Anda di halaman 1dari 10

ANI TIAS KUSUMANINGRUM

22322299176
PEND. BIOLOGI

Soal
1. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan konsep system Pendidikan Nasional dan peran guru.
Jelaskan Dimensi berikut dan aplikasinya dalam pendidikan:
a. Pendidikan dengan sistem among.
Pendidikan sistem among merupakan sistem yang berfokus pada pada proses peserta didik
yang didasarkan pada Ing Ngarso Sung Tulodho (didepan memberi teladan), Ing Madya Mangun
Karso (ditengah membangun kehendak), Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan).
Sistem among didasarkan pada dua hal yaitu kodrat alam dan kemerdekaan. Sistem among
didefinisikan sebagai cara berfikir among yang menuntun peserta didik sesuai sesuai kodrar dan
potensinya dengan kasih sayang yang tulus dan memberikan contoh yang baik dan buruknya
sehingga guru dapat menjadi contoh dalam berprilaku. Sistem among menempatkan guru dimana
guru dapat membangun kemitraan kepada murid dengan sistematis dan logis. Contoh ketika proses
pembelajaran guru bertanya dan membuka pertanyaan, guru mendengarkan keluh kesah murid
melalui gambar dan tulisan dimana media-media ini dapat menjadi media yang nyaman bagi murid
untuk menuturkan perasaannya. Sehingga muncul kasih sayang dari guru yang dapat
membangkitkan semangat belajarnya.
Guru dapat menentukan tujuan belajarnya sehingga murid dapat merasa dihargai dan didengarkan.
b. Teori Konvergensi Pendidikan kodrat dan iradat.
Teori Konvergensi Pendidikan kodrat dan iradat artinya menggabungkan antara pembawaan dan
lingkungan. Pendidikan memberikan pengaruh bakat dengan lingkungannya yang dapat membawa
peserta didik dalam pembentukan kepribadian. Kodrat artinya murid sebagai pemegang kekuasaan
akan minat dan bakatnya sementara iradat merupakan kehendak yang muncul dari minat dan
bakatnya tersebut sehingga tugas guru adalah menuntun peserta didik dalam menggapai tujuan
tersebut.
c. Peran guru: Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani.
Ing Ngarso Sung Tulodho (didepan memberi teladan) berarti guru memberikan suri tauladan yang
baik yang dapat dicontoh oleh peserta didik. Ing Madya Mangun Karso (ditengah membangun
kehendak) artinya guru ditengah-tengah kesibukannya dapat memberikan dan menggugah
semangat belajar peserta didik, Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan) artinya guru
harus memberikan dukungan moral yang dapat mendorong peserta didiknya untuk terus tumbuh
dan berkembang.
2. Sebagai seorang guru Indonesia, ia harus memiliki jati diri bangsa Indonesia. Uraikan:
a. Jati diri orang Indonesia.
Jati diri orang Indonesia adalah wajah Indonesia sebagai cerminan dari manusia yang cinta tanah
air dan manusia Pancasila. Jati diri orang Indonesia sebagai guru Indonesia, berarti menanamkan
karakter bangsa yang merupakan perwujudan dari nilai-nilau luhur bangsa yang tercermin pada
lima sila.
b. Sikap seorang guru yang inklusif.
Sifat guru yang inklusif artinya memiliki sikap yang menyatu dengan peserta didik dan selalu
mendamping peserta didik serta memahami bahwa siswa memiliki perbedaan baik dari segi
kognisi, latar belakang, dan kompetensi. Guru memiliki sikap yang mengajak peserta didik untuk
turut serta dalam pendidikan dan pengembangan minat dan bakat sesuai dengan potensi
kecerdasannya atau bakat istimewa yang ada pada dirinya.
c. Menguasai 4 rumpun kompetensi guru.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang dapat mencerminkan
kepribadian seseorang yang dewasa, arif dan berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia,
serta dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. Kompetensi kepribadian dibagi
menjadi beberapa bagian, meliputi:

• Guru memiliki kepribadian yang stabil. Seorang guru harus bertindak sesuai dengan
norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, bangga menjadi seorang guru, serta
konsisten dalam bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
• Guru memiliki kepribadian yang dewasa. Seorang guru harus menampilkan sifat mandiri
dalam melakukan tindakan sebagai seorang pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi
sebagai guru.
