skor mentah yang diperoleh siswa
pengamatan proses dan hasil tindakan yang dilakukan,
SM= kor maksimal tes
biasanya timbul permasalahan atau pemikiran yang perlu
Dengan kriteria:
mendapat perbaikan, sehingga perlu dilakukan perencanaan
86% - 100%= sangat baik
ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta refleksi
ulang. Tahap-tahap kegiatan ini terus berlangsung sampai 76% 85% = baik
suatu permasalahan dianggap selesai [13]. 60% 75% = cukup
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA yang MTs 55% 59% = kurang
Negeri Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo semester 1 ≤ 54% = sangat kurang
tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah metode problem based learning untuk

Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
Widodo / Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas 35
Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PUSTAKA


Hasil penelitian dari siklus I, II, dan III menunjukkan Artikel jurnal:
adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar [6] Fadly, Aditiya. 2012. “Peningkatan Aktivitas dan Hasil
baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Problem
dapat dilihat pada tabel 1. Based Learning (PBL)”. Jurnal. http://fe.um.ac.id/wp-
content/uploads/2012/08/JURNAL1 .pdf. diunduh 27
Tabel 1. Persentase pada setiap aspek yang dinilai Desember, 2012.pp 1-1
________________________________________________ Buku:
Aspek yang dinilai Silus 1 Siklus 2 Siklus 3 [1] Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran
Aktivitas belajar 70,36 % 81,42 % Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta :
94,47 % Kencana Prenada Media Group.
Aspek afektif 78,99 % 88,41 % [2] Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta :
97,10 % Bumi Aksara.
Aspek psikomotor 74,25 % 85,40 % 92,93 % [3] Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran
Aspek kognitif 73,91% 86,96 % Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media
91,30 % Group.
[4] Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning : Teori
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada siklus I ketuntasan dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
belajar klasikal posttest belum tercapai yaitu ≤ 85%, siklus [5] Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan
II dan siklus III sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
klasikal pretest dan posttest yaitu ≥85%. [7] Amir, M.Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui
Meningkatnya aktivitas belajar siswa juga diiringi Problem Based Learning. Jakarta : Kencana Prenada
peningkatan hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif Media Group.
maupun psikomotor sehingga tak perlu dilanjutkan ke siklus [8] Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses
berikutnya. Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
[9] Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar
V. KESIMPULAN Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Berdasarkan hasil penelitian di MTs Negeri Donomulyo, [10] Supratiknya, A. 2012. Penialian Hasil Belajar
Nanggulan, Kulon Progo dapat disimpulkan sebagai berikut: dengan Teknik Nontes. Yogyakarta : Universitas
(a) Metode problem based learning dapat meningkatkan Sanata Darma.
aktivitas belajar siswa kelas VIIA di MTs Donomulyo, [11] Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik
Nanggulan, Kulon Progo pada pokok bahasan wujud zat dan dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
perubahannya. (b) Metode problem based learning dapat [12] Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2008.
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA di MTs Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo pada pokok bahasan [13] Muslich, Masnur. 2010. Melaksanakan PTK Itu Mudah.
wujud zat dan perubahannya. Jakarta : Bumi Aksara.
[14] Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik
UCAPAN TERIMA KASIH Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Rosdakarya.
Universitas Ahmad Dahlan yang telah membiayai penulisan
artikel dan keikutsertaan dalam forum seminar ini.

Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
HAKIKAT BELAJAR DAN BERMAIN MENYENANGKAN

BAGI PESERTA DIDIK

Zulvia Trinova
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang
e-mail: zulvia.trinova12@gmail.com

Abstract: Learning is a process of knowledge development, skill, and attitude through intensive interaction with
learning resources. Learning by playing to the the children provide a chance to manipulate, reiterate, explore,
practice, take many concepts. Learning by fun is a process of learning in fun and meaningful situation that can
attract students’ interest to be involve actively, so that learning purpose can be achieve maximally.

Abstrak: Belajar adalah sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi
dengan melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar. Belajar bagi anak yang dilaksanakan
dengan cara bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang,
bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep. Pembelajaran menyenangkan
adalah suatu proses pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan yang
dapat menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
maksimal.

Kata Kunci: Belajar, bermain menyenangkan, peserta didik

PENDAHULUAN informasi. Sementara Achjar Chalil mendefini-


Belajar merupakan kegiatan yang di- sikan pembelajaran sebagai proses interaksi
lakukan oleh seseorang agar memiliki kompe- peserta didik dengan pendidik dan sumber
tensi berupa keterampilan dan pengetahuan belajar pada suatu lingkungan belajar.
yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang Sedangkan menurut Arief. S Sadiman pembela-
sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya jaran adalah proses penyampaian pesan dari
pencarian makna yang dilakukan oleh individu. sumber pesan ke penerima pesan melalui
Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk saluran atau media tertentu (Arief S. Sadiman,
meningkatkan kemampuan atau kompetensi dkk., 1990, 11). Dari ketiga definisi tersebut
profesional. Belajar pada usia anak lebih efektif dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran
dilakukan dengan cara bermain. memuat tiga unsur penting yaitu:
Bermain adalah suatu kegiatan yang 1. Proses yang direncanakan guru,
serius tetapi mengasyikkan. Melalui aktivitas 2. Sumber belajar,
bermain, berbagai pekerjaannya terwujud. 3. Siswa yang belajar.
Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri Dalam konteks pembelajaran menye-
oleh anak, karena menyenangkan bukan karena nangkan, siswa lebih diarahkan untuk memiliki
akan memperoleh hadiah atau pujian. Melalui motivasi tinggi dalam belajar dengan mencip-
bermain dan berbagai permainan yang menye- takan situasi yang menyenangkan dan
nangkan, peserta didik dapat mengembangkan mengembirakan. Seperti halnya di dalam
semua potensinya secara optimal, baik potensi Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
fisik maupun mental intelektual dan spritual Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah No.19
dalam sebuah pembelajaran. tentang standar pendidikan nasional. Undang-
Pembelajaran merupakan suatu proses undang No. 20 pasal 40 ayat 2 berbunyi “guru
transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai dan tenaga kependidikan berkewajiban
pemberi informasi dan siswa sebagai penerima menciptakan suasana pendidikan yang

209
Trinova, Hakikat Belajar dan Bermain Menyenangkan bagi Peserta Didik. | 210

bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan Belajar pada hakikatnya adalah proses
dialogis”. Sementara Peraturan Pemerintah interaksi terhadap semua situasi yang ada di
No.19 pasal 19 ayat 1 berbunyi “proses sekitar individu. Belajar dapat dipandang
pembelajaran pada satuan pendidikan diseleng- sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan
garakan secara interaktif, inspiratif, menye- dan proses berbuat melalui berbagai
nangkan, menantang, memotivasi siswa untuk pengalaman. Belajar juga merupakan proses
berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak melihat, mengamati, dan memahami sesuatu
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan (Sudjana dalam Rusman, 2010: 1). Artinya,
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan seluruh aktivitas anak memperhatikan sesuatu
perkembangan fisik, serta psikologi siswa”. merupakan proses belajar.
Pembelajaran menyenangkan merupa- Tujuan belajar adalah memperoleh
kan suasana belajar mengajar yang dapat dengan suatu cara yang dapat melahirkan suatu
memusatkan perhatiannya secara penuh saat kemampuan intelektual, merangsang keingin-
belajar sehingga curah waktu perhatiannya (time tahuan, dan memotivasi peserta didik. Oleh
on task) tinggi. Pembelajaran menyenangkan karena itu, kegiatan pembelajaran yang berkua-
dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dapat litas dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya,
menarik perhatian siswa dengan berbagai metode yang digunakan (Sutrisno, 2011: 39).
metode yang diterapkan, sehingga saat pembela- Untuk mendukung hal ini guru berperan sebagai
jaran berlangsung siswa tidak merasa bosan. fasilitator yang harus mampu merencanakan
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sedemikian rupa sehingga seluruh potensi
pembelajaran menyenangkan adalah suatu peserta didik terpenuhi. Dengan demikian,
proses pembelajaran yang berlangsung dalam indikator belajar adanya perubahan pada
suasana yang menyenangkan dan mengesankan. pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang
Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan yang dapat dilihat dari proses melihat,
berkesan akan menarik minat peserta didik mengamati, dan memahami sesuatu.
untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan Kegiatan yang dilaksanakan anak
pembelajaran dapat dicapai maksimal. dalam bentuk belajar selalu berwujud bermain,
hal ini disebabkan karena bermain memang
KONSEP BELAJAR DAN BERMAIN merupakan jiwa anak itu sendiri. Bermain
Belajar dipandang sebagai proses alami adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-
yang dapat membawa perubahan pada ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan
pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang. bagi diri seseorang. Bermain juga merupakan
Belajar dikatakan sebagai sebuah proses sarana sosialisasi yang dapat memberi anak
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan,
sikap yang terjadi manakala seseorang melaku- mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan
kan interaksi secara intensif dengan sumber- belajar secara menyenangkan.
sumber belajar. Bermain dijadikan sebagai salah satu
Belajar dapat dikatakan sebagai proses alat utama yang menjadi latihan untuk
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengeta- pertumbuhannya. Bermain dikatakan medium
huan) yang sudah dipahami dengan sesuatu karena anak mencobakannya dan tidak hanya di
yang baru. Dimensi belajar memuat beberapa dalam fantasinya, tetapi nyata aktivitas yang
unsur: penciptaan hubungan, suatu pengetahuan dilakukan anak (Conny R. Semiawan, 2008: 20).
yang sudah dipahami, dan sesuatu pengetahuan Bermain diartikan sebagai kegiatan yang
yang baru. (Anthoni Robbins dalam Trianto, dilakukan demi kesenangan dan tanpa
2010: 15). Dengan demikian, makna belajar mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan
bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar tersebut dilakukan secara sukarela tanpa
belum diketahui (nol), tetapi merupakan paksaan atau tekanan dari pihak luar (Hurlock
keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 2). Bagi
ada dengan pengetahuan yang baru. anak, bermain adalah aktivitas yang dilakukan
karena ingin, bukan karena harus memenuhi
211 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012, hlm. 209-215

tujuan atau keinginan orang lain. Bermain kognitif adalah mannfaat mainan untuk
diartikan sebagai suatu kegiatan atau tingkah perkembangan kecerdasan anak. Biasanya, ini
laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berhubungan dengan kemampuan imajinasi,
berkelompok dengan menggunakan alat atau pembentukan nalar, logika, maupun pengeta-
untuk mencapai tujuan tertentu (Soegeng huan-pengetahuan sistematis.
Santoso dalam Rani Yulianti, 2012: 7). Dengan Bermain memiliki ciri-ciri yang khas
bermain anak-anak akan berusaha untuk yang membedakannya dari kegiatan lain.
memiliki keinginan dan mencapai keinginannya. Kegiatan bermain pada anak-anak memiliki
Melalui bermain, semua aspek perkembangan cirri-ciri sebagai berikut:
anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara a. Bermain selalu menyenangkan (pleasu-
bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi rable), menikmatkan atau menggem-birakan
untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui (enjoyable).
dan menemukan hal-hal baru. b. Bermain tidak bertujuan ekstrinsik, motivasi
Bermain juga dikatakan suatu kegiatan bermain adalah intrinsik dari diri anak.
yang dilakukan dengan atau tanpa memper- c. Bermain bersifat spontan dan sukarela,
gunakan alat yang menghasilkan pengertian atau bukan karena terpaksa.
memberikan informasi, memberikan kesena- d. Bermain melibatkan peran aktif semua
ngan maupun mengembangkan imajinasi yang peserta sesuai peran dan gilirannya masing-
lebih mendominan pada belahan otak kiri anak masing.
usia dini (Anggani Sudono, 2000:5). Jika e. Bermain bersifat fleksibel, anak dapat
pengertian bermain dipahami dan sangat dengan bebas memilih dan beralih ke
dikuasai oleh guru, maka kemampuan itu akan kegiatan bermain apa saja yang mereka
berdampak positif dari cara guru dalam inginkan. Adakalanya anak berpindah-
membantu proses belajar anak. Pada saat pindah dari satu kegiatan bermain ke
bermain, guru perlu mengetahui saat yang tepat kegiatan bermain lainnya yang tidak terlalu
untuk melakukan dan menghentikan intervensi, lama (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 6 – 8).
karena jika tidak memahami secara benar dan Berdasarkan uraian di atas, maka
tepat, hal ini akan membuat anak frustrasi. secara umum ciri kegiatan bermain adalah
Setiap anak senang bermain dan setiap menyenangkan, memiliki motivasi intrinsik,
anak akan sangat menikmati permainan yang ia spontan/sukarela, ada peran aktif pemain, aktif,
pilih, tanpa terkecuali. Melalui bermain anak dan fleksibel. Dengan demikian, guru tidak
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. dapat terlalu banyak ikut campur karena itu
Dapat dikatakan bahwa walaupun bermain akan merusak hakikatnya bermain.
bukan merupakan suatu pekerjaan, tapi bagi Bermain mempunyai nilai dan ciri yang
anak bermain merupakan sesuatu yang serius penting dalam kemajuan perkembangan
baginya. kehidupan sehari-hari seorang anak, yaitu:
Ada 5 (lima) manfaat nyata dari a. Arti bermain bagi anak karena bermain
bermain, yaitu manfaat motorik, afektif, kognitif, mengandung resiko, walaupun permainan
spiritual, dan keseimbangan. Manfaat motorik dalam bentuk sederhana.
adalah manfaat yang berhubungan dengan nilai- b. Unsur lain bermain adalah pengulangan,
nilai positif mainan yang terjadi pada anak dapat memperoleh kesempatan untuk
fisik/jasmaniah anak. Biasanya hal ini mewujudkan kegiatan bermainnya dalam
berhubungan dengan unsur-unsur kesehatan, nuansa yang berbeda sehinggsa keteram-
keterampilan, ketangkasan, maupun kemmpuan pilannya meningkat.
fisik tertentu. Manfaat afeksi yaitu manfaat c. Melalui bermain anak secara aman dapat
mainan yang berhubungan dengan perkem- menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum
bangan psikologis anak. Unsur-unsur yang dan ditegur (Conny R. Semiawan, 2008: 20).
mencakup dalam kelompok ini, antara lain Berdasarkan kutipan di atas, bermain
naluri/insting, perasaan, emosi, sifat/karakter/ merupakan kebutuhan mendasar bagi anak
watak, maupun kepribadian seseorang. Manfaat sehingga perlu usaha guru untuk mewujudkan
Trinova, Hakikat Belajar dan Bermain Menyenangkan bagi Peserta Didik. | 212

kegiatan itu sehingga meningkatkan kreativitas belajar karena mereka tahu apa makna dan
dan mengembangkan potensi mereka secara gunanya belajar, karena belajar sesuai dengan
optimal. minat dan hobinya (meaningful learning) karena
Belajar bagi anak yang dilaksanakan mereka dapat memadukan konsep pembelajaran
dengan cara bermain memberikan kesempatan yang sedang dipelajarinya dengan kehidupan
kepada anak untuk memanipulasi, mengulang- sehari-hari, bahkan dengan berbagai topik yang
ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, sedang “in” berkembang di dalam masyarakat
mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam- (http://anwarholil.blogspot.com/ 2009/01/joyful-
macam konsep serta pengertian yang tidak learning-sebagai-landasan. html).
terhitung banyaknya, karena kegiatan belajar Pembelajaran yang menyenangkan me-
dan bermain yang dilaksanakan sangat rupakan salah satu model dalam pembela-jaran
menyenangkan mereka. yang mendukung pengembangan berpikir
kreatif dan menciptakan suasana belajar yang
PEMBELAJARAN MENYENANGKAN menyenangkan. Dengan adanya model-model
Menurut Iif Khoiru Ahmadi (2011: 31), pembelajaran yang dapat menyenangkan dan
menyenangkan berarti sifat terpesona dengan menarik perhatian anak, diharapkan anak
keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatannya merasa senang dan bahagia (enjoy) dalam
sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam mengikuti aktivitas. Lebih jauh lagi, anak dapat
belajar sampai lupa waktu, penuh percaya diri, mengembangkan kreativitasnya dalam mengem-
dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau bangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku
hal yang lebih berat lagi. yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
Pembelajaran menyenangkan adalah sekitarnya. Dengan demikian, pembelajaran
suatu proses pembelajaran yang berlangsung yang diberikan guru dapat mencapai sasaran
dalam suasana yang menyenangkan dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
mengesankan. Suasana pembelajaran yang Dave Meier dalam Indrawati, dkk.
menyenangkan dan berkesan akan menarik (2009: 16) memberikan pengertian menye-
minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, nangkan sebagai suasana belajar dalam keadaan
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai gembira. Dapat diartikan bahwa suasana
maksimal. Di samping itu, pembelajaran yang gembira di sini bukan berarti suasana ribut,
menyenangkan dan berkesan akan menjadi hura-hura, kesenangan yang sembrono dan
hadiah, reward bagi peserta didik yang pada kemeriahan yang dangkal.
gilirannya akan mendorong motivasinya Rose and Nocholl dalam Jamal Ma’mur
semakin aktif dan berprestasi pada kegiatan Asmani (2011b: 84–85) mengatakan bahwa ciri-
belajar berikutnya (Ismail, 2008: 47). ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah:
Menurut Rusman (2010: 326), a. Menciptakan lingkungan tanpa stress
pembelajaran menyenangkan (joyful instruction) (rileks).
merupakan suatu proses pembelajaran yang di b. Materi yang diberikan relevan tingkat
dalamnya terdapat hubungan yang kuat antara perkembangan anak
guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa c. Belajar secara emosional, seperti adanya
atau tertekan. Dengan kata lain, pembelajaran humor dan dukungan semangat.
menyenangkan memiliki pola hubungan yang d. Melibatkan semua indera dan otak kiri
baik antara guru dan anak. (analitis) maupun kanan (sosial).
Pembelajaran yang menyenangkan atau e. Menantang peserta didik dan mengekspresi-
juga diistilahkan dengan joyful learning kan apa yang sedang dipelajari.
merupakan strategi, konsep dan praktik
pembelajaran yang sinergi dengan pembelajaran Pendapat di atas hampir sama dengan
bermakna, pembelajaran kontekstual, teori pandangan Mohammad Jauhar (2011: 164),
konstruktivisme, pembelajaran aktif (active yang menyatakan bahwa ciri pokok pembe-
learning) dan psikologi perkembangan anak. lajaran yang menyenangkan, ialah: adanya
Anak akan bersemangat dan gembira dalam lingkungan yang tidak membuat tegang, aman,
213 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012, hlm. 209-215

menarik, tidak membuat ragu anak untuk e. Tidak bersemangat


melakukan sesuatu, menggunakan semua indera, f. Malas/tidak berminat
dan terlihat anak antusias dalam beraktivitas. g. Jenuh/bosan
Akibatnya, dalam pembelajaran yang h. Suasana pembelajaran monoton
menyenangkan guru tidak membuat anak takut i. Tidak menarik
salah dan dihukum, takut ditertawakan teman-
teman, takut dianggap sepele oleh guru atau Menurut Syaiful Sagala (2009: 176),
teman. Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran dapat
menyenangkan dapat membuat anak berani dilihat dari: (a) tidak tertekan, (b) bebas
bertanya, mencoba/berbuat, mengemukakan berpendapat, (c) tidak mengantuk, (d) bebas
pendapat/ gagasan, dan berani mempertanyakan mencari obyek, (e) tidak jemu, (f) banyak ide, (g)
gagasan orang lain. santai tapi serius, (h) dapat berkomunikasi
Pendapat hampir sama dari Adam dengan orang lain, (i) tidak merasa canggung, (j)
Dikorda dalam http://luwuutara.go.id indikator belajar di alam bebas, dan (k) tidak takut. Jika
pembelajaran yang menyenangkan adalah siswa anak melakukan suatu aktivitas dengan melihat
berani mencoba, berani melakukan sesuatu, beberapa hal di atas berarti anak berada dalam
berani bertanya, berani mengemukakan kondisi yang menyenangkan.
pendapat, berani mempertanyakan ide siswa lain, Pembelajaran yang menyenangkan
memberikan perhatian yang sangat besar dapat memberikan tantangan kepada anak untuk
terhadap tugas yang diberikan guru, senang berpikir, mencoba belajar lebih lanjut, penuh
belajar serta hasil belajar siswa meningkat. dengan percaya diri dan mandiri untuk
Sedangkan ditinjau dari segi guru antara lain mengembangkan potensi diri optimal. Dengan
guru tidak membuat siswa takut salah, tidak demikian, diharapkan kelak anak menjadi
membuat siswa ditertawakan teman lain, tidak manusia yang berkarakter penuh percaya diri,
membuat siswa dianggap sepele, serta dapat menjadi dirinya sendiri.
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan berbagai teori di atas,
maka indikator pembelajaran menyenangkan
Indrawati, dkk. (2009: 16) menyatakan adalah:
ciri-ciri suasana belajar yang menyenangkan a. Perhatian penuh/tercurah/terfokus, konsen-
adalah: trasi tinggi, antusias, serius, semangat,
a. Rileks menarik minat, lupa waktu.
b. Bebas dari tekanan b. Berani mencoba/melakukan sesuatu,
c. Aman mempertanyakan sesuatu, tidak merasa takut
d. Menarik melakukan sesuatu, bebas mencari obyek.
e. Bangkitnya minat belajar c. Ekspresi wajah membahagiakan, bernyanyi,
f. Adanya keterlibatan penuh bertepuk tangan, senang, ceria/gembira,
g. Perhatian peserta didik tercurah terlibat dengan asyik.
h. Lingkungan belajar yang menarik (misalnya,
keadaan kelas terang, pengaturan tempat Dalam rangka menciptakan pembela-
duduk leluasa untuk peserta didik bergerak) jaran yang menyenangkan, beberapa hal yang
i. Bersemangat harus dilakukan oleh guru antara lain:
j. Perasaan gembira a. Menyapa siswa dengan ramah dan
k. Konsentrasi tinggi bersemangat
Menciptakan awal yang berkesan
Selanjutnya ciri suasana belajar yang adalah penting karena akan mempengaruhi
tidak menyenangkan adalah: proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik,
a. Tertekan dan memikat, maka proses pembelajaran akan
b. Perasaan terancam lebih hidup dan menggairahkan. Oleh karena itu
c. Perasaan menakutkan selalu awali kegiatan pembelajaran dengan
d. Merasa tidak berdaya memberikan sapaan hangat kepada peserta didik.
Trinova, Hakikat Belajar dan Bermain Menyenangkan bagi Peserta Didik. | 214

Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah bungan dengan buku-buku yang merupakan
memantulkan energi positif yang dapat salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan
mempengaruhi semangat peserta didik. pula dengan interaksi anak dengan
b. Menciptakan suasana rileks lingkungannya, yaitu pengalaman. Hal yang
Ciptakanlah lingkungan yang releks, penting dalam belajar adalah perubahan peri-
yaitu dengan menciptakan lingkungan yang laku, dan itu menjadi target dari belajar.
nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat Guru dapat menerapkan belajar dan
duduk secara berkala sesuai keinginan peserta bermain menyenangkan sebagai pondasi awal
didik. Selain itu, ciptakanlah suasana kelas dalam meningkatkan kualitas tumbuhkembang
dimana peserta didik tidak takut melakukan peserta didik. Anak dapat mengekspresikan diri
kesalahan. dalam menjalani seluruh aktivitas, tanpa adanya
c. Memotivasi siswa paksaan, pengendalian dari para pendidik yang
Motivasi adalah sebuah konsep utama berada di sekitarnya, namun tetap mewujudkan
dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi ini prinsip belajar dan bermain menyenangkan
sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, hingga potensi yang ada pada dirinya berkem-
kecemasan, dan umpan balik/penguatan. bang optimal.
Adanya dorongan dalam diri individu untuk Guru dapat menciptakan suasana pem-
belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara belajaran sedemikian rupa yang mengaktifkan
langsung, tetapi bisa saja karena rangsangan dan menyenangkan anak yang dapat membuat
dari luar, misalnya berupa stimulus model peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan,
pembelajaran yang menarik memungkinkan kreatif, mencurahkan perhatian/konsentrasi pe-
respon yang baik dari diri peserta didik yang nuh dalam suasana pembelajaran yang menim-
akan belajar. Respon yang baik tersebut, akan bulkan kenyamanan bagi anak sehingga proses
berubah menjadi sebuah motivasi yang tumbuh pembelajaran dapat dicapai secara optimal
dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong seiring dengan perkembangan potensi dalam diri
untuk mengikuti proses pembelajaran dengan peserta didik tersebut.
penuh perhatian dan antusias (http://sumsel.
kemenag.go.id)
Para guru dapat menyadari bahwa DAFTAR RUJUKAN
pembelajaran dengan bermain dan menye-
nangkan dapat meningkatkan keberhasilan Adam Dikorda. 2009. http://luwuutara.go.id
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, Strategi Pembelajaran Menyenangkan
guru hendaknya dapat menciptakan suasana Siswa. Diakses pada tanggal 30 Januari
yang menyenangkan dalam setiap proses 2012
pembelajaran. Beberapa cara yang dapat dipakai Anggani Sudono. 2000. Sumber Belajar dan
guru untuk menciptakan pembelajaran melalui Alat Permainan untuk PAUD. Jakarta:
yang menyenangkan antara lain dengan Grasindo
menggunakan metode yang bervariasi, mencip- Arief S. Sadiman, dkk. 1990. Media Pendidikan:
takan suasana yang rileks, memotivasi peserta Pengertian, Pengem-bangan, dan
didik, dan menyapa peserta dengan hangat dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV.
antusias. Dalam konteks pembelajaran Rajawali
menyenangkan guru dituntut tidak hanya Conny R. Semiawan. 2008. Belajar dan
memerankan diri sebagai pengajar atau pendidik, Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah
tetapi juga sebagai fasilitator dan motivator bagi Dasar. Jakarta: Indeks
peserta didik. http://pakguruonline.pendidikan.net diakses
tanggal 15 Desember 2011
SIMPULAN http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/joyful-
Belajar adalah suatu proses perubahan learning-sebagai-landasan.html diakses
perilaku yang bersifat menetap melalui serang- pada tanggal 19 Januari 2011
kaian pengalaman. Belajar tidak sekadar berhu-
215 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012, hlm. 209-215

http://sumsel.kemenag.go.id. diakses pada


tanggal 2 Desember 2012
Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri. 2011.
Paikem Gembrot. Mengembangkan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran
Efektif, Menyenangkan, Gembira Mengembangkan Profesionalisme
Berbobot. Jakarta: Prestasi Pustaka Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Indrawati, dkk. 2009. Pembelajaran Aktif, Sutrisno. 2011. Pengantar Pembelajaran
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Inovatif Berbasis Teknologi Informasi
untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA & Komunikasi. Jakarta: GP Press
Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional
Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: Guru dan Tenaga Kependidikan.
Rasail Bandung: Alfabeta
Jamal Ma’mur Asmani. 2011b. 7 Tips Aplikasi Tadkiroatun Musfiroh. 2005. Bermain sambil
PAKEM. Jogjakarta: Diva Press Belajar dan Mengasah Kecerdasan.
Mohammad Jauhar. 2011. Implementasi Jakarta: Depdiknas
PAIKEM dari Behavioristik sampai Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana
Pustaka Raya Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Peraturan Pemerintah No.19 tentang Standar Sisdiknas
Pendidikan Nasional
Rani Yulianti. 2012. Permainan yang
Meningkatkan Kecerdasan Anak.
Jakarta: Laskar Aksara
Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode,
Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran
oleh: Akhmad Sudrajat

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)
pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah
tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat
unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat
yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak
titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil


perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling
efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik
pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.
R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-
discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan


berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of
operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”
(Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;
(2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)
brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan
demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki
sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang
sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan
dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru
yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga
seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1)
model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)
model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran
tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai
kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah
modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan
unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah
yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru
atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-
kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat
sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan
teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat
secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas,
sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan
muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin
memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
SPEKTRUM
Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
STRATEGI PEMBELAJARAN INSTRUKTUR Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
MENURUT WARGA BELAJAR PADA Sumatera Barat, Indonesia

PELATIHAN MENYULAM Volume 1, Nomor 1, Maret 2018


DOI: 10.24036/spektrumpls.v1i1.9001

Aldi Saputra1,2, Syafruddin Wahid1, Ismaniar1


1
Universitas Negeri Padang
2
E-mail: aldi27011994@gmail.com

ABSTRACT
The background of this research is the success of learning process of embrioder at HP3 Padang Pariaman. The
purpose of this research is to describe instructor's learning strategy, that is: (1) teaching stage, (2) teaching
approach, (3) teaching principle. This type of research is descriptive quantitative. The populations of the study
consist of thirty-five peoples. The technique in this research is random sampling method. The number of
samples in this study were twenty-five participants. Techniques of data collection are questionnaires, while
questions is used as data collection tool. The results showed that the instructor's learning strategy according
to the study population is interesting, it can be seen from the aspect: (1) teaching stage, (2) teaching approach,
(3) teaching principle. Suggestions for learning strategy of these three aspects can be maintained and further
enhanced by training Instructor.

Keywords: Learning Strategy; Embroider Training.

PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembangunan yang mengacu pada pencapaian tujuan pembangunan nasional
perlu dilaksanakan melalui berbagai usaha, yaitu usaha yang terencana dan terpadu di segala bidang
untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, baik sejahtera dari segi material maupun dari segi
nonmaterial. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan
salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat yang
adil dan makmur. Pencapaian cita-cita tersebut dilaksanakan secara sistematis dan terpadu dalam
bentuk operasional penyelenggaraan pemerintahan, selaras dengan fenomena dan dinamika yang
terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian
upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat yang
sejahtera lahir dan batin.
D. Sudjana (2010), menyatakan “Pendidikan luar sekolah, sebagai bagian dari pendidikan
nasional yang program-programnya berkaitan dengan berbagai sektor pembangunan, adalah wajar
untuk memantapkan tugas pokoknya agar berorientasi pada perubahan masyarakat yang mungkin
terjadi di masa depan”. Pendidikan nonformal (PNF) sebagai cakupan pendidikan luar sekolah
merupakan kata kunci yang tepat dalam memberdayakan masyarakat. Salah satu unsur untuk
memberdayakan masyarakat adalah swadaya masyrakat. Satuan pendidikan nonformal berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat Indonesia dalam
rangka mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nonformal mempunyai fungsi utama untuk membina
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan masyarakat, lembaga, dan keluarga.
Satuan pendidikan nonformal salah satunya adalah kursus atau disebut dengan program
pelatihan. Kegiatan ini umumnya diselenggarakan oleh lembaga kemasyarakatan, yang berkembang
pesat dalam jumlah lembaga penyelenggaraan, maupun jenis-jenis program yang mampu merespon
dan mengorganisir kebutuhan masyarakat. Coombs dan Ahmed mengelompokkan program-program
pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan ke dalam
empat kategori yaitu (1) pendekatan pendidikan perluasan, (2) pendekatan latihan, (3) pendekatan
pengembangan swadaya masyarakat, (4) pendekatan pembangunan terpadu (D. Sudjana, 2001).
Satuan pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Pendidikan nonformal mempunyai fungsi utama untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber
10 Jurnal Spektrum PLS 1(1)

daya manusia di lingkungan masyarakat, lembaga, dan keluarga. Satuan pendidikan nonformal salah
satunya adalah kursus atau disebut dengan program pelatihan. Kegiatan ini umumnya diselenggarakan
oleh lembaga kemasyarakatan, yang berkembang pesat dalam jumlah lembaga penyelenggaraan,
maupun jenis-jenis program yang mampu merespon dan mengorganisir kebutuhan masyarakat.
Perkumpulan Home Industri, Pedagang, Petani, dan Peternakan (HP3) merupakan suatu
lembaga yang dibentuk oleh, untuk, dan dari masyarakat yang mempunyai fungsi sebagai
penyelenggara kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk masyarakat. HP3 Padang Pariaman berdiri
pada tahun 2011, di mana HP3 Padang Pariaman mempunyai beberapa program dan kegiatan yang
ditujukan untuk memberikan keahlian kepada masyarakat. Adapun program-program kegiatan HP3
Padang Pariaman yaitu pelatihan bordir, bordir komputer, fesyen busana, sulaman jarum emas, serta
pelatihan pertanian, peternakan, dan perdagangan.
Perkumpulan HP3 Padang Pariaman memberikan pelayanan bagi masyarakat yaitu salah
satunya program pelatihan menyulam. Program pelatihan menyulam bertujuan untuk memberikan
bekal kepada warga masyarakat yang mengikuti pelatihan yang berupa keahlian menyulam, dan akan
bermanfaat nantinya sebagai usaha industri rumah. Tujuan diselenggarakan program pelatihan
menyulam ialah mengajarkan masyararkat salah satu upaya memecahkan permasalahan dalam
masyarakat yang tidak mempunyai keahlian kusus untuk memenuhi kebutuhan dan membantu
meningkatkan perekonomian keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal, 13 Februari 2017 dengan Ibu Yuslinur,
selaku penyelenggara program pelatihan menyulam, mengatakan “Proses pelatihan berlangsung sangat
baik, warga belajar rajin menghadiri pelatihan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, sehingga
berdampak positif pada pelatihan”. Pernyataan Ibu Yuslinur tersebut sesuai dengan observasi yang
peneliti lakukan pada tanggal 23, 27, dan 28 Januari 2017 pada pelatihan terlihat warga belajar selalu
hadir. Hal tersebut terbukti dengan daftar kehadiran atau absensi peserta di setiap pertemuan, terlihat
pada Tabel 1.

Tabel 1
Absensi Kehadiran Warga Belajar Pelatihan Menyulam di HP3 Padang Pariaman Periode
16 Januari–4 Februari 2017
No Hari / Tanggal JumlahKehadiran Persentase
1 Senin, 16 Januari 2017 35 orang 100%
2 Selasa, 17 Januari 2017 35 orang 100%
3 Rabu, 18 Januari 2017 35 orang 100%
4 Kamis, 19 Januari 2017 35 orang 100%
5 Jumat, 20 Januari 2017 35 orang 100%
6 Sabtu, 21 Januari 2017 35 orang 100%
7 Senin, 23 Januari 2017 35 orang 100%
8 Selasa, 24 Januari 2017 35 orang 100%
9 Rabu, 25 Januari 2017 35 orang 100%
10 Kamis, 26 Januari 2017 35 orang 100%
11 Jumat, 27 Januari 2017 35 orang 100%
12 Sabtu, 28 Januari 2017 35 orang 100%
13 Senin, 30 Januari 2017 35 orang 100%
14 Selasa, 31 Januari 2017 35 orang 100%
15 Rabu, 1 Februari 2017 35 orang 100%
16 Kamis, 2 Februari 2017 35 orang 100%
17 Jumat, 3 Februari 2017 35 orang 100%
Sumber : HP3 Padang Pariaman

Dari Tabel 1 terlihat bahwa tingkat kehadiran warga belajar pelatihan menyulam di HP3
selama bulan Januari sampai Februari mencapai 100%, semua warga belajar selalu hadir dan tidak ada
yang datang terlambat selama mengikui pembelajaran di setiap pertemuan yang diadakan 6 kali dalam
seminggu. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 23, 27, dan 28 Januari 2017
menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan menyulam berlangsung sangat kondusif, pelatihan dimulai
dari pukul 8 pagi sampai dengan 4 sore, tidak terlihat warga belajar yang keluar masuk selama jam
pelajaran. Meskipun jam pelatihan cukup lama peneliti melihat warga belajar sangat antusias dan
semangat pada saat proses pembelajaran, karena 70% warga belajar di antaranya memberikan
pertanyaan dan pendapatnya. Selain itu Ibu Juwita selaku instruktur terlihat begitu energik atau
Aldi Saputra, Syafruddin Wahid, Ismaniar 11

bersemangat memberikan materi dan praktik pada proses pembelajaran pelatihan, dengan penggunaan
strategi dan metode pembelajaran. Setiap warga belajar tidak sungkan bertanya kepada instruktur
apabila belum paham terhadap materi dan praktik yang diajarkan.
Ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, warga belajar mendapat perlakuan
yang sama dalam memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pengelola, maka terlihat setiap peserta
berlomba-lomba menciptakan karya, berpacu mengembangkan kreativitas dan selalu berupaya untuk
lebih inovatif. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil karya yang warga belajar buat selama pelatihan,
yaitu berupa alas meja, sapu tangan, baju kaus, dan baju kebaya dengan motif-motif yang dibuat
menggunakan sulaman jarum emas. Adapun hasil nilai yang warga belajar dapatkan pada ujian
kompetensi setelah pelatihan cukup baik, yaitu terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2
Nilai Ujian Kompetensi Pelatihan Menyulam Periode Januari–Februari 2017
Nilai
No Nama Rata-rata Huruf Keterangan
Tulis Praktek
1 Ana Marlina 88 92 90 A Baik
2 Asnita 90 94 92 A Baik
3 AniNirmala 84 90 87 A Baik
4 CiciPermata S 86 90 88 A Baik
5 DaswitaErlina 92 88 90 A Baik
6 Debi Afrizawati 82 84 83 A Baik
7 Delis Wati 76 80 78 B Cukup
8 DewiMayang S 78 82 80 A Baik
9 EkaYuliawati D 85 88 87 A Baik
10 Elmi 78 86 82 A Baik
11 ElviSagita 76 90 83 A Baik
12 Fajrina Mega Sari 80 86 83 A Baik
13 FeraSusanti 90 88 89 A Baik
14 FitriYuli 82 90 86 A Baik
15 HasnatulKhayri 78 88 83 A Baik
16 HeniWulandari 75 80 78 B Cukup
17 IndresSafitri 80 90 85 A Baik
18 Lifia 86 94 90 A Baik
19 Lindawati 82 90 86 A Baik
20 Maria Putri Y 82 86 84 A Baik
21 MeliaNovita 84 90 87 A Baik
22 Mira Nismata 88 92 90 A Baik
23 NesaAfrina 90 96 93 A Baik
24 NettiYunita 90 86 88 A Baik
25 Nurhaisyah 80 86 83 A Baik
26 PutriMelia 75 82 79 B Cukup
27 Rahmi 78 90 84 A Baik
28 Reni Handayani 88 90 89 A Baik
29 RiaWidya 76 80 78 B Cukup
30 Sri Mulyani 82 94 88 A Baik
31 UmmiQorinna 90 90 90 A Baik
32 Verawati 90 86 88 A Baik
33 WindaElmareza 86 88 87 A Baik
34 YellyAulia 92 88 90 A Baik
35 YuliSartika 92 90 91 A Baik

Dari Tabel 2 disimpulkan bahwa warga belajar telah memperoleh nilai yang sangat baik pada
ujian kompetensi pelatihan menyulam, dan dapat dikatakan pelaksanaan pelatihan cukup berhasil.
Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan pelatihan yaitu
strategi pembelajaran instruktur yang sangat baik.
Srategi pembelajaran berarti usaha pendidik dalam menggunakan beberapa variabel
pengajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat memengaruhi peserta didik
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. N. Sudjana (2014) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
pada dasarnya adalah tindakan nyata dari pendidik melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu,
yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien. Di mana strategi pembelajaran merupakan taktik atau
12 Jurnal Spektrum PLS 1(1)

politik yang digunakan pendidik dalam melaksanakan praktik pengajaran. Di sisi lain Ceray
mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi atau prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik (Sanjaya, 2006).
Dari pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran
sangat diperlukan untuk mempermudah proses pembelajaran dan mampu memengaruhi warga belajar
sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang strategi pembelajaran instruktur menurut warga belajar
pada pelatihan menyulam di Perkumpulan Home Industri, Pedagang, Petani, dan Peternak (HP3)
Kabupaten Padang Pariaman.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan tahapan mengajar instruktur
menurut warga belajar (2) Mendeskripsikan pendekatan mengajar menurut warga belajar, (3)
Mendeskripsikan prinsip mengajar instruktur menurut warga belajar.

METODE
Jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif kuantitatif. Melalui penelitian ini, penulis
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, kejadian, peristiwa yang terjadi di lapangan apa adanya tanpa
melakukan penambahan atau intervensi terhadap sasaran penelitian. Pada penelitian ini variabel yang
akan diteliti yaitu strategi pembelajaran instruktur menurut warga belajar pada pelatihan menyulam di
HP3 Padang Pariaman. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang strategi
pembelajaran, pembelajaran instruktur pada tahapan mengajar, pendekatan mengajar dan prinsip
mengajar pada pelatihan menyulam. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga belajar
pelatihan menyulam yang berjumlah 35 orang. Teknik random sampling di mana sampel diambil
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir sebanyak 70% dari populasi. Dengan demikian sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 25 orang. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah penyebaran kuesioner, sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah
kuesioner atau pertanyaan. Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus persentase.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Tahapan Mengajar Instruktur Menurut Warga Belajar
Data tentang tahapan mengajar instruktur menurut warga belajar 47,67% menyatakan selalu,
menyatakan sering sebanyak 51%, lalu menyatakan kadang-kadang sebanyak 1,33.0% dan
menyatakan tidak pernah sebanyak 0%, pada penggunaan tahapan mengajar secara sistematis oleh
instruktur pelatihan menyulam. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa warga belajar pelatihan
menyulam di HP3 Padang Pariaman lebih banyak menjawab selalu dan sering terhadap strategi
pembelajaran instruktur pada menggunakan tahapan mengajar.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut.

Gambar 1
Strategi Pembelajaran Instruktur Menurut Warga Belajar dalam Tahapan Mengajar

Dari Gambar 1 dijelaskan bahwa, tahapan mengajar instruktur menurut warga belajar pada
pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman dapat diklasifikasikan pada kategori menarik.
Aldi Saputra, Syafruddin Wahid, Ismaniar 13

Pendekatan Mengajar Instruktur Menurut Warga Belajar


Pendekatan mengajar instruktur menurut warga belajar 54.5% menyatakan selalu, menyatakan
sering sebanyak 40.5%, lalu menyatakan kadang-kadang sebanyak 5.0% dan menyatakan tidak pernah
sebanyak 0%, pada penggunaan pendekatan mengajar oleh instruktur pelatihan menyulam. Deskripsi
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan mengajar instruktur menurut warga belajar
terlihat sangat baik, hal ini terbukti dari banyaknya responden yang memilih alternatif jawaban selalu
dan sering.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2
Strategi Pembelajaran Instruktur Menurut Warga Belajar dalam Pendekatan Mengajar

Dari analisis Gambar 2, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran instruktur pada
pendekatan mengajar sangat baik, karena terlihat dari jumlah responden yang memilih alternatif
jawaban selalu 54.5% dan sering 45.5% pada kegiatan pelatihan menyulam. Rangkuman jawaban
yang diterima oleh peneliti menunjuk bahwa pendekatan mengajar instruktur menurut warga belajar
pada pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman tergolong sangat menarik.

Prinsip Mengajar Instruktur Menurut Warga Belajar


Data tentang prinsip mengajar instruktur menurut warga belajar 58.8% menyatakan selalu,
menyatakan sering sebanyak 38.8%, lalu menyatakan kadang-kadang sebanyak 6.4% dan menyatakan
tidak pernah sebanyak 0%, pada penggunaan prinsip mengajar oleh instruktur pelatihan menyulam.
Dari deskripsi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prinsip mengajar instruktur menurut warga
belajar tergolong sangat baik, hal ini terbukti dari banyaknya responden yang memilih alternatif
jawaban selalu dan sering. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3
Strategi Pembelajaran Instruktur Menurut Warga Belajar dalam Prinsip Mengajar

Dari analisis data pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran instruktur
pada prinsip mengajar instruktur sangat baik, karena terlihat dari jumlah responden yang memilih
alternatif jawaban selalu 58.8% dan sering 34.8% pada kegiatan pelatihan menyulam. Rangkuman
jawaban yang diterima oleh peneliti menunjuk bahwa prinsip mengajar instruktur menurut warga
belajar pada pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman termasuk dalam kategori sangat menarik.
14 Jurnal Spektrum PLS 1(1)

Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian tentang strategi pembelajaran instruktur pada pelatihan
menyulam di HP3 Padang Pariaman yang telah dideskripsikan sebelumnya akan dibahas pada bagian
ini tentang aspek strategi pembelajaran instruktur. Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu per satu
dalam pembahasan berikut.

Tahapan Mengajar Instruktur Menurut Warga Belajar


Hasil temuan penelitian dan pengolahan data yang dilihat dari rekapitulasi persentase
sebelumnya, dijelaskan bahwa strategi pembelajaran instruktur pelatihan menyulam pada tahapan
mengajar menurut warga belajar tergolong menarik. Hal ini juga dibuktikan dengan jawaban warga
belajar pelatihan hampir seluruhnya menjawab positif pada butir pernyataan yang telah disediakan
peneliti.
Tahapan mengajar merupakan suatu rangkaian atau tahap-tahap yang perlu dilakukan
instruktur pada setiap pelaksanaan pengajaran. Tahapan mengajar tentunya dapat memengaruhi proses
yang berdampak pada hasil pembelajaran. N. Sudjana (2014) menambahkan bahwa pada strategi
pembelajaran yaitu pada tahapan mengajar hendaknya mencerminkan langkah-langkah secara
sistematik yang artinya bahwa langkah-langkah yang dilakukan instruktur pada waktu mengajar perlu
dilakukan berurutan secara rapi dan logis sehingga mendukung tercapainya tujuan.
Berdasarkan uraian tersebut maka jelaslah bahwa jika instruktur menggunakan tahapan
mengajar dengan baik dan dengan sistematik maka akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
pada pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman. Oleh karena itu, tahapan mengajar sangat penting
pada strategi pembelajaran untuk mencapai prestasi dan hasil yang maksimal bagi warga belajar.

Pendekatan Mengajar Instruktur Menurut Warga Belajar


Hasil temuan penelitian dan pengolahan data yang dilihat dari rekapitulasi persentase
sebelumnya, dijelaskan bahwa strategi pembelajaran instruktur pelatihan menyulam pada pendekatan
mengajar menurut warga belajar tergolong sangat menarik. Hal ini juga dibuktikan dengan jawaban
warga belajar pelatihan hampir seluruhnya menjawab positif pada butir pernyataan yang telah
disediakan peneliti.
Gulo (2008), mengatakan untuk menyelesaikan persoalan pokok dalam memilih strategi
pembelajaran diperlukan suatu pendekatan tertentu. Pendekatan tersebut merupakan titik tolak atau
sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program pembelajaran.
Seorang pendidik yang professional tidak hanya berpikir tentang apa yang akan diajarkan, tetapi juga
tentang siapa yang menerima pelajaran, apa makna belajar bagi peserta didik dan kemampuan apa
yang ada pada peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pendekatan mengajar merupakan
suatu cara yang dilakukan instruktur untuk menciptakan suasana belajar agar tujuan pembelajaran
tercapai dengan optimal. Di sisi lain Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa pendekatan adalah pola
dan cara berpikir atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merupakan gambaran pola
umum perbuatan pendidik dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pendekatan mengajar instruktur yang dinilai baik oleh warga belajar tentunya
dapat menjadikan proses pembelajaran akan menjadi lebih optimal.

Prinsip Mengajar Instruktur Menurut Warga Belajar


Hasil temuan penelitian dan pengolahan data yang dilihat dari rekapitulasi persentase
sebelumnya, dijelaskan bahwa strategi pembelajaran instruktur pelatihan menyulam pada prinsip
mengajar menurut warga belajar tergolong sangat menarik. Hal ini juga dibuktikan dengan jawaban
warga belajar pelatihan hampir seluruhnya menjawab positif pada butir pernyataan yang telah
disediakan peneliti.
N. Sudjana (2014) mengatakan prinsip mengajar merupakan usaha pendidik dalam
menciptakan dan mengondisikan situasi belajar mengajar agar peserta melakukan kegiatan belajar
secara optimal. Prinsip mengajar merupakan suatu nilai tambah yang diperlukan oleh instruktur untuk
meningkatkan keinginan peserta didik agar terus belajar yaitu dengan cara menanamkan motivasi
terhadap warga belajar belajar, memberikan pengarahan untuk meningkatkan aktifitas pembelajaran,
serta sikap yang berkaitan dengan prinsip pembelajaran agar prestasi dan hasil belajarnya baik.
Aldi Saputra, Syafruddin Wahid, Ismaniar 15

Slameto (2010), menjelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar dapat berlangsung secara intensif dan optimal serta memberikan penanaman
prinsip, sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen atau tetap.
Berdasarkan uraian tersebut maka jelaslah bahwa jika instruktur menggunakan prinsip mengajar pada
pelatihan maka akan meningkatkan keinginan dan kemauan warga belajar dalam mengikuti pelatihan.
Oleh karena itu, prinsip mengajar instruktur merupakan bagian penting dalam strategi pembelajaran
agar tujuan untuk terus belajar dan mencapai hasil yang lebih baik selalu tertanam pada diri warga
belajar.
Sejalan dengan penjelasan tersebut, data penelitian yang ditemukan mengenai prinsip
mengajar instruktur menurut warga belajar pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman dalam hal
ini tergolong sangat menarik. Ini artinya strategi pembelajaran pada prinsip mengajar instruktur dapat
memengaruhi proses dan hasil belajar pelatihan menyulam.

KESIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran pada: (1) Tahapan mengajar instruktur menurut warga belajar pada pelatihan menyulam
di HP3 Padang Pariaman, dikategorikan menarik. (2) Pendekatan mengajar instruktur menurut warga
belajar pada pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman, dikategorikan sangat menarik. (3) Prinsip
mengajar instruktur menurut warga belajar pada pelatihan menyulam di HP3 Padang Pariaman,
dikategorikan sangat menarik.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah disimpulkan diatas,
maka peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut: (1) Bagi pengelola program pelatihan
menyulam di HP3 Padang Priaman, diharapkan untuk dapat lebih sukses lagi dalam menjalankan
program pelatihan menyulam pada periode selanjutnya sesuai dengan apa yang diharapkan. (2) Bagi
instruktur sebagai bahan masukan dalam meningkatkan proses pembelajaran pada pelatihan-pelatihan
yang diadakan. (3) Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian, diharapkan pada peneliti untuk
meneliti strategi pembelajaran secara lebih terperinci.

DAFTAR RUJUKAN
Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Predana Media Group.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, D. (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Sudjana, D. (2010). Pendidikan Non Formal. Bandung: Falah Production.
Sudjana, N. (2014). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (13th ed.). Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sudrajat, A. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model
Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …

PENGARUH METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN


TERHADAP PENGUASAAN KONSEP MATEMATIKA
UKTI LUTVAIDAH
uktilutvaidah03@gmail.com
3TU U3 T

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA


Universitas Indraprasta PGRI

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran
dan pendekatan pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika siswa. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Subjek penelitian
sebagai populasi seluruh siswa SMP Negeri di Kota Tegal dengan populasi terjangkau
siswa di SMP Negeri 17 dan SMP Negeri 18 Kota Tegal dan sampel dipilih secara
random 120 orang. Penelitian dilaksanakan mulai 22 Oktober sampai 20 November 2014.
Data yang digunakan diperoleh melalui teknik tes sertadianalisis menggunakan analisis
kuantitatif dengan teknik anava dua jalan. Dalam hal ini perhitungan hipotesis
menggunakan SPSS 20.0. Hasil penelitian diperoleh: (1) Terdapat pengaruh yang sangat
signifikan pengaruh metode pembelajaran terhadap penguasaan konsep Matematika
siswa. (2) Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran yang signifikan terhadap
penguasaan matematika siswa. (3) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan interaksi
metode pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap penguasaan konsep
Matematika siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan konsep matematika
dengan menggunakan metode pembelajaran Complette Sentence dan pendekatan
pembelajaran konsep lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran proses.

Kata Kunci. Metode Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, Penguasaan Konsep


Matematika

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana terpenuhinya proses belajar manusia. Tanpa
pendidikan manusia tidak mampu mengembangkan fitrahnya sebagai insan pedagogik
yang perlu dididik dan mendidik. Namun, suatu pendidikan akan mempunyai mutu yang
tinggi apabila guru mempunyai mutu yang tinggi pula. Sedangkan mutu guru sangat
ditentukan oleh pemahamannya tentang komponen, pendekatan, dan berbagai metode
pengajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Usaha-usaha guru dalam
mengatur dan menggunakan berbagai variabel pengajaran merupakan bagian penting
dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu pemilihan
metode, strategi dan pendekatan dalam situasi kelas yang bersangkutan sangat penting.
Upaya pengembangan strategi mengajar tersebut berlandas pada pengertian bahwa
mengajar merupakan suatu upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan belajar.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap siswa
mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat
membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai
melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Tujuan dalam pembelajaran matematika
yang dianggap penting oleh guru adalah pemahaman konsep matematika. Pemahaman
konsep dalam matematika merupakan hal yang paling mendasar dalam mempelajari
matematika. Dengan memahami konsep, siswa bisa mengembangkan kemampuannya

- 279 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …

dalam belajar matematika dan menerapkan konsep tersebut untuk menyelesaikan


permasalahan matematis dan mengaitkan konsep dengan konsep yang lain.
Matematika selama ini dianggap pelajaran yang sulit oleh sebagian siswa, bahkan
ada siswa yang merasa takut, bosan dan tidak tertarik pada mata pelajaran matematika.
Kurangnya rasa ingin tahu dan ketidak kritisan yang terdapat dalam diri siswa dan
kecenderungan siswa belajar hanya dengan menghafal rumus saja tanpa mengetahui dari
mana rumus tersebut diperoleh serta sikap siswa yang terkadang kurang jujur dalam
belajar merupakan penyebab yang mengakibatkan hasil belajar yang dicapai siswa belum
optimal, matematika menjadi momok yang menakutkan bagi para siswa terutama disaat
ulangan atau ujian sekolah.
Kesulitan yang dialami siswa tidak hanya disebabkan oleh faktor internal atau
faktor siswa itu sendiri, tetapi juga disebabkan oleh faktor eksternal yakni kurangnya
usaha guru dalam menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik untuk belajar
matematika. Bahkan masih banyak guru yang menggunakan pola pembelajaran dimana
cenderung “text book oriented” dalam arti menyampaikan materi sesuai dengan apa yang
tertulis didalam buku. Cara pembelajaran cenderung monoton dan hanya menggunakan
metode ceramah dan salah satu model pembelajaran yang umum diterapkan oleh guru
dalam kelas adalah pembelajaran konvesional sehingga materi yang disampaikan menjadi
sulit dipahami siswa.

TINJAUAN PUSTAKA
Penguasaan Konsep Matematika
Seorang siswa dikatakan telah menguasai konsep apabila ia telah mampu
memahami, mengenali dan mengabstraksi sifat yang sama tersebut, yang merupakan ciri
khas dari konsep yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep
tersebut. Penguasaan konsep matematika adalah hasil belajar proses untuk memahami,
mengenali, atau mengabstraksikan suatu kejadian agar bersifat umum melalui
pengalaman, definisi atau pengamatan langsung yang bertahap.
Siswa dapat membangun konsep dengan cara pengamatan atau
membayangkan sesuatu yang kongkret terlebih dahulu. Ciri-ciri siswa yang sudah
menguasai konsep antara lain: (1) mengetahui ciri-ciri suatu konsep, (2)
mengetahui beberapa contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut, (3)
mengenal sejumlah sifat-sifat dan esensinya dapat menggunakan hubungan antar
konsep, (4) dapat mengenal hubungan antar konsep, (5) dapat mengenal kembali
konsep itu dalam berbagai situasi, (6) dapat menggunakan konsep dalam
menyelesaikan masalah matematika.

