Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prinsip dalam pendidikan adalah sistem dalam rangka mempengaruhi peserta didik
supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan
menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan ia berfungsi sesuai
kompetensinya dalam kehidupan masyarakat. dengan demikian pendidikan itu ialah usaha
sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan,
pembelajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah. Usaha sadar tersebut
dilakukan dalam bentuk pembelajaran di mana ada pendidik yang melayani para siswanya
dalam melakukan kegiatan belajar, dan pendidik menilai atau mengukur tingkat keberhasilan
belajar siswa tersebut dengan prosedur yang ditentukan.
Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk
menyerupai orang dewasa, hal ini merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar
mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar
dimana individu itu berada.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar.
Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.Untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga
terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif
Di sekolah seringkali terdapat anak suka membolos, tidak memperhatikan, tidur, dan
bermain dengan sesama teman ketika proses pembelajaran berlangsung. Ini menunjukkan
bahwa guru belum berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar siswa
dapat belajar dengan segenap tenaga dan pikirannya. Dalam hubungan ini perlu diingat
bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran tertentu belum dapat dijadikan indikator bahwa
seorang anak bodoh terhadap mata pelaajaran itu. Sering kali terjadi seseorang anak malas
terhadap mata pelajaran, tetapi sangat giat dan berhasil dalam mata pelajaran Hal ini terjadi
dikarenakan seorang guru gagal dalam menjalankan tugas yang diantaranya melupakan
faktor motivasi. Walaupun diakui bahwa kemampuan intelektual yang bersifat umum
(inteligensi) dan kemampuan yang bersifat khusus (bakat) merupakan modal dasar utama
dalam usaha mencapai prestasi belajar, namun keduanya tidak akan banyak mempengaruhi
apabila siswa tidak memiliki motivasi untuk berprestasi sebaik-baiknya.
Kemampuan intelektual yang tinggi hanya akan terbuang sia-sia manakala siswa yang
memilikinya tidak mempunyai keinginan untuk berbuat dan memanfaatkan keunggulannya
itu. Apalagi bila siswa yang bersangkutan memang memiliki kemapuan yang tidak begitu
mengembirakan, maka tanpa adanya motivasi sulitlah rasanya untuk memperoleh
keberhasilan dalam belajar.
Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dalam pembelajaran khususnya IPS siswa
hanya bermain dengan teman sebangkunya, kurang memperhatikan penjelasan guru, selain
itu pelaksanaan pembelajaran kurang optimal, ini dikarenakan oleh materinya yang kurang
dipahami oleh siswa, sehingga ini menjadi faktor penghambat motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran khusunya pada mata pelajaran IPS. Selain itu penerapan metode yang terfokus
pada guru tanpa melibatkan siswa, contohnya metode ceramah. Hal ini dapat menyebabkan
kejenuhan kepada siswa disaat pembelajaran berlangsung, apalagi guru yang memberikan
materi tidak berusaha mendidik dan menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan siswa.
Selain itu, hal ini dapat menimbulkan rasa bosan pada siswa karena cara mengajar guru yang
terlalu cepat sehingga siswa tidak dapat menerima apa yang dijelaskan oleh guru itu sendiri,
apalagi sampai memahaminya, selain itu siswa hanya bermain pada saat pembelajaran IPS,
bahkan saat pembelajaran berlangsung ada siswa yang hanya menggangu teman
sebangkunya, dan inilah yang menyebabkan motivasi belajar siswa pada saat proses belajar
mengajar sangat kurang. Harapannya seorang guru harus lebih kreatif dalam memilih strategi
yang sesuai dengan kemampuan siswa, ini tujuannya agar apa yang diharapkan guru dapat
tercapai. Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian
mengenai “Peran Guru Dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Pada
Pembelajaran IPS DI SMP N 1 RAMBAH HILIR”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka pertanyaan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran
IPS di SMP N 1 Rambah Hilir?
2. Apa Saja kendala yang dialami guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di
SMPN 1 Rambah Hilir?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada
pembelajaran IPS di SMP N 1 Rambah Hilir.
2. Untuk Mengetahui Kendala Yang dialami guru dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa di SMP N 1 Rambah Hilir.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang peran guru
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMP N 1 Rambah
Hilir.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan sebagai pengalaman tentang bagaimana
untuk melakukan penelitian yang baik dan benar diharapkan dapat menjadi referensi
dan bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya.
2. Dapat memberikan konstibusi mengenai data dan informasi yang dapat membantu
peneliti lebih lanjut dari peneliti-peneliti lainnya terutama mengenai peran guru untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMP N 1 Rambah
Hilir.
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Peran Guru

Peran ialah Pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas
dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan
belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi
berhasil tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip- prinsip
belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain Guru harus
mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaik- baiknya.
James W.Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai
dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-
hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa, dan Federasi dan Organisasi Profesional
Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peran guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter
dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
Penulis dapat menyimpulkan peran guru adalah k
Seorang guru bukan perlu hanya pintar dan menguasai materi pelajaran saja tapi juga
Guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, tidak hanya itu Guru pun memiliki
tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian.dengan memposisikan
diri sebagai berikut:
a. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
b. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
c. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai
minat, kemampuan, dan bakatnya.
d. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapatmengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memeberikan saran pemecahannya.
e. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
f. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang
lain secara wajar.
g. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antara peserta didik, orang lain dan
lingkungannya.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Menjadi pembantu ketika diperlukan.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua
ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Menjadi seorang
Guru Profesional sebagai pengajar guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat keputusan
secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang dituntut oleh pembelajaran.
Untuk kepentingan tersebut, perlu dibina hubungan yang positif antara guru dengan peserta
didik. Dalam hal ini ada sembilan belas peran guru yaitu:

1. Guru sebagai pendidik. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi para peseta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencangkup tanggung jawab, wibawa,
mandiri, dan disiplin.
2. Guru sebagai pengajar. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami
materi standar yang dipelajari.
3. Guru sebagai pembimbing. Guru dapat diibartkan sebagai pembimbing perjalanan
(jorney), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dal hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik
tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreativitas, moral dan spiritual.
4. Guru sebagai pelatih. Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
ketermapilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak
sebagai pelatih.
5. Guru sebagai penasehat. Guru adalah seorang penasehat bagi pesrta didik, bahkan bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
6. Guru sebagai pembaharu (innovator). Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu
kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.
7. Guru sebagai model dan teladan. Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta
didik dan semua orang yang menganggapnya dia guru terdapat kecendrungan yang besar
untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang. Sebagai teladan, tentu
saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik dan orang
sekitar lingkungannya.
8. Guru sebagai pribadi. Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Sebagai pribadi yang hidup
di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur
dengan masyarakat.
9. Guru sebagai peneliti. Guru adalah seorang pencari atau peneliti. Dia tidak tahu dan dia
tahu bahwa dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan subyek pembelajaran.
Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha mencarinya
melalui kegiatan penelitian.
10. Guru sebagai pendorong kreativitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting
dalam pembelajaran, dan guru dituntut unutuk mendemonstrasikan dan menunjukan
proses kreativitas tersebut. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu
yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecendrungan
untuk menciptakan sesuatu.
11. Guru sebagai pembangkit pandangan. Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan
berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal
ini, guru dituntut untuk memeberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan
kepada peserta didiknya. Fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan
peserta didik.
12. Guru sebagai pekerja rutin. Guru bekerja dengan keterampilan, dan kebiasaan tertentu.
Serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan sering kali memberatkan. jika kegiatan
tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan
guru pada semua peranannya.
13. Guru sebagai pemindah kemah. Guru adalah seorang pemindah kemah, yang membantu
peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.
Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik.
14. Guru sebagai pembawa cerita. Guru sebagai pembawa cerita adalah mampu membawa
peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap sesuatu.
15. Guru Sebagai Aktor. Guru menguasai materi standar dalam bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya, memperbaiki ketrampilan, dan mengembangkan untuk mentransfer
bidang studinya kepada peserta didik.
16. Guru Sebagai Emanisipator. Guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati
setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” kebudayaan.
17. Guru sebagai evaluator. Evaluator atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan serta variabel
lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak
mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
18. Guru sebagai pengawet. Guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah
dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang
akan disajikan kepada peserta didik.
19. Guru sebagai kulminator. Guru yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari
awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangnnya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya.

2.2 Motivasi Belajar


Kata motif sering diartikan sebagai daya dalam diri seseorang untuk melakuklan sesuatu.
Motif adalah sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang. Motif diartikan sebagai daya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam diri subyek untuk melakukan aktivitsaktivitas tertentu demi mecapai suatu
tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern. (kesiapsiagaan), berawal dari kata
motif itu, makaka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan dapat
dirasakan/mendesak (sardiman, 2004).

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan


prilaku manusia termasuk prilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan,
harapan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan inilah yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar (dimyati dan Mudjono,
1994).Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu dalam
mencapai tujuan. Hal tersebut, terlaksana karena dirangsang dari berbagai macam kebutuhan
atau keinginan yang hendak dipenuhi.

Menurut Sardiman (1986:22) "Belajar dalam arti luas, dapat diartikan sebagai kegiatan
psiko-fisik menunjukkan perkembangan pribadi seutuhnya". Disini dapat dilihat bahwa belajar
merupakan sarana pengembangan pribadi dari individu yang melakukannya. Lebih lanjut
Sardiman (1986:22) juga mendefinisikan belajar dalam arti sempit yaitu "Belajar dimaksudkan
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya". Dari pendefinisian tersebut, dapat diartikan bahwa belajar
adalah suatu usaha pengembangan diri.

Djamarah (2011: 158-168) menjelaskan beberapa bentuk motivasi yang dapat


dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut.

a. Memberi angka.
Angka yang dimaksud adalah sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka yang baik mempunyai potensi yang besar untuk
memberikan motivasi kepada anak didik agar lebih giat belajar. Penilaian harus
diarahkan apa aspek kepribadian anak didik dengan cara mengamati kehidupan anak
didik di sekolah, tidak hanya semata-mata berpedoman pada hasil ulangan di kelas,
baik dalam bentuk formatif atau sumatif.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan
atau kenang-kenangan. Hadiah yang diberikan kepada orang lain bisa berupa apa
saja, tergantung keinginan pemberi. Atau bisa juga disesuaikan dengan prestasi
yang dicapai seseorang. Untuk meningkatkan motivasi anak bisa melalui
pemberian hadiah sebagai pancingan siswa untuk lebih baik.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong anak didik agar mereka bergairah dalam belajar. Bila iklim belajar
yang kondusif terbentuk, maka setiap anak didik terlihat dalam kompetisi untuk
menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran pada anak didik agar merasakan pentingya tugas dan
menerimanya sebagai sesuatu tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup
penting.
e. Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya
mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh
karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi
anak didik agar lebih giat belajar.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat.
Apalagi bila hasil belajar itu mengalami kemajuan, anak didik berusaha untuk
mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna
menadapatkan prestasi yang lebih baik.
g. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat
motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus motivasi
yang baik.
h. Hukuman
Hukuman merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan
edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif di sini sebagai hukuman yang
mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap
salah.
i. Hasrat untuk belajar
Ada unsur kesengajaan didalamnya sehingga timbul maksud untuk belajar. Hal
ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa maksud.
j. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Minat pada dasarnya adalah penerimaan dakan
sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, maka akan semakin besar minatnya.

Budiningsih ( Suprihatiningrum 2013:15) Menyatakan bahwa : Belajar merupakan


suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna hal - hal yang sedang dipelajari. Zainal Aqib
(2013: 67) Menyatakan bahwa : Proses belajar mengajar (Pembelajaran) upaya secara sistematis
yang dilakukan guru unutuk mewujudkan Proses pembelajaran berjalan secara efektifdan efesien
yang dimulai dari perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi. Dari beberapa pengertian belajar
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang
dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehingga kemungkinan seseorang terjadi perubahan perilaku yang relative
tetap baik dalam berpikir, maupun bertindak.
2.3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan
menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untu

Menurut Sahabuddin (2007: 131-134) bahwa prinsip-prinsip belajar meliputi: 1)

Pernyataan tujuan yang jelas, 2) Menjelaskan mengenai bagaimana belajar, 3) Perbuatan

yang diharapkan dari siswa, 4) Tinjauan menyeluruh tentang materi yang dipelajari, 5)

Mengoptimalkan tugas-tugas belajar, 6) Tinjauan berkala, 7) Aktif Belajar, 8) Alasan 224| Jurnal
Office, Vol. 2 No.2, 2016
mempelajari keterampilan dan informasi, 9) aplikasi materi yang telah dipelajari, 10)

motivasi intrinsik, ekstrinsik dan insentif, 11) mengajarkan kepada orang lain, 12)

menggunakan pelajaran yang terorganisasi baik, 13) menggunakan prinsip lanjutan dan

kaitan.

Belajar adalah semua upaya manusia atau individu memobilisasikan

(menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan semua sumber daya manusia yang

dimilikinya (fisik, mental, Intelektual, Emosional dan Sosial) untuk memberikan

jawaban (respons) yang tepat terhadap problema yang dihadapinya. Dalam proses

balajar haruslah diperhatikan prinsip belajar. Karena proses belajar memang kompleks

tetapi dianalisis dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal

ini perlu diketahui agar kita memiliki pedoman dalam belajar secara efisien. Prinsipprinsip
tersebut antara lain:

1. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi

secara dinamis antara siswa dengan lingkungan.

2. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa. Tujuan akan

menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.

3. Belajar paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan

bersumber dari dalam diri sendiri.

Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan

sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses

belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dari berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar diarahkan untuk tercapainya pemahaman

yang lebuh luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu. Berkembang

lebih jauh dari mahluk yang lainnya sehingga boleh jadi karena kemampuan

berkembang melalui belajar itulah manusia secara bebas mengeksplorasi, memilih dan

menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang

terkandung dalam belajar. Karena belajarkah maka manusia dapat Belajar adalah

sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar

dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah dan di

masyarakat, baik disadari maupun tidak, disengaja atau tidak. Belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai

hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah

pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan

serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Hakikat belajar dan mengajar yang lebih progresif berbeda dengan hakikat belajar

dan mengajar dengan pola tradisional. Pada pola tradisional, kegiatan mengajar lebih

diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa. Pandangan ini mendorong guru

untuk memerankan diri sebagai tukang ajar. Artinya apabila guru mengajar ia lebih

mempersiapkan dirinya supaya berhasil dalam menyampaikan serta Ahmad Idzhar, Peranan
Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa|225

menuntaskan/menyelesaikan semua materi pelajaran sesuai dengan waktu yang


disediakan.

Pada pola progresif makna belajar diartikan sebagai pembangunan gagasan

pengetahuan oleh siswa sendiri selain peningkatan ketrampilan dan pengembangan

sikap positif. Belajar secara essensial merupakan proses yang bermakna, bukan sesuatu

yang berlangsung secara mekanis dan tidak sekedar rutinitas. Belajar harus baik dan

menyenangkan sehingga kesannya menjadi penuh bermakna. Pada intinya bahwa

motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan

memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam

kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Anda mungkin juga menyukai