Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS DAN REFLEKSI FENOMENA GURU TELADAN/TERPUJI

PENDAHULUAN
Perilaku teladan bagi guru bukan saja memperlihatkan di sekolah,
tetapi juga dalam lingkungan keluarga dan dalam pergaulan dengan
masyarakat luas, karena para guru teladan menjadi tokoh dan di
jadikan contoh. Oleh karena itu para guru teladan harus menjadi
penggerak dalam berbagai kegiatan khususnya dalam bidang
pendidikan untuk memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku
peserta didik. Tentu kepribadian yang baik dari seorang guru akan
memberikan teladan yang baik kepada peserta didik, sehingga guru
akan menjadi seseorang yang dapat ditiru, semua perkataanya bisa
diterima dan semua perbuatannya bisa ditiru atau menjadi teladan
bagi peserta didiknya. Karena sebagai guru harus bisa memberikan
contoh hal-hal yang baik dan menjadi teladan kepada peserta didik,
bukan sebaliknya
1. Pengertian Guru Teladan/Terpuji
Guru memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pembelajaran
yang akan mewujudkan kepribadian handal dan terpuji bagi peserta
didik. Berangkat dari hal ini, guru sebagai role model bagi mereka,
tentu guru perlu menunjukan nilai-nilai yang baik untuk dijadikan suri
tauladan (Bahar, 2016: 199).

Menurut Abdulwaly dan Jamillah (2016: 115) Keteladanan adalah


suatu cara yang dapat ditempuh dalam mendidik anak dengan jalan
memberi contoh atau teladan yang baik. Jadi, guru teladan adalah guru
yang baik yang berhubungan dengan sikap, prilaku, tutur kata, mental,
maupun yang terkait dengan akhlak dan dan moral yang patut
dijadikan contoh bagi peserta didik. Hal ini penting dimiliki tenaga
pendidik untuk dijadikan dasar dalam membangun kembali etika,
moral, dan akhlak yang sudah sampai pada tataran yang
menyedihkan.
Kegiatan guru di sekolah harus mencerminkan nilai-nilai kebaikan.
Segala informasi dan pengetahuan yang disampaikan oleh guru adalah
kebaikan. Guru sama dengan kebaikan itu sendiri, proses pendidikan,
bimbingan dan pengajaran yang disampaikan oleh guru adalah nilai-
nilai dan pengetahuan untuk kebaikan peserta didiknya. Oleh karena
itu profesi guru sebagai symbol kebaikan, pencerahan dan
pencerdasan peserta didik merupakan suatu keteladanan yang
patut ditiru oleh semua pihak, baik masyarakat maupun peserta didik.
2. Karakteristik Guru Teladan
Abdulwaly dan Jamillah (2016: 117) mengatakan untuk bisa menjadi
teladan, maka ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1. Karakteristik akidah, akhlak dan perilaku, yaitu: guru harus


mempunyai akidah yang bersih dari hal-hal yang bertentangan
dengannya. Senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT (muraqabah)
di mana pun berada, melakukan koreksi diri (muhasabah) atas
kelalaian dan kesalahan. Menanamkan sikap tawadhu’ (rendah hati),
jangan sampai timbul perasaan ujub dan ghurur, karena orang yang
tawadhu’ akan diangkatkan derajatnya oleh Allah Swt. Guru harus
berakhlak mulia, berkelakuan baik, dan menjauhi hal-hal yang
bertentangan dengan hal itu, baik di dalam maupun di luar kelas.
Mampu mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak ada waktu yang
terlewatkan tanpa mendatangkan manfaat duniawi dan ukhrawi.
Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan,
perbuatan dan perilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yang
baik, dan memberi nasihat serta pengarahan kepada anak didik.
2. Karakteristik profesional. Profesi guru adalah profesi yang sangat
mulia. Risalah yang diemban guru sangat agung. Seorang guru harus
memiliki bekal dan persiapan agar dapat menjalankan profesi dan
risalahnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang
guru dan dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, yakni
menguasai materi pelajaran dengan matang melibihi siswa-siswanya
dan mampu memberikan pemahaman kepada mereka secara baik.
Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses
mengajar, seperti pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak
melamun, berpandangan jauh ke depan, cepat tanggap, dan dapat
mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis. Guru harus
menguasai cara-cara mengajar dan menjelaskan. Sebelum memasuki
pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu
(materi).
3. Guru yang Baik dan Disukai Oleh Siswa
Ciri-Ciri Guru yang Baik
Menurut Darmadi (2018:23-24) adapun ciri-ciri guru yang baik, yaitu:
1. Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional. Ia
terus berusaha untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi
tempat yang paling baik bagi anak-anak muda.
2. Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaannya. Mereka terus
berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya.
3. Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan dalam
hubungannya dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh
beberapa orang untuk menggambarkan profesi keguruan. Mereka
secara psikologi lebih matang sehingga rangsangan-rangsangan
terhadap dirinya dapat ditaksir.
4. Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi
yang diperolahnya dari pengamatannya tentang bekerjanya
psikologi, biologi, dan antropologi kulkutural di dalam kelas.
5. Mereka berkeinginan untuk terus tunbuh, mereka sadar bahwa
dibawah pengaruhnya, sumber-sumber manusia dapat berubah
nasibnya.