Metode Pembelajaran
Uno & Mohamad (2012: 7) mengemukakan pendapatnya yaitu “Metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan
fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.Metode
pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan
atau cara yang teratur untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Setiap materi
pembelajaran tidak dapat menggunakan metode pembelajaran yang sama, oleh karena itu
sebelum mengajar seorang guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi. Adapun prinsip dalam memilih metode pembelajaran yang dikemukakan oleh
Bachtiar Rifva’i (dalam Mira Seplitasari: 2013) yaitu:
1) Asas maju kelanjutan (continous progress) yang artinya memberi kemungkinan
pada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

- 280 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …

2) Penekanan pada belajar sendiri, artinya anak-anak diberikan kesempatan untuk


mempelajari dan mencari bahan pelajaran lebih banyak lagi daripada yang
diberikan oleh guru.
3) Bekerja secara team, dimana anak mengerejakan sesuatu pekerjaan yang
memungkinkan anak bekerja sama.
4) Multi disipliner, artinya memungkinkan anak-anak untuk mempelajari sesuatu
meninjau dari berbagai sudut. Misalnya masalah rambut gonderong dapat dilihat
dari sudut kesehatan dan pandangan orang.
5) Fleksibel, dalam arti dapat dilakukan menurut keperluan dan keadaan.
Metode pembelajaran banyak macamnya antara lain metode ceramah, metode
tanya jawab, metode kelompok, metode sosiodrama, metode diskusi, metode problem
solving dan masih banyak lagi. Sedangkan dalam alam penelitian ini, penulis
menggunakan metode pembelajaran guided note taking dan complette sentence.
Metode pembelajaran guided note taking merupakan metode pembelajaran yang
menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik
dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru dalam proses
pembelajaran tersebut.
Secara terminolog (dalam Efendi Pakpahan. 2014) guide note taking adalah strategi
2T 2T

dimana seorang guru menyiapkan suatu bagan, skema (handout) sebagai media yang
dapat membantu siswa dalam membuat catatan ketika seorang guru sedang
menyampaikan pelajaran dengan metode ceramah
Langkah – langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran guided note taking
adalah sebagai berikut:
1) Memberi bahan ajar misalnya berupa handout kepada siswa
2) Materi ajar disampaikan dengan metode ceramah.
3) Mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang
kosong dalam handout tersebut.
Menurut Purnomo (2012) menyatakan bahwa: Model Pembelajaran Complette Sentence
merupakan rangkaian prosespembelajarann yang diawali dengan menyampaikan materi
ajar oleh guru, atau dengan penganalisaan terhadap modul yang telah dipersiapkan,
pembagian kelompok yang tidak boleh lebih dari tiga orang dengan kemampuan yang
heterogen, pemberian lembar kerja yang berisi paragraf yang belum lengkap, lalu
diberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan diakhiri dengan pengambilan
kesimpulan.
Langkah-langkah dalam metode pembelajaran Complette Sentence, yaitu:
1) Mempersiapkan lembar kerja siswa dan modul.
2) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
3) Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau
modul dengan waktu secukupnya.
4) Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
5) Guru membagikan lembar kerja yang berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap.
6) Siswa berdiskusi untuk melengkapi paragraf dengan kunci jawaban yang tersedia.
7) Siswa berdiskusi secara berkelompok.
8) Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap siswa membaca
sampai mengerti atau hafal.
9) Kesimpulan.

- 281 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …

Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran. Tiap pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai karakteristik tertentu,
dan berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsi dan tujuan tiap
pendekatan. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan
tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Menurut Sagala (2012: 71) Pendekatan konsep merupakan suatu pendekatan
pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada
siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep diperoleh dari fakta,
peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak.Konsep memiliki banyak
arti tetapi dalam kegiatan belajar mengajar, konsep adalah akibat dan suatu hasil belajar,
misal suatu saat seseorang belajar mengenal kesimpulan benda-benda dengan jalan
membedakan satu sama lain. Jalan lain yang dapat ditempuh adalah memasukan suatu
benda kedalam suatu kelompok tertentu dan mengemukakan beberapa contoh dan
kelompok itu yang dinyatakan sebagai jenis kelompok tersebut. Jalan yang kedua inilah
yang memungkinkan seseorang mengenal suatu benda atau peristiwa sebagai suatu
anggota kelompok.
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberikan kesempatan
kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep
sebagai suatu keterampilan proses (Afrial, 2012). Pendekatan ini dilatar belakangi oleh
konsep-konsep belajar menurut teori Naturalisme-Romantis” dan teori kognitif gestal.
Naturalisme-romantis menekankan kepada aktifitas siswa. Dan teori kognitif gestal
menekankan pemahaman dan kesatupaduan yang menyeluruh.

METODE
Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sudjana (2009: 56)
menyatakan bahwa pada penelitian eksperimen peneliti harus melakukan manipulasi atau
perlakuan terhadap variabel bebas, melakukan pengukuran sendiri terhadap variabel
bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya ada dua yaitu metode pembelajaran
(X 1 ) dan pendekatan pembelajaran (X 2 ) serta variabel terikatnya yaitu penguasaan
R R R R

konsep matematika (Y).Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan disain


treatmen by level factorial 2 x 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri Kota Tegal yaitu: SMP Negeri 17
Kota Tegal dan SMP Negeri 18 Kota Tegal sebagai objek penelitian, terdapat 120 orang.
Data diambil melalui tes pilihan ganda sebanyak 30 soal dan lama waktunya 2 x 45
menit, setiap soal terdiri dari 4 pilihan yaitu: a, b, c, dan d.Perhitungan data hasil
penelitian dilakukan dengan menggunakan program olah data yaitu “SPSS 20.0”.Adapun
hasilnya sebagai berikut.

- 282 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …

Tabel 1.Hasil Perhitungan Skor Penguasaan Konsep Matematika


Pendekatan Metode Pembelajaran (A) Jumlah
Pembelajaran(B) Guided Note Complette
Taking (A 1 )
R R Sentence (A 2 ) R R

Konsep �
𝑋𝑋 = 74,50 �
𝑋𝑋 = 85,13 𝑋𝑋� = 79,65
(B 1 )
R R
𝑆𝑆 = 5,243 𝑆𝑆 = 6,124 𝑆𝑆 = 7,778
𝑛𝑛 = 32 𝑛𝑛 = 30 𝑛𝑛 = 62
Proses �
𝑋𝑋 = 72,00 �
𝑋𝑋 = 83,47 𝑋𝑋� = 77,93
(B 2 )
R R
𝑆𝑆 = 4,846 𝑆𝑆 = 5,469 𝑆𝑆 = 7,795
𝑛𝑛 = 28 𝑛𝑛 = 30 𝑛𝑛 = 58
Jumlah �
𝑋𝑋 = 73,33 �
𝑋𝑋 = 84,30 𝑋𝑋� = 78,82
𝑆𝑆 = 5,174 𝑆𝑆 = 5,901 𝑆𝑆 = 7,801
𝑛𝑛 = 60 𝑛𝑛 = 60 𝑛𝑛 = 120

Dari tabel 1, Dari penjelasan deskripsi kelompok eksperimen dan kelompok


kontrol di atas maka untuk kategori pemberian metode pembelajaran guided note taking
pada siswa dengan pendekatan pembelajaran konsep memiliki nilai rata-rata lebih tinggi
daripada dengan pendekatan pembelajaran proses. Begitu pula untuk kategori pemberian
pemberian metode pembelajaran complette sentence pada siswa dengan pendekatan
pembelajaran konsep memiliki nilai rata-rata lebih tinggi daripada dengan pendekatan
pembelajaran proses. Dengan demikian dapat diartikan pemberian metode pembelajaran
pada guided note taking dan complette sentence dapat meningkatkan penguasaan konsep
matematika.
Pada uji persyaratan normalitas, diperoleh bahwa semua sampel pada penelitian
iniberdistribusi normal yang berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal sehingga sampel telah mewakili karakteristik populasi. Sedangkan pada uji
homogenitas dapat disimpulkan bahwa antar kelompok A 1 B 1 , A 1 B 2 , A 2 B 1 , dan A 2 B 2
R R R R R R R R R R R R R R R

tehadap penguasaan konsep matematika (Y) berasal dari populasi yang homogen.
R

Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis Anava dua jalan
dengan bantuan program SPSS. Setelah dilakukan perhitungan jika kemudian ditemukan
adanya pengaruh interaksi maka dilanjutkan dengan uji Tuckey. Berikut ini adalah hasil
pengujiannya.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis Penelitian
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Penguasaan Konsep Matematika
Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 3743.033 P 3 1247.678 41.364 .000
Intercept 743001.589 1 743001.589 24632.703 .000
A 3654.917 1 3654.917 121.171 .000
B 129.918 1 129.918 4.307 .040
A*B 5.197 1 5.197 .172 .679
Error 3498.933 116 30.163
Total 752690.000 120
Corrected Total 7241.967 119
a. R Squared =.517 (Adjusted R Squared =.504)

1. Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Metode Pembelajaran Terhadap Penguasaan


Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Tegal

- 283 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …

Hipotesis pertama menyatakan ”Terdapat Pengaruh yang signifikan Metode


Pembelajaran Terhadap Penguasaan Konsep Matematika”. Berdasarkan hasil
pengujian pada tabel Test of Between-Subjuct Effects di atas yang merupakan tabel
utama yang mempresentasikan hasil hipotesis yang diajukan peneliti. Dari tabel
tersebut, diketahui nilai p-value untuk kategori metode pembelajaran adalah 0,000 (<
0,05) dan F 0 = 121,171 maka dapat diartikan terdapat pengaruh yang sangat signifikan
R R

metode pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika.


2. Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Pendekatan Pembelajaran Terhadap Penguasaan
Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Tegal
Hipotesis pertama menyatakan ”Terdapat Pengaruh yang signifikan Pendekatan
Pembelajaran Terhadap Penguasaan Konsep Matematika”. Berdasarkan hasil
pengujian pada tabel Test of Between-Subjuct Effects di atas yang merupakan tabel
utama yang mempresentasikan hasil hipotesis yang diajukan peneliti. Dari tabel
tersebut, diketahui nilai p-value untuk kategori pendekatan pembelajaran adalah 0,040
(< 0,05) dan F 0 = 4,307 maka dapat diartikan terdapat pengaruh yang signifikan
R R

pendekatan pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika.


3. Terdapat Pengaruh Interaksi Yang SignifikanMetode Dan Pendekatan Pembelajaran
Terhadap Penguasaan Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Tegal
Hipotesis pertama menyatakan ”Terdapat Pengaruh Interaksi yang signifikan
Metode Pembelajaran Dan Pendekatan Pembelajaran Terhadap Penguasaan Konsep
Matematika”. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Test of Between-Subjuct Effects
di atas yang merupakan tabel utama yang mempresentasikan hasil hipotesis yang
diajukan peneliti. Dari tabel tersebut, diketahui nilai p-value untuk kategori ineraksi
metode pembelajaran dan pendekatan pembelajaran adalah 0,679 (> 0,05) dan F 0 = R R

0,172 maka dapat diartikan terdapat pengaruh yang tidak signifikan interaksimetode
pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika.

PENUTUP
Simpulan
1. Terdapat pengaruh yang sangat signifikan metode pembelajaran terhadap penguasaan
konsep matematika.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran terhadap penguasaan
konsep matematika.
3. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan interaksimetode pembelajaran danpendekatan
pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika.

Saran
1. Disarankan bagi guru, dalam upaya penguasaan konsep matematika, metode
pembelajaran dan pendekatan pembelajaran eksperimen merupakan metode yang
cukup efektif untuk penguasaan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Serta
guru dapat menguasai metode pembelajaran dan pendekatan pembelajan yang hendak
diajarkan sehingga siswa menjadi tertarik dalam belajar matematika.
2. Bagi peserta didik, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang studi
matematika, hendaknya peserta didik fokus saat guru menerangkan materi dan sering
latihan soal.
3. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan, penelitian ini baru mengungkapkan
sebagian kecil permasalahan yang berhubungan dengan penguasaan konsep
matematika. Temuan penelitian menunjukan masih banyak faktor yang mempengaruhi
penguasaan konsep matematika yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini. Faktor
ini biasa datang dari dalam diri siswa seperti kecerdasan, minat belajar, dan motivasi

- 284 -
Jurnal Formatif 5(3): 279-285, 2015
ISSN: 2088-351X
Lutvaidah – Pengaruh Metode dan Pendekatan …

berprestasi siswa terhadap mata pelajaran matematika. Maupun dari luar diri siswa
seperti penggunaan media pembelajaran, profesionalisme guru, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Fathurrahman & Sutikno. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Sabari, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching. Jakarta:
Quantum Teaching.
Sagala, Saeful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: PT. Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
0T 0T

dan R&D). Bandung: Alfabeta.


Supardi. 2013. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Jakarta: PT. Change Publication.
Suparman I. A. 2013. Aplikasi Komputer Dalam Penyusunan Karya Ilmiah.
Tanggerang: PT. Pustaka Mandiri.
Uno Hamzah B. 2012. Belajar Dengan Pendekatan PAIIKEM. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Pakparhan, Efendi. Teknik Pembelajaran Guide Note Taking.
www.tugasakhiramik.blogspot.com (akses 20 April 2014)
3TU U3T

Purnomo, Edi. 2012. Model Pembelajaran Complete Sentece. http: //poyoth- 3TU

p.blogspot.com /.../model-pembelajaran-complete-sentence (diakses 20 April


U3T2T

2014)
Seplitsari, Mira. 2013. Makalah Metode Pembelajaran. http:
3TU

//id.slideshare.net/miraseplitasari/makalah-metode-pengajaran (diakses
U3T 16
Oktober 2014)
Suhaimi, Afrial. 2012. Pendekatan Proses. http: //maistrofisika.blogspot.com/
3TU

2009/05/lt.fisika.html (diakses 2 November 2014)


U3T

- 285 -
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PESTASI BELAJAR IPA
DI SEKOLAH DASAR
(Studi Kasus terhadap Siswa Kelas IV SDN Tarumanagara
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya)

Oleh: Ghullam Hamdu, Lisa Agustina


Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract: Motivation is one of the several things which determine the successful of the student
learning activity. Without motivation, learning process is difficult to achieve optimum success. The
use of the principle of motivation is something essential in the learning and education process. This
article is thrilled to investigate the influence of learning motivation to the student science performance.
This correlation descriptive study was conducted as a case study on elementary school fourth grade
students and the objective was to describe the level of influence of student’s motivation toward
science performance. A total of 26 fourth grade students at Tarumanagara Elementary School District
Tawang are used as a sample. Data was collected using a questionnaire as an instrument of learning
motivation variables and test results as the average student achievement variable. Results of data
processed with statistical calculations and the average correlation performed using SPSS 16.0. Results
showed that on average, learning motivation and science learning performance of students achieve
good interpretation. The Influence of student’s learning motivation showed significant high correlation
and donate the influence of 48.1% on student’s science performance.

Keywords: Learning Motivation, Science Performance.

Abstrak: Motivasi adalah salah satu hal yang berpengaruh pada kesuksesan aktifitas pembelajaran
siswa. Tanpa motivasi, proses pembelajaran akan sulit mencapai kesuksesan yang optimum. Artikel
ini ditujukan untuk menyelidiki pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa. Penelitian
korelasi deskriptif ini dilakukan sebagai studi kasus terhadap siswa kelas empat Sekolah Dasar dan
tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan level dari pengaruh motivasi siswa terhadap
prestasi belajar IPA. Terdapat total 26 siswa kelas empat Sekolah Dasar dari SD Tarumanagara
kecamatan Tawang, Tasikmalaya yang dijadikan sample dalam penelitian ini. Data-data dikumpulkan
melalui questionare instrument dari variable motivasi belajar dan juga hasil test siswa sebagai variable
rata-rata pencapaian siswa. Hasil dari data-data diproses melalui perhitungan statistic dan korelasi
rata-rata, didapat melalui penggunaan SPSS 16.0. Data menunjukkan interprestasi tingkat reliabilitas
tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA adalah sebesar 48,1%.

Keywords: Motivasi belajar, Prestasi belajar IPA

Jurnal Penelitian Pendidikan 81


Vol. 12 No. 1, April 2011
PENDAHULUAN Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam
Pendidikan dan pengajaran adalah suatu setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk
proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata
sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11). Siswa yang
hasil yang diharapkan siswa setelah melaksanakan bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan
pengalaman belajar (Sadirman, 2004). Tercapai akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula,
tidaknya tujuan pengajaran salah satunya adalah artinya semakin tinggi motivasinya, semakin
terlihat dari prestasi belajar yang diraih siswa. intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka
Dengan prestasi yang tinggi, para siswa mempunyai semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
indikasi berpengetahuan yang baik. IPA sebagai salah satu mata pelajaran di
Salah satu faktor yang mempengaruhi sekolah, dapat memberikan peranan dan
prestasi siswa adalah motivasi. Dengan adanya pengalaman bagi siswa. Hasil pembelajaran IPA pun
motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun dapat sangat dipengaruhi oleh motivasi dari siswa.
dan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh dalam Baik itu motivasi internal maupun motivasi eksternal.
proses belajar pembelajaran. Dorongan motivasi Pembelajaran IPA dilakukan dengan berbagai
dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu upaya, yaitu salah satunya melalui peningkatan
dibangkitkan dalam motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa akan
upaya pembelajaran di sekolah. berhasil jika dalam dirinya sendiri ada kemauan
Penelitian Wasty Soemanto (2003) untuk belajar dan keinginan atau dorongan untuk
menyebutkan, pengenalan seseorang terhadap belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar
prestasi belajarnya adalah penting, karena dengan maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan
mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka perilaku siswa dalam belajar, dalam hal ini belajar
siswa akan lebih berusaha meningkatkan prestasi IPA.
belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi Slameto (2003) mengemukakan bahwa
belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
belajar yang telah diraih sebelumnya. hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
Biggs dan Tefler (dalam Dimyati dan dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif,
Mudjiono, 2006) mengungkapkan motivasi belajar dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa mengalami
siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.
tiadanya motivasi belajar akan melemahkan Mohamad Surya (2004) mengungkapkan
kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses
rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada perubahan yaitu perubahan perilaku sebagai hasil
siswa perlu diperkuat terus-menerus. Dengan tujuan interaksi antara dirinya dan lingkungannya dalam
agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara lengkap,
sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat pengertina pembelajaran dapat dirumuskan sebgai
optimal. berikut: “pembelajaran ialah suatu proes yang
82 ISSN 1412-565X
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan sasaran kegiatan.
perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalamn individu itu sendiri dalam interaksi 3. Prestasi Belajar
dengan lingkungannya”. Poerwanto (2007) memberikan pengertian
prestasi belajar yaitu “ hasil yang
2. Motivasi Belajar dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”
yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan Selanjutnya Winkel (1997) mengatakan bahwa
dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan
terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot
Menurut Clayton Alderfer (dalam Nashar, yang dicapainya” Sedangkan menurut Nasution, S
2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan (1987) prestasi belajar adalah “ kesempurnaan yang
siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
hasil belajar sebaik mungkin. memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku memuaskan jika seseorang belum mampu
manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
sikap serta perilaku pada individu belajar kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
(Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 menolak dan menilai informasi-informasi yang
; Biggs dan Tefler, 1987 dalam Dimyati dan diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
Mudjiono, 2006) belajar seseorang sesuai dengan tingkat
Untuk peningkatan motivasi belajar menurut keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi
Abin Syamsudin M (1996) yang dapat kita lakukan pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
adalah mengidentifikasi beberapa indikatoryna raport setiap bidang studi setelah mengalami proses
dalam tahap-tahap tertentu. Indikator motivasi belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat
antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari
kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan kegiatan, evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau
4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam rendahnya prestasi belajar siswa.
menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai
tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk METODE PENELITIAN
mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak Penelitian dengan metode penelitian
dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kuantitatif ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN
kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya terhadap 18 Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan
Jurnal Penelitian Pendidikan 83
Vol. 12 No. 1, April 2011
sampel sebanyak 26 orang siswa dan dilakukan deskripsi nilai dari motivasi belajar siswa:
selama 4 bulan dari bulan Agustus sampai dengan TABEL 1
DESKRIPTIF MOTIVASI BELAJAR SISWA
November 2010. Variabel independen dalam
penelitian ini yaitu motivasi belajar siswa dengan 8
N Std. Su
indikator sebagaimana yang diungkapkan oleh Abin Mean Min Max
Syamsudin M (2007:30) kemudian disusun dalam Valid Missing Deviation m
bentuk instrumen angket (skala likert) dengan jumlah
922
20 soal. Angket ini terlebih dahulu diuji validitas dan X 26 0 87,46 7,596 72
974
reliabilitas sebelum dipakai di lapangan. Sedangkan
variabel dependen yaitu nilai tes formatif mata
Hasil deskriptif data motivasi belajar siswa
pelajaran IPA yang berasal dari data dokumentasi
dalam penelitian ini diterangkan bahwa terdapat
rata-rata prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.
jumlah kasus 26 orang siswa yang mengisi angket
Data hasil penelitian dari angket dan data
dengan rata-rata (mean) sebesar 87,46; simpangan
prestasi siswa diolah dengan merata-ratakan dan
baku (standar deviasi) = 7,596; skor minimun dari
dihitung berdasarkan kategori dari Riduan (2009):
data motivasi belajar siswa yang paling rendah =
X e” Xid + 0,61sd 72 dan skor maksimum dari data motivasi belajar
adalah dirasakan atau tinggi siswa = 99. Sedangkan jumlah skor keseluruhan
sebesar 2274.
Xid - 0,61sd < X < X id + 0,61 sd
Sedangkan Perbandingan rata-rata setiap
adalah cukup dirasakan atau sedang
indikator dari jumlah total siswa dapat dilihat dari
X d” Xid – 0,61sd gambar dibawah ini:
adalah kurang dirasakan atau kurang Rata-rata skor

Setelah itu dilakukan uji normalitas, uji korelasi


dan Uji Koefisien Determinasi berdasarkan
hipotesis: (H0) “Tidak terdapat pengaruh motivasi
belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA”. Sedangkan Ha “Terdapat pengaruh
motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPA. Analisis dilakukan terhadap
semua data yang diperoleh dengan bantuan program Indikator Motivasi

SPSS Statistik 16.0. Gambar 1. Diagram Batang Hasil Rata-rata


Angket Setiap Indikator

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil dari nilai prestasi belajar siswa dihitung
Hasil analisis terhadap hasil rata-rata angket dengan hasil perhitungan Deskriftif seperti Tabel
dari total jumlah siswa menunjukan valid, reliabel
4.20 sebagai berikut:
dan terdistribusi normal. Berikut ini perhitungan
84 ISSN 1412-565X
Analisis juga menunjukkan bahwa pengaruh motivasi
TABEL 2
DESKRIPTIF PRESTASI BELAJAR IPA belajar besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar
IPA dari siswa. Sehungga sebagaimana yang
N Std.
Mean Min Max Sum diungkapkan oleh Keller (dalam Nashar, 2004:77)
Valid Missing Deviation
bahwa prestasi belajar dapat dilihat dari terjadinya

Y 26 0 88,46 7,317 70 100 2300 perubahan hasil masukan pribadi berupa motivasi
dan harapan untuk berhasil. Peningkatan hasil
Hasil deskriftif data prestasi belajar IPA dalam belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah
penelitian ini diterangkan bahwa terdapat 26 orang satunya adalah motivasi untuk belajar.
siswa yang mengisi angket dengan rata-rata (mean) Hasil penelitian ini juga menginformasikan
sebesar 88,46; simpangan baku (standar deviasi) = terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi
7,317; skor minimun dari data motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti
yang paling rendah = 70 dan skor maksimum dari bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar,
data motivasi belajar siswa = 100. Sedangkan jumlah maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi).
skor keseluruhan sebesar 2300. Sebaliknya jika siswa memiliki kebiasaan yang buruk
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh, besarnya dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan
koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,693 lebih besar buruk (rendah).
dari 0,491 dengan taraf signifikan 1%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yaitu KESIMPULAN
“terdapat hubungan motivasi belajar terhadap Tanggapan siswa kelas IV Tarumanagara
prestasi belajar IPA” Jika dikonsultasikan dengan Kota Tasikmalaya terhadap motivasi belajar
pendapat Arikunto, S (2006) maka besarnya korelasi diinterpretasikan baik karena nilai rata-rata (87,46)
ini berada pada rentang 0,600 – 0,800 dengan tingkat berada dalam kategori X e” 61. Prestasi tiap siswa
hubungan yang tinggi. Dengan demikian data di atas berbeda-beda ada yang tinggi dan ada yang rendah.
memiliki tingkat hubungan yang tinggi anatara Prestasi belajar pada kelas IV SDN Tarumanagara
motivasi siswa dan prestasi belajar pada mata umumnya diinterpretasikan baik karena nilai rata-
pelajaran IPA. rata (88,46) berada dalam kategori X e” 61.
Sementara itu berdasarkan uji koefisien Berdasarkan pengolahan dan analisis data
determinasi dengan rumusan KP= r 2 x 100%, dengan dibantu program SPSS 16.0 diperoleh
menunjukkan kontribusi variabel X (motivasi siswa) koefisien korelasi (r) sebesar 0,693 artinya motivasi
terhadap variabel Y (prestasi belajar IPA) belajar dengan prestasi belajar siswa memiliki
berpengaruh sebesar 48,1%, sedangkan 51,9% pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat
lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disimpulkan bahwa terdapat pengaruh motivasi
diketahui. belajar terhadap prestasi belajar IPA”. Setelah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara dikorelasikan menunjukkan interprestasi tingkat
umum motivasi belajar dan prestasi belajar siswa reliabilitas tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar
kelas IV SD N Tarumanagara tergolong baik. terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN
Jurnal Penelitian Pendidikan 85
Vol. 12 No. 1, April 2011
Tarumanagara Tawang Tasikmalaya adalah sebesar
48,1%.

DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin. (1996). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Muhamad Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisyi.
Nashar. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.
Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Poerwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Riduan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wasty Soemanto. (2003). Psikologi Pendidikan. Malang: Rineka Cipta.
Winkel WS. (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

BIODATA SINGKAT
Penulis adalah staf pengajar tetap bidang pendidikan IPA
di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya

86 ISSN 1412-565X
Jurnal Inspirasi – Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017, 71–92
ISSN 2548-5717

PENTINGNYA PENGENALAN TENTANG PERBEDAAN


INDIVIDU ANAK DALAM EFEKTIVITAS PENDIDIKAN

Imam Anas Hadi


Undaris Semarang
email: imamhadianas309@gmail.com

Abstract
Knowing that children recognize and respond to their behavior in various situations.
Knowing not only mean or include data collection and the behavior of the child, because the
data itself can only be used properly concerned with the situation and the facts which have
been obtained. Individual differences should be considered in the implementation of teaching
in class are factors related to the readiness of children to receive instruction for those
differences will determine the educational system as a whole. These differences should be
resolved by individual approach as well, but still realize that education is not solely aimed at
developing the individual as an individual, but also in relation to the life of the community
vary. Factors that affect individual differences is the concept of self (self-concept), locus of
control, anxiety experienced by students, motivation to learn the results.

Mengenal anak berarti mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-macam
situasi. Mengenal tidak hanya berarti atau meliputi pengumpulan data-data dan tingkah
laku tentang anak, karena data itu sendiri hanya dapat dipergunakan dengan baik jika
bertalian dengan situasi dan waktu dimana fakta tersebut telah diperoleh. Perbedaan
individual yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengajaran dikelas adalah
faktor-faktor yang menyangkut kesiapan anak untuk menerima pengajaran karena
perbedaan tersebut akan menentukan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Perbedaan-perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan pendekatan individualnya
juga, tetapi tetap disadari bahwa pendidikan tidak semata-mata bertujuan untuk
mengembangkan individu sebagai individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola
kehidupan masyarakat yang bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan
individu adalah: self concept (konsep diri), locus of control, kecemasan yang dialami anak
didik, motivasi hasil belajar.