• Guru memiliki kepribadian yang arif. Seorang pendidik harus menampilkan tindakan
berdasarkan manfaat bagi peserta didik, sekolah dan juga masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan melakukan tindakan.
• Guru memiliki kepribadian yang berwibawa. Seorang guru harus mempunyai perilaku
yang dapat memberikan pengaruh positif dan disegani oleh peserta didik.
• Guru memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan. Seorang guru harus bertindak sesuai
dengan norma yang berlaku (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan dapat
diteladani oleh peserta didik.
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam memahami peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan
evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki.
Kompetensi pedagogik dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut:
• Dapat memahami peserta didik dengan lebih mendalam. Dalam hal ini, seorang guru harus
memahami peserta didik dengan cara memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian,
perkembangan kognitif, dan mengidentifikasi bekal untuk mengajar peserta didik.
• Melakukan rancangan pembelajaran. Guru harus memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran, seperti menerapkan teori belajar dan pembelajaran, memahami
landasan pendidikan, menentukan strategi pembelajaran didasarkan dari karakteristik
peserta didik, materi ajar, kompetensi yang ingin dicapai, serta menyusun rancangan
pembelajaran.
• Melaksanakan pembelajaran. Seorang guru harus dapat menata latar pembelajaran serta
melaksanakan pembelajaran secara kondusif.
• Merancang dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus mampu merancang dan
mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan dengan
menggunakan metode, melakukan analisis evaluasi proses dan hasil belajar agar dapat
menentukan tingkat ketuntasan belajar peserta didik, serta memanfaatkan hasil penilaian
untuk memperbaiki program pembelajaran.
• Mengembangkan peserta didik sebagai aktualisasi berbagai potensi peserta didik. Seorang
guru mampu memberikan fasilitas untuk peserta didik agar dapat mengembangkan potensi
akademik dan nonakademik yang mereka miliki.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi guru selanjutnya adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial yaitu
kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan
tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat di sekitar
sekolah. Kompetensi sosial meliputi:
• Memiliki sikap inklusif, bertindak obyektif, dan tidak melakukan diskriminasi terhadap
agama, jenis kelamin, kondisi fisik, ras, latar belakang keluarga, dan status sosial
• Guru harus dapat berkomunikasi secara santun, empatik, dan efektif terhadap sesama guru,
tenaga kependidikan, orang tua, serta masyarakat sekitar
• Guru dapat melakukan adaptasi di tempat bertugas di berbagai wilayah Indonesia yang
beragam kebudayaannya.
• Guru mampu melakukan komunikasi secara lisan dan tulisan.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi guru yang terakhir adalah kompetensi profesional. Kompetensi
profesional yaitu penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan
mendalam. Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan substansi
ilmu yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur serta metodologi
keilmuannya. Kompetensi profesional meliputi:
• Penguasaan terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan yang dapat
mendukung pembelajaran yang dikuasai
• Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran atau
bidang yang dikuasai
• Melakukan pengembangan materi pembelajaran yang dikuasai dengan kreatif
• Melakukan pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan yang reflektif
• Menggunakan teknologi dalam berkomunikasi dan melakukan pengembangan diri.

3. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia dan sekaligus filosofi Pendidikan. Uraikan:
a. Filosofi kebhinnekaan dalam dunia Pendidikan.
Pembelajaran berbasis kebhinekaan/ multikultural yang terintegrasi dengan semua mata
pelajaran diperlukan dalam rangka menumbuhkan kesadaran kolektif (collective awareness)
terhadap persamaan hak dan kewajiban; kebersamaan dan keterikatan (sense of solidarity); serta
rasa memiliki (sense of belonging) yang mendorong siswa untuk menerima kemajemukan; dan
menunjukkan perilaku penerimaan yang tingginya terhadap kebhinekaan.
b. Uraikan implementasi Pancasila dalam dimensi dari Profil Pelajar Pancasila.