Marrie F. Hassett (dalam Rahman & Amri: 2014:183) mengemukakan


bahwa ketika berbicara tentang kualitas mengajar seorang guru,
fokusnya berkaitan dengan masalah-masalah teknik konten dan
prestasi, tapi banyak orang yang tahu bahwa guru yang memiliki
pengetahuan yang luar biasa. Guru yang baik bercirikan sebagai
berikut:

a) Memiliki kesadaran dan tujuan.


b) Memiliki harapan dan keberhasilan bagi semua siswa.
c) Mentolerir ambiguitas.
d) Melanjutkan kemauan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi
kebutuhan siswa.
e) Merasa tidak nyaman jika kurang mengetahui.
f) Mencerminkan kometmen pada pekerjaan mereka.
g) Belajar dari berbagai modal.

Jadi kesimpulannya adalah semua guru harus menjadi guru yang baik,
guru itu harus memiliki misi untuk memperoleh pengalaman hidup
melalui mengajar orang lain. Dan kita semua tahu guru itu
dikategorikan baik atau buruk ketika melihatnya tampil di kelas
dan di luar kelas. Berikut ini beberapa ungkapan kualitas guru yang
baik:
a) Keyakinan diri sendiri. Guru yang baik akan tetap memiliki
kepercayaan diri meski sekali merasakan kemunduran.
b) Kesadaran. Guru yang baik bisa membantu siswa yang mengalami
gangguan mental.
c) Memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya. Guru yang baik,
ketika siswa membutuhkan perhatian ekstra dan memberikannya
dengan senang hati, serta guru-guru lain jika perlu mereka peduli
tentang siswanya meski berada diluar kelas.
d) Pemahaman. Guru yang baik memiliki pemahaman benar prima
bagaimana mengajar. Guru harus memberi perlakuan yang berbeda
dikalangan siswa. Karena semua siswa dapat menyerap materi
pelajaran yang dapat diajarkan oleh setiap guru itu secara cepat.
Guru itu harus memberi perlakuan yang berbeda untuk siswa yang
berbeda, guru yang baik tidak hanya menggunakan satu buku
untuk semua pokok pembahasan yang disajikan tapi guru yang
baik melakukan pembuatan mengajar berdasarkan bagaimana
siswa belajar.
e) Dedikasi untuk keunggulan. Seorang guru tidak puas dengan
nilai siswanya yang kecil, melainkan mengabdikan diri untuk
secara penuh menuju kemampuan siswa untuk unggul. Guru-guru
yang terbaik mendorong berbagai ide dan menawarkan inisiatif
tidak harus melakukan pekerjaan rumah setiap hari untuk siswa
bisa berpikir di luar kotak sekolar.
f) Teguh dalam memberikan dukungan. Guru mendorong siswa yang
frustasi untuk berprestasi dan memberikan keyakinan besar kepada
siswanya bahwa ia bisa memahami materi pelajaran dengan baik.
Guru-guru yang terbaik selalu ada disamping siswa jika dia
memerlukan bantuan dan dorongan exstra.
g) Kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi. Guru
melaksanakan pekerjaan secara serius dan tahu bahwa siswa tidak
mendapatkan nilai bagus pada ujian tapi rasa prestasi dengan
menguasai materi pelajaran dan mereka bersedia bekerja dengan
siswa untuk mencapai rasa berprestasi itu. Bangga atas prestasi
siswa yang mendapatkan nilai yang baik atau memperoleh
kehormatan dari masyarakat. Dan guru terbaik merayakan
keberhasilan untuk siswa terbaik tersebut.

