Dosen Pengampu :
Sudjoko S
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pendidikan Karakter Bangsa tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Profesi dan Profesionalisme Guru” dapat diselesaikan karena bantuan
banyak pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik. Selain itu,
kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami
menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….3.1
B. Saran………………………………………………………………………………3.2
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………… iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan, harus menjadi guru yang kompeten karena keterlibatan
guru dalam pembelajaran memberi pengaruh yang besar terhadap proses dan prestasi belajar peserta
didik. guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik terutama peserta didik pendidikan dasar.
Guru sebaiknya harus mempunyai sifat terbuka, melihat tren perkembangan jaman, mau berubah, dan
berpikir alternatif agar pembelajaran mampu melahirkan lulusan yang berkepribadian. Seorang guru
harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji. guru harus mempunyai keyakinan pada kemampuan
peserta didik untuk membuat semua peserta didik berhasil dan belajar tanpa peduli latar belakang atau
kondisi rumah dan sekolah peserta didik.
Sebagai pemimpin pendidikan, seorang guru harus menjadi pemimpin yang disukai, dipercaya, mampu
membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang masa sehingga dapat menyiapkan peserta didik
untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai
kemungkinan dan tantangan.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk menanusiakan manusia. Dalam proses
pendidikan guru merupakan seseorang yang sangat memegang peran penting untuk terlaksananya
proses pendidikan tersebut dengan baik tentunya juga tidak lepas dengan kerjasamanya dengan peserta
didik. Sebagai seorang pendidik yang baik sudah sepantasnya dapat mengelola kelas dan juga mengelola
pembelajaran dengan baik namun yang terjadi justru sebaliknya pada era modern saat ini yang penuh
dengan kecanggihan-kecanggihan justru malah membuat sebagian guru terlena sehingga dikhawatirkan
jika mereka nantinya masih belum bisa membedakan antara mengelola kelas dan mengelola
pembelajaran sehingga kualitas pendidikan akan semakin merosot. Oleh karena itu untuk menghindari
hal yang demikian diperlukan adanya hal-hal yang dapat menunjang terlahirnya seorang pendidik yang
dapat membawa perubahan kedepannya karena ia faham akan perbedaan antara pengelolaan kelas dan
pembelajaran sehingga mereka tidak salah dalam menempatkan keduanya.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita identifikasi beberapa masalah, antara lain:
b. Kepribadian Guru
d. Manajemen Kelas
e. Manajemen Pembelajaran
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak terlalu mengambang maka pembahasannya dibatasi pada
profesi dan profesionalisme guru.
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.5 Tujuan
Tujuan penulisan maklah ini selain untuk memenuhi penyelesaian tugas mata kuliah Profesi
Kependidikan adalah untuk menyajikan materi perkuliahan yang bermanfat bagi mahasiswa calon guru.
1.6 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini menambah wawasan atau pengetahuan pembaca mengenai hak dan
tugas guru sebagai pemimpin dan manager . Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai referensi tulisan
yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ketika proses pembelajaran berlangsung guru dapat melakukan apa saja di kelas. Ketika guru telah
memasuki ruang kelas dan menutup pintu kelas, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak
ditentukan oleh guru. Seorang guru dapat merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan
jawaban kreatif dan kritis. Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas, seorang guru tidak menutup
kemungkinan akan tampil sebagai sosok yang membosankan, instruktif, dan tidak mampu menjadi idola
bagi siswa. Bahkan, proses pembelajaran tersebut secara tidak sadar dapat mematikan kreativitas,
mengumpulkan daya nalar, dan mengabaikan aspek afektif. Hal ini sejalan dengan amanat UU no. 20
Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
standar nasional.
Di kelas guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik, karena semua perilaku maupun sikap
guru akan dicontoh oleh peserta didik, terutama peserta didik pendidikan dasar. Untuk menjadi
pemimpin pendidikan yang baik seorang guru seharusnya bukan hanya memberikan teladan dalam hal
sikap tetapi juga memikirkan tentang mengajar. Guru harus mengetahui pokok mata pelajaran yang
mereka akan diajarkan, tetapi juga dapat menyampaikan pengetahuan mereka kepada peserta didik,
dan menuntut penggunaan banyak strategi. Guru yang ahli adalah pemikir kritis (Hogan, Rabinowitz &
Craven, 2003; Mosenthal et al., 2004; Shulman, 2000 dalam Slavin 2011). Guru diharapkan mampu
menggerakkan siswa untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.
Oleh karena itu, kegiatan mengajar yang dilakukan meliputi persiapan materi, persiapan menyampaikan
dan mendiskusikan materi, memberikan fasilitas, memberikan ceramah dan instruksi, memecahkan
masalah, membimbing serta mengarahkan dan memberikan motivasi. Pengajaran yang baik itu lebih
penting daripada kurikulum, pengaturan ruang kelas, rekan sebaya, pendanaan, ukuran sekolah dan
kelas, dan kepala sekolah (Hattie,2003, dalamEggen &don kauchak 2012:5). Untuk merealisasikan, guru
harus memiliki pengetahuan/bidang ilmu yang diajarkan secara luas dan mendalam, itikad yang baik
untuk membagi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan siswa. Dan komitmen belajar sepanjang hayat.
Jika guru merasa yakin bahwa cara atau metode mengajarnya tidak memadai, maka ia harus
memperbaikinya melalui berbagai pelatihan, membaca berbagai buku baru pada bidang pembelajaran
tersebut, dan mengakses internet untuk mencari berbagai metode pembelajaran baru yang bisa
diadopsi. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya.
Menurut Mulyana (2010), seorang guru diartikan sebagai arsitek sumber daya manusia yaitu orang yang
dapat merekonstruksi atau membangun situasi. Guru mengetahui bahwa kemampuan setiap peserta
didik satu dengan yang lain berbeda, guru harus mampu membuat pembelajaran yang sesuai bagi
peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Guru harus mempunyai
pengetahuan tentang pokok mata pelajaran dan pengetahuan tentang cara siswa belajar (wiggins &
McTighe, 2006 dalam Slavin, 2011). Dalam setiap kasus, guru berusaha menjadikan satu topic abstrak
lebih konkret dengan mengaitkan topik tersebut pada dunia nyata lewat contoh atau analogi. Upaya-
upaya seperti itu membuat informasi lebih bermakna bagi siswa, terlepas dari tingkatan kelas mereka
atau topik yang sedang mereka ajarkan(Eggen &don kauchak 2012:59)
Agar pembelajaran mampu melahirkan lulusan yang berkepribadian maka sebaiknya guru harus
mempunyai sifat terbuka, melihat tren perkembangan jaman, mau berubah, dan berpikir alternativ.
Menurut Slavin (2011:10) Guru yang tampil makin baik adalah guru yang terbuka terhadap gagasan baru
dan yang memandang pengajarannya dengan kritis. Guru dapat mendorong perkembangan peserta
didik agar memahami adanya batas-batas perkembangan untuk kemudian memberikan bantuan secara
tepat dan membiarkan peserta didik tumbuh melewati batas-batas perkembangannya sendiri (Majid,
2014:184). Seperti pernyataan Eggen &don kauchak (2012:56) bahwa sebagai guru tugas kita adalah
memberi siswa pengalaman berkualitas tinggi dan kemudian menuntun mereka dalam proses konstruksi
pengetahuan supaya kesimpulan- kesimpulan yang mereka bangun itu sahih dan masuk akal bagi siswa.
Pada kurikulum 2013 terjadi peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),
keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge) (Majid, 2014:28). Sebagai seorang pemimpin, seorang
guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan
standar perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin dalam setiap
aktivitasnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa pola perilaku guru yang bersifat membantu
berkorelasi positif signifikan dengan kecenderungan peserta didik untuk bekerja sama, berpartisipasi
dalam kegiatan kelas atau sekolah dan hasil belajar. Sedang pola perilaku guru yang otoriter dan
cenderung menghukum berkorelasi negative signifikan dengan ketiga perilaku peserta didik di atas.
Untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji. Guru harus
memastikan bahwa pengajaran yang mereka sampaikan kepada siswa sesuai dengan tindakan-tindakan
mereka sendiri (Schunk, 2012:218). Kepribadian yang harus dimiliki guru sebagai pemimpin pendidikan
yaitu: untuk meraih sukses seorang guru harus mempunyai sifat disiplin, guru harus bijaksana, seorang
guru harus memberikan materi secara benar dan bertanggung jawab, mempunyai jiwa motivator yaitu
dapat memberikan semangat kepada peserta didik untuk tidak mudah putus asa dan inovator untuk
mendorong peserta didik melakukan hal-hal baru. Guru harus memahami peserta didik, perbedaan
mereka dan bagaimana mereka belajar (Eggen &don kauchak 2012:18)
Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang matang dan sehat (Suyanto & Asep Jihad, 2013: 16).
Menurut Allport (1978), ciri-ciri seseorang mempunyai kepribadian yang matang yaitu:
1. Extension of the sense of self. Meningkatkan kesadaran diri dan melihat sisi lebih dan
kurang dari diri;
2. Warm relatedness to other. Mampu menjalin relasi yang hangat dengan orang lain;
3. Self acceptance. Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi;
4. Realistic perception of reality. Memiliki persepsi yang realistis terhadap kenyataan
5. Self objectification. Memiliki pemahaman akan diri sendiri.
6. Unifying philosophy of life (filsafat hidup yang mempersatukan). Memiliki pedoman hidup
untuk menyatukan nilai-nilai yang kuat dalam kehidupan.
Kepribadian yang sehat menurut Elizabeth (1978) adalah: mampu menilai diri secara realistis, mampu
menilai situasi secara realistis, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, menerima
tanggung jawab, kemandirian, dapat mengontrol emosi,
Seorang guru diharapkan tidak menjadi guru yang otokratis, yaitu guru yang mempunyai kepribadian
ingin memperlihatkan jiwa kepemimpinannya ke peserta didik, tidak mengijinkan siswa untuk bertanya
ataupun mengeluarkan pendapat guru juga diharapkan tidak menjadi guru yang selalu ingin dipuji,
dikhawatirkan nantinya apabila tidak dipuji, guru menjadi tidak semangat melaksanakan pembelajaran.
efikasi-diri guru akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas, usaha, dan keuletan guru dalam mendidik siswa
(Ashton, 1985; Ashton & webb, 1986 dalam (Schunk, 2012:212).
Sebagai seorang guru, sebaiknya guru mempunyai kepribadian sebagai pemberi kasih sayang, contoh
dan mentor. Sebagai pemberi kasih sayang, guru memperlakukan peserta didik dengan hormat dan
penuh kasih sayang sehingga tidak menjatuhkan kepercayaan diri peserta didik. Guru harus
menggunakan bahasa yang hormat dalam berinteraksi dengan peserta didik. Seorang guru harus
memiliki hubungan yang baik dengan sebuah kelas, yaitu memiliki hubungan yang hangat, manusiawi,
dan sesuai dengan jiwa peserta didik.
Guru sebagai pemberi contoh dapat mengajarkan nilai-nilai hidup melalui contoh atau teladan yang
baik. Sebagai seorang mentor guru dapat membimbing peserta didik dalam pembelajaran dengan cara
mengembangkan keahlian mengajar yang meliputi: strategi dan teknik mengajar, mengelola kelas,
meningkatkan disiplin kelas, dan menerapkan prinsip-prinsip pengajaran yang mampu menginspirasi
perkembangan kognitif siswa.
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan namun pada dasarnya memilki fungsi yang sama.
Pengelolaan tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan ( management ) lingkungan pembelajaran,
sementara pembelajaran ( instruction ) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses
materi pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk
mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran. Berikut akan kami jelaskan berbedaan antara
manajemen kelas dan manajemen pembelajaran.
a. Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.2Dalam
menejemen kelas atau yang disebut dengan pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat unsur
Dalam manajemen kelas guru lebih dituntut untuk memiliki keterampilan dalam bertindak dalam
memanfaatkan sesuatu diantaranya:4
1. Menata tempat duduk
Kemudian dalam manajemen kelas guru sebaiknya memperhatikan kehangatan, antisiasme, tantangan,
variasi, penekanan pada hal-hal positif, dan kedisiplinan. Selain itu manajemen kelas terfokus pada
penciptaan dan pemeliharaan iklim belajar yang optimal, pengelilaan kelompok untuk meningkatkan
kerja sama dan keterlibatan siswa dalam belajar, menatasi konflik yang timbul serta mengatasi perilaku
yang menimbulkan masalah di kelas.5
Salah satu contoh pengelolaan kelas yaitu apabila di dalam kelas terdapat gambar yang di anggap kurang
baik atau tidak apada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi
siswa dalam belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang di
anggap paling cocok.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa menejemen kelas atau pengelolaan kelas merupakan
kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar mengajar. Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang
lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun yang dipilih dan yang dijadikan dasar
dalam memenej kelas, harus diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan
produktif.
C. Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa
(etimologi)manajemen berasal dari kata kerja “to manage” yangberarti mengatur.6Sedangkan
pembelajaran berasal darikata “instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaranpada hakikatnya
adalah suatu proses interaksi antara anakdengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan
pendidik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan usaha
untuk mengelola pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
serta pengawasan guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
Dalam memanajemen pembelajaran setiap guru memulai prosesnya dengan melakukan persiapan.
Persiapan itu menghasilkan bahwa guru telah siap merumuskan program pembelajaran dalam bentuk
program tahunan, program semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) maka
program pembelajaran inilah yang diaplikasikan guru dalam proses pembelajaran. Ada 4 pilar proses
pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru yaitu:
3.Proses dan langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan guru dan murid. Proses pembelajaran
berkaitan pula dengan guru akan menggunakan strategi, metode, tekhnik pembelajaran dan media serta
alat peraga.
4.Evaluasi, merupakan usaha untuk memberikan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran yang telah disampaikan guru.Hasil dari evaluasi yang telah dilakukan guru dapat dijadikan guru
untuk laporan kepada pihak sekolah dan orang tua murid dan kepada pemerintah. Hasil evaluasi juga
dapat digunakan guru untuk melakukan tindakan dan perbaikan terhadap proses belajar.7
Berkaitan dengan empat pilar tersebut dalam sumber lain juga disebutkan bahwa untuk memanajemen
pembelajaran ada tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh diantaranya sebagai berikut:
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan
dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif
dalam mencapai tujuan. Perencanaan proses pembelajaran memiliki silabus, perencanaan pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.8
2.Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam fungsi pelaksanaan ini memuat kegiatan pengelolaan dan kepemimpinan pembelajaran yang
dilakukan guru di kelas dan pengelolaan peserta didik seperti:
1. Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan personel yang diperlukan untuk penyusunan ke rangka yang
efisien dalam melaksanakan rencana- rencana melalui suatu proses penetapan pelaksanaan
pembelajaran yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
b. Pemotivasian(motivating) Pembelajaran
Motivating atau pemotivasian adalah proses menumbuhkan semangat (motivation) pada karyawan agar
dapat bekerja keras dan giat serta membimbing mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai
tujuan yang efektif dan efisien.
c. Facilitating Pembelajaran
Dalam pembelajaran pemberian fasilitas meliputi perlengkapan, sarana prasarana dan alat peraga yang
menunjang dan membantu dalam proses pembelajaran.Fasilitas yang memadai akan membantu proses
hafalan para siswa, terutama media yang cocok bagi anak-anak.
Pengawasan dalam konteks pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah terhadap kegiatan
pembelajaran pada seluruh kelas, termasuk mengawasi pihak-pihak terkait sehubungan dengan
pemberian pelayanan kebutuhan pembelajaran secara sungguh- sungguh. Untuk keperluan pengawasan
ini, guru mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi kegiatan belajar, serta
memanfaatkannya untuk mengendalikan pembelajaran sehingga tercapai tujuan belajar yang telah
direncanaka.
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu“evaluation”. Menurut Wand dan Gerald W. Brown
evaluasia dalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukannilaidari sesuatu.9 Evaluasi
merupakan suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki oleh siswa dari hal-
hal yang telah diajarkan oleh guru.
4. Pengawasan
Tahap pengawasan ini meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut.
Untuk dapat melaksanakan empat tahapan tersebut seorang guru hendaknya memiliki kompetensi
diantaranya:
1. Kompetensi paedagogik
Kompetensi paedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, merancang dan melaksanakan
pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi ini adalah kompetensi utama yang harus dimiliki oleh guru agar pembelajaran
yang dilakukan efektif dan dinamis. Kompetensi paedagogik seorang guru paling tidak meliputi:
c. Pengembangan kurikulum/silabus
d. Perancangan pembelajaran
Berkaitan dengan potensi kepribadian guru dianggap sebagai sosok yang di memiliki kepribadian ideal,
guru sering di anggap sebagai model atau panutan. Oleh karenanya sebagai seorang model guru harus
memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian, diantaranya sebagai
berikut:
a. Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman beragama sesuai dengan yang dianutnya
c. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem nilai yang berlaku
dimasyarakat
3. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai
mahluk sosial, oleh karenanya guru harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya
4. Kompetensi profesional
Kompetensi ini merupakan kompetensi yang paling penting dari kompetendi-kompetensi sebelumnya
yang harus dimiliki oleh seorang guru karena berhubungan langsung dengan kinerja yang ditampilkan.
Keprofesionalan guru dapat dilihat dari hal berikut ini:
Sedangkan, manajemen pembelajaran adalah suatu pengaturan yang berhubungan dengan kurikulum
atau dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui peningkatan minat,
perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan
aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang.
menajemen pembelajaran sebagai berikut; jadwal kegiatan guru- siswa; strategi pembelajaran;
pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu; pembelajaran ber-tim; program remidi dan
pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Bab III.
Penutup
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, Sebagai pemimpin pendidikan seorang guru tidak hanya bertugas
menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan
kemudahan belajar kepada peserta didik. Seorang guru harus menjadi guru yang kompeten yaitu guru
yang mempunyai kemampuan mengerjakan semua tugas yang terdapat dalam pengajaran yang efektif.
Di kelas guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik, karena semua perilaku maupun sikap
guru akan dicontoh oleh peserta didik, terutama peserta didik pendidikan dasar. Untuk menjadi guru,
seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas dan manajemen pembelajaran
adalah suatu hal yang berbeda namun memiliki fungsi yang sama yaitu sama- sama sebagai pemenage
(pengatur) hanya saja aspek yang di atur itu merupakan aspek yang berbeda kalau manajemen kelas itu
yang di atur adalah aspek ketatalaksanaan,tata pimpinan, pengelolaan,pengadministrasian,
pengaturan,atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam kelas.
Sedangkan manajemen pembelajaran adalah pengaturan yang berhubungan dengan aspek kurikulum
atau dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui peningkatan minat,
perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan
aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang.
menajemen pembelajaran sebagai berikut; jadwal kegiatan guru- siswa; strategi pembelajaran;
pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu; pembelajaran ber-tim; program remidi dan
pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Daftar Pustaka
Gichara, Jeni, 2012, Kelas Sehat Prestasi Hebat, Jakarta: PT Gramedia.
Hasibuan, Malayu S.P, 2007, Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta: PT Bumi Aksara.
HS, Nasrul, 2012, Profesi Dan Etika Keguruan, Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Majid, Abdul, 2005, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nata, Abudin, 2009, Perspekif Islam Tentang Strategi Pembelajaran,Jakarta: Kencana Media Gruop)
Eggen, Paul &Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran (edisi ke enam). Jakarta: Indeks
Natawidjaja, Rochman dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press