Pertama, Beriman Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia mempunyai
elemen kunci yaitu: keimanan dan spiritual penting untuk diterapkan hal ini dikarenakan keduanya
dapat dijadikan pegangan dan tempat manusia bersandar karena adanya kekuatan yang lebih
dahsyat. Contoh implementasinya adalah guru dapat membawa aspek religius dalam proses belajar
ini akan semakin memperkuat pembentukan karakter peserta didik karena pendidikan karakter
bukan semata hanya fisik semata tetapi juga psikis dan hati. Dengan adanya aspek ini maka aka
nada akhlak pribadi akan menghilangkan bibit korupsi di masa sekarang maupun dimasa yang
akan dating.
Kedua, Berkebhinekaan Global didasari oleh semboyan Negara Kita Indonesia yaitu Bhineka
Tunggal Ika. Contoh wujud nyatanya yaitu kemampuan peserta didik didalam mencintai
perbedaan. Budaya, agama, suku, ras, warna kulit merupakan bentuk dari perbedaan yang harus
dicintai oleh peserta didik. Tanpa didefinisikan toleransi sangat diperlukan bahkan menjadi
kebutuhan pokok dalam membangun suatu Negara, khususnya dengan keragaman suku bangsa,
tradisi, dan adat istiadat serta agama dan aliran kepercayaan. Jika hal ini diterapkan tentunya akan
menghasilkan generasi yang sukses dalam kehidupannya. Di Dalam penerapannya juga harus
mengadakan komunikasi yang baik dan dapat berinteraksi dengan antar budaya.
Ketiga,Gotong Royong merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama
dalam team dan berkolaborasi untuk menjadikan segala pekerjaan menjadi mudah, cepat dan
ringan. Contoh penerapan gotong royong dalam melakukan tugas kelompok dan saling
menguatkan jawaban presentasi sebagai kelompok penyaji.
Keempat,Kreatif merupakan kemampuan peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil,
bermakna, bermanfaat dan berdampak. Kemampuan ini dapat terwujud pada kemampuan
menghasilkan gagasan, karya dan tindakan yang orisinil. Kreativitas merupakan hal yang penting
untuk digali karena dapat menunjang masa depan. Contoh penerapannya adalah siswa diberi
kebebasan dalam menentukan projek bioteknologi dapat membuat panganan fermentasi dengan
bahan-bahan yang berbeda-beda. Contohnya yogurth, tapai ketan, tapai singkong dll.
Kelima, Bernalar Kritis merupakan kemampuan memecahkan masalah dan mengolah informasi.
Wujud nyata bernalar kritis adalah peserta didik yang mengolah informasi terlebih dahulu sebelum
dapat diterima oleh pemikirannya. Seorang anak yang bernalar kritis akan menganalisis suatu
informasi sebelum mengambil sebuah keputusan apakah informasi tersebut dapat diterima apa
tidak. Kemampuan memecahkan masalah bagi anak yang berpikir kritis dilakukan secara analisis.
Pada dasarnya Berpikir kritis atau bernalar kritis diartikan sebagai sebuah proses intelektual
dengan melakukan pembuatan konsep, penerapan, melakukan sintesis dan atau mengevaluasi
informasi yang diperoleh melalui observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran dan komunikasi
sebagai dasar untuk meyakini dan melakukan suatu Tindakan
Keenam, Kemandirian merupakan kesadaran diri sendiri terhadap tanggung jawab atas proses dan
hasil belajarnya. Peserta didik yang menerapkan kemandirian yaitu selalu sadar terhadap dirinya
sendiri, sadar akan kebutuhan dan kekurangannya dan sadar terhadap situasi atau keadaan yang
dihadapi, peserta didik juga memiliki kemampuan regulasi diri yang terwujud dalam kemampuan
membatasi diri terhadap hal yang disukainya. Dalam hal ini peserta didik mengetahui kapan hal
yang disukainya dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan dan yang terakhir peserta didik yang
mandiri akan termotivasi untuk mencapai prestasi. Berdasarkan Kemandirian dalam belajar
diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsung karena lebih didorong oleh kemauan sendiri,
pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran
4. Perjalanan sejarah Pendidikan Indonesia telah memakan waktu yang Panjang. Uraikan:
a. Sistem Pendidikan pada zaman kerajaan Hindu dan Budha.
Pendidikan pada masa ini dalam menjadi proses transfer budaya, yang didalamnya juga
meliputi sistem pengetahuan, bahasa, religi, mata pencaharian dan lain sebagainya. Pendidikan
terstruktur pertama kali hadir pada masa pengaruh kerajaan bercorak Hindu dan Budha di
Nusantara. Selain di Sumatra, pendidikan yang berbasis agama Buddha juga terdapat di Jawa pada
abad ke-7. Pada masa ini selain pengajaran agama (di dalam buku-buku Weda & Upanisad)
mungkin sekali para siswa mempelajari kepustakaan Hindu seperti Mahabarata dan Ramayana.
Sistem pendidikan tinggi telah digambarkan pada keadaan sekitar abad ke-4 sampai dengan abad
ke-8. Pada abad-abad terakhir menjelang jatuhnya kerajaan Hindu di Indonesia, sistem pendidikan
tidak lagi dijalankan secara bersar-besaran, tetapi dilakukan oleh ulama guru kepada siswa dalam
jumlah terbatas di pedepokan. Pendidikan di zaman Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha diarahkan
pada kesempurnaan pribadi (terutama lapisan atas) dalam hal agama, kekebalan dan kekuatan fisik,
keterampilan, dan keahlian memainkan senjata dan menunggang kuda. Pada perkembangan
selanjutnya setelah keruntuhan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu dan Budha lembaga pendidikan
Islam telah memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat pada zamannya,
antara lain; masjid, langgar, surau, madrasah, dan pesantren. Pendidikan pesantren merupakan satu
diantara sistem pendidikan asli Indonesia. Selain itu diberbagai daerah juga terdapat sistem
pendidikan local yang berorientasi pada pendidikan bidang keagamaan dan pengetahuan umum.
Terdapat beberapa ciri pendidikan pada periode kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia,
antara lain: a. Bersifat informal karena proses belajar mengajar tidak melalui institusi yang formal.
b. Berpusat pada religi, yaitu ajaran agama Hindu dan Buddha. c. Aristokratis dimana pendidikan
hanya diikuti oleh segolongan masyarakat saja, yaitu para raja dan bangsawan. Kaum bangsawan
biasanya mengundang guru untuk mengajar anak-anaknya di istana disamping ada juga yang
mengutus anak-anaknya yang pergi belajar ke guru-guru tertentu. d. Pengelola pendidikan adalah
kaum Brahmana untuk agama Hindu dan para Biksu untuk agama Buddha.
b. Sistem Pendidikan pada zaman penjajahan Belanda.
Pendidikan pada masa penjajahan Belanda Mulai abad ke-16, bangsa Barat, yaitu bangsa
Portugis (abad ke-15), lalu disusul oleh bangsa Belanda, dan diselingi bangsa Inggris (1811-1816)
datang ke Tanah Air. Tujuan mereka pertama kalinya adalah berdagang tapi lambat laun menjajah
seluruh wilayah Indonesia. Penjajahan Belanda dalam perjalanan sejarahnya menunjukkan
bagaimana ia menerapkanj kebijakan pendidikan yang diskriminatif dan menghalangi
pertumbuhan penduduk lokal sudah ada. Pada 1882, Belanda membentuk pristerrraden yang
mendapat tugas mengawasi pengajaran agama di pesantren-pesantren. Pada tahun 1602, bangsa
Belanda mendirikan perkumpulan dagang yang terkenal dengan nama VOC. Konteks penyebaran
agama itu menjadi permulaan kebijakan pendidikan kolonial Belanda. Sekolah-sekolah didirikan
di Pulau Ambon dan Pulau Bacan (Maluku). Sekolah-sekolah ini belum mengajarkan pengetahuan
umum. Bahasa pengantar yang dipakai ialah bahasa Melayu, baru pada kelas-kelas yang lebih
tinggi dipakai bahasa Belanda. Pihak Belanda juga mendirikan sekolah-sekolah bagi calon
pegawai VOC.90 Pada 1799, VOC jatuh karena pegawainya bekerja tanpa disiplin, korupsi, dan
manajemen morat-marit. Dengan cepat, pemerintah Belanda mengambil alih kekuasaan VOC.
Mulailah negara kita di bawah kekuasaan pemerintah Belanda dengan nama Hindia-Belanda. Perlu
disebutkan di sini bahwa meskipun sekolah-sekolah telah banyak berdiri, secara formal sekolah-
sekolah tersebut tidak didirikan atas nama VOC, tetapi didirikan oleh orang-orang dari kalangan
agama, yaitu agama Kristen Protestan. Dengan demikian, sekolah-sekolah itu mempunyai corak
dan ciri-ciri Kristen. Kebanyakan sekolah yang ada baru berada pada tingkatan pendidikan
dasar/rendah.
Sesudah VOC gulung tikar pada 1799, Indonesia menjadi daerah jajahan Belanda dengan
nama Hindia-Belanda. Usaha-usaha pendidikan kolonial Belanda yang diajarkan di daerah Maluku
tidak dapat meluas ke daerah lain, maka, pada saat pemerintahan Hindia Belanda mulai dijalankan,
pendidikan bagi bangsa Indonesia belum baik. Pada saat itu, Gubernur Daendels agak
memerhatikan nasib bangsa kita. Ia (1801) telah menyatakan bahwa perlu diselenggarakan
pengajaran bagi anak-anak Jawa(Indonesia) untuk memperkenalkan kepada anak-anak itu tentang
kesusilaan, adat istiadat, dan pengertian agama-agama.92 Akan tetapi, cita-cita Daendels tidak
dapat direalisasi, berhubung tidak adanya anggaran untuk pengajaran bagi bangsa Indonesia. Saat
itu penjajahan Belanda sempat berhenti atau berganti ketika dalam konteks internasional mereka
dikalahkan inggris. Dan Inggris yang sempat menjadikan Indonesia sebagai jajahannya (1811-
1816) juga belum sempat memberikan/ mengusahakan pendidikan. Baru setelah Belanda dpat
merebut Indonesia kembali, keluarlah surat keputusan (koninklijk besluit 1848) yang isinya
tentang penetapan anggaran belanja pengajaran bagi orang-orang Indonesia. Sementara itu 1884
keluar surat keputusan yang member kesempatan berdirinya sekolah swasta.93 Konteks
pendidikan dan pengajaran ini pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pegawai
rendahan di kantor-kantor pamong praja atau kantor-kantor yang lain. 94 Pada abad ke-18,
pendidikan dan pengajaran diberikan secara perseorangan. Pada akhir abad ke-18 dan awal abad
ke-19 sistem ini dirubah menjadi sistem klasikal dimana pengajaran diberikan. Sesudah VOC
gulung tikar pada 1799, Indonesia menjadi daerah jajahan Belanda dengan nama Hindia-Belanda.
Usaha-usaha pendidikan kolonial Belanda yang diajarkan di daerah Maluku tidak dapat meluas ke
daerah lain, maka, pada saat pemerintahan Hindia Belanda mulai dijalankan, pendidikan bagi
bangsa Indonesia belum baik. Pada saat itu, Gubernur Daendels agak memerhatikan nasib bangsa
kita. Ia (1801) telah menyatakan bahwa perlu diselenggarakan pengajaran bagi anak-anak
Jawa(Indonesia) untuk memperkenalkan kepada anak-anak itu tentang kesusilaan, adat istiadat,
dan pengertian agama-agama. Akan tetapi, cita-cita Daendels tidak dapat direalisasi, berhubung
tidak adanya anggaran untuk pengajaran bagi bangsa Indonesia. Saat itu penjajahan Belanda
sempat berhenti atau berganti ketika dalam konteks internasional mereka dikalahkan inggris. Dan
Inggris yang sempat menjadikan Indonesia sebagai jajahannya (1811-1816) juga belum sempat
memberikan/ mengusahakan pendidikan. Baru setelah Belanda dpat merebut Indonesia kembali,
keluarlah surat keputusan (koninklijk besluit 1848) yang isinya tentang penetapan anggaran
belanja pengajaran bagi orang-orang Indonesia. Sementara itu 1884 keluar surat keputusan yang
member kesempatan berdirinya sekolah swasta.93 Konteks pendidikan dan pengajaran ini pada
prinsipnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendahan di kantor-kantor pamong praja
atau kantor-kantor yang lain. 94 Pada abad ke-18, pendidikan dan pengajaran diberikan secara
perseorangan. Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 sistem ini dirubah menjadi sistem
klasikal dimana pengajaran diberikan.
c. Sistem Pendidikan pada zaman orde baru.
Praktik pendidikan zaman Indonesia merdeka sampai tahun 1965 bisa dikatakan banyak
dipengaruhi oleh sistem pendidikan Belanda. Praktek pendidikan selepas penjajahan menekankan
pengembangan jiwa patriotisme. Pada masa ini, lingkungan politik terasa mendominir praktek
pendidikan. Upaya membangkitkan patriotisme dan nasionalisme terasa berlebihan, sehingga
menurunkan kualitas pendidikan itu sendiri. Kebijaksanaan politik pendidikan para menteri yang
bertugas antara tahun 1945-1950 dapat dikatakan belum bisa dirasakan atau belum terlihat
hasilnya. Penyelenggaraan pendidikan agama setelah Indonesia merdeka mendapat perhatian
serius dari pemerintah, baik di sekolah Negeri maupun Swasta. Secara umum pendidikan orde
lama sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan di bawah kendali kekuasaan Soekarno cukup
memberikan ruang bebas terhadap pendidikan. Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi
rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan
kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang.
Pendidikan pada masa orde baru meliputi :
Rentang Tahun 1945-1968 Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah dalam bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran diutamakan adalah: pendidikan
watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Kemudian Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai 1952”.
Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Pada masa
ini memang kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan lebih diperhatikan, dan satuan mata
pelajaran lebih dirincikan. Namun, dalam kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai objek
karena guru menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru yang menentukan
apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang menentukan standar-standar
keberhasilan siswa dalam proses pendidikan. Kemudian Kurikulum 1964 yang menghasilkan
piagam ini ada kaitan khusus dengan penyelenggraan pendidikan dan pengajaran Kementerian
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RIS dan Kementerian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan RI mengadakan “pengumuman Bersama pada tanggal 30 Juni 1950 yang bertujuan
untuk sementara tahun ajaran 1950/1951 sistem pengajaran yang berlaku dalam RI dahului berlaku
untuk seluruh Indonesia sampai sistem itu ditinjau kembali. Kemudian dihasilkan peraturan untuk
sekolah-sekolah partikelir, sekolah rakyat negeri dan sistem sekolah pendidikan Islam yang
dikelola oleh Kementrian Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K).
5. Pendidikan nasional yang diidamkan adalah Pendidikan yang mencerdaskan bangsa dan
memerdekakan manusia. Uraikan:
a. Pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah suatu cita-cita bangsa Indonesia seperti yang
terkandung di dalam Undang – Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu sebagai berikut: ….
kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial... Mencerdaskan bangsa
dalam kehidupan bangsa diartikan bahwa peserta didik dapat memanusiakan manusia yang
menindikasikan bahwa peserta didik telah mencapai tujuannya dalam pendidikan.