Guru yang Disukai Oleh Siswa

Menurut Mustakim (2004: 93-94) adapun ciri-ciri guru yang disukai


oleh siswa, yaitu sebagai berikut:
1. Suka membantu dalam pekerjaan sekolah menerangkan pelajaran dan
tugas dengan jelas serta mendalam menggunakan contoh sewaktu
belajar.
2. Riyang, gembira mempunyai perasaan humor dan punya lelucon atas
dirinya.
3. Bersikap akrab seperti sahabat, merasa seorang anggota dalam
kelompok kelas.
4. Menunjukkan perhatian kepada murid dan memahami mereka.
5. Berusaha agar pekerjaan menguasai kelas membangkitkan rasa hormat
pada murid.
6. Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada
murid.
7. Tidak pilih kasih, tidak mempunyai anak kesayangan.
8. Tidak suka marah, mencela, mengejek dan menyindir.
9. Betul-betul mengajarkan sesuatu kepada murid, yang berharga bagi
mereka.
10. Mempunyai pribadi yang mengyenangkan.
Guru merupakan sumber utama bagi siswa dan merupakan harapan
juga bagi kedua orang tua dari anak didik tersebut, karena kecuali
orang tua, guru sangat berperan aktif dalam proses kesuksesan seorang
anak, dalam proses belajar mengajar guru harus selalu memeberikan
motivasi yang terbaik untuk siswanya.

Guru terbaik adalah mereka yang tidak secara otomatis “berhenti


mengajar” ketika mengadakan sisi tambahan untuk persiapan tes
peristiwa siswa, dan guru melaksanakan pekerjaan secara serius dan
tahu bahwa siswa tidak mendapatkan nilai bagus pada ujian tapi rasa
prestasi dengan menguasai materi pelajaran dan mereka bersedia
bekerja dengan siswa untuk mencapai rasa berprestasi itu. Dalam hal
ini guru merupakan kunci utama dalam keberhasilan diri siswa.

Sepuluh hal yang harus dihindari agar siswa tetap cinta kepada guru:
1. Tidak menilai hasil kerja siswa.
Apa pun tugas yang kita berikan, sekecil apa pun itu, wajib kita
nilai atau setidaknya kita bahas bersama-sama sehingga siswa
minimal tau dan bisa menilai sendiri hasil pekerjaan mereka. Hal
ini sebagai penghargaan atas kerja keras mereka. Jika hal ini
terulang, sudah tentu mereka akan malas mengerjakan tugas dan
akan tumbuh kebencian akan etos kerja kita.
2. Memanggil dengan nama yang tidak disukai.
Kebiasaan guru memanggil nama dengan julukan yang tidak dia
sukai akan menimbulkan kebencian. Meskipun itu dalam bentuk
gurauan. Apa lagi jika memanggilnya di depan teman sekelas
atau forum yang lebih besar. Hal ini akan menyakiti hatinya.
Jangan sekali-sekali guru memanggil siswa dengan sebutan
seperti item, si gendut, si lemot, dan kata-kata lain yang
meyakitinya.
3. Jarang tersenyum.
Ada guru yang berfikir gengsi tersenyum di depan siswa. Ada
juga yang beranggapan senyum membuat kita tidak dihormati
siswa, karena kita dianggap sebagai teman. Padahal senyum
adalah bahasa wajah dengan sejuta kabar gembira bagi yang
melihatnya. Kami pikir ini adalah cara jitu untuk meluluhkan hati
siswa agar mudah menerima kita dalam rangka keberhasilan
tujuan belajar.

4. Berpakaian tidak rapi.


Guru figur teladan. Bukan hanya ilmunya saja, namun hampir
keseluruhan aspek kehidupan guru menjadi kaca perilaku siswa.
Termasuk cara berpakaian guru. Siswa akan cenderung
mencemooh serta malu jika memiliki guru yang berpakaian tidak
rapi dan kurang sopan, tambah parah lagi bau badan yang tidak
sedap. Jadi, agar siswa suka pada guru perhatikan kerapian dan
bau badan.

5. Suka menghukum fisik.


Tujuan mendidik yang mulia kadang-kadang lepas kontrol
menjadi hal yang menakutkan. Semisal ada siswa yang tidak
patuh pada peraturan sekolah. Banyak diantara kita berpikir
hukuman fisiklah solusinya. Padahal cara ini tidak efektif untuk
perbaikan siswa. Di sisi lain akan menimbulkan kebencian pada
guru. Jadi, agar siswa tetap menghormati seorang guru, ganti
hukuman fisik dengan hukuman lain yang lebih mendidik.
Misalkan meminta tanda tangan kepala sekolah, orang tua, dan
guru-guru lainnya, membaca ayat suci Al-Quran, menulis kata-
kata motivasi dengan berulang.
6. Meremehkan siswa.
Bagaimanapun kondisi siswa, guru harus tetap menghargainya.
Dari golongan orang miskin, berfisik jelek, berpenyakit, atau
terbelakang sekalipun. Guru yang berjiwa besar akan tetap
menghargainya sebagai siswa yang akan berhasil. Bahkan guru-
guru yang luar biasa akan memberikan perilaku yang lebih.

7. Sering mengumpat.
Sangat tidak pantas jika ada guru mengumpat siswa karena
kecerobohan atau siswa tidak menguasai mata pelajaran. Jika
guru melakukan hal ini, maka siap-siap siswa akan membenci.
8. Pilih-pilih siswa.
Pilih-pilih siswa atau dengan kata lain pilih kasih adalah tindakan
yang sangat dibenci siswa. Baik itu dengan alasan karena si siswa
lebih pintar, lebih kaya, anak pengurus yayasan, anak teman
guru, atau apa pun alasannya hal ini tidak disukai siswa. Jadi,
miliki hati semua siswa dengan memperhatikan mereka dengan
prosentase yang sama.
9. Menyentuh tubuh siswa.
Terkadang kita berpikir karena murid kita, maka sebagai bentuk
kasih sayang kita melakukan hal-hal yang kurang etis. Misalkan
memegang, menyentuh, atau memeluk siswa. Jika siswa kita
sudah mulai memasuki masa pubertas atau bahkan di atasnya,
tentunya kita harus menghormati dia dengan menjaga jarak.
10. Tidak pernah mendoakan.
Tidak pernah mendoakan siswa merupakan sikap yang kurang
terpuji dari guru. Guru-guru yang sering mendoakan muridnya
akan terpancar dari kegigihannya dalam mengajar dan mendidik.
Artinya guru yang jarang mendoakan siswanya akan tampak dari
etos kerjanya yang bermalas-malasan dan tidak bersemangat.

.4. Analisis Fenomena Guru Teladan

Menurut Hamalik (dalam Bahar, 2016:200) mengatakan bahwa menjadi


guru adalah suatu pekerjaan profesional, jabatan guru memerlukan
keahlian khusus yang menuntut seorang guru itu harus menguasai
seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya,
supaya dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan secara otomatis
akan mampu menghasilkan output yang baik.
Guru sebagai teladan untuk peserta didik guru harus memiliki
kepribadian yang baik dan dapat dijadikan sebagai panutan dalam
kehidupan sehari-hari. Guru juga harus selalu melakukan perbuatan
yang positif terutama di depan peserta didiknya agar dapat
mengangkat kewibawaannya dan menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan
pendidikan.
Terlepas dari perencanaan guru terkadang guru secara tidak sadar
melakukan kesalahan dalam melaksanakannya tugas dan fungsinya.
Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari
kesalahan baik dalam berperilaku maupun dalam melaksanakan tugas
pokoknya mengajar. Namun demikian, bukan berarti kesalahan guru
harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya. Guru harus
mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya
berbuat salah dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta
menghindari dari kesalahan-kesalahan.
Mulyasa (2011:20-32) mengatakan dari berbagai kajian menunjukkan
bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh
guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran.


Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dalam pengertian
menata lingkungan agar terjadinya kegiatan belajar pada peserta didik.
Berbagai kasus menunjukan bahwa di
antara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat
mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukan alasan yang
mendasari asumsi tersebut. Asumsi keliru tersebut seringkali
menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga bannyak guru
yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam
perencanan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian
informasi kepada peserta didik. Guru harus memiliki kemampuan
untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar
mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Agar
tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran guru
hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika
salah satu komponen terganggu maka akan menganggu seluruh sistem
tersebut.

2. Menunggu peserta didik berperilaku negatif.

Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah


peserta didik yang semuanya ingin diperhatiakan. Peserta didik akan
berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif,
sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan
peserta didik, mereka juga menganggap bahwa mengajar adalah
memberikan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik. Tidak
sedikit guru yang mengabaikan perkembangan keperibadian, serta
lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik dan tidak
membuat masalah. Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada
peserta didik ketika ribut, tidak memperhatikan, atau mengantuk di
kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk. Kondisi
tersebut seringkali mendapat tanggapan yang salah dari peserta didik,
mereka beranggapan bahwa jika ingin mendapat perhatian dari guru
maka harus berbuat salah.

