Anda di halaman 1dari 9

Refleksi

Mata Kuliah Yang Paling Bermakna dan


perubahan paradigma mahasiswa
tentang makna guru

Aksi Nyata
MK Seminar Pendidikan Profesi Guru

Paskalis Tokan, S.Pd


ppg prajabatan gel 1 2022 lptk undana
REFLEKSI MK YANG
PALING BERMAKNA
Menurut penulis, mata kuliah yang sangat memberikan pengalaman bermakna yaitu Prinsip Pengajaran
Dan Asesmen Yang Efektif Di Sekolah Menengah (PPAE 1 dan 2).
Penulis telah memperoleh pengalaman paling bermakna yaitu mampu menyusun perangkat pembelajaran
sesuai dengan kurikulum merdeka belajar dalam bentuk modul ajar yang menekankan pada pembelajaran
yang berdiferensiasi dan berpihak pada peserta didik.
Dalam belajar peserta didik harus dibuat aman dan nyaman dengan desain suasana belajar yang berpihak
pada ekosistem pembelajaran. Saya juga mendapatkan pengetahuan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran
perlu menggunakan variasi model dan metode yang menyenagkan dengan tujuan agar peserta didik tidak
merasa jenuh, bosan dalam belajar.
Proses pembelajaran juga harusnya di tampilkan dengan kreatifitas yang modern yakni dengan menggunakan media elektronik
ataupun aplikasi pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik misalnya dengan menggunakan video pembelajaran, comic
belajar, leaflet ataupun dengan menggunakan app kahoot dan kuizis dalam membuat kuis, pretest dan post test. Dengan perbedaan
karakteristik peserta didik terkusus pada tingkat kemampuannya maka perlu dibuat perangkat belajar yang bisa membedakan antara
peserta didik dengan tingkat kemampuan rendah, sedang dan tinggi. Hal ini dimaksud agar setiap peserta didik memperoleh
pengetahuan sesuai dengan tingkat kemampuannya. Dalam pembelajaran juga perlu dilakukan pendekatan budaya sehingga peserta
didik tidak hanya memperoleh pengetahuan pada materi saja melainkan dapat mengaitkan dengan budaya setempat sehingga budaya-
budaya local bisa terus dilestarikan untuk generasi sekarang dan yang akan datang
REFLEKSI MK YANG
PALING BERMAKNA
Dalam praktek pembelajaran dan asesmen yang efektif maka hal yang harus diperhatikan antaralain :
1.) Pembelajaran harus dirancang dengan mempertmbangkan tahap perkembangan dan tingkat capaian,
disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik, serta berdasarkan karakteristik dan perkembangan
peserta didik yang beragam.
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah
Melakukan analisis tahapan kondisi, latar belakang, tahap perkembangan dan pencapaian peserta didik
sebelumnya dan melakukan pemetaan
Melihat tahapan perkembangan peserta didik yang berkelanjutan sebagai dasar dalam merancang
pembelajaran dan asesmen
Menurunkan alur tujuan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik
Melihat segala sesuatu dari sudut pandang peserta didik.

2.) Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat
Hal yang perlu dilakukan adalah :
Mempertimbangkan berbagai stimulus yang bisa digunakan dalam pembelajaran
Memberikan kesempatan kolaborasi, memberikan pertanyaan pemantik, dan mengajarkan pemahaman bermakna
Melibatkan peserta didik dengan menggunakan kekuatan bertanya
REFLEKSI MK YANG
PALING BERMAKNA
3.) Pembelajaran yang relevan harus disesuaikan dengan konteks lingkungan dan budaya peserta didik, serta
melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra
Hal yang perlu dilakukan adalah :
Pembelajaran harus sesuai dengan konteks dunia nyata dan menjadi daya tarik peserta didik untuk belajar
Melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan balik
Memberdayakan masyarakat sekitar sebagai narasumber sekunder dalam belajar
4.) Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan
Hal yang perlu dilakukan adalah :
Memberikan umpan balik secaa terus menerus baik dari guru ke peserta didik ataupun sebaliknya
Pembelajaran yang membangun pemahaman bermakna dengan memberikan lebih banyak dukungan pada awal pembelajaran
Melakukan berbagai inovasi terhadap metode dan strategi pembelajaran
Dalam melakukan asesmen juga perlu didasari prinsip-prinsip antaralain :
Asesmen merupakan bagian terpadu dalam proses pembelajaran, memfasilitasi dan menyediakan informasi yang holistic sebagai umpan
balik untuk pendidik, peserta didik dan orang tua, agar dapat membantu dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya untuk menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan
tentang rencana selanjutnya
Hasil asesmen digunakan peserta didik, pendidik, manajemen dan orang tua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
ARTEFAK PEMBELAJARAN
YANG MENDUKUNG
Artefak pembelajaran yang saya ambil adalah pada bagian Unggah Demonstrasi
Kontekstual yakni video micro teaching yang dilakukan di kampus bersama teman sejawat.