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu dan selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan sangat
penting dalam-meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan menjadi dasar
utama dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang akan membentuk karakter penerus
bangsa yang siap menghadapi situasi apapun.Pemerintah perlu melakukan perbaikan secara
berkesinambungan terhadap semua komponen yang ada pada pendidikan. Tujuan pendidikan
nasional dapat tercapai dengan disusunnya suatu strategi yang berkaitan dengan
permasalahanpermasalahan pendidikan di Indonesia meliputi permasalahan mutu pendidikan,
pemerataan pendidikan dan manajemen pendidikan. Dimana mencerdaskan kehidupan bangsa
terdapat Selain itu, ada beberapa usulan solusi yang sekiranya dapat diterapkan untuk dapat
memajukan pendidikan di Indonesia. Pertama, penyesuaian materi keilmuan. Hal ini perlu karena
selama ini ilmu kita bersumber dari barat yang sebenarnya tidak sepenuhnya cocok dengan
keadaan Indonesia. Pendidikan, ilmu pengetahuan selalu berkaitan dengan budaya, maka dari itu
kita perlu untuk menyesuaikan ilmu itu dengan budaya kita sendiri. Sehingga kita tidak menjadi
bangsa yang lupa akan budaya kita sendiri. Kedua, memasukan materi kebangsaan dan sejarah
perjuangan bangsa secara berkelanjutan. Hal ini diperlukan agar peserta didik mengerti dengan
perjuangan para pendahulunya, sehingga mereka menjadi generasi dan tidak lupa sejarah. Juga
agar peserta didik mampu memahami kemajemukan dan budaya Indonesia serta menjadi generasi
yang berkarakter kebangsaan. Ketiga, Sisdiknas harus memberi ruang dan mendorong sepenuhnya
kegiatan yang membangun kepemimpinan dan karakter peserta didik. Kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan kegiatan di luar kegiatan akademik dimana kegiatan itu memberi nilai tambah bagi
peserta didik dalam hal kepemimpinan dan character building. Keempat, penguatan pendidikan
informal sebagai alternatif penanaman nilai. Pendidikan mempunyai lingkup yang sangat luas.
Bahkan pendidikan pertama yang didapat adalah pendidikan informal. Maka dari itu, penguatan
pendidikan informal bisa menjadi alternatif solusi untuk dapat mendukung atau mengimbangi
pendidikan formal di sekolah maupun di kampus
b. Pedagogy of the oppressed yang digagas oleh Paulo Freir
Pemikiran yang digagas oleh paulo freire memiliki tujuan utama pendidikan sebagai media
dalam membuka mata peserta didik guna menyadari realitas ketertindasannya untuk kemudian
bertindak melakukan transformasi sosial. Istilah penting yang diajukan Freire dalam Pedagogy of
The Oppressed untuk mengajukan teorinya adalah penyadaran (conscientizacao) atau yang sering
kita sebut ”konsientasi”. Konsientasi adalah pemahaman mengenai keadaan nyata yang sedang
dialami siswa atau murid. Konsientasi adalah pemahaman mengenai keadaan nyata yang sedang
dialami peserta didik. Paulo freiro juga menjelaskan pendidikan gaya bank menurut Paulo Freire
sebagai salah satu sumber yang mengokohkan penindasan dan kebisuan. Karena itulah, ia
menawarkan pendidikan “hadap-masalah” sebagai jalan membangkitkan kesadaran masyarakat
bisu. Dalam sistem pendidikan gaya bank guru tidak memberikan pengertian kepada peserta didik,
tetapi memindahkan sejumlah dalil atau rumusan kepada siswa untuk disimpan yang kemudian
akan dikeluarkan dalam bentuk yang sama jika diperlukan. Peserta didik adalah pengumpul dan
penyimpan sejumlah pengetahuan, tetapi pada akhirnya peserta didik yang disimpan dalam
kebisuan sebab miskinnya daya cipta. Dimana paulo freire juga menjelaskan prinsip –prinsip
pendidik yaitu:

1. Pendidikan yang membebaskan merupakan pendidikan yang menjadikan orang sadar akan
penindasan yang menimpa mereka dan melalui gerakan praktis mengubah keadaan itu.
pendidikan merupakan proses permanen aksi budaya pembebasan .
2. Pendidikan kaum tertindas ialah merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi
pendidikan sebagai alat yang untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk
penindasan dan ketertindasan, atau bisa disebut dengan usaha untuk “memanusiakan
manusia” (Humanisasi).
3. Pendidikan konsentisiasi adalah teori dan model pendidikan yang mengupayakan peserta
didik untuk menjadi subyek dalam rangka menjawab persoalan-persoalan yang muncul
dalam realitas sosial.

Anda mungkin juga menyukai