Silahkan membuat essay naratif yang berisi tentang sudut pandang anda mengenai guru
PAUD.
Kumpulkan essai paling lambat hari Selasa, 11 Mei 2021 (pukul 24.00 WIB) melalui Vclass
Tema Essai : “How to be a great Teacher”
Poin-poin Tulisan:
a) Persepsi/pandangan mengenai guru ideal (Teacher perception) (nilai/karakter
guru ideal)
b) Analisis masalah terkait karakter guru yang pernah kalian temukan di
lapangan (pengalaman pribadi atau kasus/berita di media sosial/TV)—isu-isu
terkini
c) Analisis Penyebab Masalah
d) Analisis apa yang harus dilakukan untuk menjadi guru yang berkarakter
e) Memaparkan solusi untuk memecahkan masalah dan/atau untuk mencegah
masalah terjadi di masa yang akan datang
f) Paparkan kontribusi apa yang akan anda berikan sebagai calon sarjana
PGPAUD untuk membantu meningkatkan kualitas guru PAUD di masa depan.
1. Format Penulisan: (Kertas A4, Times New Roman 12, Spasi 1.5, minimal 2
halaman)
2. Susunan Penulisan: Tulis dalam bentuk paragraph, tidak ada sub judul,
berisikan komponen sebagai berikut:
A. Judul Essay: Bebas, sesuai tema, panjang judul tidak lebih dari 12 kata (Font
judul tebal, huruf besar/UPPERCASE, tidak diakhiri titik)
B. Isi Essay
Memaparkan isi essay dengan memasukkan poin-poin tulisan di atas.
C. Kesimpulan
Memaparkan dan menjelaskan kembali ide-ide pokok yang telah dibahas
pada bagian sebelumnya;
Memaparkan ringkasan dari isi esai
D. Daftar Pustaka
Gaya penulisan daftar pustaka silahkan mengikuti selingkung berikut ini:
Buku:
Beverley, B. 1993. Children’s Science, Constructivism and Learning in
Science (Second Edition). Victoria: Deakin University Press.
Buku terjemahan:
Brown, G. & Yule, G. 1983. Analisis Wacana. Diterjemahkan oleh I. Soetikno.
1996. Jakarta: Gramedia.
Tesis/Disertasi:
Yulia, L. N. (2012). Pengaruh perilaku membaca orang tua terhadap
perkembangan bahasa anak usia 2-5 tahun di Kota Lampung (Disertasi).
Universitas Lampung, Lampung.
Nama : Hellen Lorena
NPM : 1853054007
Prodi : PGPAUD Kelas 6B
Matkul : Pengembangan Karakter Guru PAUD
Membentuk karakter diri untuk menjadi sosok guru yang ideal yaitu suatu keadaan di mana
guru tersebut dapat memahami dirinya sendiri dan peserta didiknya dengan tepat. Kesadaran
diri merupakan keadaan dimana seseorang bisa memahami dirinya sendiri dengan setepat-
tepatnya. Seseorang disebut memiliki kesadaran diri jika ia memahami emosi dan mood yang
sedang dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai dirinya sendiri, dan sadar tentang
dirinya yang nyata. Selanjutnya konsep diri, konsep diri merupakan suatu keadaan atau
gambaran yang dimiliki oleh setiap individu tentang keadaan dirinya terbentuk dari suatu
pengalaman. Persepsi diri merupakan suatu upaya yang berhubungan dengan apa yang kita
amati pada diri sendiri, gambaran ataupun informasi tentang apa yang kita rasakan, bahkan
apa yang akan kita lakukan. Dalam keterkaitan antara kesadaran diri dan presepsi diri sangat
berpengeruh dalam membentuk karakter diri, karena guru harus memiliki kesadaran diri
bahwasannya ia sebagai seorang guru akan ditiru ataupun diikuti baik dari tingkah lakunya
maupun tutur bahasanya oleh peserta didiknya. Menurut Ki Hadjar Dewantara guru ideal
adalah berani melakukan perubahan, penggerak dan pendidik, rendah hati, bijaksana, dan
dapat menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Maka dari itu, sebagai seorang
guru mempunyai pengaruh langsung terhadap perilaku peserta didik antara lain dari
kebiasaan belajar, disiplin, hasrat belajar, dan motivasi belajar, yang dimaksud dengan
kepribadian disini meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Guru harus terus
mengembangkan kesadaran diri dan presepsi diri guna membentuk karakter diri yang lebih
baik lagi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru yang mendidik peserta didiknya.