https://youtu.be/APXeysWhItY

Dalam video micro teaching yang telah dilaksanakan,


penulis menggambarkan proses pembelajaran
paradigma baru dengan konsep pembelajaran
berdiferensiasi. Pelaksanaan pembelajaran micro
teaching ini berdasarkan perangkat pembelajaran
yang telah disusun oleh penulis dalam modul ajar
dimana pembelajaran di sesuaikan dengan gaya
belajar peserta didik yang di bagi kedalam 3
kelompok yakni visual, auditori dan kinestetik. Model
yang penulis gunakan adalah Kolaboratif dengan
diferensiasi konten sedangkan metode yang digunakan
penulis adalah diskusi presentasi dan tanya jawab
PERUBAHAN PARADIGMA MAHASISWA
TENTANG MAKNA GURU

Menjadi guru di abad 21 berbeda dengan guru di abad 20-an.

Di era digital seperti sekarang ini, eksistensi guru tidak lagi dilihat dari kharismanya semata. Lebih dari itu, bagaimana seorang guru mampu
berkomunikasi dan beradaptasi mengikuti arah tangan zaman. Guru di era digital dituntut mampu berinovasi dan berkreasi, karena sistem
pembelajaran tahun 80-an sudah tidak diterima oleh anak didik zaman sekarang akibat perkembangan teknologi internet dan kemajuan teknologi
digital yang telah terakselerasi.
Di era digital, lingkungan belajar harus diselaraskan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, yang memungkinkan pemelajar
belajar secara mandiri, dinamis dan tidak terikat oleh hanya satu tempat dan satu sumber belajar, bahkan tidak tergantung pada guru
pengajarnya saja, tetapi peserta didik dapat belajar dari banyak guru, berbagai sumber di dunia maya. Oleh karena itu, semua elemen kompetensi
guru yang cenderung memperlakukan peserta didik hanya berdasarkan pengalaman, kemampuan, pengetahuan dan sumber-sumber belajar yang
dimiliki seorang guru, atau singkatnya mengukur potensi dan kemampuan siswa hanya dengan otak seorang guru yang bersangkutan tidak relevan
lagi. Tetapi dalam era digital dinamis ini guru harus menerapkan konsep multy channel learning yang memperlakukan peserta didik sebagai
pemelajar dinamis yang dapat belajar dimana saja, kapan saja, dari siapa saja, dari berbagai sumber di mana saja.
Guru hendaknya bertindak sebagai fasilitator yang menunjukkan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik, dan membuka kesempatan
untuk dapat belajar dari berbagai sumber pembelajaran digital di dunia global. Kemajuan dalam belajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan
tergantung pada ketersediaan akses pengetahuan dan informasi, yang kini dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Orientasi baru ini akan
memberikan pengaruh positif terhadap kemajuan kreativitas dan daya imajinasi peserta didik. Selain itu, kemampuan berpikir kritis dan analitis
peserta didik diharapkan dapat ditingkatkan, misalnya dengan mengasah kemampuan mereka untuk menemukan dan mengidentifikasi.
PERUBAHAN PARADIGMA MAHASISWA
TENTANG MAKNA GURU

Perubahan paradigma juga terjadi dalam proses pembelajaran yang awalnya berpusat pada peranan guru dalam kelas (techer centred) menjadi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (learning centred) diiharapkan mampu mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam
membangun pengetahuan, sikap dan prilaku sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning), dan pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu kualitas pendidikan.