3. Menggunakan Destructive Discipline

Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para


peserta didik, bahkan melampau batas kewajaran karena telah
menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib,
melanggar norma agama dan telah membawa akibat yang sangat
merugikan masyarakat. Demikian halnya dengan pembelajaran, guru
akan menghadapi situasi-situasi yang menuntut mereka harus
melakukan tindakan disiplin.

Seperti alat pendidikan lain jika guru tidak memiliki rencana tindakan
yang benar, maka dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu.
Seringkali guru memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa
melihat latar belakang kesalahan yang dilakukannya, tidak jarang guru
yang memberikan hukuman melampau batas kewajaran pendidikan,
dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik
tanpa melihat latar belakang kesalahan. Selain itu, guru juga jarang
sekali mengoreksi pekerjaan peserta didik dan mengembalikannya
dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta
didik. Yang sering dialami oleh peserta didik adalah bahwa guru sering
memberi tugas, tetapi tidak pernah memberikan umpan balik terhadap
tugas-tugas yang dikerjakan.
Kesalahan-kesalahan seperti diuraikan di atas dapat mengakibatkan
upaya penegakan disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak
keperibadian serta harga diri peserta didik. Agar kita tidak melakukan
kesalahan dalam melakukan disiplin beberapa hal yang perlu
diperhatikan: (1) disiplinkan peserta didik ketika suasana hati guru
tenang, (2) gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran, (3)
hindari menghina dan mengejek peserta didik, (4) pilihlah hukuman
yang bisa dilaksanakan secara tepat, (5) gunakan disiplin sebagai alat
pemeblajaran.

4. Mengabaikan perbedaan peserta didik

Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru adalah mengabaikan


perbedaan peserta didik. Mengakatagorian perbedaan individual ke
dalam bidang- bidang sebagai berikut:

a) Perbedaan Kognitif

Proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan


tiga pembentukan kemampuan yaitu kemapuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Kemampuan kognitif mengambarkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya
kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui
bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan
dan lingkungan. Faktor dasar yang berpengaruh menonjol pada
kemampuan kognitif dibedakan dalam bentuk lingkungan alamiah
dan lingkungan yang dibuat. Tingkat kemampuan kognitif tergambar
pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar.

b) Perbedaan individual dalam kecakapan Bahasa

Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat


penting dalam kehidupannya. Kemampuan individu yang sangat
penting dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa
merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah
pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh
makna, logis dan sistematis.

c) Perbedaan dalam Latar Belakang.

Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat amanpun, perbedaan latar


belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat
memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi
individu untuk menguasai bahan pelajaran. Pengalaman-pengalaman
belajar yang dimiliki anak di rumah mempengaruhi kemauan untuk
berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.Minat dan sikap
terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan
kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada
bahan-bahan pelajaran dan kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya
merupakan faktor perbedaan di antara para siswa.

d) Perbedaan dalam Bakat

Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.


Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila
mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Sebaliknya
bakat tidak akan berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak
memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada
rangsangan dan pemupukan yang menyetuhnya. Dalam hal inilah
makna pendidikan menjadi penting artinya.

5. Merasa paling pandai

Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah


merasa paling pandai di kelasnya. Kesalahan ini berangkat dari kondisi
bahwa pada umumnya para peserta didik di sekolah usianya relatif
lebih muda dari pada gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta
didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik dipandang
sebagai gelas yang perlu diisi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat
menyesatkan, karena kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat
belajar melalui internet dan berbagai media masa yang mungkin guru
belum memahaminya.

6. Tidak Adil (Diskriminatif)

Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan


kemudahan belajar bagi peserta didik secara adil dan merata, sehingga
mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan
dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dalam pembelajaran,
dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya
banyak guru yang tidak adil sehingga merugikan perkembangan
peserta didik dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan
oleh guru terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya
untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan
usaha mereka dalam pembelajaran. Oleh karena itu dalam memberikan
penilaian harus secara adil dan benar-benar merupakan cermin dari
perilaku peserta didik. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak
sedikit guru yang menyalahguanakan penilaian, misalnya sebagai
ajang untuk menyakurkan kasih sayang di luar tanggungjawabnya
sebagai guru.

7. Memaksa Hak Peserta Didik

Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering


dilakukan guru, sebagai akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam
pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapat
keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan,
memperoleh penghasilan itu sudah menjadi haknya tetapi
tindakannya memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk
membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru.
Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi
orang tua yang tidak mampu.

5. Refleksi Fenomena Guru Teladan

Guru harus bisa merefleksikan diri tentang apa yang dia lakukan pada
peserta didik. Selau menyadari akan kekurangan diri dan siap dikritik
merupakan salah satu cara untuk membangun pendidikan manjadi
lebih baik.
Menurut Bahar (2016:200-201) kompetensi kepribadian guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam membentuk pribadi peserta didik
guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM),
mensejahterakan serta memajukan masyarakat, bangsa, dan negara.
Guru dikatakan terpuji atau teladan hendaknya memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Mengharapkan ridha Allah. Guru dalam menjalankan tugasnya
hendaknya melandasi niatnya dengan tulus dan ikhlas untuk
mendapatkan ridha Allah, membangun dan menanamkan prinsip
“berilmu dan beramalikhlas karena Allah” kedalam diri murid. Guru
harus menginternalisasikan nilai-nilai keikhlasan dalam setiap
tindakannya dalam pendidikan
2. Jujur dan amanah. Kejujuran adalah mahkota seorang guru dan kunci
keberhasilan tugasnya.
3. Konsisten dalam pekerjaan dan perbuatan. Guru harus berbuat sesuai
dengan ilmu atau ucapannya. Guru tidak mengamalkan ilmunya,
maka ia tidak akan mendapat prtunjuk dan bahkan ia bisa membawa
kerusakan bagi msyarakat. Di samping itu, ketidak sesuaian antara
ucapan dengan perbuatan merupakan perilaku tercela bagi guru.
4. Adil dan egaliter. Keadilan adalah alat yang terhormat dan mulia yang
dapat dipergunakan oleh guru dalam pendidikan. Keadilan dan
egaliter mempunyai nilai guna menumbuhkan rasa cinta dankasih
sayang murid dengan guru.
5. Berakhlak mulia. Guru sebagai pembawa akhlak bagi muridnya.
Betapa tidak, karena jika mengkehendaki murid memiliki akhlak maka
terlebih dahulu guru harus berakhlak.
6. Rendah hati. Rasa rendah hati yang dimiliki guru yang merupakan
sifat yang mulia dan agung. Sifat yang seperti ini bukan hanya
memberi manfaat untuk guru itu sendiri, tetapi sifat itu dapat
memantul kepada murid, sehingga murid merasakan kesejukan,
kedamaian dan keakraban murid dengan guru.
7. Berani. Sifat berani merupakan suatu anjuran yang harus dimiliki oleh
guru. Keberanian di sini adalah melakukan transfaransi (keterbukaan)
dirinya dalam berbagai aspek, seperti kekurangan dan keunggulan diri
kepada murid. Sifat keterbukaan ini ternyata dapat menimbulkan
motivasi dan daya tarik bagi murid.
8. Menciptakan nuansa keakraban. Guru hendaknya dapat menciptakan
suasana akrab dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Guru
dalam hal ini dimungkinkan membuat humor (bergurau) yang bersifat
positif kepada murid.
9. Sabar dan mengekang hawa nafsu. Guru harus berhati sabar dalam
melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran. Sabar itu adalah sifat
mulia yang merupakan buah dari mujahadah yang dilakukan guru.
Sabar lawan kata dari amarah. Amarah ini pada guru harus ditekan,
karena sifat amarah akan mendatangkan kebencian.
10. Baik dalam tutur kata. Guru sebagai figur teladan, mestinya
mampu bertutur kata dengan baik dan menyenangkan. Guru harus
menghindari perkataan yang keji dan kotor, karena yang keji dan kotor
ini dapat membuat murid menjadi tidak senang.
11. Tidak egios. Guru menghadapi persoalan yang tidak dapat
diselesaikannya sendiri, guru hendaknya tidak segan-segan untuk
meminta pendapat atau bermusyawarah dengan orang lain termasuk
dengan murid.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulwaly, Cece & Fauziah Jamillah. 2016. Mendidik dengan Teladan
yang Baik.
Yogyakarta: Diandra.
Bahar, Herwina. 2016. Etika dan Profesi Keguruan. Tangerang Selatan:
FIP UMJ
Darmadi. 2018. Membangun Paradigma Baru Kinerja Guru. Bandung:
Guepedia.
Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mustakim. 2004. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandug: PT
Songo.
Rahman, Muhammad & Sofan Amri. 2014. Kode Etik Profesi Guru
(Legalitas,
Realita dan Harapan). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Anda mungkin juga menyukai