KataKunci: individu; pendidikan

A. Pendahuluan
Dari bahasa bemacam-macam aspek perkembangan individu, dikenal ada
dua fakta yang menonjol, yaitu semua manusia mempunyai unsur-unsur
kesamaan di dalam pola perkembangannya dan di dalam pola yang bersifat
umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial,

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 71


Imam Anas Hadi

tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan-perbeda-


an tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan
kualitatif.
Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia
berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu.
Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau
perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang
perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan
sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut
perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam
“perbedaan individual” menurut Landgren S. & Olsson KA. (1982: 578) me-
nyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Seorang ibu yang memiliki seorang bayi, bertutur bahwa bayinya banyak
menangis, banyak bergerak, dan kuat minum. Ibu lain yang juga memiliki
seorang bayi, menceritakan bahwa bayinya pendiam, banyak tidur, tetapi
kuat minum. Cerita kedua ibu itu telah menunjukkan bahwa kedua bayi itu
memiliki ciri dan sifat yang berbeda satu sama lainnya.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa siswa
yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas,
tidak terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya
hampir sama atau mirip, akan tetapi pada kenyataannya jika diamati benar-
benar antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera
dapat dikenal oleh seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya,
seperti tinggi badan, bentuk badan, wurna kulit, bentuk muka, dan semacam-
nya. Dari fisiknya seorang guru cepat mengenal siswa di kelasnya satu per
satu. Ciri lain yang segera dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing
siswa, begitu pula suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pen-
diam, dan sebagainya. Ada siswa yag nada suaranya kecil dan ada yang besar
atau rendah, ada yang berbicara cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila
ditelusuri secara cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat
psikis yang berbeda-beda.
Model pembelajaran dikembangkan dewasa ini kelihatan masih belum
peduli dan bahkan belum mampu mengapresiasi serta mengakomodasi
perbedaan-perbedaan individual siswa, berarti di dalam melaksanakan pro-

72 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

ses belajar mengajar guru memberikan layanan pembelajaran yang sama


untuk semua siswa, baik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang ataupun
rendah. Dengan perlakuan demikian, siswa yang berbeda kecepatan belajar-
nya belum mendapatkan layanan pembelajaran yang sesuai dengan ke-
mampuan masing-masing. Siswa yang lambat tetap saja tertinggal dari
kelompok sedang. Sementara siswa yang cepat belum mendapatkan layanan
yang optimal dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung di
kelas cenderung belum bisa mendorong mereka maju dan berkembang se-
suai dengan kemampuan masing-masing. Salah satu prinsip atau asas meng-
ajar menekankan pentingnya “Individualitas”, yaitu menyesuaikan pembel-
ajaran dengan perbedaan individual siswa (Nurdin, 2005: 5).
Maka dari permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan kajian
tentang pentingnya pengenalan tentang perbedaan individu anak dalam
evektivitas pendidikan yang mencakup dengan beberapa rumusan masalah
yaitu Bagaimana pengenalan dalam masing-masing anak? Bagaimana
pengenalan dalam kepribadian anak? Bagaimana perbedaan individu anak?
Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individu?

B. Pembahasan

1. Pengenalan pada Masing-masing Anak


Kita harus mengenal hal-hal yang umum yang terdapat pada semua anak
dan masa perkembangannya. Hal-hal yang umum pada masa perkembangan
anak merupakan dasar untuk mengenal individu anak. Faktor-faktor umum
yang perlu dikenal ialah hakekat individu.
Sudah menjadi keyakinan semua orang bahwa masing-masing individu
memiliki karakteristik kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang ber-
kemampuan cepat, sedang, dan ada yang berkemampuan rendah. Menurut
tinjauan psikologis setiap anak memiliki perbedaan dengan lainnya. “Tak ada
dua orang di dunia ini yang benar-benar sama dalam segala hal, sekalipun
mereka kembar” (Nurdin, 2005: 61). Tidak heran apabila seseorang yang me-
nyatakan bahwa “anak kembar itu serupa tapi tak sama”. Artinya dalam hal-
hal tertentu anak kembar memiliki kesamaan dan perbedaan (Djamarah,
2000: 55).

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 73


Imam Anas Hadi

Individu disini, mempunyai pengertian yaitu suatu kesatuan yang masing-


masing memiliki ciri khasnya , dan karena itu tidak ada dua individu sama,
satu dengan yang lainnya berbeda (Hamalik, 2004: 180). Individu sebagai
manusia, merupakan orang-orang yang memiliki pribadi atau jiwa sendiri
(Rohani, 2004: 15). Perbedaan individu dapat dilihat dari dua segi, yakni: segi
horizontal dan segi vertikal. Dari segi horizontal, setiap individu berbeda
dengan individu lainnya dalam aspek mental, seperti: tingkat kecerdasan,
kemampuan, minat, ingatan, emosi, kemauan dan sebagainya. Dari segi verti-
kal, tidak ada dua individu yang sama dalam aspek jasmani seperti bentuk
ukuran, kekuatan, dan daya tahan tubuh.
Perbedaan itu masing-masing mempunyai keuntungan dan kelemahan.
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan individu, yaitu:

a. Faktor Warisan Keturunan


Keturunan merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkem-
bangan individu. Dalam hal ini keturunan diartikan sebagai “Totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala
potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki sejak masa konsepsi (masa
pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen-gen”. E. Z. Muttaqin, mengatakan bahwa anak harus diberikan
pendidikan sedini mungkin, bahkan sejak kedua orang tuanya memasuki
jenjang perkawinan, harus sudah mengkalkulasikan bagaimana anak-anak
yang akan mereka lahirkan nanti. Ketika suami istri bergaul sudah diawali
dengan do’a agar dengan doa itu setan tidak ikut campur (ovum atau sperma)
yang disimpan dalam rahim istri bukan terdiri dari bahan-bahan jasmaniah
semata, tetapi juga terkandung benih watak dan tabiat calon anak. Makanan
ibu yang mengandung vitamin untuk anak. Demikian juga kelakuan ibu dan
bapak akan menjadi vitamin juga untuk calon anak (Djamarah, 2002: 54-55).

b. Faktor Pengaruh Lingkungan


Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu, Sehingga
individu itu ikut terlibat atau terpengaruh karenanya. Semenjak masa
konsepsi dan masa-masa selanjutnya, perkembangan individu dipengaruhi
oleh mutu makanan yang diterimanya, temperatur udara sekitarnya, suasana

74 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

dalam lingkungan, sikap-sikap orang sekitar, hubungan dengan sekitarnya,


suasana pendidikannya (formal dan informal). Dengan kata lain, individu
akan menerima pengaruh dari lingkungan, memberi contoh kepada lingkung-
an, mencontoh atau belajar tentang berbagai hal dari lingkungan.
Lingkungan terbagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang, dan pen-
didikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya
yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan
anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan pelatihan dalam
membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional ataupun sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak,
Elizabeth B. Hurlock mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor
penentu bagi perkembangan kepribadian (anak) siswa, baik dalam cara
berfikir, bersikap maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai subti-
tusi keluarga, dengan subtitusi orang tua. Ada beberapa alasan, mengapa
sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan ke-
pribadian anak, yaitu: (a) Para siswa harus hadir di sekolah. (b) Sekolah
memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan masa
perkembangan ”konsep dirinya”. (c) Anak-anak banyak menghabiskan
waktunya di sekolah daripada di tempat lain diluar rumah. (d) Sekolah
memberikan kesempatan pada siswa untuk meraih sukses. (e) Sekolah
memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya,
dan kemampuannya secara realistik.
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan sosial remaja, karena
pada umumnya anak bersosialisasi dengan teman sebayanya. Lingkung-
an ini mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 75


Imam Anas Hadi

kepribadiannya. Faktor utama yang menentukan daya tarik interper-


sonal antara remaja adalah kesamaan dalam minat, nilai- nilai, pendapat,
dan sifat-sifat kepribadian. Sedangkan di sekolah meliputi: harapan atau
aspirasi pendidikan, nilai (prestasi belajar), tugas dan sebagainya. Salah
satu perbedaan yang menonjol dalam kaitannya dengan dunia pen-
didikan adalah kemampuan (intelegensi). Hal ini dikarenakan intelegensi
adalah unsur yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik.
Menurut ahli psikologi yakni William Sterns Intelegensi adalah daya
untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan menggunakan bahan-
bahan fikiran yang ada menurut tujuannya (Dimyati, 1999: 245).
Menurut David Weschler intelegensi adalah suatu kecakapan global atau
rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir
secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien (Mulyasa,
2005: 122). Menurut E. Mulyasa dalam bukunya “Menjadi Guru Pro-
fesional” intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang bersifat
umum untuk membuat atau mengadakan analisa, memecahkan
masalah, menyesuaikan diri, dan menarik generalisasi, serta merupakan
kesanggupan berfikir seseorang (Mulyasa, 2005: 123).

Jadi, dapat dipahami bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk me-


mahami dan beradaptasi dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, dan ke-
mampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan tepat.
Dalam rangka mengetahui tinggi rendahnya intelegensi seseorang, di-
kembangkan instrumen yang dikenal dengan istilah ”Tes Intelegensi” dan
gambaran mengenai hasil pengetesan kemudian dikenal dengan Intelligence
Quotient, disingkat dengan IQ. Berdasarkan hasil tes intelegensi, maka
diketahui kriteria pengklasifikasian intelegensi (Mulyasa, 2005: 123).

2. Kebutuhan dan Perkembangan

a. Kebutuhan Pokok Anak


Tiap anak membutuhkan hal-hal tertentu dan apabila kebutuhan itu tidak
dipenuhi anak tersebut akan mengalami masalah-masalah tertentu. Kebutuh-

76 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

an pokok dapat terbagi dalam tiga aspek yaitu: kebutuhan jasmani, kebutuhan
kejiwaan (psychologic) dan kebutuhan rohani (Soemanto, 2006: 176).

b. Perkembangan Anak
Perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan rohani saja.
Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mengambil
peranan besar dalam membentuk watak anak. Dalam perkembangan, ada
metode-metode tertentu, dan pada tiap periode perkembangan terlihat
adanya sikap, kecenderungan pola sikap, watak dan tingkah laku tertentu,
yang menunjukkan kesamaan jika dibandingkan dengan yang terlihat pada
teman-teman sebaya (Soemanto, 2006: 177).
Masa perkembangan ini penting untuk dikenal karena memberi pada
anak masalah-masalah khususu, pengalaman-pengalaman tertentu dan ke-
siapan untuk memiliki keterampilan dan penguasaan-penguasaan yang
berguna bagi masa perkembangan berikutnya.
1) Tinjauan Masa Perkembangan
a) Masa 0- 3 tahun
1) Pertumbuhan berlangsung dengan pesat, terutama pertumbuhan
jasmaninya.
2) Jiwani; masa ini adalah masa pembentukan pola/tipe kepribadian,
pola kebiasaan dan sikap yang diperoleh dengan penamaan kebiasaan
atau peniruan dari orang tua (transfer), dari sikap, perasaan, atau
suasana hati.
3) Rohani; konsep tentang Tuhan diperoleh dari orang tua. Konsep ini
telah dimiliki anak sebelum ia dapat bercakap-cakap. Biasanya konsep
ini berhubungan atau sejajar dengan konsep anak tentang orang tua
(baik, buruk, adil, penuh kasih, jahat, dingin, dan lain-lain). Konsep
yang pertama ini dilengkapi dengan pengalaman anak, dari contoh
yang ditiru anak seperti bersedianya ia untuk salat dan lain-lain.

Anak seolah-olah mempunyai intuisi untuk menangkap suasana, dari cara


orang tua bergaul dan menuju Tuhan, anak dapat merasakan keberadaan
Tuhan. Jadi konsep tentang Tuhan ditanamkan oleh orang tua, diperjelas oleh

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 77


Imam Anas Hadi

pengalaman, cerita-cerita dan dari penjelasan-penjelasan yang diterima dan


dimasak menurut kemampuan anak.
b) Masa 3-5 tahun: masa pemain kecil
1) Jasmani: Anak terus menerus aktif dan bergera. Tertama dengan alat-
alat motoriknya. Pada masa ini ia harus berusaha memperoleh
ketetampilan dengan otot-ototnya, hanya saja ia lekas lelah.
2) Jiwani: ia ingin belajar, ingin mengetahui segala sesuatu, ia belajar dari
berbuat, Anak mempunyai fantasi yang kuat, dan senang menirukan.
3) Rohani: Konsep tentang Tuhan langsung diperoleh dari cerita-cerita
atau dari pengalaman-pengalaman. Biasanya Tuhan digambarkan
dalam bentuk manusia. Fantasi anak dan pengalaman-pengalaman-
nya memperlengkapi konsep ini. Dan akhirnya anak dapat meng-
gambarkan konsep Tuhan sebagai ayah sebagai pencipta dan peme-
lihara dunia dan alam semesta.
c) Masa 6-12 tahun; masa sekolah dasar
Masa ini terkenal dengan perkembangan jasmani secara memanjang.
Pada segi Jiwani, masa ini ditandai oleh perkembangan inteligensi yang pesat.
Anak ingin mengetahui segala sesuatu dan berfikir secara logis. Keinginan
untuk mengetahui dan mencintai kebenaran yang diterpkannya pula pada
segi kerohanian.
d) 13-19 tahun keatas: masa adolesensi
1) Jasmani: Perubuhan dan pertumbuhan yang begitu pesat menimbul-
kan kebingungan dan keakuan anak didalam mengambil sikap atau
tingkah laku. Masa ini juga ditandai oleh matangnya alat-alat kelamin
dan mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar yang menimbulkan dorong-
an tertentu. Pertumbuhan dan kemasukan ini lebih cepat pada anak
perempuan daripada anak laki-laki. Disamping perkembangan inteli-
gensi dan berfikir logis, fantasi mereka menjadi sangat kuat, hingga
sering terjadi pertentangan dengan pemikiran kritis/logis. Anak
sering berfantasi menghayal. Pikiran anak penuh dengan ide-ide baru
dengan kreasi. Anak memilih dan menyeleksi dan membuat konsep
(yang sebagian dibuang dan yang lainnya dimasak lebih lanjut). Anak
penuh dengan cita-cita, ide-ide, di samping juga ia mencari kenyataan,
mencari kebenaran, mencari tujuan hidup.

78 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

2) Emosi: Kehidupan emosi anak mengalami pergolakan hebat sebagai


akibat dari adanya perubahan-perubahan baik dari aspek jasmani
maupun jiwani, misalnya dalam sikap dan pandangan terhadap diri
sendiri maupun kepada oaring lain dan barang-barang disekitarnya.
Disamping itu, keharusan dan keinginan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan sikap dan pandangan tersebut, juga ia
menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Tekanan-tekanan
sering menimbulkan keteganga, dan untuk itu dibutuhkan kemampu-
an dan keberanian untuk menghadapi perubahan dan pergolakan ini;
pergolakan ini sering menyebabkan anak kehilangan keseimbangan
jiwa. Pada masa ini, berbeda dengan masa sebelumnya, karena anak
merasa tertarik pada yang lain dan juga rasa solidaritas yang kuat.
3) Rohani: Anak Adolesen boleh dikatakan dipersimpangan jalan. Dalam
usahanya untuk menempatkan emosinya yang bergolak di tempat
yang semestinya, dan dalam usahanya untuk mengekpresikan diri,
anak sering jatuh ke dalam keadaan yang membingungkan, hal ini
menimbulkan perasaan tidak aman atau tidak terjamin. Sebab itu,
timbul keinginan untuk membuang segala macam kebiasaan, tradisi,
kepercayaan dan kekuasaan yang dirasakan mempersempit kebebas-
annya bergerak menurut kehendak hatinya sendiri sehingga masa ini
dapat terjadi sikap berontak terhadap Tuhan, jika Tuhan dihubung-
kan dengan kekuasaan yang sedang dilawannya, dan menginginkan
dang mendekati Tuhan, karena di dalam Tuhan anak menemukan
teman yang dibutuhkan dan menjadi sahabat karib (Soemanto, 2006:
179-180).

3. Pengenalan dalam Kepribadian Anak


Tiap anak dibentuk juga oleh lingkungan dan pengalaman-pengalaman.
Bagaimana lingkungan dan pengalaman mempengaruhi individu itu ter-
gantung cara merefleksikan anak. Cara bagaimana seorang anak melihat dan
menghadapi lingkungan sekitarnya, masalahnya, dalam hasil dari kepri-
badiannya secara keseluruhan dan dari intraksi kepribadiannya dengan
lingkungannya. Rencananya, motivasinya, jawabannya, dan lain-lain adalah
ciptaannya sendiri yang unik. Dan sebenarnya dalam bidang bimbingan,
apabila kita memakai istilah mengenal anak itu berarti kita lebih mementing-

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 79


Imam Anas Hadi

kan hal-hal yang khusus dan bertujuan melihat kepribadian yang unik itu di
belakang tingkah laku. Karena pengetahuan yang umum biasanya dibahas
dalam ilmu jiwa umum. Maka yang penting untuk di ketahui adalah konsep
tentang dirinya sendiri, motif-motif, kemauan, perasaan dan kebutuhan-ke-
butuhan yang khusus pada diri anak. Pengertian dan pengetahuan (pengenal-
an) pembimbing tentang anak tergantung dengan pengetahuan dan pe-
ngenalan yang diperolehnya dalam suatu konteks atau situasi. Mengenal anak
berarti mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-macam
situasi. Mengenal tidak hanya berarti atau meliputi pengumpulan data-data
dan tingkah laku tentang anak, karena data itu sendiri hanya dapat di-
pergunakan dengan baik jika bertalian dengan situasi dan waktu dimana
fakta tersebut telah diperoleh.
Mengenal meliputi aspek yang banyak sekali dan yang cukup kompleks,
misalnya: a) Mengenal variasi dalam kecepatan perkembangan jasmani,
jiwani dan rohani; b) Mengenal persepsi penerimaan dunia sekitar anak; c)
Mengenai tingkah laku yang hanya dimiliki karena harapan dan kebudayaan;
d) Mengenal tingkah laku sebagai gejala saja; e) Mengenal bahwa tingkah laku
yang dipelajari juga dapat diubah dengan proses belajar; f) Mengenal jika
anak tidak berhasil atau mampu menyesuaikan diri dengan faktor-faktor
dalam lingkungannya ia akan mengambil sikap dan tingkah laku tertentu
untuk menutupi kegagalannya; g) Kemungkinan seorang anak memiliki ke-
terampilan atau kecerdasan khusus yang belum diketahui dan digali, dan
banyak hal lagi yang perlu dikenal. Mengenal anak adalah proses yang ber-
langsung terus dan tidak ada habisnya.
Seringkali kita mencari metode-metode dan cara-cara yang formal dan
dibuat-buat. Makin kompleks dan maju masyarakat kita makin maju teknik-
teknik menyusun dan mengolah data yang telah terkumpul.
Akan tetapi, cara yang sderhana yang informal yang wajar dan yang
berjalan terus-menerus sering kali cukup efektif; misalnya mengatur ruang
kelas dan tempat duduk anak sedemikian rupa agar setiap anak mendapat
perhatian guru, dengan mempertimbangkan kebutuhan anak, kelemahan dan
kekuatan tiap-tiap anak. Dengan perhatian yang diberikan guru itu, anak
terdorong untuk mengungkapkan diri atau membuka pribadinya kepada

80 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

guru, dan terbentuklah hubungan yang baik antara guru dan murid. Pem-
bimbing menyadari apabila anak belajar sungguh-sungguh seluruh pribadi-
nya ikut dalam kegiatan itu, jadi anak melihat, merasa dan menjiwai kegiatan
belajar atau melaksanakan tugas yang harus dilakukannya. Pengetahuan
tentang apa yang dihadapi anak tidak terlepas dari latar belakang kejadian itu
dan dari potensi anak yang menghadapi kejadian itu.
Beberapa hal yang perlu diketahui pembimbing dalam menolak anak dan
cara yang dipakai: a) Pengalaman-pengalaman yang lampau dalam pen-
didikan melalui surat, tes, pertanyaan, wawancara, dan lain-lain; b) Kegiatan
ekstrakurikuler, melalui questionnaire (angket); c) Kegiatan pada waktu
luang, melalui questionnaire (angket), biografi, catatan harian, dan lain-lain; d)
Penyesuaian sosial melalui anecdotal record, observasi, dan lain-lain; e) Latar
belakang rumah, melalui wawancara, questionnaire (angket); f) Kesehatan
melalui observasi, pemeriksaan, dan lain-lain; g) Kecakapan dan keterampilan
baik yang akademis maupun aestetis, sosial, teknis, dan lain-lain. Melalui
observasi, catatan harian, angket, dan lain-lain; h) Minat terutama melalui
sikap terhadap kegiatan dan orang; i) Rencana dan harapan-harapan melalui
hubungan informal dan wawancara.
Makin kita mengenal diri sendiri, makin kita dapat mengenal orang lain.
Makin kita terampil mengembangkan dan mengubah diri sendiri makin kita
berhasil menolong orang mengembangkan diri (Soemanto, 2006: 183).

4. Perbedaan Individu anak


Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mem-
punyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi, kebutuhan akan rasa aman,
mendapatkan pengakuan, dan mengaktualisasi dirinya. Dalam tahap per-
kembangannya, siswa berada pada periode perkembangannya yang sangat
pesat dari segala aspek. Perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan
pembelajaran, yaitu:

a. Perkembangan Aspek Kognitif


Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12-18 tahun,
yaitu yang lebih kurang sma dengan usia siswa SMP/SMA, merupakan period

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 81


Imam Anas Hadi

of formal operation. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah ke-
mampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara
bermakna (meaning fully) tanpa memerlukan objek yang konkret atau
bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat
imajinatif. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh ke-
cerdasan dalam Multiple Intellegeneces yang dikemukakan oleh Gardner
(1993) yaitu; kecerdasan linguistik, kecerdasan logis metematis, mekerdasan
musikal, kecerdasan spansial, kecerdasan kinestik ragawi, kecerdasan
intrapribadi, kecerdasan antarpribadi. Ketujuh kecerdasan ini seyogianya
dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik keilmuan pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan.

b. Perkembangan Aspek Psikomotoris


Aspek psikomotoris merupakan salah satu aspek yang penting untuk
diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotoris juga melalui
beberapa tahap yaitu: tahap kognitif-tahap asosiatif-tahap otonomi.

c. Perkembangan Aspek Afektif


Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta
didik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Aspek
afektif tersebut dapat terlihat selama pembelajaran, terutama ketika siswa
bekerja kelompok. Oleh karena itu, selama pembelajaran, guru senantiasa
terus memantau dan mengamati aktivitas siswanya individu dan Karak-
teristiknya (Hartinah, 2008: 47). Dari perkembangan anak tersebut dilihat
dari tiga aspek, maka yang sangat menentukan adalah:
1) Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut.
Sebagaimana diketahui, manusia adalah mahluk yang berfikir atau homo
sapiens, mahluk yang berbentuk atau homo faber, mahluk yang dapat
dididik atau homo educandum, dan seterusnya merupakan pandangan-
pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan
cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut.
Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai peserta didik
haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam

82 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan


hakekat manusia sebagai kesatuan sifat mahluk individu dan mahluk
sosial. Individu berarti tidak dapat dibagi (undivided) dan tidak dapat
dipisahkan. Keberadaannya sebagai mahluk yang pilah, tunggal, dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang
khusus tersebut.
2) Karakteristik Individu
Setiap individu mempunyai ciri dan sifat atau karakteristik bawaan
(heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan;
karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki
sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial
psikologis. Pada masa lalu, terdapat keyakinan serta kepribadian
terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan. Hal tersebut merupakan
dua faktor yang terbentuk karena faktor yang terpisah, masing-masing
mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan
lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi, makin disadari
bahwa apa yang dirsakan oleh banyak anak, remaja, atau dewasa
merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-
faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan. Natur dan
nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosio-
nal pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang dilahir-
kan menjadi seorang individu ata sejauh mana seseorang dipengaruhi
subjek penelitian dan diskusi. Karakteristik yang berkaitan dengan
perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan
karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
3) Aspek Perkembangan Individu
Perkembangan-perkembangan dasar atau esensi dari lingkungan
belajar-mengajar yang sehat adalah suasana belajar yang secara nyata
dapat menumbuhkan munculnya perasaan yang terdapat antara siswa
dan guru di dalam kelas. Perasaan-perasaan yang mendasari transaksi
belajar mengajar tersebut tergantung pada peran guru dalam mencipta-
kan situasi belajar yang kondusif dan sehat adalah situasi belajar yang

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 83


Imam Anas Hadi

dapat menumbuhkan perasaan dekat antara guru dan anak, merasa


saling membutuhkan, saling menghargai, dan sebagainya. Dengan
perasaan salaing memperhatikan yang terdapat antara guru dan anak
dalam proses belajar mengajar, sikap guru yang merupakan cerminan
perasaan yang melandasi transaksi belajar mengajar diantaranya adalah:
penerimaan (acceptance), sikap ini meliputi pengenalan dan pengakuan
terhadap berbagai kemampuan dan keterbatasan mental, emosi, fisik,
dan sosial yang dimiliki anak. Rasa aman, rasa ini merupakan kebutuhan
dasar manusia yang perlu memperoleh pemenuhan sehingga dalam
proses belajar mengajar diperlukan pula adanya rasa disayangi dan
diterima oleh kelompok dan guru. Pemahaman akan adanya indivi-
dualitas (differences), pemahaman pendidik bahwa tidak ada manusia
yang sama serta perilaku siswa selalu bersifat unik menjadikan diperlu-
kan kesabaran dalam menghadapi berbagai perilaku anak.
4) Memahami Perbedaan Individual
Tugas utama guru adalah mengajar dan dalam proses pembelajaran
yang dihadapi adalah anak manusia yang bersifat “unik”. Kata unik
mengandung berbagai pengertian. Pengertian pertama adalah unik
dapat dimaknai bahwa tidak ada manusia yang sama, dalam pengertian
bahwa manusia yang satu pasti berbeda dengan yang lain. Pengertian
unik yang kedua adalah bahwa kondisi manusia itu sendiri bersifat tidak
menetap. Pengertian yang ketiga bahwa setiap tahapan perkembangan
menusia mempunyai ciri khusus yang bereda dengan perkembangan
yang lain sehingga untuk dapat memberikan stimulasi dan mengarahkan
pembentukan perilaku anak perlu pula diketahui ciri khusus dari setiap
tahapan perkembangan tersebut, agar dapat menghadapi dan melayani
anak secara tepat. Secara umum, perbedaan individual yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengajaran dikelas adalah faktor-
faktor yang menyangkut kesiapan anak untuk menerima pengajaran
karena perbedaan tersebut akan menentukan sistem pendidikan secara
keseluruhan. Perbedaan-perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan
pendekatan individualnya juga, tetapi tetap disadari bahwa pendidikan
tidak semata-mata bertujuan untuk mengembangkan individu sebagai
individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola kehidupan masya-
rakat yang bervariasi.

84 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

Perbedaan individual banyak variasinya dan variabelitasnya. Kita me-


rasa perlu meninjau lebih jauh dan lebih khusus beberapa jenis dan ciri
perbedaan itu:
a) Kecerdasan (inteligensi). Anak-anak yang kurang kecerdasannya
umumnya belajar lebih lamban. Mereka memerlukan banyak latihan
yang bermakna dan lebih banyak waktu untuk maju dari tipe belajar
yang satu ke tipe belajar berikutnya. Mereka tidak dapat melakukan
abstrksi. Anak-anak yang memiliki IQ yang tinggi biasanya mem-
punyai pusat perhatian yang lebih baik, belajar, cepat, kurang
memerlukan latihan, dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam
waktu yang singkat, dan mampu mengambil kesimpulan serta
melakukan abstraksi.
b) Bakat (abtitude). Bakat sangat berpengaruh terhadap tingkat per-
kembangan seseorang. Untuk mengetahui bakat ini perlu diadakan
aptitude tes pada anak-anak waktu permulaan masuk sekolah. Hasil
tes itu dapat digunakkan sebagai petunjuk untuk memperkirakannya
hasil belajarnya. Bakat turut menentukan perbedaan-perbedaan pada
hasil belajar sikap, minat, dan lain-lain.
c) Keadaan jasmani (physical fitness). Anak-anak berbeda-beda tinggi,
berat, dan koordinasi organ-organ tubuh. Ada yang badannya tinggi
kurus, ada pula yang bentuk nadannya atletis. Ada pula yang men-
dapat gangguan fisik, misalnya kurang sehat penglihatannya, ber-
penyakit asma, mudah sakit kepala, gangguan penyakit tertentu
seperti sakit gigi, kondisi badan, gangguan cacat. Keadaan jasmani itu
akan mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar karena badan-
nya mudah lelah, kurang berminan melakukan kegiatan-kegiatan,
tidak suka bermain, dan sebagainya. Sebaliknya ada anak yang
energetic serta mudah dan cekatan dalam berbuat sesuatu.
d) Penyesuaian sosial dan emosional. Aspek sosial dan aspek emosional
erat kaitannya satu dengan yang lainnya. Berbagai alternatif kondisi
sosial dan emosional dapat terjadi di kalangan anak-anak seperti
pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah beraksi, sulit ber-
aksi, suka bekerja sama, mengasingkan diri, bersikap bebas, senang
menggantungkan diri, peramah, tertekan, sensitif, mudah ter-

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 85


Imam Anas Hadi

pengaruh, bersikap negatif. Tingkah laku tersebut mudah berubah


sesuai dengan situasi dan kondisi, baik dalam kelompok, di kelas,
maupun di rumah. Kondisi-kondisi lingkungan setiap waktu dapat
berpengaruh terhadap perbuatan belajar, minat, kepercayaan diri
sendiri, dan keyakinan atas nilai belajar.
e) Latar belakang keluarga. Keadaan keluarga mempengaruhi anak.
Banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang dapat menimbul-
kan perbedaan individual seperti kultur dalam keluarga, tingkat
pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua
yang sama-sama bekerja, sikap keluarga terhadap masalah-masalah
sosial, dan realitas kehidupan. Faktor-faktor ini memberikan peng-
alaman kepada anak-anak dan menimbulkan perbedaan pada minat,
apresiasi, sikap, pemahaman ekonomis, pebendaharaan kata, per-
cakapan, berkomunikasi kepada orang lain, pola berfikir, kebiasaan
berbicara dan pola hubungan kerja sama kepada orang lain.
Perbedaan-perbedaan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku dan
perbuatan belajar di sekolah.
f) Prestasi belajar (academic achievement). Perbedaan prestasi belajar
dikalangan anak-anak disebabkan oleh faktor-faktor seperti ke-
matangan akibat kemajuan, umur kronologis, latar belakang pribadi,
sikap dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran, dan jenis mata
pelajaran yang diberikan.
g) Anak-anak yang mengalami kesulitanseperti handicap jasmani, ke-
sulitan berbicara, dan kesulitan menyesuaikan diri terhadap ling-
kungan sosial. Anak-anak yang mengalami kesulitan tersebut akan
menghadapi kesulitan pula dalam berperan serta, berkomunikasi dan
menyesuaikan diri dalam kehidupan kelompok, menambah penge-
tahuan, bekerja sama, dan lain-lain. Itu sebabnya guru harus mem-
pelajari kesulitan-kesulitan itu agar ia dapat memberikan bantuan
dan bimbingan dan mengusahakan agar teman-teman sekelasnya
bersimpati dan membantu teman-teman lainnya yang mengalami
kesulitan itu sehingga mereka memperoleh kemajuan belajar
(Hamalik, 2009: 159-160).

86 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

6. Perlunya Pemahaman Perkembangan Peserta Didik


Mempelajari berbagai aspek psikologis anak sangat membantu keber-
hasilan proses pengajaran karena dengan memahami berbagai faktor yang
merupakan kondisi awal anak, akan menjadi alat bantu yang penting bagi
penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Berbagai macam kegiatan dalam proses pendidikan yang
memerlukan pemahaman terhadap peserta didik, diantaranya adalah pe-
rencanaan pendidikan, pemilihan alat dan sumber belajar, pemilihan materi,
interaksi belajar mengajar, pemberian motivasi, layanan bimbingan pe-
nyuluhan dan berbagai faktor lain. Tugas tersebut bukanlah merupakan
pekerjaan yang sederhana, tetapi memerlukan ketelatenan dan dedikasi yang
tinggi untuk dapat selalu memahami anak, menyesuaikan penyesuaian
tersebut dalam cara mengajar dan dalam pengambilan keputusan. Apapun
hambatan yang dialami di lapangan dan bagaimanapun sulitnya memahami
setiap individu siswanya merupakan tugas guru sebagai tenaga pengajar
untuk terus melakukan usaha, agar proses pengajaran dapat membuahkan
hasil yang maksimal (Hartinah, 2008: 51).

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu


Faktor-faktor yang penting dari kepribadian dan motivasi yang mem-
pengaruhi tingkah laku anak di kelas dan yang mempengaruhi keberhasilan
dalam situasi belajar adalah sebagai berikut:
a. Self Concept (Konsep Diri)
Pikiran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri, merupakan salah
satu faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku. Ciri-ciri self concept
yaitu: 1) Terorganisasi. Seorang individu mengumpulkan banyak informasi
yang dipakai untuk membentuk persepsi tentang dirinya sendiri. Untuk
sampai pada gambaran umum tentang dirinya ia menginformasikan itu ke
dalam kategori-kategori yang lebih luas dan banyak. 2) Multifaset. Individu
mengkatagorikan persepsi diri itu dalam beberapa wilayah (area) misalnya:
social aceptence, physical attractive-ness, athletic ability and academic ability. 3)
Stabil. General self concept itu stabil. Perlu dicatat bahwa area self concept bisa
berubah. 4) Tersusun secara hierarkis, yaitu: general s.c; scholastic s.c; english

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 87


Imam Anas Hadi

ability s.c; social studies s.c; math ability s.c; social s.c; friendship s.c’ dating s.c;
physical s.c; atletic s.c; physical apperarance s.c. 5) Berkembang (develop-
mental). Self concept brkembang sesuai dengan umur dan pengaruh lingkung-
annya. 6) Evaluative. Individu tidak hanya membentuk diskripsi dirinya pada
situasi yang istimewa, tetapi juga mengadakan penilaian terhadap dirinya
sendiri. Beberapa murid percaya bahwa mereka adalah murid yang sukses,
sementara murid yang lain merasa tidak layak dan merasa rendah, jika
dibandingkan dengan teman-teman satu kelas. Coopersmith menggolongkan
menjadi dua yaitu self esteem yang positif dan yang negatif. Disamping itu ada
pula yang menambahkan dengan golongan yang moderat. Ada hubungan
antara positof self concept dengan prestasi (Soemanto, 2006, 184-185).
Ada tiga faktor yang membentuk pengembangan self concept yakni: scool
experiences, child rearing practices, and physical growth and development.
Kualitas hubungan orang tua dan anak dapat menghancur atau menumbu-
hkan self concept. Coopersmith (1967) menyebutkan tiga kondisi hubungan
antara child rearing dengan self esteem yaitu:

b. Parental Acceptance of Children


Ada dua, yakni: 1) Parental enforcement of cearly defined behavioral limits
and reles, 2) Parental respect for the freedom og their children’s actions within
in the established limits.
Self concept mengurangi atau menumbuhkan respons terhadap reaksi-
reaksi dari orang lain yang berhubungan dengan keadaan fisik dan ukuran
badan, dan juga aktivitas-aktivitas yang keberhasilannya sangat ditentukan
oleh ukuran badan dan atau keterampilan fisik.

c. Locus of Control
Locus of control ialah bagaimana individu merasa/ melihat garis atau
hubungan antara tingkah lakunya dan akibatnya, apakah ia dapat menerima
tanggung jawab atau tidak atas tindakannya. Menurut Rotter, locus and control
mempunyai dua fungsi, yaitu dimensi eksternal dan internal. Dimensi ekster-
nal akan menganggap bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu berada di
luardiri pelaku. Sedangkan dimensi internal melihat bahwa tanggung jawab
segala perbuatan itu pada diri pelaku.

88 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

Parenthal behavior mengatakan berhubungan dengan perkembangan


control anak. Orang tua yang sangat mendorong, membantu, mengharap anak
segera berdiri sendiri pada usia yang masih muda, maka anaknya akan
mempunyai locus of control dengan dimensi internal. Sebaliknya orang tua
yang dominan, selalu melarang, mengecam, mengakibatkan anaknya
mempunyai locus of control dengan dimensi eksternal.
Anak yang mempunyai locus of control yang eksternal mendapat skor
tinggi untuk kegelisahan, kecurigaan, dan rasa permusuhan. Sedangkan anak-
anak yang internal suka bekerja sendiri dan efektif.

d. Kecemasan yang Dialami Anak Didik


Kecemasan menggambarkan keadaan emosional yang dikaitkan dengan
ketakutan. Jenis dan derajat kegelisahan berbeda-beda yaitu takut akan
situasi sekolah secara menyeluruh., takut aspek khususu lingkungan sekolah
guru, teman, mata pelajaran atau ulangan., school phobia menyebabkan anak
menolak untuk pergi ke sekolah. Kegelisahan terhadap ulangan harus
mendapat perhatian secara khusus oleh pendidik. Pengaruhnya sangat buruk
terhadap performasi siswa.
Sarason meneliti direct and indirect antecedent of anxiety yaitu anak
pandai, juga gelisah apabila akan menempuh test, seperti anak yang berfikir
sedang atau anak yang bodoh., kecemasan sangat dipengaruhi oleh sikap
orang tua terhadap anaknya., wanita lebih cemas daripada laki-laki. Ada
indikator fisik kegelisahan yakni sakit kepala, sakit perut, tanpa ada sebab
fisik, menggigit kuku, keringat, berbicara tersendat-sendat, kikuk, tak bisa
diam, bingung.
Tes dapat dipakai untuk mengenali kecemasan. Biasanya digunakan test
anxiety scale for children (TASC). Anak-anak yang kegelisahan tinggi, sel
konsepnya rendah. Kecemasan juga dapat menyebabkan masalah sosial dan
akademik. Ada hubungan negatif antara kecemasan dengan tes intelegensi.
Kecemasan tinggi, IQ rendah.

e. Motivasi Hasil Belajar


Atkinson dan Feather mengembangkan modal yang sangat berguna untuk
menjelaskan disintegrasi motivasi siswa untuk hasil belajar ketika peng-

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 89


Imam Anas Hadi

alaman belajar masa lampau menyebabkan ia merasa tidak senang dan takut
akan gagal. Siswa selalu menghindari tugas-tugas yang dirasakannya akan
menyebabkan kegagalan.
Holt (1964) memberikan analisis yang bagus tentang usaha-usaha anak
untuk melindungi dirinya di kelas. Contoh tingkah laku anak di sekolah yang
dilakukan oleh anak-anak yang gelisah yaitu self centered, self protective, men-
jauhi pertengkara, kebingungan, hukuman, penolakan, atau kehilangan status.
Self liminiting, self defeating ini disebabkan oleh rasa takut. Mengapa anak
pandai berlaku bodoh? Karena merasa takut. Kebanyakan anak takut di
sekolah. Seperti tentara, mereka berusaha mengatasi rasa takut, tetapi selalu
gagal, merusak intelegensi dan kapasitas mereka.
Atkinson dan Feather (1966) menyatakan bahwa situasi kompetitif timbul
karena: 1) Keinginan untuk berhasil (the need to achieve success). 2) Keinginan
untuk tidak gagal (the need to avoid failure).
Jika motivasi seseorang untuk berhasil lebih kuat daripada motivasi untuk
yidak gagal, maka ia akan segera merinci kesulitan-kesulitan yang dihadapi-
nya. Sebaliknya, ialah ia akan mencari soal yang lebih mudah atau bahkan
yang lebih sukar (Soemanto, 2006, 187-189).

C. Kesimpulan
Mengenal anak berarti mengenal respons dan tingkah lakunya dalam
bermacam-macam situasi. Mengenal tidak hanya berarti atau meliputi
pengumpulan data-data dan tingkah laku tentang anak, karena data itu
sendiri hanya dapat dipergunakan dengan baik jika bertalian dengan situasi
dan waktu dimana fakta tersebut telah diperoleh.
Perbedaan individual yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan
pengajaran dikelas adalah faktor-faktor yang menyangkut kesiapan anak
untuk menerima pengajaran karena perbedaan tersebut akan menentukan
sistem pendidikan secara keseluruhan. Perbedaan-perbedaan tersebut harus
diselesaikan dengan pendekatan individualnya juga, tetapi tetap disadari
bahwa pendidikan tidak semata-mata bertujuan untuk mengembangkan
individu sebagai individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola kehidupan
masyarakat yang bervariasi.

90 | Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 INSPIRASI


Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak ….

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individu adalah: self con-


cept (konsep diri), locus of control, kecemasan yang dialami anak didik,
motivasi hasil belajar.[]

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, dkk, 1999, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.


Djamarah, Syaiful Bahri, 2000, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif ,
Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Umar, 2009, Psikologi Belajar dan mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Hartinah, Siti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
Landgren S. & Olsson KA. 1980. “Oral Mechanoreceptor”, dalam S. Grillner B.
Lindblom, J.F. Lubker & A. Persson (eds.), Speech Motor Control,
Oxford: Pergamon Press,.
Mulyasa, E. ,2005, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurdin, Syafruddin, 2005, Model Pembelajaran yang Memperhatikan
Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Ciputat: Quantum Teaching.
Rohani, Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Soemanto, Westy, 2006, Psikologi pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

INSPIRASI Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017 | 91


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR


TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

DANI FIRMANSYAH
syah_dani@ymail.com
DOSEN PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP – UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan menguji kebenaran hipotesis


mengenai pengaruh strategi pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar
matematika. Hipotesis penelitian yang diuji meliputi: 1) Pengaruh strategi
pembelajaran terhadap hasil belajar matematika siswa. 2) Pengaruh minat belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa. 3) Pengaruh interaksi strategi
pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar matematika siswa.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen. Besar sample sebanyak 40
siswa, dengan teknik sampling yang digunakan yaitu cluster sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan yaitu tes hasil belajar Matematika bentuk uraian
dengan option sebanyak 5 soal yang telah diuji validitasnya dengan koefisien
reliabilitas = 0,495. Analisis data menggunakan analysis of varians (ANOVA) dua
jalur/arah. Hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1)
Terdapat pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran terhadap hasil belajar
matematika siswa (2) Terdapat pengaruh yang tidak signifikan minat belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa, disebabkan karena banyaknya faktor
seperti banyaknya siswa dalam kelas dan banyaknya mata pelajaran sehingga guru
sulit membangkitkan minat belajar siswa(3) Terdapat pengaruh interaksi yang
tidak signifikan antara strategi pembelajaran dengan minat belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa, disebabkan minat belajar siswa yang biasa-biasa saja
disebabkan beberapa faktor seperti fasilitas yang kurang, perhatian guru, perhatian
orang tua atau materi menghitung keliling dan luas segitiga kurang berminat.

Kata Kunci : Strategi Pembelajaran, Minat Belajar, Hasil Belajar Matematika

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang mempunyai peranan besar
dalam pembangunan di suatu negera selain bidang ekonomi, politik, keamanan,
dan sebagainya. Maju mundurnya bangsa banyak ditentukan oleh maju
mundurnya pendidikan, oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan sebaik-
baiknya agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pendidikan di Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain, salah
satu faktornya belum sadarnya masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan
dengan banyaknya siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, maka dari itu Pendidikan di Indonesia yang berakar pada kebudayaan
bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 terus ditata,
dikembangkan, dilengkapi berbagai ketentuan peraturan serta mengutamakan

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 34


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Upaya ini perlu didukung oleh
sumber daya pendidikan secara bertahap disertai keterpaduan dan efisiensi
pelaksanaannya sehingga mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan
pembangunan di Indonesia.
Tujuan pendidikan nasional ini akan tercapai apabila semua pihak ikut
serta mendukung kemajuan pendidikan itu, baik oleh pemerintah, guru sebagai
pendidik maupun masyarakat. Usaha yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan mengeluarkan berbagai kebijakan
dan mengambil langkah-langkah perbaikan seperti perbaikan kurikulum,
pemerataan tenaga pendidikan, sertifikasi guru, pemberian dana bantuan
operasional sekolah serta penerapan ide-ide baru untuk peningkatan mutu
pendidikan termasuk mutu guru.
Guru memberikan peranan penting didalam pendidikan terutama didalam
kegiatan belajar mengajar, agar kegiatan belajar mengajar berhasil maka guru
dituntut untuk menguasai dan memahami berbagai keterampilan yang dapat
mendukung efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar mengajar. Guru adalah salah
satu komponen pendidikan yang sangat berperan dalam usaha pembentukan
sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu,
guru merupakan salah satu unsur kependidikan harus berperan serta secara aktif
dalam menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Pada diri guru
terletak tanggung jawab untuk membawa siswa pada suatu kedewasaan atau taraf
kematangan tertentu. Sardiman (2012:125) mengatakan bahwa guru tidak semata-
mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga
sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan “pembimbing” yang
memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar”.
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), menurut pandangan peneliti sebagian besar siswa beranggapan bahwa
pembelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan,
sehingga siswa menjadi enggan untuk belajar matematika. Hal ini mengakibatkan
rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika jika dibandingkan
dengan mata pelajaran lainnya, maka dari itu guru perlu meningkatkan kualitas
dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki
peran yang penting yaitu sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge
dan sebagai pembimbing yang mendorong potensi siswa dalam belajar. Artinya
guru memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menguasai ilmu yang akan
diajarkan, memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan teknik mengajar, dan
menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa. Dengan
demikian, maka akan berpengaruh langsung terhadap hasil belajar matematika.
Usaha meningkatkan hasil belajar matematika dapat dilakukan dengan
memperbaiki proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan sekumpulan
kegiatan dan serangkaian pengalaman yang dihadirkan oleh guru kepada peserta
didiknya. Guru yang kompeten dan professional akan tanggap terhadap
kemampuan siswa yang dimiliki. Dengan kemampuan tersebut, guru professional
senantiasa memiliki strategi dalam menyampaikan materi pelajaran kepada
peserta didiknya.

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 35


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

Menurut Bruner (Dahar, 1989:103) selama kegiatan belajar berlangsung


hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala
sesuatu yang dipelajari. Mereka perlu diberikan kesempatan berperan sebagai
pemecah masalah seperti yang dilakukan para ilmuwan, dengan cara tersebut
diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka
sendiri.
Minat seorang siswa juga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Minat
dapat diartikan sebagai keinginan yang besar terhadap sesuatu yang dimiliki oleh
seseorang. Apabila seorang siswa mempunyai minat yang besarter hadap mata
pelajaran matematika, maka ia ingin mengetahui secara mendalam materinya
sampai ia memahaminya, sehingga ia akan mencapai hasil belajarnya yang lebih
baik. Hal ini disebabkan karena siswa memahami konsep belajar matematika.
Tetapi mungkin saja seorang siswa yang mempunyai minat yang besar terhadap
matematika, hasil belajarnya kurang baik.

LANDASAN TEORI
1. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Di sekolah tersebut siswa mengalami proses belajar, setelah mengalami
proses belajar tersebut diharapkan siswa berubah sesuai dengan apa yang
dipelajari dari proses belajar tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut para ahli
psikologi yang menyatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan kematangan
dari anak didik sebagai akibat dari belajar, dan menurut Gagne (Sagala, 2006: 13).
Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya
akibat dari penglaman.
Menurut Garret (Sagala, 2006: 13) Belajar merupakan proses yang
berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang
membawa pada perubahan diri dan perubahan cara bereaksi terhadap suatu
perangsang tertentu. Berdasarkan para ahli di atas bahwa belajar adalah suatu
proses atau kegiatan perubahan tingkah laku individu dalam memperoleh suatu
pengetahuan setelah ia mendapatkan suatu pembelajaran atau pengalaman, hal ini
sudah tentu perubahan kearah yang lebih baik (positif), misalnya yang tadinya
tidak tahu setelah mengalami proses belajar setidaknya menjadi tahu. Untuk
menuju ke hal yang lebih baik lagi dalam proses belajar ini akan memerlukan
waktu yang lama dan perlu adanya urutan-urutan yang sistematis didalam proses
belajar.
Sudah seharusnya belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara
sistematis serta didasarkan pada pengalaman sebelumnya. Menurut Ruseffendi
(1991: 153) “Belajar matematika adalah belajar konsep dimulai dari benda-benda
real kongkrit secara intutif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi konsep
itu diajarkan lagi dalam bentuk yang lebih abstrak dengan mengunakan notasi
yang lebih umum dipakai dalam matematika”.
Dapat diambil kesimpulan bahwa belajar mateamtika yaitu suatu proses
untuk memahami suatu konsep (materi) tentang matematika harus memahami
konsep (materi) sebelumnya, karena pada pembelajaran matematika memerlukan

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 36


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

tahapan-tahapan dari hal-hal yang lebih mudah menuju hal-hal yang lebih sulit,
hal ini untuk mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep atau materi.
“Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang telah dimiliki oleh
siswa setelah ia mengalami proses belajarnya” (Sudjana, 2005: 22). Dalam proses
belajar mengajar guru melakukan tugasnya tidak hanya menyampaikan materi
kepada siswa, tetapi ia juga dituntut untuk membantu keberhasilan dalam
menyampaikan materi pelajaran yaitu dengan cara mengevaluasi hasil belajar
mengajar.
Upaya memberikan evaluasi belajar mengajar yaitu untuk mengetahui
hasil belajar matematika siswa. Kegiatan evaluasi belajar mengajar berkaitan erat
dengan kegiatan pengukuran yang berupa tes hasil belajar. Hasil dari tes tersebut
tiada lain adalah berupa nilai. Menurut Sudjana (2005: 28) “evaluasi adalah
pemberian cara bekerja, pemecahan, metode, materil dll”. Dilihat dari segi
tersebut maka dalam evaluasi perlu ada suatu kriteria atau standar tertentu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 200) “bahwa evaluasi hasil belajar
merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan
penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar”. Berdaarkan pengertian evaluasi
hasil belajar tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang
diperoleh oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana
tingkat keberhasilan evaluasi hasil belajar tersebut kemudian ditandai dengan
skala nilai berupa huruf atau simbol atau angka.
Menurut beberapa pengertian maka hasil belajar matematika dapat
disimpulkan yaitu hasil akhir yang dimiliki atau diperoleh siswa setelah ia
mengalami proses belajar matematika yang ditandai dengan skala nilai berupa
huruf atau simbol atau angka, dan hal ini biasa dijadikan tolak ukur berhasil atau
tidaknya siswa tersebut dalam pembelajaran matematika pada materi menghitung
keliling dan luas segitiga dan menentukan luas bangun dengan luas segitiga.

2. Pengertian Strategi Belajar


Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achives a particular educational goal David
(Sanjaya, 2011:294). Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai optimal disebut strategi.
Strategi digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa
strategi. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Pendekatan dapat diartikan titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Selain strategi, strategi dan pendekatan
pembelajaran, terdapat istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu
teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran
dari strategi pembelajaran. Teknik adakah cara yang dilakukan seseorang dalam
rangka mengimplementasikan suatu strategi. Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau strategi tertentu.

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 37


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

Strategi pembelajaran merupakan langkah selanjutnya setelah proses


desain pembelajaran atau bagaimana caranya menuju ke proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dimaksud adalah rangkaian eksternal bagi siswa yang
dirancang untuk meningkatkan proses internal dalam belajar. Dick dan Carey
1985 (Sanjaya, 2011:294) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah
suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Kemp (Sanjaya, 2011 : 294) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
adalah kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektik dan efisien. Indrawati menyatakan
bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan
melalui strategi-strategi pembelajaran yang termasuk rumpun pemprosesan
informasi.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu strategi
pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran yang dikerjakan guru dan siswa untuk
menimbulkan hasil belajar siswa secara efektif dan efisien, sedangkan yang
diterapkan guru akan berbeda beda tergantung pada pendekatan yang digunakan;
sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai strategi
pembelajaran. Dalam upaya menjalankan strategi pembelajaran guru dapat
menentukan teknik yang dianggap relevan dengan strategi, dan penggunaan teknik
itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru satu dengan
guru lainnya.

3. Pengertian Minat Belajar


Dalam mengembangkan minat belajar maka diperlukan sumber yang jelas
mengenai proses perkembangan minat anak tersebut. Selain itu ciri-ciri minat
anak sangat penting untuk diketahui agar dapat menyusun program
pengembangan minat anak yang efektif, serta mempunyai kebijakan untuk
menentukan kearah mana minat tersebut akan berkembang.
Nasution (2008 : 46) bahwa ketekunan belajar ini bertalian dengan sikap
dan minat terhadap pelajaran. Bila suatu pelajaran tidak menarik minat seseorang
karena sesuatu hal, maka ia segera menyampingkannya jika menemukan
kesulitan. Sebaliknya, jika suatu tugas menarik karena memberikan hasil yang
menggembirakan, ia cenderung untuk memberikan waktu yang lebih banyak
untuk tugas itu.
Maslow (Sardiman. 2012:47) mengemukakan dorongan dorongan untuk
belajar yaitu, adanya kebutuhan fisik, adanya kebutuhan rasa aman (bebas dari
kekuatan), adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan
dengan orang lain, adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari
masyarakat, sesuai dengan sifat seseorang untuk mengemukakan atau
mengetengahkan diri.
Dengan kata lain, minat belajar mengindikasikan adanya kecenderungan
untuk berusaha aktif meraih manfaat yang diharapkannya. Menurut Slameto
(2003:57) minat itu besar pengaruhnya terhadap belajar. Oleh karena itu, minat
dapat ditumbuh-kembangkan melalui belajar, sebab melalui belajar seseorang
dapat menganalisis informasi-informasi tentang berbagai karakteristik objek

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 38


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

kehidupan termasuk informasi tentang pendidikan, jabatan, serta tentang berbagai


jenis pekerjaan. Melalui belajar, seseorang akan memperoleh kemampuan dalam
berbagai hal, seperti kemampuan berbahasa, berhitung, menulis, menggambar,
dan sebagainya itu berguna untuk mendukung kehidupannya. Kemampuan yang
dimilikinya tersebut akan mendorong seseorang untuk memiliki minat pada
sesuatu. Kecenderungan memiliki kemampuan lebih baik pada satu bidang
tertentu akan berdampak pada keberminatan terhadap sesuatu yang berhubungan
dengan kemampuannya itu.
Menurut Nasution (2008:36), belajar tuntas merupakan tujuan proses
belajar-mengajar secara ideal agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya
oleh murid. Salah satunya adalah melalui tes yang diefektifkan sebagai bentuk
umpan balik bagi siswa dan guru. Bila bentuk umpan balik ini tepat maka hasil
yang dicapai oleh siswa akan menjadi penguatan (reinforcement) untuk
terulangnya kembali perilaku yang positif dan berusaha aktif meraih manfaat dari
mata pelajaran tersebut. Pengulangan ini terjadi berdasarkan hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya dikembalikan pada prosesnya yang akan menjadi motivasi yang
sangat berarti untuk memicu minatnya mempelajari lebih jauh materi tersebut.
Semua ini dilakukan dalam rangka meningkatkan keingin-tahuan dan minat siswa
terhadap pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu yang mengakibatkan
hasil belajar meningkat lebih baik. Bila minat telah tumbuh dan terbangun, maka
gairah siswa akan bangkit yang menyebabkannya mau mengorbankan waktu,
biaya, dan tenaga untuk materi pelajaran yang disukainya itu.
Menurut Bernard (Sardiman. 2012:76) minat timbul tidak secara tiba-
tiba/spontan melainkan timbul dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu
belajar atau bekerja. Jadi jelas soal minat akan selalu berkaitan dengan kebutuhan
atau keinginan, oleh karena itu yang penting bagai mana menciptakan kondisi
tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
Dari beberapa pendapat diatas minat belajar dapat diartikan keinginan atau
kebutuhan yang timbul dari partisipasi dan pengalaman belajar seseorang yang diciptakan
oleh rasa aman dalam proses belajar mengajar sehingga hasil belajar dikuasai sepenuhnya
oleh siswa, dan guru harus bisa menciptakan kondisi agar siswa selalu butuh dan ingin
terus belajar.

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen, yaitu dengan
mengadakan serangkaian perlakuan secara langsung terhadap sampel. Tujuan
penelitian eksperimen adalah menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab
akibat dengan cara menggunakan satu atau lebih kelompok eksperimen satu atau
lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Selanjutnya untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh hasil eksperimental berupa perlakuan strategi
pembelajaran yaitu strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran
ekspositori, maka penulis mengadakan tes atau evaluasi hasil belajar pada masing-
masing kelas sampel setelah eksperimen dilakukan.
Untuk mendapatkan sejumlah data yang diperlukan sehubungan masalah
penelitian, maka penulis mengadakan serangkaian pembelajaran dengan materi
“menghitung keliling dan luas segitiga pada dua kelas VII yang ditetapkan sebagai kelas

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 39


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

eksperimen dan kelas kontrol, dengan membentuk dua kelompok yang terdiri dari
kelompok strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran ekspositori. Rancangan
yang dilakukan adalah rancangan Acak Lengkap non faktorial dengan menggunakan 2
perlakuan dan 2 ulangan sebagai perlakuan yaitu: 1. Strategi pembelajaran inkuiri 2.
strategi pembelajaran ekspositori. Setiap perlakuan terdiri dari 40 siswa, yang
penempatannya dilakukan sedemikian rupa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain faktorial 2 x 2, matriknya adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Desain Penelitian
Strategi Pembelajaran
(A)

Inkuiri Ekspositori
(A1) (A2)
Rendah A1B1 A2B1 B1
Minat B1
Belajar Tinggi A1B2 A2B2 B2
B2
∑ A1 A2

Keterangan :
A1 : Kelompok siswa dengan strategi pembelajaran inkuiri
A2 : Kelompok siswa dengan strategi pembelajaran ekspositori
B1 : Kelompok siswa dengan minat belajar rendah
B2 : Kelompok siswa dengan minat belajar tinggi
A1B1 : Skor hasil belajar pada siswa yang mempunyai minat belajar
rendah pada pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri
A2B1 : Skor hasil belajar pada siswa yang mempunyai minat belajar
rendah pada pembelajaran dengan strategi pembelajaran
ekspositori.
A1B2 : Skor hasil belajar pada siswa yang mempunyai minat belajar
tinggi dengan strategi pembelajaran inkuiri
A2B2 : Skor hasil belajar pada siswa yang mempunyai minat belajar
tinggi dengan strategi pembelajaran ekspositori

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis Anova dua
jalan dengan bantuan program SPSS 16. Setelah dilakukan perhitungan kemudian
ditemukan adanya interaksi maka dilanjutkan dengan uji Tuckey. Berikut adalah hasil
pengujiannya.

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 40


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

Tabel 2
Pengujian Hipotesis Penelitian
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 806.600a 3 268.867 2.544 .065
Intercept 298215.000 1 298215.000 2.822E3 .000
A 627.267 1 627.267 5.935 .018
B 123.267 1 123.267 1.166 .285
A*B 56.067 1 56.067 .531 .469
Error 5918.400 56 105.686
Total 304940.000 60
Corrected Total 6725.000 59
a. R Squared = ,120 (Adjusted R Squared = ,073)

1. Pengujian hipotesis: Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Hasil Belajar


Matematika Siswa
Hipotesis pertama menyatakan “Secara keseluruhan hasil belajar matematika
siswa yang diberikan strategi pembelajaran inkuiri berbeda dengan hasil belajar
matematika siswa yang diberikan strategi pembelajaran ekspositori.”.
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel Test of Between-Subject Effects di atas
yang merupakan tabel utama yang mempresentasikan hasil hipotesis yang diajukan
peneliti. Dari tabel tersebut, diketahui nilai p-value untuk kategori metode
pembelajaran adalah 0,018 (< 0,05), maka kesimpulannya terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa pada penerapan strategi
pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran ekspositori. Sehingga disimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran terhadap hasil belajar
matematika siswa.

2. Pengujian hipotesis: Pengaruh Minat Belajar terhadap Hasil belajar Matematika


Siswa
Hipotesis kedua menyatakan “Secara keseluruhan hasil belajar matematika siswa
dengan minat belajar tinggi berbeda dengan minat belajar rendah”. Berdasarkan
Hasil pengujian pada tabel Test of Between-Subject Effects diketahui untuk kategori
minat belajar tinggi dan rendah memiliki nilai sig 0,285 (> 0,05). Maka
kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara hasil belajar
matematika siswa minat belajar tinggi dengan hasil belajar matematika siswa dengan
minat belajar rendah. Sehingga disimpulkan terdapat pengaruh yang tidak signifikan
minat belajar terhadap hasil belajar matematika siswa.

3. Pengujian hipotesis: Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar


terhadap Hasil Belajar Matematika
Hipotesis ketiga menyatakan “Terdapat pengaruh interaksi antara Strategi
pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar Matematika siswa”.
Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada tabel Test of Between-Subject
Effects diperoleh nilai p-value untuk interaksi metode dan minat belajar
(metode*minat belajar) adalah 0,469 (> 0,05), maka kesimpulannya terdapat

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 41


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

perbedaan interaksi yang tidak signifikan strategi pembelajaran (inkuiri dan


ekspositori) dengan minat belajar (tinggi-rendah) . Dengan demikian dapat
dikatakan terdapat pengaruh interaksi yang tidak signifikan antara strategi
pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar matematika siswa.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran terhadap hasil
belajar matematika. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel Test of Between-
Subject Effects di atas yang merupakan tabel utama yang mempresentasikan
hasil hipotesis yang diajukan peneliti. Dari tabel tersebut, diketahui nilai p-
value untuk kategori strategi pembelajaran adalah 0,018 (< 0,05), maka
simpulannya terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
matematika siswa pada penerapan strategi pembelajaran inkuiri dan strategi
pembelajaran ekspositori.
2. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan minat belajar terhadap hasil belajar
matematika. Berdasarkan Hasil pengujian pada tabel Test of Between-Subject
Effects diketahui untuk kategori minat belajar tinggi dan rendah memiliki nilai
sig 0,285 (> 0,05). Maka simpulannya adalah terdapat pengaruh yang kurang
signifikan antara hasil belajar matematika siswa minat belajar rendah dengan
hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi..
3. Terdapat pengaruh interaksi yang tidak signifikan antara strategi pembelajaran
dan minat belajar terhadap hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil
pengujian yang terdapat pada tabel Test of Between-Subject Effects diperoleh
nilai p-value untuk interaksi metode dan minat belajar (A*B) adalah 0,469 (>
0,05), maka kesimpulannya terdapat pengaruh yang kurang signifikan
interaksi kategori strategi pembelajaran (inkuiri dan ekspositori) dengan minat
belajar (rendah-tingi).

DAFTAR RUJUKAN
Anderson, R. W., dan David R Krathwohl. (2001). A Taxonomy for Learning,
Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Arikunto, S. (1996) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Bina
Aksara.
Aqib, Z. (2013) Mode-model Media dan Strategi Pembelajarn Kontekstual
(Inovatif),Banung: Yrama Widya.
Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama
Dimyati, dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Gie, T. L. 2004. Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Gajah
Mada Press.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
_ _ _ _ _. (2003). Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: PT. Bumi Aksara,

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 42


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

Hurlock, E. (1990). Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga.


Imran, A. (1996). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Karli, dkk. (2003). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
Depdiknas.
Margono, S. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nasution, S. (1982). Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung: Jommais.
_ _ _ _ _. (2005). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
_ _ _ _ _ _. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar..
Bandung: Bumi Aksara.
Purwanto, M. N. (2000). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Rose, A. M. (2004). Model for Teaching and Learning.
(http/www.bsu.edu/web/arose/BSUCourses/ITEDU699/LP/m odel03.htm).
Tanggal diakses; 10/5/2013
Ruseffendi, E.T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa
Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru.
Bandung: Tarsito.
_ _ _ _ _ _ _. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung:
Tarsito.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta
Sahono, B. (2005). “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Aktivitas Belajar
terhadap Hasil Belajar Sains”. Jurnal Teknologi Pendidikan Pascasarjana
UNJ, 7(1), 92-109.
Sanjaya, W. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
_ _ _ _ _. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suherman, E. (2003) Evaluasi Pembelajaran Matematika Untuk Guru dan
Mahasiswa Calon Guru Matematika. Bandung: JICA UPI
Sumanto, W. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Supardi, U.S.(2012). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta : UFUK PRESS
Suparman. I. A. (2012). Aplikasi Komputer dalam Penyusunan Karya Ilmiah
(SPSS, MINITAB, dan LISREL). Tangerang: PT Pustaka Mandiri
Suryabrata, S. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Syah, M. (1999). Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA UPI.

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 43


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996

Wahid, A. (1998). Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak” dalam Chabib Toha
(eds), PBMPAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winkell, W.S. (1984). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:
Gramedia.

Volume 3 Nomor 1, Maret 2015 44


Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika– Dani Firmansyah
ISSN 1412-579X

Vol. 4, No. 2 Februari 2007


EDUCARE adalah jurnal ilmiah yang terbit setiap tiga bulan sekali, bertujuan untuk meningkatkan apresiasi dan menyebarluaskan
konsep-konsep pendidikan dan budaya.

DAFTAR ISI
Pelindung: Rektor UNLA.
Penasehat: Pembantu Rektor I UNLA, dan
PENGANTAR REDAKSI
Ketua Penelitian dan Pengembangan UNLA.
Penanggung Jawab: Dekan FKIP UNLA.
HAKIKAT PEMBELAJARAN
Tim Asistensi: Pembantu Dekan I, Pembantu
Oleh: H. Erman S, Ar______________________________________________ 1
Dekan II, dan Pembantu Dekan III FKIP UNLA.
Tim Ahli: Prof. H.E.T. Ruseffendi, S.Pd.,
PENGEMBANGAN CDROM INTERAKTIF SEBAGAI BAHAN AJAR
M.Sc., Ph.D.; H. Otoy Sutarman, Drs., M.Pd.;
PRAKTIK AKUNTANSI II UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
Dr. Hj. Erliany Syaodih, Dra., M.Pd.; Mumun
BELAJAR MAHASISWA
Syaban, Drs., M.Si.; Eki Baihaki, Drs.,M.Si.
Oleh: Asep Hidayat ______________________________________________ 12
Pemimpin Redaksi: Asep Hidayat, Drs., M.Pd.
STRATEGI PENGEMBANGAN ORGANISASI PERGURUAN TINGGI
Sekretaris: Hj. Elly Retnaningrum, Dra., M.Pd.
SWASTA
Redaktur Khusus PIPS: Ketua Jurusan PIPS
Oleh: Ipong Dekawati ____________________________________________ 26
FKIP UNLA; Hj. Rita Zahara, Dra.; Cucu
Lisnawati, S.Pd.
PENDIDIKAN DAN KONFLIK SOSIAL
Redaktur Khusus PMIPA: Ketua Jurusan
Oleh: Elly Retnaningrum __________________________________________ 36
PMIPA FKIP UNLA; Puji Budi Lestari, Dra.,
M.Pd.; Irmawan, S.Pd.
PENGERTIAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Tata Usaha, Pimpinan: B. Anantha Sritumini,
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Dra.; Bendahara: Tatang Sopari, S.Pd.;
Oleh: Tadjuddin Manshur _________________________________________ 41
Sirkulasi: Sumpena, Syaban Budiman.
ASPEK HUKUM PEMERIKSAAN KOPERASI
Penerbit: Badan Penerbitan FKIP UNLA.
Oleh: Ria Herdhiana _____________________________________________ 57
Percetakan: C.V. Sarana Cipta Usaha.
Setting dan Layout: 3Nur Studio
ASPEK EKONOMI DALAM PENDIDIKAN
Oleh: Cucu Lisnawati ____________________________________________ 73

LAMPIRAN
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional RI Nomor 11/DIKTI/Kep./2006 tentang Panduan
Akreditasi Berkala Ilmiah ______________________________________ 83

Terbitan Pertama: 02 Mei 2002

Redaksi menerima tulisan dengan panjang tulisan maksimal 6000 kata dan sudah ditulis dan dikemas dalam disket dengan format
Microsoft Word. Isi tulisan ilmiah populer, hasil penelitian, atau gagasan orisinal pada bidang pendidikan dan budaya. Isi tulisan, secara
yuridis formal menjadi tanggung jawab penulis. Naskah yang dikirim ke Redaksi menjadi milik redaksi Jurnal Educare.

Alamat Penerbit dan Redaksi:


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Langlangbuana
Jl. Karapitan No. 116 Bandung 40261, Telp. (022) 4215716.

http://educare.e-fkipunla.net e-mail: educare-red@telkom.net

Educare Vol 4, No. 2.doc


Educare Vol 4, No. 2.doc
PENGANTAR REDAKSI

Alhamdulillah, meskipun agak terlambat terbit, Educare Volume 4 Nomor 2


edisi Februari 2007 dapat diterbitkan. Pada edisi ini disajikan tujuh buah tulisan
yang berkenaan dengan pembelajaran, manajemen pendidikan, masalah budaya dan
agama serta masalah sosial.
Mulai tahun 2007 ini Redaksi Educare mencanangkan peningkatan kualitas
dalam rangka akreditasi jurnal ini. Untuk itu, pada bagian akhir dari jurnal ini kami
sajikan secara lengkat Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor 11/DIKTI/Kep./2006 tentang Panduan
Akreditasi Berkala Ilmiah. Mudah-mudahan dengan dilampirkannya surat
keputusan ini dapat memberikan pencerahan dan dorongan motivasi bagi para
dosen untuk ikut serta mewujudkan akreditasi jurnal ini.
Terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan pada seluruh penulis atas
sumbangan karyanya. Untuk terbitan berikut, kami menunggu karya anda.

Bandung, 1 Februari 2007

Redaksi

Educare Vol 4, No. 2.doc


HAKIKAT PEMBELAJARAN

Oleh: H. Erman S, Ar

Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. adalah dosen pada FPMIPA Universitas


Pendidikan Indonesia di Bandung.

Abstrak: Manusia adalah makhluq ciptaan Alloh yang paling sempurna karena
dibekali akal, rasa, minat, dan bakat sebagai potensi setiap individu yang sangat
bernilai dan modal dasar untuk hidup dan kehidupannya. Pembelajaran pada
hakekatnya adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan pengembangan
potensi tersebut, dengan demikian guru sebagai sutradara seyogianya
merencanakan dengan matang skenario dalam RPP agar siswa beraktivitas tinggi
melalui penalaran, mencoba, eksplorasi, konjektur, hipotesis, generalisasi, inkuiri,
komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Dalam proses pembelajaran
hindari prilaku siswa hanya bertindak sebagai penonton dan bersikap menerima.
Agar siswa siswa bisa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ciptakan suasana
kondusif, nyaman dan menyenangkan

Kata Kunci: Hakikat Pembelajaran, Proses Pembelajaran

A. Latar Belakang
Seringkali kita mendengar ungkapan di masyarakat ‘mengajar apa bu
guru ?’ atau ‘ bu guru mengajar di mana ?’ dan jawaban bu guru tersebut
adalah ‘ibu mengajar Bahasa Indonesia di SMP Barakatak Dayeuhkolot’. Dari
ungkapan tersebut di atas, tampak bahwa konotasi kata guru adalah bertugas
mengajar dan siswa yang diajar, hal ini berarti guru sebagai subjek (pemain)
yang beraktivitas dominan sedangkan siswa hanyalah objek (penonton) yang
beraktivitas rendah . Komunikasi guru-siswa di kelas selama ini kebanyakan
hanya satu arah, dari guru ke siswa, guru dominan dan siswa resisten, guru
pemain dan siswa penonton, guru mengajar dan bukan membelajarkan siswa,
bukan pembelajaran melainkan pengajaran (instruksional).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sekarang ini guru masih mendominsai
kelas, siswa pasif (datang, duduk, dengar, lihat, berlatih, dan ... lupa). Guru
memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian pula dalam
progam latihan, dari waktu ke waktu soal yang diberikan adalah soal yang itu-

1 Educare Vol 4, No. 2.doc


itu juga tidak bervariasi. Soal hanya berkisar pada aspek mengingat dan
memahami konsep yang sudah jadi dengan pertanyaan apa, berapa, tentukan,
selesaikan, atau jawablah. Jarang sekali bertanya yang sifatnya pengembangan
kreativitas, soal jarang sekali menggunakan kata mengapa, bagaimana,
darimana, selidiki, temukan, atau generalisasikan. Jadi sekolah tak ubahnya
seperti tempat pelatihan.
Di samping itu, untuk mengikuti pelajaran di sekolah, kebanyakan siswa
tidak siap terlebih dulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa
datang tanpa bekal pengetahuan siap. Lebih parah lagi, mereka tidak menyadari
tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat belajar bagi masa
depannya. Mereka hanya memandang bahwa belajar adalah suatu kewajibanm
yang dipikul atas perintah orang tua, guru, dan lingkungannya. Belum
memandang belajar sebagai suatu kebutuhan.
Pelaksanan kegiatan di kelas guru masih melaksanakan proses
pengajaran secara klasikal. Istilah klasikal bisa diartikan sebagai secara klasik
yang menyatakan bahwa kondisi yang sudah lama terjadi, bisa juga diartikan
sebagai bersifat kelas. Jadi pembelajaran klasikal berarti pembelajaran
konvensional yang biasa dilakukan di kelas selama ini, yaitu pembelajaran yang
memandang siswa berkemampuan tidak berbeda sehingga mereka mendapat
pelajaran secara bersama, dengan cara yang sama dalam satu kelas sekaligus.
Ibarat murid memakai pakain seragam dengan ukuran yang sama. Model yang
digunakan adalah pembelajaran langsung (direct learning).
Pembelajaran klasikal tidak berarti jelek, tergantung proses kegiatan
yang dilaksanakan, yaitu apakah semua siswa berartisipasi secara aktif terlibat
dalam pembelajaran, atau pasif tidak terlibat, atau hanya mendengar, menonton,
dan mencatat. Pembelajaran klasikal bisa pula dengan menggunakan metode
tanya jawab dengan teknik probing-prompting agar partisipasi dan aktivitas
siswa tinggi. Pada umumnya siswa akan belajar (berpikir-bekerja) secara
individu, sehingga mereka dapat melatih diri dalam memupuk rasa percaya diri.

Educare Vol 4, No. 2.doc 2


Dengan teknik ini, siswa akan berpartisipasi aktif tetapi ada unsur ketegangan
dan cepat melelahkan.
Pada model klasikal, siswa belum mendapat kesempatan untuk
mengembangkan mengembangkan potensi kognitif, afektif, dan konatifnya
secara optimal. Siswa masih jarang berkesempatan untuk berdiskusi, presentasi,
berkreasi, bernalar, berkomunikasi, memecahkan masalah, dan berkolaborasi.
Hal ini disebabkan pola yang dipakai masih mengajar bukan membelajarkan
siswa. Pola mengajar yang diterapkan oleh guru bisa cocok bagi siswa yang
terbiasa pasif, untuk membentuk generasi penerus yang penurut dan menjadi
tukang, yaitu orang-orang yang tinggal menunggu tugas dari dunungan
(atasan), misalnya tukang sapu dan tukang kuli.
Di lain pihak, banyak siswa yang masih belum berani dan terbiasa
beraktivitas, kebanyakan masih takut salah untuk bertanya, menjawab,
berkomentar, mencoba, atau mengemukakan ide. Mereka masih sangsi apakah
keberanian akan melanggar etika hormat kepada guru, karena di lingkungan
keluargapun banyak bicara itu bisa dimarahi. Mereka masih takut akan
kesalahan karena biasanya akan mendapat teguran atau bentakan, ada rasa tidak
aman dalam belajar. Pada pihak guru pun, masih banyak guru yang merasa
kurang nyaman jika siswa banyak bicara, merasa kuang senang bila siswa
banyak bertanya dan berkomentar, memandang kurang sopan jika siswa banyak
bertingkah, dan semacamnya. Apalagi jika siswa berbuat salah (bertanya,
menjawab, mengerjakan) biasanya lansung divonis tidak menyenangkan.
Masih banyak guru yang belum menyadari bahwa kesalahan adalah
bagian yang tak terpisahkan dari belajar, kesalahan sebagai indikasi bahwa
siswa berpartisipasi, antusias, perhatian, motivasi, berpikir, mencoba, menggali
(eksplorasi), tetapi karena kemampuan dan pemahaman siswa masih kurang
dan terbatas maka muncullah kesalahan itu. Guru belum menghargai kesalahan
siswa tersebut karena belum bisa membelajarkan siswa dengan suasana nyaman
dan menyenangkan.

3 Educare Vol 4, No. 2.doc


B. Permasalahan
Dari uraian di muka, tampak bahwa paradigma dan kebiasaan
melaksanakan proses belajar mengajar di kelas masih banyak yang belum
sesuai dengan konsep pembelajaran seperti yang diamanatkan kurikulum.
Masih banyak guru yang masih melakukan aktivitas mengajar dan memandang
siswa sebagai penonton yang terkagum-kagum dengan kepiawaian guru dalam
menguasai materi dan penyajiannya, siswa dibuat terpesona dengan penampilan
guru dan petuahnya yang bertuah. Siswa beraktivitas rendah hanya menunggu
pemberian dari sang guru, sehingga terbentuklah manusia penurut menunggu
pemberian. Bukankah kebanyakan di antara kita lebih senang dan bangga
dengan pemberian daripada berusaha untuk memberi?
Kondisi dan kebiasaan tersebut tentunya haruslah segera diubah, karena
sebenarnya tidak mendidik untuk membentuk generasi mandiri yang kritis,
kreatif, dan penuh inisiatif. Cara mengubahnya adalah dengan mengubah
paradigma mengajar menjadi membelajarkan siswa, pengajaran menjadi
pembelajaran, membuat siswa belajar dengan fasilitasi dari guru. Belajar tidak
hanya dengan menonton, mendengar, melihat, menyalin, menghafal, dan
mengerjakan tugas. Akan tetapi belajar dengan cara mengembangkan potensi
diri melalui penalaran, mencoba, eksplorasi, konjektur, hipotesis, generalisasi,
inkuiri, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
Guru adalah sosok panutan dan teladan dalam ilmu dan pribadi bagi
siswa di kelasnya. Guru adalah arsitek pelaksanaan kegiatan di kelas dengan
RPP-nya yang di dalamnya terencana dan tersusun secara rinci dan sistematik
skenario pembelajaran, dengan demikian guru adalah sutradara setiap aktivitas
siswa dan siswa sebagai pemainnya. Dengan demikian, konsep RPP
mengkondisikan guru tidak lagi menjadi pemain dan siswa hanya menjadi
penonton seperti yang selama ini berjalan, dan kesadaran pemaknaan RPP
inilah yang masih banyak belum dipahami dan dihayati oleh guru. Kesadaran
pemaknaan RPP yang intinya pada skenario pembelajaran, yang masih

Educare Vol 4, No. 2.doc 4


seringkali keliru dalam membuatnya, permasalahan terletak pada guru itu
sendiri yang intinya adalah kurangnya pemahaman terhadap hakikat
pembelajaran, sehingga paradigma pengajaran masih saja dilaksanakan di kelas
dan belum banyak berubah menjadi pembelajaran.
C. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam
membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat
atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Siswa dalam kondisi belajar
dapat diamati dan dicermati melalui indikator aktivitas yang dilakukan, yaitu
perhatian fokus, antusias, bertanya, menjawab, berkomentar, presentasi,
diskusi, mencoba, menduga, atau menemukan. Sebaliknya siswa dalam kondisi
tidak belajar adalah kontradiksi dari aktivitas tersebut, mereka hanya berdiam
diri, beraktivitas tak relevan, pasif, atau menghindar.
Dengan konsep seperti di atas, pembelajaran harus berprinsip minds-on,
hands-on, dan constructivism. Hal ini berarti dalam pelaksanaan pembelajaran
pikiran siswa fokus pada materi belajar dan tidak memikirkan hal di luar itu,
pengembangan pikiran tentang materi bahan ajar dilakukan dengan melakukan
dan mengkomunikasikannya agar menjadi bermakna (Peter Sheal, 1989).
Belajar yang sesungguhnya tidak menerima beegitu saja konsep yang sudah
jadi, akan tetapi siswa harus memahami bagaimana dan dari mana konsep
tersebut terbentuk melalui kegiatan mencoba dan menemukan.
Karena belajar berkonotasi pada aktivitas siswa, sedangkan
aktivitas individu dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional, maka sepantasnya
suasana pembelajaran yang kondusif dalam keadaan nyaman dan
menyenangkan (De Porter, 1992), inilah tugas seorang guru sebagai pendidik.
Dengan suasana yang kondusif maka muncullah motivasi dan kreativitas,
kondisi inilah cikal bakal aktivitas belajar dengan indikator tersebut di atas.
Hal ini sesuai dengan istilah pembelajaran dengan prinsip Pakem, yaitu
pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan.

5 Educare Vol 4, No. 2.doc


D. Alternatif Solusi
Sebagai alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas,
dalam menyusun RPP, penulis menawarkan untuk digunakan suatu model atau
pendekatan pembelajaran sehingga siswa belajar lebih bermakna dengan
melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya
berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut
untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip
membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Dengan prinsip pembelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi
seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan
harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitasi dari guru.
Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkontruksi pengetahuan,
kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Siswa harus tahu makna
belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang
diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Di sinilah tugas
guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu menghubungkan
pengetahuan lama dengan yang baru dan memanfaatkannya. Siswa menjadi
subjek belajar sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan
pembelajaran (sutradara) dan fasilitator.
Pembelajaran dengan cara seperti di atas, yaitu dengan cara guru
melaksanakan pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata
yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual
dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian diarahkan denga informasi
melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar siswa berfikir,
constructivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa
menemukan konsep dengan bimbingan guru, learning community agar siswa

Educare Vol 4, No. 2.doc 6


bisa dan terbiasa berkolaborasi-berkomunikasi berbagi pengetahuan dan
pengalaman serta berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereviu kembali
pengalaman belajarnya untuk koreksi dan revisi, serta authentic assessment
agar penilaian yang diberikan menjadi sangat objektif.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-model tersebut di atas,
ini tidak sulit kalau sudah terbiasa, yang penting ada kemauan kuat untuk
mengubah dan meningkatkan kualitas diri. Kurikulum berbasis kompetensi
menuntut pelaksanaan pembelajaran model tersebut, karena orientasinya pada
proses sehingga siswa memiliki kompetensi-kemampuan-ketrampilan-
pangabisa, tidak sekedar mengetahui dan memahami. Jangan lupa bahwa
kondisi emosional individu akan mempengaruhi pemikiran dan prilakunya, oleh
karena itu model pembelajaran tersebut akan terlaksana dengan optimal jika
guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan
menyenangkan.
Pada pelaksanaan di kelas nyata, bisa menggunakan model
pembelajaran koperatif (cooperative learning) yaitu pembelajaran dengan cara
mengelompokkan siswa secara heterogen (dalam hal kemampuan, prestasi,
gender, minat, dan sikap) agar dalam kerja kelompok dinamis. Dalam
kelompok mereka bisa saling berbagi (sharing) rasa, ide, pengetahuan,
pengalaman, tanggung jawab dan saling membantu, sehingga mereka bisa
belajar berkolaborasi-berkomunikasi-bersosialisasi. Dengan berkelompok
mereka akan berlatih pengendalian diri melalui belajar tolerans dengan
menghargai pendapat orang lain, berempati dengan merasakan perasaan orang
lain, mengikis secara bertahap perasaan malu dan rendah diri tanpa alasan, dan
inilah pelatihan kecerdasan emosional sehingga EQ siswa bisa meningkat.
Dasar pembelajaran koperatif adalah fitrah manusia sebagai mahluk sosial
dengan prinsip belajar adalah bahwa hasil pemikiran dan hasil kerja banyak
orang relatif lebih baik daripada hasil sendiri.
Karena belajar berkonotasi pada aktivitas siswa, sedangkan aktivitas

7 Educare Vol 4, No. 2.doc


individu dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional, maka sepantasnya suasana
pembelajaran yang kondusif dalam keadaan nyaman dan menyenangkan, inilah
tugas seorang guru sebagai pendidik. Dengan suasana yang kondusif maka
muncullah motivasi dan kreativitas, kondisi inilah cikal bakal aktivitas belajar
dengan indikator tersebut di atas. Hal ini sesuai dengan istilah pembelajaran
dengan prinsip Pakem, yaitu pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Permasalahannya adalah bagaimana menciptakan suasana belajar yang
nyaman menyenangkan? Jawabannya adalah bahwa kita sebagai guru
seyogianya harus bisa dan terbiasa berkomunikasi secara positif dan sekaligus
menghindar dari prilaku komunikasi negatif. Cara berkomunikasi positif adalah
dengan menjaga citra diri yang positif, berbicara fokus, bersikap mengajak dan
bukan memerintah, ekspresi wajah ramah, nada suara rendah menyenangkan,
tutur kata lembut menyejukkan, gerakan badan wajar tidak dibuat-buat. Seperti
sabda nabi Muhammad saw. Yusyiru wa la tu’asyiru, wa basyiru wa la
tunafiru, mudahkanlah dan jangan dibuat susah, senangkanlah dan jangan
membuat kecewa. Dengan demikian akan tumbuh pribadi positif, yaitu
ptimis,mau memperbaiki diri, mengendalikan situasi, punya kebebasan memilih
alternatif, partisipatif, rendah hati, pemaaf, dan tanggung jawab. Hindari prilaku
dan komunikasi negatif yaitu marah, bohong, ragu, cemas, takut, dan takabur.
Di samping itu, guru seyogianya memandang pekerjaan ini sebagai
pekerjaan profesi dalam rangka beribadah kepada Alloh Swt. yang telah
menciptakan, memelihara kita dengan rizqi-Nya, dan akan memanggil kita
untuk kembali menghadap-Nya dengan hisab. Dengan pola pikir (mind set)
seperti itu, insya Alloh, kita sebagai guru akan melaksanakan tugas dengan rasa
ikhlas. Siapapun kepala sekolah-atasannya dan berapapun honor-gajinya, akan
selalu bersemangat dalam membelajarkan siswa, karena meyakini Alloh selalu
memperhatikan seluruh makhluqnya (inna Robbaka labil mirshod) , Dia-lah
sebagai atasannya dan yang memberi nafkah kehidupan. Dengan rasa ikhlas
dalam melaksanakan pembelajaran mencullah kreativitas dalam variasi model

Educare Vol 4, No. 2.doc 8


penyajian dan media, wajah ramah terhias senyum, tutur kata menyejukkan hati
siapapun, tidak ada rasa benci-cemas-marah, yang ada adalah sifat pemaaf-
santun-bijak-melindungi dan semuan kegiatannya lillah, untuk Alloh semata.
Dalam kondisi lillah semuanya menjadi positif, guru adalah orang tua
siswa di sekolah sebagai pendidik dan bukan penyidik, guru adalah orang tua
bijak dan pemaaf, guru adalah contoh teladan bagi murid dalam hal ilmu dan
moral. Tidak ada lagi rasa benci-marah-dendam-paling tahu, sehingga
memandang siswa sebagai anak sendiri yang merupakan cobaan dan sekaligus
harapan.
Dengan konsep guru seperti itu, proses pembelajaran yang hakiki
(sebenar-benarnya) akan terwujud dalam kelas, karena dengan suasana nyaman
dan menyenangkan potensi siswa akan tumbuh dan berkembang secara optimal.
Bukankah pembelajaran dapat diartikan pula sebagai proses menumbuhkan dan
mengembangkan potensi siswa secara optimal melalui aktivitas terarah dan
terencana, sehingga selama dan sesudah pembelajaran siswa memiliki berbagai
kompetensi (kemampuan dan ketrampilan) sebagai bekal hidup untuk bisa
mandiri. Potensi siwa sendiri, berupa fisik dan psikis adalah anugrah dari Alloh
yang harus disyukuri dengan memanfaatkannya untuk hal positif, jika tidak
adzab sangat pedih akan menimpa. Dengan demikian kegiatan belajar dan
pembelajaran adalah wujud dari syukur nikmat dari guru dan siswa.
E. Penutup
1. Kesimpulan
Paradigma kegiatan guru-siswa di kelas, pada umumnya masih
bersifat kumunikasi satu arah, guru mengajar dan siswa belajar, guru
pemain dan siswa penonton, yang akan membentuk generasi siswa yang
hanya bisa menerima sesuatu yang sudah jadi. Padahal untuk membekali
generasi yang akan datang haruslah dengan membiasakan siswa beraktivitas
agar mereka bisa mandiri dan bermanfaat bagi lingkungannya. Hal ini akan
terbentuk melalui kegiatan yang bisa dan membiasakan diri

9 Educare Vol 4, No. 2.doc


mengembangkan potensi diri berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik
sehingga memiliki berbagai kompetensi sebagai bekal kehidupannya. Oleh
karena itu paradigma kegiatan guru-siswa di kelas harus diubah dari
mengajar menjadi pembelajaran, yaitu membuat siswa belajar melalui
kegiatan penalaran, mencoba, eksplorasi, konjektur, hipotesis, generalisasi,
inkuiri, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
2. Saran-saran
Untuk bisa mengubah paradigma mengajar menjadi pembelajaran,
bisa dilakukan dengan upaya konkret, yaitu:
a. guru memahami benar hakikat pembelajaran sehingga (sebagai
sutradara) dalam menyusun strategi dan skenario dalam RPP bisa
mengkondisikan siswa sebagai subjek (pemain) belajar dengan aktivitas
tinggi
b. meluruskan kembali niat menjadi guru, yaitu untuk membekali siswa
menempuh hidup dan kehidupannya secara madiri dan bermanfaat bagi
yang lain, khoerun nas anfauhum li nas
c. ciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, nyaman dan
menyenangkan, dengan bersikap ramah, pemaaf, mengayomi, dan ikhlas
d. gugah afektif siswa agar kesadaran belajarnya tumbuh, dengan
mengingatkan kembali tujuan dan manfaat belajar, tekankan bahwa
rencanakan masa depanmu dengan belajar yang baik, jika tidak, tanpa
sadar mereka tengah merencanakan kegagalan
Daftar Pustaka
Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.
Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.
De Porter, Bobbi (1992). Quantum Learning. New York: Dell Publishing.
Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning,
CTL). Jakarta.:Depdiknas.
Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA-FPMIPA.

Educare Vol 4, No. 2.doc 10


Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences.
New York: Basic Bools.
Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

11 Educare Vol 4, No. 2.doc


Modul 1

Strategi Pembelajaran
Prof. Dr. Sri Anitah W.

PE NDA HULUA N

G uru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya di


depan kelas. Salah satu keahlian tersebut, yaitu kemampuan
menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan
pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis
strategi pembelajaran sehingga dapat memilih strategi manakah yang paling
tepat untuk mengajarkan suatu bidang studi tertentu. Secara berturut-turut,
Anda akan mempelajari konsep strategi pembelajaran, meliputi pengertian
pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran, dan teori yang melandasi,
serta berbagai jenis pendekatan dalam strategi pembelajaran.
Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, setiap guru dituntut
untuk memahami benar strategi pembelajaran yang akan diterapkannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, seorang guru perlu memikirkan strategi
pembelajaran yang akan digunakannya. Pemilihan strategi pembelajaran yang
tepat berdampak pada tingkat penguasaan atau prestasi belajar siswa.
Setelah Anda mempelajari materi dalam Modul 1 ini, Anda diharapkan
mampu menjelaskan konsep strategi pembelajaran serta jenis-jenisnya.
Secara lebih terperinci, Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan perbedaan antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran;
2. mengidentifikasi teori-teori yang melandasi strategi pembelajaran;
3. mengidentifikasi berbagai jenis strategi pembelajaran berdasarkan
pendekatan tertentu.
1.2 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

Kegiatan Belajar 1

Hakikat Strategi Pembelajaran

A. PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, DAN


TEKNIK PEMBELAJARAN

Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan


lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan perlu diatur sedemikian rupa
sehingga timbul reaksi siswa ke arah perubahan perilaku yang diinginkan.
Pengaturan lingkungan tersebut, meliputi analisis kebutuhan siswa,
karakteristik siswa, perumusan tujuan, penentuan materi pelajaran, pemilihan
strategi yang sesuai, serta media pembelajaran yang diperlukan. Jadi, strategi
pembelajaran merupakan salah satu unsur yang penting dipahami oleh guru.
Strategi pembelajaran disusun berdasarkan suatu pendekatan tertentu. Oleh
karena itu, sebelum diuraikan tentang strategi pembelajaran, terlebih dahulu
akan dikemukakan pengertian pendekatan. Secara berturut-turut berikut ini
akan dikemukakan pengertian-pengertian tentang pendekatan, strategi,
metode, dan teknik dalam pembelajaran.

1. Pendekatan
Pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis
digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan strategi, metode, dan
teknik (prosedur) dalam mencapai target atau hasil tertentu sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai suatu
perspektif atau cara pandang seseorang dalam menyikapi sesuatu.

2. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai
seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran
menurut Frelberg & Driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai
berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk
siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach & Ely (1980)
mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996) berpendapat bahwa
 PBIN4301/MODUL 1 1.3

strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan


juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran. Strategi
pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan prosedur
yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.
Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan
pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai
dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan
khusus pembelajaran yang dirumuskan. Gerlach & Ely (1980) juga
mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi pembelajaran dengan
tujuan pembelajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan pembelajaran
yang efektif dan efisien. Strategi pembelajaran terdiri dari metode dan teknik
(prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa akan betul-betul mencapai
tujuan pembelajaran. Kata metode dan teknik sering digunakan secara
bergantian. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa teknik (yang kadang-
kadang disebut metode) dapat diamati dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Teknik adalah jalan atau alat (way or means) yang digunakan oleh guru
untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang akan dicapai. Guru
yang efektif sewaktu-waktu siap menggunakan berbagai metode (teknik)
dengan efektif dan efisien menuju tercapainya tujuan.
Metode, menurut Winarno Surakhmad (1986) adalah cara, yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik
bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin
baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan. Namun,
metode kadang-kadang dibedakan dengan teknik. Metode bersifat
prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif, maksudnya
merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru)
untuk mencapai tujuan. Contohnya, guru A dan guru B sama-sama
menggunakan metode ceramah, keduanya mengetahui bagaimana prosedur
pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasil guru A berbeda
dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi, tiap guru
mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama.
Marilah kita tinjau kembali pengertian strategi yang telah diuraikan
tersebut di atas. bahwa strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur
yang menjamin siswa mencapai tujuan. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa
strategi pembelajaran lebih luas daripada metode dan teknik pembelajaran.
Metode dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi
1.4 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

pembelajaran. Untuk lebih memperjelas perbedaan tersebut, ikutilah contoh


berikut.
Dalam suatu Satuan Acara Perkuliahan (SAP) untuk mata kuliah
“Metode-metode Mengajar bagi Mahasiswa Program Akta Mengajar”,
terdapat suatu rumusan tujuan khusus pembelajaran sebagai berikut
“Mahasiswa calon guru diharapkan dapat mengidentifikasi minimal empat
bentuk diskusi sebagai metode mengajar”. Strategi yang dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut, misalnya berikut ini.
a. Mahasiswa diminta mengemukakan empat bentuk diskusi yang pernah
dilihatnya, secara kelompok.
b. Mahasiswa diminta membaca dua buah buku tentang bentuk-bentuk
diskusi dari beberapa buku.
c. Mahasiswa diminta mendemonstrasikan cara-cara berdiskusi sesuai
dengan bentuk yang dipelajari, sedangkan kelompok yang lain mengamati
sambil mencatat kekurangan-kekurangannya untuk didiskusikan setelah
demonstrasi selesai.
d. Mahasiswa diharapkan mencatat hasil diskusi kelas.

Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan nomor c dan d adalah
teknik pembelajaran, dengan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi.
Seluruh kegiatan tersebut di atas merupakan strategi yang disusun guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mengatur strategi, guru dapat memilih
berbagai metode, seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, dan demonstrasi.
Berbagai media, seperti film, VCD, kaset audio, dan gambar, dapat
digunakan sebagai bagian dari teknik-teknik yang dipilih oleh guru.

B. TEORI YANG MELANDASI STRATEGI PEMBELAJARAN

Crowl, Kaminsky & Podell (1997) mengemukakan tiga pendekatan yang


mendasari pengembangan strategi pembelajaran. Pertama, Advance
Organizers dari Ausubel, yang merupakan pernyataan pengantar yang
membantu siswa mempersiapkan kegiatan belajar baru dan menunjukkan
hubungan antara apa yang akan dipelajari dengan konsep atau ide yang lebih
luas. Kedua, Discovery learning dari Bruner, yang menyarankan
pembelajaran dimulai dari penyajian masalah dari guru untuk meningkatkan
 PBIN4301/MODUL 1 1.5

kemampuan siswa dalam menyelidiki dan menentukan pemecahannya.


Ketiga, peristiwa-peristiwa belajar dari Gagne.

1. Belajar Bermakna dari Ausubel


Ausubel (1977) menyarankan penggunaan interaksi aktif antara guru
dengan siswa yang disebut belajar verbal yang bermakna (meaningful verbal
learning) atau disingkat belajar bermakna pembelajaran ini menekankan pada
ekspositori dengan cara, guru menyajikan materi secara eksplisit dan
terorganisasi. Dalam pembelajaran ini, siswa menerima serangkaian ide yang
disajikan guru dengan cara yang efisien.
Model Ausubel ini mengedepankan penalaran deduktif, yang
mengharuskan siswa pertama-tama mempelajari prinsip-prinsip, kemudian
belajar mengenal hal-hal khusus dari prinsip-prinsip tersebut. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa seseorang belajar dengan baik apabila memahami
konsep-konsep umum, maju secara deduktif dari aturan-aturan atau prinsip-
prinsip sampai pada contoh-contoh.
Pembelajaran bermakna dari Ausubel menitikberatkan interaksi verbal
yang dinamis antara guru dengan siswa. Guru memulai dengan suatu advance
organizer (pemandu awal), kemudian ke bagian-bagian pembelajaran,
selanjutnya mengembangkan serangkaian langkah yang digunakan guru
untuk mengajar dengan ekspositori.

2. Advance Organizer
Guru menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan skemata
siswa (eksistensi pemahaman siswa), untuk mengetahui apa yang telah
dikenal siswa, dan untuk membantunya mengenal relevansi pengetahuan
yang telah dimiliki. Advance organizer memperkenalkan pengetahuan baru
secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai kerangka untuk
memahami isi informasi baru secara terperinci Anda dapat menggunakan
advance organizer untuk mengajar bidang studi apa pun.

3. Discovery Learning dari Bruner


Teori belajar penemuan (discovery) dari Bruner mengasumsikan bahwa
belajar paling baik apabila siswa menemukan sendiri informasi dan konsep-
konsep. Dalam belajar penemuan, siswa menggunakan penalaran induktif
untuk mendapatkan prinsip-prinsip, contoh-contoh. Misalnya, guru
menjelaskan kepada siswa tentang penemuan sinar lampu pijar, kamera, dan
1.6 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

CD, serta perbandingan antara invention dengan discovery (misalnya, listrik,


nuklir, dan gravitasi). Siswa, kemudian menjabarkan sendiri apakah yang
dimaksud dengan invention dan bagaimana perbedaannya dengan discovery.
Dalam belajar penemuan, siswa “menemukan” konsep dasar atau
prinsip-prinsip dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
mendemonstrasikan konsep tersebut. Bruner yakin bahwa siswa “memiliki”
pengetahuan apabila menemukan sendiri dan bertanggung jawab atas
kegiatan belajarnya sendiri, yang memotivasinya untuk belajar.

4. Peristiwa-peristiwa Belajar menurut Gagne


Gagne (dalam Gagne & Driscoll, 1988) mengembangkan suatu model
berdasarkan teori pemrosesan informasi yang memandang pembelajaran dari
segi 9 urutan peristiwa sebagai berikut.
a. Menarik perhatian siswa.
b. Mengemukakan tujuan pembelajaran.
c. Memunculkan pengetahuan awal.
d. Menyajikan bahan stimulasi.
e. Membimbing belajar.
f. Menerima respons siswa.
g. Memberikan balikan.
h. Menilai unjuk kerja.
i. Meningkatkan retensi dan transfer.

C. BERBAGAI JENIS PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN

Ada beberapa dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi strategi


pembelajaran. Berikut ini akan dikemukakan beberapa di antaranya untuk
dipahami dan pada saatnya dapat dipilih serta digunakan secara efektif.
Berdasarkan bentuk pendekatannya, dibedakan:

1. Expository dan Discovery/Inquiry


Dari hasil penelitian Edwin Fenton diketahui bahwa strategi
pembelajaran yang banyak digunakan oleh para guru, bergerak pada suatu
garis kotinum yang digambarkan sebagai berikut.
 PBIN4301/MODUL 1 1.7

Gambar 1.1.
Kontinum Pembelajaran

Dengan diagram tersebut dapat dilihat bahwa ujung paling kiri adalah
“Expotition” (ekspositori), yang berarti guru hanya memberikan informasi
yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang
mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran telah diorganisasikan oleh guru sehingga siap disampaikan
kepada siswa dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya
itu, pembelajaran itu disebut ekspositori.
Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa kontinum tersebut di atas
berguna bagi guru dalam memilih metode pembelajaran. Titik-titik yang
bergerak dari ujung kiri sampai ke ujung kanan mengandung unsur-unsur
ekspositori dengan berbagai metode yang bergerak sedikit demi sedikit
sampai pada unsur discovery (penemuan). Dalam kenyataan hampir tidak ada
discovery murni, pada umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta
metode pembelajaran yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan
metode campuran.
Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositori dengan metode
ekspositori pula. Begitu pula dengan discovery/inquiry sehingga suatu ketika
ekspositori- discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi pembelajaran,
tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode pembelajaran. Gerak titik-
titik dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat digambarkan
sebagai berikut.

Gambar 1.2.
Gerak Titik dan Metode Pembelajaran dari Strategi
Ekspositori – Discovery
1.8 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

Dari diagram tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari strategi


ekspositori, guru dapat memilih metode ceramah apabila ia hanya akan
menyampaikan pesan berturut-turut sampai pada pemecahan masalah atau
memilih eksperimen apabila ingin banyak melibatkan siswa secara aktif.
Strategi mana yang lebih dominan digunakan oleh guru tampak pada contoh
berikut.
a. Pada Taman Kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan
menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan
aturan berdiri pada jalur penyeberangan dan menanti lampu lalu lintas
sesuai dengan urutan warna.
Dalam contoh tersebut, guru menggunakan strategi ekspositori ia
mengemukakan aturan umum dan mengharap anak-anak akan
mengikuti/mentaati aturan tersebut.
b. Dengan menunjukkan sebuah media film yang berjudul “Pengamanan
jalan menuju sekolah”, guru ingin membantu siswa untuk merencanakan
jalan yang terbaik dari sekolah ke rumah masing-masing dan
menetapkan peraturan untuk perjalanan yang aman dari dan ke sekolah.
Dengan film sebagai media pembelajaran, akan merupakan ekspositori
apabila direncanakan untuk menjelaskan kepada siswa tentang apa yang
harus diperbuat, siswa diharapkan menerima dan melaksanakan
informasi tersebut. Akan tetapi, strategi itu akan menjadi discovery atau
inkuiri apabila guru meminta anak-anak untuk merencanakan sendiri
jalan-jalan dari rumah masing-masing. Strategi ini akan menyebabkan,
anak berpikir untuk dapat menemukan jalan yang dianggap terbaik bagi
diri masing-masing. Tugas tersebut memungkinkan siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sebelum siswa sampai pada penemuan-penemuan
yang dianggapnya terbaik. Mungkin siswa perlu menguji cobakan
penemuannya, kemungkinan mencari jalan lain kalau dianggap kurang
baik.

Dari contoh sederhana tersebut dapat dilihat bahwa suatu strategi yang
diterapkan guru, tidak selalu mutlak ekspositori atau discovery. Guru dapat
mengombinasikan berbagai metode yang dianggapnya paling efektif untuk
mencapai suatu tujuan.
 PBIN4301/MODUL 1 1.9

2. Discovery dan Inquiry


Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan
inquiry (penyelidikan) penemuan adalah proses mental yang mengharapkan
siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental,
misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, dan membuat
kesimpulan. Konsep, misalnya bundar, segitiga, demokrasi, dan energi.
Prinsip, misalnya “setiap logam apabila dipanaskan memuai”.
Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan
lebih mendalam). Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya. Misalnya, merumuskan masalah, merancang eksperimen,
melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan.
Penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu baik, untuk kelas-kelas
rendah, sedangkan inquiry baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi.
Salah satu bentuk discovery yang disebut Guided Discovery (discovery
terbimbing), guru memberi beberapa petunjuk kepada siswa untuk membantu
siswa menghindari jalan buntu. Guru memberi pertanyaan atau
mengungkapkan dilema yang membutuhkan pemecahan-pemecahan,
menyediakan materi-materi yang sesuai dan menarik, serta meningkatkan
kemampuan siswa untuk mengemukakan dan menguji hipotesis. Secara
berturut-turut langkah discovery terbimbing sebagai berikut.
a. Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dalam
pertanyaan atau pernyataan.
b. Jelas tingkat/kelasnya (misalnya SMP kelas III).
c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan
tersebut perlu ditulis dengan jelas.
d. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam
melaksanakan kegiatan.
e. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.
f. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan
untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan.
g. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental
operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
h. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang
mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.
1.10 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

i. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan
mengalami kegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya.

Adapun langkah-langkah inquiry sebagai berikut.


a. Menentukan masalah.
b. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan.
c. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan.
d. Perumusan keterangan yang diperoleh.
e. Analisis proses inquiry.

3. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)


Sejak dulu cara belajar ini telah ada, yaitu bahwa dalam kelas mesti
terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa. Hanya saja kadar
(tingkat) keterlibatan siswa itu yang berbeda. Jika dahulu guru lebih banyak
menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini
dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa.
Kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat
pada siswa (student centered).
Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum
terbentuk secara jelas maka kewajiban gurulah untuk memberi stimulus agar
siswa mampu menampilkan potensi itu, betapa pun sederhananya. Para guru
dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan
taraf perkembangannya sehingga siswa memperoleh konsep. Dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa
akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep,
serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses pembelajaran
seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Hakikat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya:
a. Proses asimilasi/pengalaman kognitif  yang memungkinkan
terbentuknya Pengetahuan.
b. Proses perbuatan/pengalaman langsung  yang memungkinkan
terbentuknya Keterampilan.
c. Proses penghayatan dan internalisasi nilai  yang memungkinkan
terbentuknya nilai dan sikap.
 PBIN4301/MODUL 1 1.11

Walaupun demikian, hakikat CBSA tidak saja terletak pada tingkat


keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri
siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan-kemungkinan yang
menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu, guru
diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat
menganalisis situasi pembelajaran, kemudian mampu merencanakan sistem
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dalam menerapkan konsep CBSA, hakikat CBSA perlu dijabarkan
menjadi bagian-bagian kecil yang dapat disebut sebagai prinsip-prinsip
CBSA, suatu perilaku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian, dapat
dilihat perilaku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan pembelajaran
karena memang sengaja dirancang untuk itu.

Rambu-rambu CBSA
Rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang
dapat diukur dari rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan
yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dari
suatu proses pembelajaran. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari
beberapa dimensi sebagai berikut.

Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk


menentukan apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar CBSA
yang tinggi atau rendah. Jadi, bukan menentukan ada atau tidak adanya
kadar CBSA dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun lemahnya
seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada walaupun rendah.
Dengan mengenal hakikat strategi pembelajaran, teori yang mendasari,
serta beberapa jenis pendekatan dalam pembelajaran, Anda diharapkan
dapat memilih, kemudian menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.
1.12 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

LA TIHA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Bedakanlah antara strategi, metode, dan teknik, dengan contoh-contoh


untuk mata pelajaran tertentu!
2) Teori-teori manakah yang mendasari strategi pembelajaran?
3) Mengapa guru tidak mungkin menggunakan strategi ekspositori maupun
discovery secara murni?
4) Apakah bedanya discovery dengan inquiry?
5) Pembaharuan apakah yang terkandung dalam CBSA saat ini
dibandingkan dengan cara yang dilakukan oleh guru pada masa lalu?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Tentukan dahulu suatu pokok bahasan untuk mata pelajaran yang Anda
pilih, kemudian rumuskanlah tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Anda
susun suatu prosedur mengajarkannya. Salah satu atau beberapa di
antaranya adalah metode, sedangkan seluruh prosedur yang Anda susun
adalah strategi pembelajaran.
2) Teori-teori yang mendasari strategi pembelajaran, antara lain teori
belajar bermakna dengan advance organizer dari Ausubel, discovery dari
Bruner, dan peristiwa belajar dari Gagne.
3) Sulit bagi guru untuk menetapkan apakah metode-metode yang
diterapkan termasuk ekspositori ataukah discovery secara murni karena
biasanya dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya berisi ceramah saja,
melainkan guru juga memberi pertanyaan, memberi tugas, menyuruh
siswa menunjukkan sesuatu.
4) Discovery (penemuan) adalah proses mental yang mengharapkan siswa
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip, sedangkan inquiry
merupakan pendalaman discovery, artinya inquiry mengandung proses
mental yang lebih tinggi.
5) Pembaharuan CBSA dibandingkan dengan keaktifan siswa yang
diterapkan oleh guru-guru pada masa lalu adalah bahwa pembelajaran
saat ini berpusat pada siswa (student centered).
 PBIN4301/MODUL 1 1.13

RA NG K UMA N

Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk


menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu,
meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi
pengalaman belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari
teknik (prosedur) dan metode yang akan membawa siswa pada
pencapaian tujuan. Jadi, strategi lebih luas daripada metode dan teknik.
Ada dua kutub pendekatan yang bertolak belakang, yaitu ekspositori dan
discovery. Kedua pendekatan tersebut bermuara dari teori Ausubel yang
menggunakan penalaran deduktif (ekspositori) dan teori Bruner yang
menggunakan penalaran induktif (discovery). Kedua pendekatan tersebut
merupakan suatu kontinum. Dari titik-titik yang terdapat sepanjang garis
kontinum itu, terdapat metode-metode pembelajaran dari metode yang
berpusat pada guru (ekspositori), seperti ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, sampai dengan metode yang berpusat pada siswa
(discovery/inquiry), seperti eksperimen.

TE S F O RMA TIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Strategi pembelajaran lebih luas daripada metode karena strategi ....


A. terdiri dari semua komponen materi pembelajaran
B. meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan
C. merupakan implementasi metode
D. merupakan jalan atau alat mencapai tujuan

2) Dengan siswa, materi, kondisi, serta metode yang sama, guru A lebih
berhasil daripada guru B, hal ini banyak disebabkan karena ....
A. perencanaan yang berbeda
B. SAP yang berbeda
C. penyusunan materi yang berbeda
D. penggunaan teknik yang berbeda

3) Teori yang mendasari pendekatan ekspositori adalah teori ....


A. Bruner
B. Gagne
1.14 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

C. Ausubel
D. Bloom

4) Dengan pendekatan ekspositori, kegiatan pembelajaran berlangsung


dengan cara ....
A. guru memberikan pesan atau informasi
B. siswa mengolah pesan atau informasi
C. guru dan siswa menganalisis pesan
D. siswa dihadapkan pada masalah

5) Strategi inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi sifatnya


karena ....
A. percobaan-percobaan yang dilakukan memakan waktu lama
B. siswa melaksanakan eksperimen sampai memperoleh kesimpulan
C. mengutamakan aktivitas diri sendiri
D. mementingkan analisis data

6) Metode berikut ini termasuk dalam pendekatan ekspositori ....


A. eksperimen
B. penemuan
C. diskusi
D. ceramah

7) Contoh berikut ini merupakan proses mental dalam discovery ….


A. menulis
B. membuat kesimpulan
C. memotong besi
D. menggambar

8) Langkah pertama penerapan discovery adalah ….


A. memberi contoh
B. menemukan prinsip
C. mengemukakan konsep
D. menentukan problema

9) Konsep CBSA dalam kegiatan pembelajaran mengutamakan ….


A. aktivitas fisik siswa
B. keterlibatan intelektual emosional
C. kegiatan keterampilan
D. keterlibatan guru dalam membimbing
 PBIN4301/MODUL 1 1.15

10) Titik tolak penentuan strategi pembelajaran adalah ....


A. perumusan tujuan secara jelas
B. kemampuan profesional guru
C. potensi yang dimiliki siswa
D. perbedaan kemampuan tiap siswa

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.16 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

Kegiatan Belajar 2

Berbagai Jenis Strategi Pembelajaran

B urdon & Byrd (1999) mengemukakan beberapa strategi yang dapat


dipilih guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

A. STRATEGI DEDUKTIF - INDUKTIF

Pada waktu guru merencanakan pembelajaran, perlu dipertimbangkan


strategi yang berguna untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Beberapa
strategi yang berpusat pada guru, seperti ceramah, resitasi, pertanyaan, dan
praktik. Strategi yang lain lebih berorientasi pebelajar, yang menekankan
pada inquiry dan discovery. Strategi pembelajaran menunjukkan kontinum
yang terentang dari strategi yang berpusat pada guru, yang lebih eksplisit ke
strategi yang berpusat pada pebelajar, yang kurang eksplisit.
Dengan strategi pembelajaran deduktif, pembelajaran dimulai dengan
prinsip yang diketahui ke prinsip yang tidak diketahui. Dengan strategi
pembelajaran induktif, pembelajaran dimulai dari prinsip-prinsip yang tidak
diketahui ke prinsip-prinsip yang diketahui. Perbedaan antara keduanya
dicontohkan sebagai berikut guru mengajar konsep “topic sentence”, guru
yang menggunakan pendekatan deduktif meminta pebelajar membaca
definisi “topic sentence”. Kemudian, guru memberikan contoh-contoh topic
sentence dan mengakhiri pelajaran dengan meminta pebelajar menulis
kalimat topiknya sendiri. Selanjutnya, guru dapat mereviu kalimat tersebut
dan memberikan balikan Kekuatan strategi deduktif ini berpusat pada strategi
pembelajaran yang menghubungkan antara contoh guru dan tugas pebelajar.
Walaupun koran merupakan media yang bagus digunakan untuk pelajaran
topic sentence.
Guru yang menggunakan pendekatan induktif mungkin memberikan
contoh paragraf dengan penekanan pada topic sentence. Dengan strategi ini,
guru tidak menceritakan pada awal ketika pebelajar mempelajari topic
sentence atau guru tidak memberikan definisinya, tetapi pada akhirnya
pebelajar akan menemukan sendiri apa yang dimaksud dengan “topic
sentence”.
 PBIN4301/MODUL 1 1.17

B. STRATEGI EKSPOSITORI LANGSUNG DAN BELAJAR


TUNTAS

Strategi ekspositori langsung, guru menstrukturkan pelajaran dengan


maju secara urut. Guru dengan cermat mengontrol materi dan keterampilan
yang dipelajari. Pada umumnya, dengan strategi ekspositori langsung, guru
menyampaikan keterampilan dan konsep-konsep baru dalam waktu yang
relatif singkat. Strategi pembelajaran langsung berpusat pada materi dan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas kepada pebelajar. Guru
memonitor pemahaman pebelajar dan memberikan balikan terhadap
penampilan mereka. Termasuk dalam strategi pembelajaran langsung, yaitu
pembelajaran eksplisit.
Strategi belajar tuntas didasarkan pada keyakinan bahwa semua
pebelajar dapat menuntaskan bahan yang diajarkan jika kondisi-kondisi
pelajaran disiapkan untuk itu. Kondisi-kondisi tersebut meliputi pebelajar
diberi waktu belajar yang cukup, ada balikan untuk penampilannya, program
pembelajaran individual, berkaitan dengan porsi materi yang tak dikuasai
pada pembelajaran awal, dan kesempatan menunjukkan ketuntasan setelah
mendapat remediasi.

1. Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung memiliki 4 komponen, yaitu (a) penentuan tujuan
yang jelas, (b) pembelajaran dipimpin guru, (c) monitoring hasil belajar yang
cermat, dan (d) metode organisasi dan pengelolaan kelas. Pembelajaran
langsung efektif karena didasarkan pada prinsip-prinsip belajar
behaviouristik, seperti menarik perhatian pebelajar, penguatan respons
pebelajar, menyediakan balikan korektif, dan melakukan respons-respons
yang betul. Hal ini juga cenderung meningkatkan waktu belajar.

2. Pembelajaran Eksplisit
Pembelajaran eksplisit menuntut guru untuk memberi perhatian kepada
pebelajar, memberi penguatan atas respons yang benar, menyediakan balikan
kepada pebelajar tentang kemajuannya, dan meningkatkan jumlah waktu
yang digunakan pebelajar untuk mempelajari materi.
1.18 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

3. Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan suatu pendekatan pembelajaran individual
yang menggunakan kurikulum terstruktur yang dipecah ke dalam serangkaian
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan kecil yang dipelajari.
Pembelajaran ini didesain untuk menjamin bahwa pebelajar menguasai tujuan
pembelajaran dan juga memberi waktu yang cukup kepada pebelajar. Model
ini meyakini bahwa sebagian besar pebelajar akan mencapai suatu tingkat
tertentu karena waktu belajar fleksibel dan tiap pebelajar menerima target
pembelajaran, praktik yang diperlukan, dan balikan. Belajar tuntas
melibatkan pembelajaran tradisional berbasis kelompok dan remediasi
individual serta pengayaan. Model ini memiliki kegiatan-kegiatan guru pada
tingkat tinggi. Guru mendiagnosis kemampuan-kemampuan pebelajar,
kemudian mempreskripsi kegiatan-kegiatan individual. Belajar tuntas
menekankan pada hal-hal (a) fleksibel/belajar yang menstrukturkan waktu
dengan materi, (b) diagnostik/pembelajaran preskriptif, dan (c)
melengkapi keberhasilan seluruh tujuan oleh semua pebelajar. Pembelajaran
yang sesuai dan waktu, merupakan dua kunci utama belajar tuntas.
Guru-guru menggunakan belajar tuntas untuk mengorganisasikan
pembelajaran dengan cara yang tepat, menyajikan informasi dan
keterampilan menurut suatu pola, menentukan secara reguler seberapa jauh
kemajuan, membentuk kemajuan pebelajar, membantu pebelajar mengatasi
kesulitan-kesulitan melalui bimbingan dan pembelajaran tambahan atau
praktik, serta menyediakan pengayaan ekstra untuk pebelajar yang menguasai
pembelajaran dengan cepat.
Pembelajaran tuntas membutuhkan perencanaan ekstensif dan cermat,
pengorganisasian, tes diagnostik. Tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan
alternatif harus disediakan atau dikembangkan oleh guru untuk melayani
kebutuhan individu pebelajar.

4. Ceramah dan Demonstrasi


Ceramah dan demonstrasi, merupakan suatu strategi pembelajaran
dengan kegiatan guru menyampaikan fakta-fakta dan prinsip-prinsip,
sedangkan pebelajar membuat catatan-catatan. Mungkin hanya sedikit atau
tak ada partisipasi pebelajar dengan pertanyaan atau diskusi. Ceramah-
ceramah dapat digunakan untuk mendesiminasi informasi dalam waktu
singkat, menjelaskan ide-ide yang sukar, mendorong pebelajar untuk belajar,
menyajikan informasi dengan suatu cara tertentu atau menyelesaikannya
 PBIN4301/MODUL 1 1.19

untuk kelompok khusus atau untuk menjelaskan tugas belajar. Ceramah tidak
harus digunakan apabila tujuan lebih pada pembelajaran untuk memiliki
pengetahuan/informasi yang kompleks, abstrak atau terperinci, partisipasi
pebelajar di sini penting.

5. Demonstrasi
Demonstrasi sama dengan ceramah dalam hal komunikasi langsung dan
pemberian informasi dari guru kepada pebelajar. Demonstrasi melibatkan
pendekatan visual untuk menguji proses, informasi, ide-ide. Demonstrasi ini
membolehkan pebelajar melihat guru sebagai pebelajar aktif dan model.
Pebelajar dapat mengobservasi sesuatu yang riil dan bagaimana cara
bekerjanya. Mungkin berupa demonstrasi murni, demonstrasi dengan
komentar atau demonstrasi partisipatif dengan pebelajar. Dalam banyak
kasus, guru mendemonstrasikan kegiatan tertentu atau kegiatan awal yang
meminta pebelajar melakukannya secara individual. Bagi kebanyakan
pebelajar, demonstrasi guru ini dianggap sebagai contoh suatu kegiatan.
Demonstrasi dapat digunakan untuk menampilkan ilustrasi atau prosedur
yang efisien, mendorong minat pebelajar dalam suatu topik tertentu,
menyiapkan contoh untuk mengajar keterampilan-keterampilan khusus, dan
menyiapkan perubahan-perubahan langkah. Untuk mencapai demonstrasi
yang efektif, guru harus merencanakan demonstrasi dengan cermat,
mempraktikkan demonstrasi, mengembangkan suatu panduan untuk
membimbing demonstrasi, meyakinkan bahwa setiap orang dapat melihat
demonstrasi itu, menjelaskan demonstrasi untuk memusatkan perhatian,
memberikan pertanyaan-pertanyaan, dan merencanakan tindak lanjut
demonstrasi.

6. Pertanyaan-pertanyaan dan Resitasi


Apabila guru menggunakan pertanyaan, pertimbangkan tingkat
pertanyaan, dan penggunaan pertanyaan konvergen dan divergen, jenis
pertanyaan, serta cara menyusun pertanyaan. Pertama, pertanyaan-
pertanyaan dapat dikembangkan untuk tiap tingkat domain kognitif
(pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis, dan evaluasi). Tiga tingkat
pertama mempertimbangkan penguasaan pertanyaan tingkat rendah karena
terutama menekankan pada ingatan dan penggunaan informasi sedang. Tiga
tingkat di atasnya, domain kognitif yang memerlukan pertanyaan tingkat
1.20 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

tinggi (di atas ingatan), menggunakan cara berpikir yang abstrak dan
kompleks.
Kedua, ada dua jenis jawaban yang dikemukakan. Pertanyaan-
pertanyaan konvergen cenderung memiliki satu jawaban yang benar atau
paling baik. Pertanyaan divergen sering merupakan pertanyaan yang terbuka
dan biasanya memiliki banyak jawaban yang sesuai. Ketiga, menentukan
jenis pertanyaan yang tepat pada situasi yang ada. Memfokuskan pertanyaan
digunakan untuk memusatkan perhatian pebelajar pada pelajaran atau pada
materi yang didiskusikan. Pertanyaan ini digunakan untuk menentukan apa
yang telah dipelajari oleh pebelajar, untuk memotivasi dan menimbulkan
minat pebelajar saat mulai dan selama pembelajaran atau mengecek
pengertian pebelajar pada akhir pembelajaran. Pertanyaan penuntun,
menggunakan petunjuk dan isyarat untuk membantu pebelajar dalam
membetulkan jawaban. Pebelajar mungkin tidak menjawab pertanyaan secara
lengkap. Dalam kasus ini, guru mungkin tetap pada pebelajar yang sama,
untuk menanyakan satu atau beberapa pertanyaan penggali yang diharapkan
dapat mengklarifikasi dan membimbing pebelajar untuk menjawab dengan
lebih lengkap. Misalnya, Apa yang kau maksud dengan kata itu? atau
dapatkah kamu menjelaskan dengan lebih lengkap? Apa alasanmu?
Keempat, tanpa memperhatikan jenis pertanyaan yang ditanyakan,
susunlah pertanyaan. Tiga langkah untuk menyusun pertanyaan, yaitu (a)
ajukan pertanyaan, (b) beri waktu beberapa saat, dan (c) sebut nama
pebelajar yang akan diberi pertanyaan. Tanpa menyebut nama pebelajar
tertentu saat mengajukan pertanyaan, semua pebelajar akan memikirkan ide
untuk menjawabnya. Menggunakan waktu sebentar, berarti memberi
kesempatan kepada pebelajar untuk berpikir tentang jawaban yang akan
diberikan.

7. Resitasi
Resitasi termasuk pertanyaan guru secara lisan tentang materi yang telah
dipelajari. Guru mungkin memakai resitasi sebagai suatu cara untuk
mendiagnosis kemajuan pebelajar. Pola interaksi khusus, yaitu pertanyaan
guru, pebelajar menjawab, kemudian reaksi guru. Pertanyaan yang sering
diajukan guru, yaitu apa, siapa, di mana, dan kapan. Guru biasanya bertanya
tentang “informasi yang diketahui” pebelajar selama resitasi. Jadi, guru
memberi pertanyaan untuk mengetahui apakah pebelajar mengetahui jawaban
tersebut, bukan untuk memperoleh informasi.
 PBIN4301/MODUL 1 1.21

8. Praktik dan Latihan (Drill)


Praktik, termasuk memeriksa materi yang telah dipelajari. Praktik
diharapkan untuk konsolidasi, klarifikasi, dan menekankan pada materi yang
telah dipelajari. Kegiatan praktik lebih bermakna apabila waktunya longgar
(tak hanya satu hari setelah tes). Drill, termasuk pengulangan informasi pada
topik tertentu sampai benar-benar dicamkan dalam pikiran pebelajar. Drill ini
digunakan untuk pembelajaran yang diharapkan menjadi kebiasaan atau
ditetapkan dalam jangka waktu panjang.
Praktik dan drill termasuk ulangan yang diharapkan membantu pebelajar
memahami informasi dengan lebih baik. Hal ini berguna dalam
pengembangan kecepatan dan keakuratan dalam mengingat fakta,
generalisasi, dan konsep. Misalnya, belajar informasi tertentu, seperti hari
atau peristiwa sejarah, simbol-simbol kimia atau terjemahan bahasa asing.

9. Reviu
Reviu merupakan kesempatan bagi pebelajar melihat suatu topik pada
waktu yang lain. Reviu berbeda dengan praktik dan latihan. Reviu tidak
memerlukan teknik latihan. Reviu dapat berbentuk (a) rangkuman pada akhir
pelajaran atau unit atau pada akhir suatu bab, (b) kuis, (c) garis besar, (d)
diskusi, dan (e) tanya jawab atau strategi yang lain.
Reviu sehari-hari pada awal pembelajaran membantu guru menentukan
apakah pebelajar memerlukan pengetahuan prasyarat atau keterampilan
tertentu untuk suatu pembelajaran, atau untuk mengetahui apakah pebelajar
telah menguasai materi yang telah dipelajari. Reviu mingguan dan bulanan
membantu guru mengecek pemahaman pebelajar, meyakinkan bahwa
keterampilan awal yang diperlukan dikuasai dengan baik, juga untuk
mengecek langkah guru.

10. Diskusi Kelas secara Keseluruhan


Diskusi kelas secara keseluruhan (satu kelas sebagai satu kelompok)
pada umumnya kurang eksplisit dan lebih berpusat pada guru daripada
strategi-strategi pembelajaran yang diuraikan di atas. Strategi ini mungkin
berupa petunjuk guru atau bimbingan kepada kelas diatur dengan rentangan
dari formal ke informal, dengan guru memiliki peran dari dominan ke tidak
dominan. Diskusi merupakan suatu percakapan dengan beberapa orang
dengan suatu tujuan tertentu. Diskusi kelas ini memerlukan banyak
keterampilan-keterampilan dan praktik. Apabila guru menyelenggarakan
1.22 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

diskusi keseluruhan kelas, guru harus dapat memusatkan secara jelas arah
diskusi tersebut. Apabila menyimpang, arahkan pada jalurnya, dengan
memusatkan kembali diskusi, meningkatkan partisipasi pebelajar dengan
mendengarkan secara cermat semua sudut pandang yang dikemukakan.
Diskusi ini sering tersesat apabila kelas menyimpang dari tujuan utama
diskusi. Jadi, guru perlu merencanakan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk
diskusi sehingga lebih mungkin untuk tetap berpusat pada tujuan.
Sebelum memulai diskusi kelas secara keseluruhan, yakinkan bahwa
pebelajar memiliki dasar pengetahuan yang cukup sebagai bekal diskusi.
Diskusi tak dapat berjalan kalau pebelajar tidak banyak mengetahui tentang
topik yang dibicarakan. Kadang-kadang diskusi digunakan sebelum
pembelajaran sebagai suatu cara untuk membangkitkan minat pebelajar,
tetapi informasi itu harus disajikan dalam waktu yang cukup.
Jika digunakan secara tepat, diskusi dapat mendorong pebelajar berpikir
kritis dan meningkatkan kemampuan pebelajar yang berprestasi rata-rata
maupun yang kurang untuk berpartisipasi dalam proses belajar. Apabila
diskusi digunakan dengan cara yang kurang benar, akan berakibat respons
pebelajar rendah sehingga diskusi membosankan dan tidak mendorong
pebelajar berpikir.
Diskusi dapat digunakan untuk tujuan kognitif maupun afektif. Pada
domain kognitif, diskusi dapat meningkatkan pebelajar untuk menganalisis
ide-ide dan fakta-fakta dari suatu pelajaran dan mengkaji hubungan
antarmateri yang diajarkan. Pada domain afektif, diskusi dapat meningkatkan
kemampuan pebelajar untuk menguji pendapatnya, berinteraksi dengan
teman dan mengevaluasi ide-ide teman lain, serta untuk mengembangkan
keterampilan mendengarkan dengan baik. Apa pun tujuannya, diskusi harus
direncanakan dengan baik dan pertanyaan kunci dinyatakan pada awal
pembelajaran.
Berikut ini petunjuk untuk mempersiapkan dan mengimplementasikan
diskusi yang efektif.
a. Tetapkan tujuan diskusi
Tujuan diskusi akan menentukan struktur diskusi. Apabila tujuan
terfokus pada pengembangan kognitif maka pertanyaan diarahkan pada
konsep-konsep dan ide-ide yang sesuai. Apabila diskusi difokuskan pada
domain afektif maka pertanyaan diarahkan pada nilai-nilai dan
pengalaman-pengalaman pribadi.
 PBIN4301/MODUL 1 1.23

b. Pertimbangkan pengalaman dan perkembangan pebelajar


Pebelajar yang belum berpengalaman, perlu pengarahan dari guru selama
berdiskusi. Pengarahan dan pertanyaan mungkin lebih eksplisit dan
diskusi dalam waktu yang tidak terlampau lama. Apabila pebelajar telah
lebih berpengalaman dalam diskusi, diharapkan lebih banyak
mengarahkan diri sendiri.
c. Mempelajari isu
Kenali dengan baik isu-isu dan materi-materi yang didiskusikan selama
pembelajaran. Guru sering kurang mempersiapkan diri dalam hal
mempelajari semua isu sekitar topik yang didiskusikan dan diskusi akan
cenderung menyimpang.
d. Orientasikan pebelajar pada tujuan diskusi
Jelaskan tujuan diskusi kepada pebelajar sebagai panduan dan berilah
ide-ide tentang apa yang diharapkan muncul selama diskusi.
e. Siapkan lingkungan kelas yang mendukung
Jika diskusi kelas berhasil, kemudian pebelajar harus yakin bahwa
dirinya dapat menyumbangkan pendapat tanpa rasa takut dan malu.
f. Siapkan informasi yang tepat apabila diperlukan
Pada suatu saat mungkin guru perlu memberikan sumbangan informasi
pada diskusi. Hal ini dilakukan agar diskusi tetap terpusat pada tujuan.
g. Reviu dan rangkumlah pendapat-pendapat dan fakta-fakta ke dalam
suatu hubungan yang bermakna. Pada suatu saat nyatakan kembali tema
utama yang muncul dari diskusi dalam rangka menstrukturkan pelajaran,
kegiatan ini akan mengajak pebelajar melihat bagaimana ide-ide itu
saling berkaitan.
h. Gunakan humor
Terkadang diskusi menimbulkan ketegangan di kelas. Tergantung pada
topik diskusi, mungkin pebelajar tidak setuju dengan pendapat-pendapat
kelas atau mungkin ada pertentangan-pertentangan antarteman. Dalam
hal ini, guru dapat mengurangi ketegangan dengan humor.

LA TIHA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Bedakan antara strategi deduktif dan induktif!


1.24 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

2) Apa asumsi yang mendasari strategi belajar tuntas?


3) Apa kesamaan antara ceramah dengan demonstrasi?
4) Apa yang sebaiknya dilakukan guru apabila pebelajar tidak dapat
menjawab pertanyaan?
5) Apakah manfaat reviu?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Dengan strategi deduktif, pembelajaran dimulai dari prinsip yang


diketahui ke prinsip yang tidak diketahui. Sebaliknya, strategi induktif
dimulai dari prinsip-prinsip yang tidak diketahui.
2) Asumsinya bahwa setiap pebelajar dapat mencapai ketuntasan pelajaran
apabila kondisi-kondisi belajar disiapkan, seperti waktu cukup, ada
balikan, dan program individual.
3) Keduanya sama dalam hal menampilkan fakta-fakta dan prinsip-prinsip.
4) Guru memberikan pertanyaan tuntunan dan pertanyaan penggali atau
memberi pertanyaan dengan kalimat yang lebih sederhana.
5) Bagi pebelajar, reviu merupakan kesempatan menyimak kembali
pelajaran pada waktu yang lain, sedangkan bagi guru, reviu berguna
untuk mengetahui apakah pebelajar menguasai pengetahuan prasyarat
pada awal pembelajaran atau ingin mengetahui keterampilan tertentu
yang telah dipelajari.

RA NG K UMA N

Strategi deduktif dimulai dari penampilan prinsip-prinsip yang


diketahui ke prinsip-prinsip yang belum diketahui. Sebaliknya, dengan
strategi induktif, pembelajaran dimulai dari prinsip-prinsip yang belum
diketahui. Strategi ekspositori langsung merupakan strategi yang
berpusat pada guru. Guru menyampaikan informasi terstruktur dan
memonitor pemahaman belajar, serta memberikan balikan.
Strategi belajar tuntas merupakan suatu strategi yang memberi
kesempatan belajar secara individual sampai pebelajar menuntaskan
pelajaran sesuai irama belajar masing-masing. Ceramah dan demonstrasi
merupakan dua strategi yang pada hakikatnya sama, yaitu guru
 PBIN4301/MODUL 1 1.25

menyampaikan fakta dan prinsip-prinsip, namun pada demonstrasi sering


kali guru menunjukkan (mendemonstrasikan) suatu proses.
Antara pertanyaan dan resitasi terdapat kesamaan yaitu, resitasi juga
dapat berupa pertanyaan secara lisan. Praktik merupakan implementasi
materi yang telah dipelajari, sedangkan drill dilakukan untuk
mengulangi informasi sehingga pebelajar benar-benar memahami materi
yang dipelajari. Reviu dilakukan untuk membantu guru menentukan
penguasaan materi para pebelajar, baik materi untuk prasyarat maupun
materi yang telah diajarkan. Bagi pebelajar, reviu berguna sebagai
kesempatan untuk melihat kembali topik tertentu pada waktu lain.

TE S F O RMA TIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Contoh di bawah ini termasuk strategi deduktif ....


A. guru mengemukakan rumus korelasi
B. guru meminta pebelajar mengobservasi
C. guru meminta pebelajar mengadakan penelitian
D. pebelajar mencari fakta-fakta

2) Strategi ekspositori langsung berpusat pada ....


A. bahan
B. guru
C. materi
D. media

3) Belajar tuntas merupakan kegiatan belajar ....


A. untuk mempelajari urutan tertentu
B. dengan cara kerja kelompok
C. memerlukan kerja sama
D. menuntut penguasaan seluruh materi

4) Ceramah sebaiknya digunakan untuk pelajaran yang ....


A. abstrak
B. kompleks
C. mudah
D. terperinci
1.26 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

5) Demonstrasi sama dengan ceramah dalam hal ....


A. praktik
B. komunikasi langsung
C. pemberian tugas
D. melakukan sesuatu

6) Pertanyaan analisis termasuk pertanyaan tingkat tinggi karena ....


A. butuh ingatan
B. bersifat hafalan
C. perlu berpikir kompleks
D. menggunakan informasi

7) Guru dapat menggunakan resitasi untuk hal-hal berikut, kecuali ....


A. mendiagnosis kemajuan pebelajar
B. memperdalam materi pelajaran
C. mengecek pemahaman pebelajar
D. memperoleh informasi

8) Kegiatan praktik dilakukan guru dengan maksud untuk hal-hal berikut,


kecuali ....
A. konsolidasi
B. evaluasi materi
C. klarifikasi
D. pemantapan materi

9) Tujuan utama reviu adalah ....


A. mengevaluasi hasil belajar
B. mengecek keterampilan prasyarat
C. mengetahui penguasaan keterampilan
D. mengecek langkah guru

10) Diskusi efektif apabila diperhatikan hal-hal berikut, kecuali ....


A. topik dikemukakan dengan jelas
B. memiliki dasar pengetahuan yang jelas
C. pebelajar pandai berdebat
D. guru menyiapkan pertanyaan kunci
 PBIN4301/MODUL 1 1.27

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.28 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) B. Tidak hanya meliputi semua komponen materi, tetapi juga prosedur
(teknik maupun metode).
2) D. Tidak merupakan implementasi atau pelaksanaan dan metode (cara)
dengan berbagai teorinya. Jadi walaupun perencanaan/penyusunan
SAP (termasuk di dalamnya penyusunan materi) sama, namun
semua itu baru tertulis di atas kertas. Pelaksanaannya tergantung
keterampilan teknis tiap guru.
3) C. Ausubel mengedepankan penalaran deduktif, yang dimulai dari
penjelasan guru.
4) A. Dengan ekspositorik, guru memberikan pesan/informasi yang telah
diolah sehingga pebelajar menerima pesan tersebut tanpa harus
memahami masalahnya, mengolah atau menganalisis lebih lanjut.
5) B. Pebelajar melakukan eksperimen berarti ia melakukan prosedur
berpikir ilmiah yang dimulai dari perumusan masalah, merumuskan
hipotesis mengumpulkan data, menganalisis sampai pada suatu
kesimpulan.
6) D. Dengan ceramah guru memberikan informasi secara sepihak kepada
pebelajar.
7) B. Untuk dapat membuat kesimpulan diperlukan suatu proses berpikir
yang panjang, dari perumusan masalah sampai dengan menganalisis.
8) D. Jelasnya problema, arah konsep yang harus ditemukan pebelajar
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang jelas.
9) B. CBSA tidak hanya berarti adanya kegiatan keterampilan fisik saja.
10) A. Apa pun yang kita kerjakan bertitik tolak dari tujuan.

Tes Formatif 2
1) A. Dengan strategi deduktif kegiatan dimulai dari hal yang umum,
dalam hal ini mengemukakan rumus.
2) B. Guru merupakan sumber informasi.
3) D. Dengan belajar tuntas pebelajar dituntut menuntaskan materi yang
dipelajari.
4) C. Mudah
5) B. Di sini guru menunjukkan sesuatu kepada pebelajar.
 PBIN4301/MODUL 1 1.29

6) C. Analisis, pebelajar perlu mengurai sesuatu secara terperinci.


7) D. Resitasi merupakan suatu cara pemberian tugas oleh guru, bukan
pemberian informasi.
8) B. Bukan untuk mengevaluasi materi, melainkan transformasi materi
yang telah dipelajari.
9) C. Mengetahui penguasaan keterampilan.
10) D. Sebaiknya pertanyaan bukan disiapkan oleh guru, melainkan datang
daripada pebelajar sendiri.
1.30 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 

Daftar Pustaka

_______. (1984). Strategi Belajar Mengajar suatu Pengantar. Jakarta:


PPLPTK.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1982). Konsep CBSA dan


Berbagai Strategi Belajar Mengajar. Program Akta VB Modul 11.
Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi

Frelberg, H.J. and Driscoll, A. (1992). Universal Teaching Strategies.


Boston: Allyn & Bacon.

Gerlach, V.S. & Ely, D.P. (1980). Teaching and Media a Systematic
Approach. New Jersey: Prentice Hall.

Raka Joni, T. (1993). Cara Belajar Siswa Aktif, Implikasinya terhadap


Sistem Penyampaian. Jakarta: PPLPTK.

Semiawan, C. dkk. (1988). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta:


Gramedia.

Una Kartawisata dan kawan-kawan. (1980). Penemuan sebagai Metode


Belajar Mengajar. Jakarta: P3G- PPLPTK.

Winarno Surakhmad. (1986). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Dasar


dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.

Zubair Amin and Khoo Horn Eng. (2003). Basic in Medical Education.
Singapore: World Scientific.

Anda mungkin juga menyukai