Terdapat beberapa kasus yang dapat ditemukan di lapangan terkait masalah karakter guru,
sering dijumpai dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Salah satunya yaitu guru yang
melakukan tindakan tidak terpuji seperti melakukan kekerasan kepada anak contohnya
memukul dan bersikap arogan atau memarahi anak dengan bahasa atau kata-kata yang kasar.
Bahkan ditemukan beberapa anak atau peserta didik mengalami trauma atau ketakutan yang
mendalam setelah mendapat perlakuan tidak baik dari gurunya, contohnya anak tidak mau
untuk bersekolah lagi dan merasa ketakutan. Psikologis dan mental anak mengalami
gunjangan yang hebat, anak akan mengingat kejadian yang ia pernah dialami. Jika mental
anak tidak kuat, bisa saja anak akan merasa stress atau mengalami gangguan jiwa serta dapat
menyebabkan anak merenggang nyawa.
Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh kurang baiknya karakter yang dimiliki oleh guru,
sehingga guru melakakukan tindakan yang tidak terpuji. Selain itu, hal tersebut terjadi karena
kurangnya pengetahuan guru terhadap wawasan pengembangan karakter yang harus dimiliki
oleh seorang guru. Maka dari itu, perlu adanya pelatihan ataupun kegiatan untuk membangun
karakter guru agar tidak terjadi lagi kasus ataupun kejadian yang dapat merugikan anak
ataupun pihak sekolah.
Dalam aktivitas belajar di sekolah baik dari tingkat kanak-kanak sampai tingkat atas, posisi
guru adalah sebagai kunci terdepan dan sentral terlaksananya proses pembelajaran sebagai
seorang pendidik dan mencetak bakal-bakal sember daya manusia. Oleh karena itu guru
dituntut untuk profesional dalam tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta yang penting juga
adalah guru mestinya memiliki karakter yang baik. Dr. Uhar Suharsaputra, dalam bukunya
“Menjadi Guru Berkarakter” yang diterbitkan Paramitra Publishing Yogyakarta, Agustus
2011, menyatakan bahwa Guru berkarakter sesungguhnya bukanlah sesuatu yang bersifat to
be or not to be, melainkan a process of becoming. Guru yang berkarakter adalah guru yang
siap untuk terus menerus meninjau arah hidup dan kehidupannya serta menjadikan profesi
guru sebagai suatu kesadaran akan panggilan hidup. Guru yang berkarakter merupakan
guru yang memiliki pribadi yang baik dan menjadi suri tauladan peserta didiknya
melalui dialog atau komunikasi yang terjalin baik, terbuka dan saling mengerti baik
guru ataupun siswanya. Guru berkarakter senantiasa berusaha dan berjuang
mengembangkan aneka potensi kecerdasan yang dimilikinya, guru berkarakter itu adalah
suatu proses. Dengan demikian seorang guru dapat dengan cukup mudah untuk menilai
dirinya apakah dia sudah menjadi lebih pekat konsentrasi berkarakternnya dibandingkan
sebelumnya. Setelah sekian tahun menjadi guru, apakah dirinya memiliki karakter yang lebih
baik dibandingkan ketika diawal mereka menjadi guru. Guru professional adalah adalah
jawaban untuk memajukan pendidikan utamanya memperbaiki kualitas pembelajaran.
Seorang guru yang berkarakter dapat menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya.
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang selama ini mencetak calon
guru/tenaga pendidik atau tenaga kependidikan yang diharapkan berkarakter serta
memiliki tauladan serta bisa mendidik karakter kepada peserta didiknya. Menjadi guru
yang bisa menjadi suri tauladan memang tidak mudah, masih ada guru yang hanya bisa
mengajarkan ilmu dan ketrampilan namun belum bisa menjadi suri tauladan yang bisa ditiru
oleh peserta didiknya, ibarat kata guru kencing berdiri murid kencing berlari. Seorang
guru yang berperilaku yang tidak baik dihadapan peserta didik maka mudahlah peserta didik
tersebut meniru perilaku yang kurang baik bahkan jauh lebih buruk, namun satu suri tauladan
yang baik dari guru akan mengajarkan makna pendidikan karakter yang mendalam dan
dapat ditiru oleh peserta didik dengan baik pula melebihi perkataan atau ucapan
seorang guru. Jadi satu suri tauladan lebih baik dari seribu ucapan.
