Anda di halaman 1dari 3

Peran Guru Ideal Menghasilkan Pembelajaran yang Berkualitas

Shofi Alawiyah/220321601272
A. Deskripsi Kasus
Bu rosa merupakan guru IPA di suatu Sekolah Menengah Pertama di kecamatan
Singosari Kabupaten Malang, hingga saat ini beliau sudah mengajar kurang lebih 10 tahun.
Dalam proses pembelajaran beliau memiliki metode yang unik dan terstruktur dengan jelas.
Sesekali beliau mengadakan pembelajaran luar kelas seperti di taman sekolah,
perpustakaan, lapangan atau bahkan area luar sekolah untuk menciptakan suasana belajar
yang tidak membosankan. Dalam menyampaikan materi beliau sangat menunjukkan minat
dan antusias yang tinggi, media belajar yang diterapkan berupa video pembelajaran yang
disuguhkan dengan aesthetic sehingga anak didik juga memiliki antusias yang tinggi dalam
mengikuti pembelajaran, di akhir video disajikan beberapa soal untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dan untuk siswa yang aktif dalam
pembelajaran akan diberikan reward kecil-kecilan seperti snack sebagai bentuk apresiasi.
Beliau sangat memfasilitasi anak didiknya agar mereka dapat belajar dalam suasana yang
menyenangkan, penuh semangat, dan tidak merasa tertekan. Suasana belajar yang demikian
akan menyebabkan siswa memiliki kebebasan dan keberanian berpendapat karena merasa
adanya penghargaan dari semua pihak kepada kemampuan yang dimilikinya.
Beliau ini merupakan seorang yang sangat disiplin, jika terdapat siswa yang terlambat selalu
ada kompensasi yang diberikan untuk memberikan efek jera, tetapi walaupun demikian
beliau ini sangat sabar dan tidak mudah marah. Ketika terdapat seorang siswa yang
terlambat baik saat memasuki kelas atau dalam pengumpulan tugas beliau akan bertanya
secara baik-baik alasnan mengapa ia terlambat. beliau merupakan sosok guru yang
pekerja keras, memiliki etos kerja yang tinggi, dan selalu menyampaikan materi
dengan jelas. Sistem penilaian yang diterapkan benar-benar mencerminkan
kemampuan dari siswa yang bersangkutan, berlaku adil dan transparan. Dalam
pembelajaran beliau sangat komunikatif dalam menyampaikan materi, menggunakan
gaya ajar yang mudah diterima di kalangan siswanya seperti menyisipkan sebuah
lelucon agar suasana belajar tidak tegang. Tanpa kemampuan dan keterampilan
komunikasi yang baik, kegiatan pembelajaran hanya akan berlangsung pasif,
membosankan, kurang bergairah, kurang mewujudkan interaktif dua arah, yang pada
akhirnya berpengaruh pada hasil belajar anak didik yang tidak atau kurang
memuaskan. Pada akhir pembelajaran beliau selalu meminta anak didiknya untuk
memberikan kesan pesan serta kritik saran sebagai evaluasi terhadap dirinya dalam
menyampaikan materi untuk proses kegiatan mengajar selanjutnya. Siswa SMP XX
Singosari ini sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran, disamping karena
pengajar yang humoris siswa juga diperkenankan untuk makan dan minum selama
pembelajaran berlangsung dengan syarat siswa mampu memahami materi yang telah
diberikan. Bu rosa ini merupakan guru IPA sekaligus pembimbing olimpiade fisika,
ketika saya duduk di bangku kelas 7 dipilih sebagai delegasi SMP untuk mewakili KSN
2017. Setiap pulang sekolah diadakan bimbingan olimpiade untuk mempersiapkan
kompetisi tersebut, beliau lah yang bisa merubah pola pikir saya bahwa fisika itu
tidak sesusah yang dibayangkan, karena dalam menjelaskan beliau sangat terlatih
dan sangat mudah dimengerti.
Ketika saya kelas 9 beliau berpesan untuk mengambil jurusan fisika ketika kuliah,
namun pada saat itu saya masih belum terpikirkan sama sekali mengenai jurusan
yang akan saya ambil nantinya. Ternyata ketika saya menginjak bangku SMA guru
fisika saya juga berpesan demikian, beliau menceritakan sisi positif menjadi guru
yang membuat saya tertarik mengambil program studi pendidikan, untuk mencari
ridho guru tanpa berpikir lagi saya memilih Pendidikan Fisika ini pada pilihan
pertama saat SNMPTN dan alhamdulillah saat ini bisa diterima di Universitas Negeri
Malang.
B. Kajian Pustaka
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 288) guru diartikan sebagai “Orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar”.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1
butir 1, guru diartikan sebagai “Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik”.
Guru adalah pendidik profesional yang dipercaya masyarakat untuk mendidik dan
membimbing anak-anaknya. Sebagai pendidik profesional, guru harus memenuhi beberapa
persyaratan yang telah ditetapkan. Salah satunya adalah memiliki empat kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogi, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi tersebut diperlukan
karena tugas guru tidak hanya mentransformasikan pengetahuan, teknologi, dan
keterampilan tetapi juga membangun karakter siswanya. Dengan kompetensi tersebut guru
akan mampu mendidik dan membimbing anak didiknya dengan baik, sehingga dapat
melanjutkan dan menyelesaikan perjuangan orang tua dan bangsanya di masa depan.
Sebagai guru yang ideal, dalam proses belajar mengajar setiap guru harus memiliki tiga
kemampuan yaitu kemampuan mengajar, kemampuan mengelola strategi pembelajaran
dengan inovatif untuk menjadikan anak didik semangat dalam mengikuti pembelajaran dan
kemampuan memberikan penilaian.
Menjadi guru yang ideal dan inovatif merupakan tuntuan yang harus dimiliki oleh seorang
pengajar, karena masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pemuda bangsa
Indonesia, sedangkan guru merupakan tombak utama dalam sebuah proses memajukan
suatu negara. Ketika guru menyampaikan materinya dengan penuh keluwesan, energik,
menarik, berwawasan luas, humoris sangat dinantikan oleh anak didiknya karena setiap
ucapan yang dilontarkan mampu membuat suasana belajar menjadi lebih efektif.
Degan demikian, sosok guru ideal harus menerapkan beberapa poin berikut:
1. Menganggap setiap peserta didiknya adalah juara
2. Mengajarkan dengan hati, tidak mudah marah dan tersinggung
3. Memahami kemampuan dalam arti luas
4. Terus mengasah kemampuan anak didiknya
5. Membuat metode pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan
6. Dapat memposisikan diri sebagai fasilitator
7. Mampu menjawab semua tantangan zaman dengan beradaptasi dengan perkembangan
teknologi
C. Pembahasan
Guru, akar kata dari digugu dan ditiru memiliki artian ‘dipercaya’ dan ‘diteladani’.
Sebuah istilah dari Bahasa jawa yang menjadi tokoh panutan, baik didalam maupun diluar
sekolah. Guru yang ideal mampu menerapkan perilaku contoh nyata dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga menjadi panutan di sekitarnya. Guru ideal merupakan sosok yang
sangat kreatif dalam membawakan materi yang diajarkan sehingga siswa sangat nyaman
dalam mengikuti pembelajarannya, mereka tidak akan kehabisan ide untuk menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan. Pada deskripsi kasus, kisah guru yang saya tulis sudah
termasuk dalam kategori guru ideal. Guru tersebut sudah mampu menciptakan karakter
pembelajaran yang unik seperti melakukan pembelajaran diluar kelas atau bahkan di area
luar sekolah. Mampu merubah pola pikir bahwa pelajaran IPA tidak sesusah yang
dibayangkan dengan mengikuti perkembangan teknologi melalui metode pembelajaran
berupa video yang menarik sehingga anak didik mampu memahami materi dengan mudah.
Selain itu beliau selalu melibatkan anak didik sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti
proses pembelajarannya, dan untuk siswa yang aktif selalu diberi penghargaan kecil-kecilan
untuk mengapresiasi atas partsipasinya dalam kelas tersebut.
D. Kesimpulan
Guru merupakan pendidik profesional karena guru bersedia menerima dan memikul
beban dari orang tua untuk ikut serta dalam mendidik anak-anaknya. Dalam hal ini orang tua
harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sedangkan guru
merupakan tenaga professional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada
jenjang sekolah. Guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan Pendidikan nasional. Sebagai
guru ideal bukan hanya sekedar mengajar atau menjelaskan tetapi menciptakan proses
belajar mengajar yang mudah dipahami. Guru IPA saya pada bangku Sekolah Menengah
adalah salah satu contoh guru ideal karena sudah mampu menguasai materi pembelejaran
secara matang, memperhatikan kondisi anak didik sebagai bentuk pendekatan psikologi
terhadap siswa, menggabungkan teori dan praktik sehingga anak didik terlatih untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari, mempunyai variasi pendekatan dengan anak
didik sebagai contoh memberikan reward terhadap siswa yang aktif sebagai bentuk
apresiasi, dan menciptakan proses belajar mengajar dengan pembawaan yang lucu dan unik
sehingga suasana kelas menjadi tidak jenuh.
E. Daftar Pustaka
Muhson, Ali, 2004. “Meningkatkan Profesionalisme Guru: Sebuah Harapan”
Vol 2, No.1

Mulyasa, E, 2006. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya

Nurdin, Syafruddin, dan M. Basyiruddin Usman, 2002. Guru Profesional dan Implentasi
Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers..

Undang-undang republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Pengertian Guru menurut Para Ahli, dalam


https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-guru-menurut-para-ahli/

Suraji, Imam, 2012. “Urgensi Kompetensi Guru” Vol 10, No.2

Anda mungkin juga menyukai