Dahulu pendidikan diartikan sebagai sesuatu yang bersifat satu arah, yang menuntut penyampaian informasi oleh seorang ahli dan pemerolehan
pengetahuan oleh peserta didik. Dalam hal ini, seorang guru dianggap sebagai ahli yang mempunyai jawaban untuk setiap pertanyaan, sehingga ia
memiliki otoritas penuh. Di sisi lain, para peserta didik selalu dianggap sebagai pelajar pasif, penerima apapun yang diajar oleh guru. Pada era TIK digital
ini dibutuhkan sebuah orientasi baru dalam pendidikan yang menekankan pada konstruksi aktif peserta didik melalui pencarian berbagai macam
informasi serta sumber-sumber lainnya yang berguna untuk kehidupan mereka dalam berbagai situasi. Orientasi baru ini memfokuskan pada kegiatan
pembelajaran yang menuntut motivasi diri peserta didik (self-motivated) dan pengaturan diri sendiri (self-regulated). Hal ini diperlukan dalam rangka
konstruksi pengetahuan dan pengalaman yang bisa diterapkan dalam konteks konteks tertentu yang dihadapi peserta didik.

Paradigma dalam pendidikan saat ini telah beralih dari paradigma mengajar menuju paradigma belajar. Ini berarti bahwa pendidikan bukan lagi
mengenai bagaimana menyampaikan pengetahuan dan informasi kepada peserta didik, tetapi tentang bagaimana membantu peserta didik untuk mencari
dan menemukan (search-discovery) informasi sendiri dan kemudian membantu peserta didik untuk mengkonstruksi dan menciptakan (construction-
invention) pengetahuan yang bermanfaat bagi diri mereka. Guru tidak lagi bertanggung jawab atas pengetahuan yang disimpan dalam pikiran para
peserta didik, tetapi bagaimana peserta didik mampu membangun pengetahuan secara mandiri. Hal ini bukan berarti guru adalah pembantu yang pasif,
tetapi aktif dalam proses konstruksi tersebut, misalnya melalui penciptaan lingkungan belajar yang berpegang pada prinsip multy channel learning.
PERUBAHAN PARADIGMA MAHASISWA
TENTANG MAKNA GURU

Peran guru harus beranjak dari ‘penyedia jawaban’, yaitu seseorang yang memproses dan menyajikan pengetahuan yang diperlukan dalam
menghadapi perubahan, menjadi ‘pembawa perubahan’ yaitu orang yang membantu peserta ddik dalam menemukan pengetahuan yang
diperlukan untuk menghadapi perubahan, serta membantu mereka agar mampu secara aktif mengatur strategi perkembangan pribadi. Dengan
kata lain, peran guru dalam era pengetahuan digital, yaitu mengatasi potensi keterkejutan akan perubahan, membantu peserta ddik memulai
visi baru untuk masa depan, memotivasi kepemimpinan bagi mereka agar mampu membantu dirinya dalam memulai perannya masing-masing,
serta membantu mereka agar mampu melanjutkan program pengembangan diri.
Dalam lingkup sosial, guru juga memiliki tanggung jawab dalam membangun konsep diri peserta ddik, misalnya tentang moralitas dan
keanekaragaman etnik. Hal ini dapat diberikan melalui persentasi norma-norma sosial dan hal-hal yang dilarang, baik secara langsung melalui
aspek-aspek pendidikan yang diajarkan, atau secara tidak langsung melalui contoh-contoh penerapan.
Guru harus memiliki kemampuan untuk menggunakan contoh-contoh nyata yang berkaitan dengan kehidupan peserta ddik dan
menghubungkan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Guru harus tanggap untuk tidak membuat peserta ddiknya merasa bosan dengan
hanya menyampaikan materi pelajaran secara searah seperti yang telah direncanakan. Tetapi guru harus meningkatkan kreativitas tentang
bagaimana peserta didik belajar mengkonstruksi pengetahuan, misalnya bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan
peserta ddik belajar secara aktif dan mandiri dari berbagai sumber pembelajaran.
Di samping itu, di tengah tumpah ruahnya informasi dan sumber belajar digital yang dapat diakses secara cepat dan luas, guru harus mampu
menjadi pelopor kejujuran dalam belajar, misalnya jujur dengan menunjukkan sumber bahan ajar digital yang digunakan, jujur bahwa dia
belum mengakses informasi digital tertentu yang dibutuhkan, dan sebagainya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai