PENDAHULUAN
Perilaku teladan bagi guru bukan saja memperlihatkan di sekolah,
tetapi juga dalam lingkungan keluarga dan dalam pergaulan dengan
masyarakat luas, karena para guru teladan menjadi tokoh dan di
jadikan contoh. Oleh karena itu para guru teladan harus menjadi
penggerak dalam berbagai kegiatan khususnya dalam bidang
pendidikan untuk memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku
peserta didik. Tentu kepribadian yang baik dari seorang guru akan
memberikan teladan yang baik kepada peserta didik, sehingga guru
akan menjadi seseorang yang dapat ditiru, semua perkataanya bisa
diterima dan semua perbuatannya bisa ditiru atau menjadi teladan
bagi peserta didiknya. Karena sebagai guru harus bisa memberikan
contoh hal-hal yang baik dan menjadi teladan kepada peserta didik,
bukan sebaliknya
1. Pengertian Guru Teladan/Terpuji
Guru memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pembelajaran
yang akan mewujudkan kepribadian handal dan terpuji bagi peserta
didik. Berangkat dari hal ini, guru sebagai role model bagi mereka,
tentu guru perlu menunjukan nilai-nilai yang baik untuk dijadikan suri
tauladan (Bahar, 2016: 199).
Jadi kesimpulannya adalah semua guru harus menjadi guru yang baik,
guru itu harus memiliki misi untuk memperoleh pengalaman hidup
melalui mengajar orang lain. Dan kita semua tahu guru itu
dikategorikan baik atau buruk ketika melihatnya tampil di kelas
dan di luar kelas. Berikut ini beberapa ungkapan kualitas guru yang
baik:
a) Keyakinan diri sendiri. Guru yang baik akan tetap memiliki
kepercayaan diri meski sekali merasakan kemunduran.
b) Kesadaran. Guru yang baik bisa membantu siswa yang mengalami
gangguan mental.
c) Memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya. Guru yang baik,
ketika siswa membutuhkan perhatian ekstra dan memberikannya
dengan senang hati, serta guru-guru lain jika perlu mereka peduli
tentang siswanya meski berada diluar kelas.
d) Pemahaman. Guru yang baik memiliki pemahaman benar prima
bagaimana mengajar. Guru harus memberi perlakuan yang berbeda
dikalangan siswa. Karena semua siswa dapat menyerap materi
pelajaran yang dapat diajarkan oleh setiap guru itu secara cepat.
Guru itu harus memberi perlakuan yang berbeda untuk siswa yang
berbeda, guru yang baik tidak hanya menggunakan satu buku
untuk semua pokok pembahasan yang disajikan tapi guru yang
baik melakukan pembuatan mengajar berdasarkan bagaimana
siswa belajar.
e) Dedikasi untuk keunggulan. Seorang guru tidak puas dengan
nilai siswanya yang kecil, melainkan mengabdikan diri untuk
secara penuh menuju kemampuan siswa untuk unggul. Guru-guru
yang terbaik mendorong berbagai ide dan menawarkan inisiatif
tidak harus melakukan pekerjaan rumah setiap hari untuk siswa
bisa berpikir di luar kotak sekolar.
f) Teguh dalam memberikan dukungan. Guru mendorong siswa yang
frustasi untuk berprestasi dan memberikan keyakinan besar kepada
siswanya bahwa ia bisa memahami materi pelajaran dengan baik.
Guru-guru yang terbaik selalu ada disamping siswa jika dia
memerlukan bantuan dan dorongan exstra.
g) Kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi. Guru
melaksanakan pekerjaan secara serius dan tahu bahwa siswa tidak
mendapatkan nilai bagus pada ujian tapi rasa prestasi dengan
menguasai materi pelajaran dan mereka bersedia bekerja dengan
siswa untuk mencapai rasa berprestasi itu. Bangga atas prestasi
siswa yang mendapatkan nilai yang baik atau memperoleh
kehormatan dari masyarakat. Dan guru terbaik merayakan
keberhasilan untuk siswa terbaik tersebut.
Sepuluh hal yang harus dihindari agar siswa tetap cinta kepada guru:
1. Tidak menilai hasil kerja siswa.
Apa pun tugas yang kita berikan, sekecil apa pun itu, wajib kita
nilai atau setidaknya kita bahas bersama-sama sehingga siswa
minimal tau dan bisa menilai sendiri hasil pekerjaan mereka. Hal
ini sebagai penghargaan atas kerja keras mereka. Jika hal ini
terulang, sudah tentu mereka akan malas mengerjakan tugas dan
akan tumbuh kebencian akan etos kerja kita.
2. Memanggil dengan nama yang tidak disukai.
Kebiasaan guru memanggil nama dengan julukan yang tidak dia
sukai akan menimbulkan kebencian. Meskipun itu dalam bentuk
gurauan. Apa lagi jika memanggilnya di depan teman sekelas
atau forum yang lebih besar. Hal ini akan menyakiti hatinya.
Jangan sekali-sekali guru memanggil siswa dengan sebutan
seperti item, si gendut, si lemot, dan kata-kata lain yang
meyakitinya.
3. Jarang tersenyum.
Ada guru yang berfikir gengsi tersenyum di depan siswa. Ada
juga yang beranggapan senyum membuat kita tidak dihormati
siswa, karena kita dianggap sebagai teman. Padahal senyum
adalah bahasa wajah dengan sejuta kabar gembira bagi yang
melihatnya. Kami pikir ini adalah cara jitu untuk meluluhkan hati
siswa agar mudah menerima kita dalam rangka keberhasilan
tujuan belajar.
7. Sering mengumpat.
Sangat tidak pantas jika ada guru mengumpat siswa karena
kecerobohan atau siswa tidak menguasai mata pelajaran. Jika
guru melakukan hal ini, maka siap-siap siswa akan membenci.
8. Pilih-pilih siswa.
Pilih-pilih siswa atau dengan kata lain pilih kasih adalah tindakan
yang sangat dibenci siswa. Baik itu dengan alasan karena si siswa
lebih pintar, lebih kaya, anak pengurus yayasan, anak teman
guru, atau apa pun alasannya hal ini tidak disukai siswa. Jadi,
miliki hati semua siswa dengan memperhatikan mereka dengan
prosentase yang sama.
9. Menyentuh tubuh siswa.
Terkadang kita berpikir karena murid kita, maka sebagai bentuk
kasih sayang kita melakukan hal-hal yang kurang etis. Misalkan
memegang, menyentuh, atau memeluk siswa. Jika siswa kita
sudah mulai memasuki masa pubertas atau bahkan di atasnya,
tentunya kita harus menghormati dia dengan menjaga jarak.
10. Tidak pernah mendoakan.
Tidak pernah mendoakan siswa merupakan sikap yang kurang
terpuji dari guru. Guru-guru yang sering mendoakan muridnya
akan terpancar dari kegigihannya dalam mengajar dan mendidik.
Artinya guru yang jarang mendoakan siswanya akan tampak dari
etos kerjanya yang bermalas-malasan dan tidak bersemangat.
Seperti alat pendidikan lain jika guru tidak memiliki rencana tindakan
yang benar, maka dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu.
Seringkali guru memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa
melihat latar belakang kesalahan yang dilakukannya, tidak jarang guru
yang memberikan hukuman melampau batas kewajaran pendidikan,
dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik
tanpa melihat latar belakang kesalahan. Selain itu, guru juga jarang
sekali mengoreksi pekerjaan peserta didik dan mengembalikannya
dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta
didik. Yang sering dialami oleh peserta didik adalah bahwa guru sering
memberi tugas, tetapi tidak pernah memberikan umpan balik terhadap
tugas-tugas yang dikerjakan.
Kesalahan-kesalahan seperti diuraikan di atas dapat mengakibatkan
upaya penegakan disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak
keperibadian serta harga diri peserta didik. Agar kita tidak melakukan
kesalahan dalam melakukan disiplin beberapa hal yang perlu
diperhatikan: (1) disiplinkan peserta didik ketika suasana hati guru
tenang, (2) gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran, (3)
hindari menghina dan mengejek peserta didik, (4) pilihlah hukuman
yang bisa dilaksanakan secara tepat, (5) gunakan disiplin sebagai alat
pemeblajaran.
a) Perbedaan Kognitif
Guru harus bisa merefleksikan diri tentang apa yang dia lakukan pada
peserta didik. Selau menyadari akan kekurangan diri dan siap dikritik
merupakan salah satu cara untuk membangun pendidikan manjadi
lebih baik.
Menurut Bahar (2016:200-201) kompetensi kepribadian guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam membentuk pribadi peserta didik
guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM),
mensejahterakan serta memajukan masyarakat, bangsa, dan negara.
Guru dikatakan terpuji atau teladan hendaknya memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Mengharapkan ridha Allah. Guru dalam menjalankan tugasnya
hendaknya melandasi niatnya dengan tulus dan ikhlas untuk
mendapatkan ridha Allah, membangun dan menanamkan prinsip
“berilmu dan beramalikhlas karena Allah” kedalam diri murid. Guru
harus menginternalisasikan nilai-nilai keikhlasan dalam setiap
tindakannya dalam pendidikan
2. Jujur dan amanah. Kejujuran adalah mahkota seorang guru dan kunci
keberhasilan tugasnya.
3. Konsisten dalam pekerjaan dan perbuatan. Guru harus berbuat sesuai
dengan ilmu atau ucapannya. Guru tidak mengamalkan ilmunya,
maka ia tidak akan mendapat prtunjuk dan bahkan ia bisa membawa
kerusakan bagi msyarakat. Di samping itu, ketidak sesuaian antara
ucapan dengan perbuatan merupakan perilaku tercela bagi guru.
4. Adil dan egaliter. Keadilan adalah alat yang terhormat dan mulia yang
dapat dipergunakan oleh guru dalam pendidikan. Keadilan dan
egaliter mempunyai nilai guna menumbuhkan rasa cinta dankasih
sayang murid dengan guru.
5. Berakhlak mulia. Guru sebagai pembawa akhlak bagi muridnya.
Betapa tidak, karena jika mengkehendaki murid memiliki akhlak maka
terlebih dahulu guru harus berakhlak.
6. Rendah hati. Rasa rendah hati yang dimiliki guru yang merupakan
sifat yang mulia dan agung. Sifat yang seperti ini bukan hanya
memberi manfaat untuk guru itu sendiri, tetapi sifat itu dapat
memantul kepada murid, sehingga murid merasakan kesejukan,
kedamaian dan keakraban murid dengan guru.
7. Berani. Sifat berani merupakan suatu anjuran yang harus dimiliki oleh
guru. Keberanian di sini adalah melakukan transfaransi (keterbukaan)
dirinya dalam berbagai aspek, seperti kekurangan dan keunggulan diri
kepada murid. Sifat keterbukaan ini ternyata dapat menimbulkan
motivasi dan daya tarik bagi murid.
8. Menciptakan nuansa keakraban. Guru hendaknya dapat menciptakan
suasana akrab dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Guru
dalam hal ini dimungkinkan membuat humor (bergurau) yang bersifat
positif kepada murid.
9. Sabar dan mengekang hawa nafsu. Guru harus berhati sabar dalam
melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran. Sabar itu adalah sifat
mulia yang merupakan buah dari mujahadah yang dilakukan guru.
Sabar lawan kata dari amarah. Amarah ini pada guru harus ditekan,
karena sifat amarah akan mendatangkan kebencian.
10. Baik dalam tutur kata. Guru sebagai figur teladan, mestinya
mampu bertutur kata dengan baik dan menyenangkan. Guru harus
menghindari perkataan yang keji dan kotor, karena yang keji dan kotor
ini dapat membuat murid menjadi tidak senang.
11. Tidak egios. Guru menghadapi persoalan yang tidak dapat
diselesaikannya sendiri, guru hendaknya tidak segan-segan untuk
meminta pendapat atau bermusyawarah dengan orang lain termasuk
dengan murid.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulwaly, Cece & Fauziah Jamillah. 2016. Mendidik dengan Teladan
yang Baik.
Yogyakarta: Diandra.
Bahar, Herwina. 2016. Etika dan Profesi Keguruan. Tangerang Selatan:
FIP UMJ
Darmadi. 2018. Membangun Paradigma Baru Kinerja Guru. Bandung:
Guepedia.
Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mustakim. 2004. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandug: PT
Songo.
Rahman, Muhammad & Sofan Amri. 2014. Kode Etik Profesi Guru
(Legalitas,
Realita dan Harapan). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.