Pentingnya karakter bagi seorang guru akan berdampak positif bagi tumbuh
kembangnya peserta didik. Karakter menurut Gunawan (2012) adalah bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Karakter
yang terbentuk pada seseorang mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan
keterampilan. Sedangkan menurut John Sewey dalam Gunawan (2012) merupakan hal
yang lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak (karakter) memiliki
arah tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti di sekolah. Kekuatan
karakter yang ada akan terbentuk dengan alami apabila ada semangat dan dorongan dari
lingkungan sekitar. Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat berperan penting dalam
upaya dan usaha yang sadar dan terarah dalam mencetak kekuatan karakter. Dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik seorang guru dituntut menjalankan tugas dengan
professional tersebut dengan sepenuh hatinya dan di setiap tindakan dan perbuatan yang
dilakukan guru harus bisa mencerminkan guru yang berkarakter mulai dari
merencanakan pembelajaran, dalam setiap proses pembelajaran di kelas, dalam melakukan
penilaian hasil belajar siswa, guru dalam mendampingi siswa melakukannya dengan penuh
kesabaran, ketelitian, yang termasuk bagian nilai dari karakter seorang guru.
Sebagai calon sarjana guru PAUD hal yang dapat dilakukan dalam berkontribusi untuk
membantu meningkatkan kualitas guru PAUD di masa depan diantara yaitu dengan
menerapkan karakter yang baik dalam proses perkuliahan dan terus mengganggali potensi
atau kemampuan diri. Selain itu, perlu ada pengembangan atau pembaruan program
kurikulum yang memperhatikan pengembangan kompetensi-kompetensi dengan harapan
setelah mahasiswa yang lulus sudah memiliki bekal yang cukup untuk menjadi guru PAUD
yang ideal dan dapat melakukan praktik pembelajaran yang terbaik. Pendidikan anak usia
dini pada era society 5.0 untuk revolusi industri 4.0 harapannya besar pada saat anak di
lembaga PAUD akan diberikan stimulasi yang maksimal dalam tumbuh kembang anak.
Kontribusi lain yang dapat saya lakukan yaitu sebagai calon sarjana guru PAUD harus terus
belajar terkait ilmu kePAUDan dan mengikuti perkembangan zaman serta tidak lupa untuk
terus menanamkan karakter yang baik agar menjadi pembiasaan ketika terjun langsung ke
Lembaga PAUD.
Kesimpulan
Guru berkarakter merupakan sosok seorang guru yang senantias berusaha dan berjuang
mengembangkan aneka potensi kecerdasan yang dimilikinya. Karakter yang dimiliki oleh
guru akan menjadi landasan awal atau pondasi dalam kegiatan pembelajaran, karena guru
sebagai panutan atau contoh bagi anak. Guru yang berkarakter akan memiliki hati yang
luas dan terbuka serta sabar mendengarkan keluh kesah siswa, curhatan siswa ataupun
pendapat siswa. Guru yang berkarakter jujur terbuka dan bisa menyelami siswanya satu
persatu yang memiliki karakter serta kebutuhan yang berbeda-beda, mau mendengarkan
dan menjadi teman yang baik bagi siswanya menjadi dambaan siswa atau peserta didik.
Guru yang memiliki karakter ideal dapat berkontribusi terhadap pendidikan karakter anak
dan penentu karakter anak untuk masa depannya.
Daftar Pustaka
Apriani, An-Nisa. 2016. GURU BERKARAKTER: GURUNYA MANUSIA. [Online] Tersedia
di https://almaata.ac.id/guru-berkarakter-gurunya-manusia/. [diakses 10 Mei 2021]
Gede, I Ariyasa, 2018. PENDIDIKAN KARAKTER DIMULAI DARI GURU
BERKARAKTER. [Online] Tersedia di
http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2018/08/pendidikan-karakter-dimulai-dari-guru-
berkarakter/. [diakses 10 Mei 2021]
Rosyidi, Unifah. 2018. PENGEMBANGAN PROFESI GURU YANG BERKARAKTER.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Suci Cahyati. 2020. GURU BERKARAKTER UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER