Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurfazria

Rumpun : MIPA

MK : Prinsip Pengajaran dan Asessmen Yang Efektif di Sekolah Menengah

Lembar Kerja Paradigma Baru

1. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah yaitu merancang pembelajaran untuk
memenuhi potensi, kebutuhan perkembangan, dan tahapan belajar, serta kepentingan peserta
didik. Adapun salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yaitu
pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil
pelajar pancasila, sebagai berikut:
a) Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil
pelajar Pancasila. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk
pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
b) Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan
kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
c) Sementara itu, pendekatan student centered mendorong siswa untuk mengerjakan
sesuatu sebagai pengalaman praktik dan membangun makna atas pengalaman yang
diperolehnya
2. Pertimbangan ketika guru diberikan kemerdekaan belajar dalam merumuskan rancangan
pembelajaran dan asessmen, yaitu sebagai berikut:
a) Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat
pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan
karakteristik dan perkembangan yang beragam sehingga pembelajaran menjadi
bermakna dan menyenangkan.

Sesuai dengan prinsip ini maka seharusnya guru dalam membuat perangkat ajar
memetakan dulu kemampuan awal siswa dan disesuaikan juga perangkat ajar tersebut
dengan kebutuhan siswa. Maka untuk mewujudkan hal tersebut guru perlu menganalisis
lingkungan sekolah, sarana dan prasarana untuk mendukung pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa serta memvariasikan model/metode pembelajaran
sesuai dengan gaya belajar, jenis kecerdasan, minat, dan bakat siswa. Di samping itu guru
perlu juga menyesuaikan tuntutan pembelajaran dalam hal produk pembelajaran
divariasikan sesuai dengan gaya belajar, minat, kebutuhan, dan bakat siswa. Contoh
differensiasi produk ini adalah sebagai berikut:

 Untuk kelompok siswa yang gemar menulis dan visual, bisa dengan tugas menulis
laporan dengan ilustrasi atau infografis.
 Untuk kelompok yang yang gemar bercerita tugas berupa membuat rekaman
sandiwara radio atau rekaman siaran/pot cast tentang siklus air.
 Untuk kelompok peserta didik yang kinestetik, bisa melakukan presentasi dalam
bentuk drama singkat atau gerakan yang menunjukkan siklus air.
b) Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi
pembelajar sepanjang hayat.

Pada prinsip ini diharapkan peran guru sebagai fasilitator itu betul-betul
dilaksanakan. Pembelajaran dimulai dengan memberikan stimulus berupa pertanyaan
pemantik, siswa berkolaborasi, ada umpan balik antara guru dengan siswa ataupun siswa
dengan siswa, dan melibatkan siswa dengan kebiasaan bertanya sehingga pada akhirnya
akan muncul pemahaman bermakna. Kalau hal ini sudah terbiasa, maka nantinya siswa
dapat menjadi pribadi yang mandiri dalam belajar. Sebagai catatan bagi guru sesuai
prinsip ini adalah dengan menghindari metode ceramah, hanya memberi tugas tanpa
umpan balik, dan lebih banyak melaksanakan penilaian sumatif (akhir) daripada formatif
(proses).

c) Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik


secara holistic

Pada prinsip ini guru harus menerapkan metode pembelajaran terbaru untuk
mewujudkan kompetensi peserta didik. Metode pembelajaran ini misalnya metode/model
inkuiri, projek, berbasis masalah, berbasis tantangan, dan pembelajaran differensiasi.
Selain itu juga guru perlu melihat kegiatan pembelajaran dari berbagai perspektif yang
mendukung kognitif, sosial emosi, dan spiritual. Kemudian juga guru harus melihat profil
pelajar pancasila itu sebagai target cerminan karakter pada peserta didik dan bukan
sebagai sesuatu yang harus diajarkan dan dihafal. Selanjutnya agar pembelajaran dapat
memotivasi siswa, maka perlu lingkungan belajar meliputi susunan kelas secara personal,
sosial, dan fisik. Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan dan minat
peserta didik dalam belajar.

d) Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks,


lingkungan dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai
mitra

Pada prinsip ini menekankan pada pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran


kontekstual ini menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata atau kehidupan siswa
sehingga siswa tersebut merasa terlibat dalam pembelajaran dan pada akhirnya
pembelajaran tersebut bermanfaat baginya. Orang tua harus dijadikan mitra dalam
pembelajaran sehingga terdapat komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan
balik antara guru dengan orang tua. Selain itu dalam pembelajaran yang kontekstual
dapat melibatkan tenaga ahli profesional, masyarakat, ataupun lembaga lain dalam
pembelajaran baik sebagai narasumber primer ataupun sekunder. Jadi sumber belajar itu
bukan hanya guru ataupun buku melainkan juga pihak lain yang bisa diajak ke sekolah
ataupun siswa yang diajak berkunjung atau ditugaskan ke suatu tempat atau lembaga
tertentu sesuai dengan konteks pembelajarannya

e) Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan

Pada prinsip ini guru harus merubah paradigmanya dalam pembelajaran.


Pembelajaran itu membangun pemahaman bermakna dengan memberi dukungan lebih
banyak di awal untuk kemudian perlahan melepas sedikit demi sedikit dukungan tersebut
untuk akhirnya menjadi pembelajar yang mandiri dan merdeka. Supaya pemahaman
bermakna tersebut dapat dikuasai siswa maka dalam pembelajarannya guru harus
membelajarkan keterampilan abad 21 bukan sekedar hanya mengetes atau menilai
keterampilan tersebut dalam suatu pembelajaran

Sedangkan dalam merumuskan asessmen, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a) Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi
pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk
pendidik, peserta didik, dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan
strategi pembelajaran selanjutnya.
b) Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan
keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif
mencapai tujuan pembelajaran
c) Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk
menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya.
d) Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan
informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi
yang dicapai serta strategi tindak lanjutnya
e) Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang
tua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
3. Dengan paradigma baru, pembelajaran merupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan
standar kompetensi, perencanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen untuk
memperbaiki pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi yang
diharapkan. Pembelajaran ini memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan
rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta
didik. Setelah merancang siklus tersebut, pembelajaran mengacu pada profil pelajar pancasila
karena menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam
sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran, dan asesmen.
4. Karakteristik pelajar pancasila terdapat 6 elemen, yaitu:
a) Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
Pelajar Pancasila diharapkan memiliki spiritualitas yang tinggi, sehingga dapat
menerapkan segala nilai-nilai baik sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupannya
sehari-hari. Bukan hanya memiliki keimanan dan akhlak beragama, Pelajar Pancasila
juga memiliki akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, serta akhlak
bernegara.
b) Berkebinekaan Global
Nilai pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika wajib menjadi nilai yang dipegang bersama
oleh seluruh masyarakat Indonesia termasuk para pelajar. Bukan hanya dengan sesama
bangsa Indonesia, melainkan juga ketika berhadapan dengan bangsa atau kultur negara
lain. Pelajar Pancasila dituntut untuk dapat mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan
identitas, namun tetap berpikiran terbuka ketika berinteraksi dengan budaya lain.
c) Gotong Royong
Salah satu nilai penting yang juga dijunjung oleh bangsa Indonesia adalah gotong
royong. Pelajar Pancasila akan mampu melakukan kegiatan bersama-sama dengan suka
rela, agar kegiatan tersebut terasa lebih lancar, mudah, dan ringan. Gotong royong dapat
mendorong kolaborasi, kepedulian, serta rasa ingin berbagi kepada lingkungan sekitar.
d) Mandiri
Kemandirian juga merupakan kunci penting dalam menjalani kehidupan. Meski mampu
menjalankan sesuatu dengan gotong royong, tetapi Pelajar Pancasila akan mampu
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab secara mandiri.
Untuk itu, dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri terhadap situasi yang dihadapi, serta
kemampuan menciptakan regulasi diri sendiri. Kedua hal tersebut dapat membentuk
pribadi tangguh dan mandiri.
e) Bernalar Kritis
Untuk menghadapi kompetisi global seperti saat ini dan masa mendatang, maka
kemampuan bernalar kritis sangat diperlukan. Kemampuan berpikir kritis sendiri
diartikan sebagai kemampuan secara objektif memproses informasi baik secara kualitatif
dan kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisa
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Dengan begitu, diharapkan pelajar akan
mampu mengambil keputusan yang tepat.
f) Kreatif
Untuk menciptakan berbagai penemuan inovatif di masa depan diperlukan kreativitas
yang tinggi. Tidak hanya sekadar menemukan gagasan-gagasan baru, sebuah inovasi
diharapkan juga bermakna, bermanfaat, dan membawa dampak bagi masyarakat. Pelajar
Pancasila akan dapat mengasah kreativitas dengan menerapkan pemikiran kritis yang
kemudian diolah menjadi inovasi baru.
5. Guru merencanakan pembelajaran dan asesmen (as learning, for learning, of learning) jika
dikaitkan dengan karakteristik peserta didik yaitu pada Assessment as Learning dilakukan
untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Dalam konteks ini, penilaian diposisikan seolah-
olah sebagai kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran. Pemanfaatan penilaian bukan
sekadar mengetahui pencapaian hasil belajar, justru yang lebih penting adalah bagaimana
penilaian mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses belajar. Assessment
of learning yaitu penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Proses
pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir peserta didik
menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap pendidik melakukan penilaian yang
dimaksudkan untuk memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses
pembelajaran selesai, berarti pendidik tersebut melakukan assessment of learning. Ujian
Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai bentuk penilaian sumatif merupakan
assessment of learning (penilaian hasil belajar). Assessment for learning dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan proses belajar mengajar. Dengan assessment for learning pendidik dapat
memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan
menentukan kemajuan belajarnya. Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh
pendidik untuk meningkatkan performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk
penilaian formatif, misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan contoh-
contoh assessment for learning (penilaian untuk proses belajar).
Kesimpulannya Assessment as learning mempunyai fungsi yang mirip dengan assessment
for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif
dalam kegiatan penilaian tersebut. Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menjadi
penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman
merupakan contoh assessment as learning. Dalam assessment as learning peserta didik juga
dapat dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman
penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan agar
memperoleh capaian belajar yang maksimal. Karena selama ini assessment of learning paling
dominan dilakukan oleh pendidik dibandingkan assessment for learning dan assessment as
learning. Penilaian pencapaian hasil belajar seharusnya lebih mengutamakan assessment as
learning dan assessment for learning dibandingkan assessment of learning.
6. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan pembelajaran dan asesmen
paradigm baru yang efektif dengan memperhatikan prinsip-prinsip dari pembelajaran
paradigm baru dan asesmen yang efektif. Adapun prinsip nya sebagai berikut:
a) Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik
b) Pembelajaran merupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan standar kompetensi,
perencanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen untuk memperbaiki
pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
c) Memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan
asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik
d) Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi penuntun arah yang memandu segala
kebijakan dan pembaharuan dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran,
dan asesmen

Untuk mencapai asesmen yang efektif perlu diperhatikan penerapannya dalam


pembelajaran paradigm baru, sebagai berikut:

a) Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi


pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk
guru, peserta didik, dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan
strategi pembelajaran selanjutnya.
b) Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan
keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif
mencapai tujuan pembelajaran.
c) Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk
menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai