Anda di halaman 1dari 44

Proses pembelajaran ataupun kegiatan belajar-mengajar tidak bisa lepas dari keberadaan guru.

Tanpa adanya guru pembelajaran akan sulit dilakukan, apalagi dalam rangka pelaksanaan
pendidikan formal, guru menjadi pihak yang sangat vital. Guru memiliki peran yang paling atif
dalam pelaksanaan pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Guru
melaksanakan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran dengan mengajar peserta didik atau
siswa.

Siswa juga akan kesulitan dalam belajar ataupun menerima materi tanpa keberadaan guru,
hanya mengandalkan sumber belajar dan media pembelajaran saja akan sulit dalam penguasaan
materi tanpa bimbingan guru. Guru juga memiliki banyak kewajiban dalam pembelajaran dari
mulai merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan
evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan.

Dari semua proses pembelajaran mulai perencanaan hingga evaluasi pembelajaran profesi guru
memiliki banyak peran. Sardiman (2011: 143-144) menyebutkan bahwa terdapat beberapa
pendapat yang menjelaskan mengenai peran-peran yang dimiliki oleh guru, anttara lain adalah:

Prey Katz yang menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang
dapat memberikan nasihat-nasihan, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, dan sebagai
orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai dalam
hubungan kedinasan, sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai kolega dalam
hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan
anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain menguasai
dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Federasi dan Organsasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan bahwa peranan guru
di sekolah tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai
transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai peranan guru diatas, Sardiman (2011: 144-146)


merincikan peranan guru tersebut menjadi 9 peran guru. 9 peranan guru dalam kegiatan belajar
mengajar tersebut yaitu:

1. Informator. Sebagai pelaksana mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan


sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator. Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan
lain-lain. Organisasi komponen-komponen kegiatan belajar harus diatur oleh guru agar
dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri guru maupun siswa.
3. Motivator. peran sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan
kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus mampu memberikan
rangsangan, dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi
dinamika dalam proses belajar.
4. Pengarah atau Director. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator. Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-ide yang dicetuskan
hendaknya adalah ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didik.
6. Transmitter. Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga akan bertindak selakuk
penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator. Guru wajib memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar
mengajar misalnya dengan menciptakan susana kegiatan pembelajaran yang kondusif,
seerasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung
efektif dan optimal.
8. Mediator. Mediator ini dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan keluar atau solusi ketika diskusi tidak
berjalan dengan baik. Mediator juga dapat diartikan sebagai penyedia media
pembelajaran, guru menentukan media pembelajaran mana yang tepat digunakan dalam
pembelajaran.
9. Evaluator. Guru memiliki tugas untuk menilai dan mengamati perkembangan prestasi
belajar peserta didik. Guru memiliki otoritas penuh dalam menilai peserta didik, namun
demikian evaluasi tetap harus dilaksanakan dengan objektif. Evaluasi yang dilakukan
guru harus dilakukan dengan metode dan prosedur tertentu yang telah direncanakan
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

Bisa dilihat bahwa guru memiliki banyak peran yang harus dikerjakan bersamaan. Dari peran-
peran yang dimiliki guru tersebut tentunya guru mengemban tugas yang cukup kompleks,
bukan hanya sekedar mengajar saja, sangat pantas profesi guru diberikan apresisasi yang tinggi
karena jasanya yang aktif dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang
pada pembukaan UUD 1945.

Guru juga dipandang sebagai pekerjaan dan memiliki tanggung jawab moral di masyarakat.
Seorang yang memiliki profesi sebagai guru banyak dianggap sebagai tokoh masyarakat dan
layak untuk dijadikan panutan. Hal ini membuat peranan guru semakin lengkap dan tidak
sembarang orang dapat begitu saja menjadi guru.

Referensi:
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press

Peran Guru Dalam Pembelajaran


Peran Guru Dalam Pembelajaran

A. Pengertian
Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.

B. Peran Guru

Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus
dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young
(1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik,
dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

2. Guru Sebagai Pengajar

Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui
pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu
menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal
yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi,
Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan,
Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media
untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada
perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika
mempelajari materi standar.

3. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,
moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.

Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk


melaksanakan empat hal berikut :

Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang


hendak dicapai.
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang
paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya
secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru Sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual


maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih
ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak
akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai
keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.

5. Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak
memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari
perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami
psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.

6. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi
peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu
dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada
nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas
guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau
bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua
dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang
terdidik.

7. Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa
peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan
apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap
melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku
neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru sangat
mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup
pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang
diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.

8. Guru Sebagai Pribadi

Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang
sering dikemukakan adalah bahwa guru bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa
ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka
dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan
masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga
memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain
melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki,
sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang
bisa diterima oleh masyarakat.

9. Guru Sebagai Peneliti

Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-


penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti.
Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal
metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.

10. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan
sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan
tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat
dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan
tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan
dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.

11. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan

Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari
kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan
memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi
ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga
setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi
ini.

12. Guru Sebagai Pekerja Rutin

Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat
diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik,
maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.

13. Guru Sebagai Pemindah Kemah

Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-
mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang
baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik,
kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan
meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami
hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.

14. Guru Sebagai Pembawa Cerita

Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta
bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya
muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal
usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk
menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu
sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat
pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama
dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh
manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita
untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.

15. Guru Sebagai Aktor

Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus
ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami
respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat
dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam
yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi
respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.

16. Guru Sebagai Emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap
insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan budak stagnasi kebudayaan.
Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan
peserta didik dari self image yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan
tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta
didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali
menjadi pribadi yang percaya diri.

17. Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan
prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Penilaian harus adil dan objektif.

18. Guru Sebagai Pengawet

Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya,
karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia
sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia
terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan
diawetkan.

19. Guru Sebagai Kulminator

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir
(kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap
yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran
kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi
yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan
pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.

Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul
di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut.
Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus
menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu
masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat
tersebut bergerak menuju kehancuran.

TUGAS DAN PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat. Kita sebagai seorang
pendidik, dituntut untuk semakin kreatif dalam mengembangkan atau menyajikan materi ajar kita
kepada siswa atau peserta didik. Sehingga hasil dari proses yang kita kembangkan membuat peserta
didik kita siap menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini. Seperti yang kita tahu,
untuk memperoleh pengetahuan itu, tidak harus mendapatkannya dibangku sekolah saja atau dengan
kata lain ilmu dapat kita peroleh dari mana saja, terutama lewat lingkungan sekitar kita. Oleh karena
itu, pemahaman tersebut harus dapat kita tanamkan pada setiap peserta didik kita agar pengetahuan
yang mereka peroleh tidak hanya sebatas pengetahuan dari sekolah saja.

Kita sebagai pendidik juga dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik kita untuk
belajar mandiri dengan maupun tanpa bimbingan dari guru. Peserta didik harus mampu
mengembangkan kemampuan yang diperoleh dari lingkungannya untuk menemukan suatu konsep
dalam pembelajaran. Selain itu peserta didik juga harus terbiasa dengan pemahaman untuk belajar
berlangsung seumur hidup mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Komponen-komponen dalam Proses Pembelajaran ?


2. Apa saja tugas guru dalam Proses Pembelajaran

4. Apa saja peran guru dalam Proses Pembelajaran?

5. Apa saja Permasalahan Guru dalam Proses Pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Komponen-komponen dalam Proses Pembelajaran
Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan
mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan
satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media
dan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran,
sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya
dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai
operasionalisasi dari sebuah kurikulum.

komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan
satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. Di dalam pembelajaran,
terdapat komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu :

1. Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya
pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah
pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu
tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau
bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh
terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya
fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar mengajar, media
dan sumber-sumber belajar yang memadai.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh
aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa
menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.

2. Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi arti harfiahnya
adalah berat yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan
penting. Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat.
Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga
sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi
kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Siswa

Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu program
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa
guru. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti
bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu dianggap sebagai objek
belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan
yang berbeda. Bagi siswa, sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan
dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu
perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.

4. Metode

Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-
mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut antara lain :

a. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

b. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi
pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru
menjawab pertanyaan murid itu .

c. Metode Diskusi

Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat penyampaian bahan ajar yang melibatkan
peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis.

d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

e. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan murid bersama-sama
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu
aksi.

5. Materi

Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik
dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:

1. Adanya teks yang menarik.

2. Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa.

3. Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka
miliki.

4. Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.

Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk
mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak
didik yang merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan
dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.

6. Alat Pembelajaran (Media)

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau
perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.

7. Evaluasi

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Evaluation. Menurut Wand dan Brown,
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat
lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-
dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil
belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar[1].

B. Tugas Guru
1. Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan
watak anak didik.
2. Sebagai suatu profesi
3. Tugas kemanusiaan
4. Tugas kemasyarakatan

Bila dirinci lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang telah disebutkan. Menurut Roestiyah N.K.,
bahwa guru dalam mendidik peserta didik bertugas untuk :

1. Menyerahkan kebudayaan kepada peserta didik


2. Membentuk kepribadian peserta didik
3. Menyiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang baik
4. Sebagai perantara dalam belajar
5. Sebagai pembimbing
6. Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
7. Sebagai penegak disiplin
8. Sebagai administrator dan manajer
9. Sebagai profesi
10. Sebagai perencana kurikulum
11. Sebagai pemimpin
12. Sebagai sponsor dalam kegiatan peserta didik[2]

C. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran


Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang menerjunkan
diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini :

1. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk.
Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua niilai
ini mungkin telah dimiliki peserta didik dan mungkin pula telah mempengaruhinnya sebelum peserta
didik masuk sekolah. Latar belakang peserta didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural
masyarakat dimana peserta didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus
guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak peserta didik. Bila
guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang
menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan peserta didik. Koreksi yang harus
guru lakukan terhadap sikap dan sifat peserta didik tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah.
Sebab peserta didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral,
sosial, dan agama.

2. Inspirator
Sebagai Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar peserta
didik. Persoalan belajar adalah masalah utama peserta didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk
(ilham) bagaimana belajar yang baik. Petunjuk itu tidak tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-
teori belajar. Dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana belajar yang baik.

3. Informator
Sebagai Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi,selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan
dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah
racun bagi peserta didik. Untuk menjadi Informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah
sebagai kuncinya. Ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada peserta didik.
Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan peserta didik dan mengabdi untuk
peserta didik.

4. Organisator
Sebagai Organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini
guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun
kalender akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas
dan efisiensi dalam belajar pada peserta didik.

5. Motivator
Sebagai Motivator, guru hendaknya dapat mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif
belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisi motif-motif yang melatarbelakangi
peserta didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai
motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di Antara peserta didik yang malas belajar
dan sebagainya.

6. Inisiator
Sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran.

7. Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegiatan belajar peserta didik.

8. Pembimbing
Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah
sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah
untuk membimbing peserta didik untuk menjadi manusia dewasa susila yang cakap.

9. Demonstrator
Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat dipahami. Apalagi peserta didik
yang memiliki inteligensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami peserta didik, guru
harus berusaha dengan membantunya. Dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis,
sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman peserta didik, tidak terjadi kesalahan
pengertian antara guru dan peserta didik.

10. Pengelola Kelas


Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah
tempat berhimpun semua peserta didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.

11. Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nomaterial dan materiil.

12. Supervisor
Sebagai Supervisor, guru hendaknya dapat membantu memperbaiki, dan menilai secara kritis
terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat
melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.

13. Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan
memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik[3].

D. Permasalahan Guru dalam Proses Pembelajaran


Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan
yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan. Menurut
E. Mulyasa (2011:19) dari berbagai hasil kajian menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan
yang sering dilakukan guru dalam permbelajaran, yaitu ;

1. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran

Tugas guru paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi
kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa diatara para guru banyak yang
merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukan alasan yang
mendasari asumsi itu.

Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinga banyak
guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan,
maupun evaluasi.

Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya
memandang pembelajaran sebagai suatu system, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka
akan menggangu seluruh system tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat
persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran., serta merevisi sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, dan perkembangan zamannya.

Harus selalu diingat mengajar tampa persiapan merupakan jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya,
yang dapat merugikan perkembangan peserta didik, dan mengancam kenyamanan guru.
2. Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negative

Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya
ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif ,
sebaliknya perhatian yang negative akan menghambat perkembangan peserta didik. Mereka senang jika
mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa jika kurang diperhatikan .

Namun sayang kebanyakan guru terperangkap dengan pemahaman yang keliru tentang
mengajar, mereka menganggap mengajar adalah menyampaikan maateri kepada peserta didik, mereka
juga menganggap mengajar adalah memberika pengetahuan kepada peserta didik. Tidak sedikit guru
yang sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian
kepada mereka yang berbuat baik, dan tidak membuat masalah.

Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika rebut, tidur dikelas, tidak
memperhatikan pelajaran, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut sering
kali mendapatkan tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka beranggapan bahwa untuk
mendapatkan perhatian dari guru harus berbuat salah, burbuat gaduh, menganggu atau melakukan
tindakan tidak disiplin lainnya. Seringkali terjadi perkelahian pelajar hanya karena mereka tidak
mendapatkan perhatian, dan meluapkannya melalui perkelahian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kebanyakan peserta didik tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk mendapatkan perhatian dari guru,
orang tua, dan masyarakat sekitarnya, tetapi mereka tahu cara menggangu teman, membuat keributan,
serta perkelahian, dan ini kemudian yang mereka gunakan untuk mendapatkan perhatian.

Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukan oleh para peserta didik,
lalu segera memberi hadiah atas prilaku tersebut dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya hal ini
sederhana. tetapi memerlukan upaya sungguh-sungguh untuk tetap mencari dan member hadiah atas
perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara kelompok maupun individual.

Menghargai perilaku peserta didik yang postif sungguh memmberikan hasil nyata. Sangat efektif jika
pujian guru langsung diarahkan kepada perilaku khusus dari pada hanya diekspresikan dengan
pernyataan positif yang sifatnya sangat umum. Sangat efektif guru berkata termakasih kalian telah
mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh daripada kalian sangat baik hari ini

Disisi lain, guru harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negatf, dan mengeliminasi
perilaku-perilaku tersebut agar tidak terulang kembali. Guru bisa mencontohkan berbagai perilaku
peserta negatif , misalnya melalui ceritera dan ilustrasi, dan memberikan pujian kepada mereka karena
tidak melakukan perilaku negative tersebut. Sekali lagi Jangan menunggu peserta didik berperilaku
negative.

3. Menggunakan Destructive Disclipline


Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta didik, bahkan
melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hokum, melanggar tata tertib,
melanggar norma agama, criminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat.
Demikian halnya dengan pembelajaran, guru akan mengahadapi situasi-situasi yang menuntut guru
harus melakukan tindakan disiplin.

Seperti alat pendidikan lain, jika guru tidak memiliki rencana tindakan yang benar, maka dapat
melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan hukuman kepada peserta didik
tanpa melihat latar belakang kesalahan yang diperbuat, tidak jarang guru memberikan hukuman diluar
batas kewajaran pendidikan, dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak
sesuai dengan jenis kesalahan.

Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik
diluar kelas (PR), namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan peserta didik dan
mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang
sering dialami peserta didik adalah guru sering memberikan tugas , tetapi tidak pernah memberi umpan
balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Tindakan tersebut merupakan upaya pembelajaran dan
penegakan disiplin yang destruktrif, yang sangat merugikan perkembangan peserta didik.

Bahkan tidak jarang tindakan destructive disclipline yang dilakukan oleh guru menimbulkan
kesalahan yang sangat fatal yang tidak hanya mengancam perkembangan peserta didik, tetapi juga
mengancam keselamatan guru. Di Jawa Timur pernah ada kasus seorang peserta didik mau membunuh
gurunya dengan seutas tali raffia, hanya gara-gara gurunya memberikan coretan-coretan merah pada
hasil ulangannya.

Kesalahan-kesalaha seperti yang diuraikan diatas dapat mengakibatkan penegakan disiplin


menjadi kurang efektif, dan merusak kepribadian dan harga diri peserta didik. Agar guru tidak
melakukan kesalahan-kesalahan dalam menegakkan disiplin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu :
Disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan tenang

Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran

Hindari menghina dan mengejek peserta didik

Pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat

Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.

4. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik

Kesalahan berikutnya yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah mengabaikan
perbedaan individu peserta didik. Kita semua mengetahui setiap peserta didik memiliki perbedaan yang
sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang
sangat bervariasi, dan sering memperlihatkan sejumlah perilaku yang tampak aneh. Pada umumnya
perilaku-perilaku tersebut cukup normal dan dapat ditangani dengan menciptakan pembelajaran yang
kondusif. Akan tetapi karena guru disekolah dihadapkan pada sejumlah peserta didik, guru seringkali
sulit untuk membedakan mana perilaku yang wajar atu normal dan mana perilaku yang indisiplin dan
perlu penanganan khusus.

Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan,
minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang social ekonomi, dan
lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya.
Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan menetapkan
karakteristik umum yang menjadi cirri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik
umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus memahami ciri-ciri
peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.

Sehubungan dengan uraian diatas, aspek-aspek peserta didik yang peru dipahami guru antara
lain: kemampuan, potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, ctatan kesehatan,
latar belakang sekolah dan kegiatannya disekolah. Informasi tersebut dapat dieroleh dan dipelajari dari
laporan atau catatan sekolah, informasi dai peserta didik lain (teman dekat), observasi langsung dalam
situasi kelas, dan dalam berbagai kegiatan lain di luar kelas, serta informasi dari peserta didik itu sendiri
melalui wawancara, percakapan dan autobiografi.

5. Merasa Paling Pandai

Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling pandai
dikelas. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik disekolahnya
relative lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh
disbanding dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu di isi air ke dalamnya. Perasaan
ini sangat menyesatkan

karena dalam kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui internet dan berbagai
media massa, yang mungkin guru belum menikmatinya.

Hal ini terjadi terutama di kota-kota besar, ketika peserta didik datang dari keluarga kaya yang
dirumahnya memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, serta berlangganan Koran dan majalah yang
mungkin lebih dari satu edisi, sedangkan guru belum memilikinya. Denan demikian peserta didik yang
belajar mungkin saja lebih pandai daripada guru. Jika ini terjadi maka guru harus demokratis untuk
bersedia belajar kembali, bahkan belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling membelajarkan.
Dalam hal ini guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Jika tidak, maka akan
ketinggalan kereta, bahkan disebut guru ortodok.

6. Diskriminatif
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar secara
adil dan merata (tidak diskriminatif), sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara
optimal. Keadilan dalam pembelajaran meupakan kewajiban guru dan hak peserta didik untuk
memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangna
peserta didik, dan ini merupakan kesalahan guru yang sering dilakukan , terutama dalam penilaian.
Penilaian merupakan upayakan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan
usaha yang dilakukannya selama proses pembelajaran.

Oleh karena itu, dalam memeberikan penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan
cermin dari perilaku peserta didik. Namun demikian tidak sedikit guru yang menyalahgunakan
penilaian, misalnya sebagai ajang untuk balas dendam, atau ajang untuk menyalurkan kasih sayang
diluar tanggung jawabnya sebagai seorang guru.

7. Memaksa hak peserta didik

Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akubat
dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan
tambahan, itu sudah menjadi haknya, tetapi tindakkan memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk
membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja,
tetapi kalau memaksa kasihan bagi orangtua yang tidak mampu.

Kondisi semacam ini sering kali membuat prustasi peserta didik, bahkan di Garut pernah pernah
ada peserta didik bunuh diri hanya karena dipaksa untuk membeli alat pelajaran tertentu oleh gurunya.
. Kerna peserta didik tersebut tidak memiliki uang atau tidak mampu dia nekat bunuh diri. Ini contoh
akibat fatal dari guru yang suka berbisnis disekolah dengan memaksa peserta didiknya untuk membeli.
Hindarilah, ingat sebagai guru akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia gaji tidak
seberapa, jangan kotori keuntungan akhirat dengan menodai profesi. Niatkan menjadi guru sebagai
ibadah. Jadikan pekerjaan guru sebagai ladang amal yang akan dipanen hasilnya kelak diakhirat.
Percayalah, dan tanyakan pada hati nurani. Jangan mengambil keuntungan sesaat, tetapi menyesatkan.
Sadarlah wahai guru, agar namamu selalu sejuk dalam sanubariku. Demikianlah penjelasan E. Mulyasa
mengenai 7 Kesalahan Yang Sering Dilakukan Guru Dalam Pembelajaran.

Sedangkan menurut Dr. Wina Sanjaya ( 2005 : 70 ) menyebutkan ada 4 kekeliruan dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru yaitu :

1. Ketika mengajar, guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang diajarkannya sudah
dipahami oleh siswa atau belum.

2. Dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. Komunikasi bisa
terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai materi
pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berpikir.

3. Guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya.
4. Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan
dengan siswa. Siswa dianggap sebagai " tong kosong " yang harus diisi dengan sesuatu yang
dianggapnya sangat penting[4].

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Menyikapi peluang dan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa
sekarang dan mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Oleh karena itu, kondisi
kesejahteraan guru harus dipenuhi agar guru terdorong untuk banyak memberi perhatian kepada anak
didiknya dan lebih mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran sehingga kondisi proses
pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien. Guru merupakan faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam perubahan kurikulum dan implementasinya dalam pembelajaran.
Dalam implementasi kurikulum yang baik adalah guru harus mengajarkan siswa tentang cara
belajar, cara mengingat, cara berpikir dan cara memotivasi diri sendiri. Proses pembelajaran berbasis
kompetensi adalah proses pendeteksian kemampuan dasar siswa untuk memudahkan terciptanya suatu
tujuan secara teoritis dan praktis. Jadi, seorang guru harus dapat menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Oleh
karena itu, guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena
melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan.
B. SARAN
Untuk meningkatkan keprofesionalan guru, maka guru harus memahami peran dan tugasnya
sebagai seorang guru yaitu sebagai sumber belajar, pendidik, pembelajar, pembimbing, pelatih,
penasehat, agen pembaharu (innovator) serta sebagai model dan teladan.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Asdi Mahasatya, 2010

Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Wijaya dan Thabrani. Kemampuan Dasar guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991

http://koffieenco.blogspot.com/2014/01/pengertian-dan-macam-macam-komponen.html

https://www.facebook.com/notes/zyah-el-qonita/7-tujuh-kesalahan-yang-sering-dilakukan-guru-dalam-
pembelajaran/581233375221917

Kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah bos
in the class. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Sebagus
apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan
dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya
roda komunitas yang bernama sekolah sangat diwarnai oleh kinerja dan mutu para gurunya.
Pentingnya peranan dan kualitas seorang guru berdampingan dengan banyaknya problematika
yang dihadapi oleh para guru. Hal yang mendasar pada problem tersebut adalah KEMAUAN
untuk maju. Apabila kita percaya tidak ada siswa yang bodoh dengan multiple intelligences-
nya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa tidak ada guru yang tidak becus
mengajar. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan
bekerja dengan baik disebabkan oleh tidak adanya KEMAUAN untuk belajar dan maju.

Ditegaskan UNESCO dalam laporan The International Commission on Education for Twenty-
first Century, yang menyatakan bahwa "memperbaiki mutu pendidikan pertama-tama
tergantung perbaikan perekrutan, pelatihan, status sosial, dan kondisi kerja para guru; mereka
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, karakter personal, prospek profesional, dan
motivasi yang tepat jika ingin memenuhi harapan stakeholder pendidikan" (Delors, 1996). Hal
yang sama juga ditegaskan oleh Harris (1990: 13) Without substantial continuing growth in
competence in personnel (teacher) serving in our elementary and secondary schools, the entire
concept of accountability has little meaning. Harris lebih lanjut menegaskan bahwa guru
(pendidik) memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam mewujudkan
accountability penyelenggaraan dan pemberian layanan pendidikan yang bermutu; tanpa guru
yang memiliki kompetensi tinggi, upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan dicapai
dengan maksimal. Oleh karena itu, guru juga dikenal dengan istilah the key actor in the
learning.

Guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan,
dan mendidik siswa dalam proses pembelajaran (Davies dan Ellison, 1992). Karena peran
mereka yang sangat penting itu, keberadaan guru bahkan tak tergantikan oleh siapapun atau
apapun sekalipun dengan teknologi canggih. Alat dan media pendidikan, sarana prasarana,
multimedia dan teknologi hanyalah media atau alat yang hanya digunakan sebagai teachers
companion (sahabat mitra guru).

Guru memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agent of change melalui proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dengan adanya sertifikasi diharapkan guru agar dapat lebih
berperan secara aktif, efektif dan profesional. Hal tersebut tentu saja tidak dapat dilakukan,
ketika guru tidak memiliki beberapa persyaratan, antara lain keterampilan mengajar (teaching
skills), berpengetahuan (knowledgeable), memiliki sikap profesional (good professional
attitude), memilih, menciptakan dan menggunakan media (utilizing learning media), memilih
metode mengajar yang sesuai, memanfaatkan teknologi (utilizing technology),
mengembangakan dynamic curriculum, dan bisa memberikan contoh dan teladan yang baik
(good practices) (Hartoyo dan Baedhowi, 2005).

Teaching Skills

Guru yang profesional dapat dilihat dari keterampilan mengajar (teaching skills) yang mereka
miliki. keterampilan mengajar yang dimiliki guru dapat dilihat dari beberapa indikator antara
lain:

Guru sebagai pembimbing dan fasilitator yang mampu menumbuhkan self learning pada diri
siswa;

Memiliki interaksi yang tinggi dengan seluruh siswa di kelas;

Memberikan contoh, pekerjaan yang menantang (challenging work) dengan tujuan yang jelas
(clear objectives);

Mengembangkan pembelajaran berbasis kegiatan dan tujuan;

melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka dan memiliki sense of
ownership dan mandiri dalam pembelajaran;

Mengembangkan pembelajaran individu;

Melibatkan siswa dalam pembelajaran maupun penyelesaian tugas tugas melalui enquiry
based learning, misalnya dengan memberikan pertanyaan yang baik dan analitis;

Menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif;

Memberikan motivasi dan kebanggaan yang tinggi;

Pengelolaan waktu yang baik.

Knowledgeable

Guru harus memiliki pengetahuan dan menguasai materi yang diampu secara memadai, karena
pengetahuan merupakan faktor utama dalam membentuk profesionalisme seseorang.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui: (1) academic proses pendidikan formal, (2) practical
session pelatihan praktis, dan (3) life skills kecakapan hidup yang diperoleh melalui
berbagai cara dan kegiatan.

Professional attitude

Sikap sangat berpengaruh terhadap profesionalisme sesorang guru. Sikap tersebut antara lain:
(1) independence mandiri dan tidak selalu tergantung pada orang lain, dan (2) continuous
self-improvement.

Learning equipment/media
Guru dituntut mampu memilih, menggunakan dan bahkan menciptakan media pembelajaran.
Media sedapat mungkin disediakan secara memadai dan lengkap (sufficient and complete),
baik media/alat peraga sederhana maupun modern. Tanpa perlengkapan dan media yang
memadai, pembelajaran tak mampu memberikan hasil yang optimal.

Technology

Guru diharapkan mampu memanfaatkan TIK, karena teknologi informasi dan komunikasi
dalam pendidikan memiliki peran sangat penting, karena dapat membuat pembelajaran lebih
bervariasi dan hidup (teaching more colourfull), apalagi jika diintegrasikan dengan multimedia.

Curriculum

Guru harus menguasai dan mampu mengembangkan kurikulum yang responsive, yang mampu
menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat, dynamic (berkembang sejalan dengan
perkembangan jaman), dan flexible yang dapat diadaptasikan dalam berbagai situasi dan
kondisi, serta sesuai dengan kebutuhan siswa (students needs) merupakan suatu kebutuhan.
Kurikulum yang dinamis memiliki ciri: (1) disusun dengan baik (well organised), (2)
memiliki nilai tambah (addedd value), bukan hanya berisi materi yang harus dipelajari siswa,
dan (3) terintegrasi (integrated) dan bukan terkotak kotak. Dengan kurikulum yang demikian
ini, guru akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkan dirinya menjadi guru yang
profesional tanpa harus terbebani karena kurikulum yang kaku, kurang fleksibel, dan
mengambang tidak jelas.

Good examples/practices

Pendidikan akan efektif apabila dibarengi dengan contoh atau teladan yang baik pula.
Pemberian teladan yang baik oleh guru menuntut guru untuk senantiasa melakukan yang
terbaik dan bertindak secara professional. Contoh atau teladan yang baik dapat membangun
karakter (character building) seperti kepemimpinan, sikap menghormati, membantu orang lain,
menjadi pendengar yang baik, bersikap demokratis, dan lain lain.

http://blog.tp.ac.id/peran-guru-dalam-pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa indonesia adalah pendidikan. sebab dengan
pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan
mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Dengan pesatnya perkembangan dunia di era
globalisasi ini, terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional
juga harus terus-menerus dikembangkan seirama dengan zaman. Pada umumnya sebuah
sekolah dan pendidikan bertujuan pada bagaimana kehidupan manusia itu harus ditata, sesuai
dengan nilai-nilai kewajaran dan keadaban (civility). Semua orang pasti mempunyai harapan
dan cita-cita bagaimana sebuah kehidupan yang baik. Karena itu pendidikan pada gilirannya
berperan mempersiapkan setiap orang untuk berperilaku penuh keadaban(civility). Keadaban
inilah yang secara praktis sangat dibutuhkan dalam setiapgerak dan perilaku.
Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 1 bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selama ini pendidikan
di Indonesia masih menggunakan metode tradisional dan dikotomis (terjadi pemisahan) antara
pendidikan yang berorientasi iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
(iptek). Pendidikan seperti ini tidak memadai lagi untuk merespon perkembangan masyarakat
yang sangat dinamis. Metode pendidikan yang harus diterapkan sekarang adalah dengan
mengembangkan pendidikan yang integralistik yang memadukan antara iman dan takwa
(imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek).
Semakin melemahnya bangsa ini pasca krisis moneter yang kita alami telah membuat Indonesia
berada di urutan bawah dalam hal kualitas pendidikannya. Minimnya sarana dan prasarana
pendukung menyebabkan pengajaran tidak dapat dilakukan dengan optimal.

1.2. Rumusan masalah


Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan sejauh mana peran pendidikan dalam
pengembangan peserta didik dalam mutu pendidikan terkait dengan hal hal teknologi
pendidikan diantara nya komputer dan internet. Pertanyaan dari masalah yang menjadi analisa
dalam penelitian diformulasikan dengan pertanyaan pertanyaan di bawah ini:
1.Apa Peran Pendidikan Peran Pendidikan dalam Pengembangan Peserta Didik
2.Bagaimana proses upaya membangun budaya belajar melalui pengembangan e-Learning

1.3. Tujuan Penulisan


Penulis menyusun karya tulis ilmiah ini dengan tujuan :
1.Untuk mengetahui seberapa besar tugas dan peran penididikan,pengajar pada proses belajar-
mengajar
2.Mengupayakan agar tugas dan peran pokok seorang pendidik dalam PBM bisa dijalankan
oleh setiap guru dengan baik yang pada akhirnya tujuan utama pendidikan bisa tercapai

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah agar lebih memahami peranan
pendidikan melalui proses belajar mengajar oleh pendidik agar pemahaman akan fungsi tugas
dan perannya bisa meningkatkan kemampuan mendidik atau mengajar terhadap anak didiknya
serta mampu mengembangkan potensi diri peserta didik, mengembangkan kreativitas dan
mendorong adanya penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif, sehingga para siswa
mampu bersaing dalam masyarakat global.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Beberapa Definisi Mengenai Pendidikan


Beberapa definisi mengenai pendidikan dapat dikemukakan di bawah ini : M.J. Langeveld
(1995) :
1) Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa
kepada kedewasaan.
2) Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar bisa
mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila.
3) Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.
Stella van Petten Henderson : Pendidikan merupakan kombinasai dari pertumbuhan dan
perkembangan insani dengan warisan sosial. Kohnstamm dan Gunning (1995) : Pendidikan
adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penetuan-diri
secara etis, sesuai denga hati nurani.
John Dewey (1978) :
Aducation is all one with growing; it has no end beyond itself. (pendidikan adalah segala
sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik
dirinya).
H.H Horne :
Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial
melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya.
Encyclopedia Americana (1978) :
Pendidikan merupakan sebarang proses yang dipakai individu untuk memperoleh
pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan sikap-sikap ataupun keterampilan-
keterampilan.
Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh
metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
Dari berbagai definisi tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan merupakan gejala
insani yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan anak manusia ke
dunia peradaban. Pendidikan juga merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan
bimbingan otentik, agar anak belajar mengenali jati dirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan
mampu memiliki, melanjutkan-mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang
terdahulu.

2.2. Tujuan dan Proses Pendidikan


Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan
indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberi arah
kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
kegiatan pendidikan.
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara
komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa seluruh komponen dari
seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk
pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan
dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus
dicegah terjadinya. Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu
mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakikat
perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang
baik.
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang sangat penting itu, maka suatu keharusan bagi pendidik
untuk memahaminya. Kekurang pahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat
mengakibatkan kesalah pahaman di dalam melaksanakan pendidikan. Gejala demikian oleh
Langeveld disebut salah teoritis (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 37 : 2000).
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu
dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses
pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya.
Kedua segi tersebut satu sama lain saling tergantung. Walaupun komponen-komponennya
cukup baik, seperti tersedianya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, juga ditunjang
dengan pengelolaan yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal.
Demikian pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan
mengakibatkan hasil yang tidak optimal.

2.3. Unsur-Unsur Pendidikan


Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu :
1) Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut demikian
oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang
ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin
mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus guna memecahkan masalah-
masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya
2) Orang yang membimbing (pendidik).
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran
peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan yaitu orang tua,guru, pemimpin program pembelajaran, pelatihan, dan
masyarakat/organisasi.
3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan
pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal
ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanifulasikan isi, metode serta
alat-alat pendidikan. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
4) Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak. Tujuan
demikian bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas sehingga sulit untuk
dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan
kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan
menggunakan alat tertentu.
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan
disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun muatan
lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa.
Sedangkan muatan lokal misinya mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya sesuai
dengan kondisi lingkungan.

6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).


Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai
segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan.
7) Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.

2.4. Tugas dan Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar


Kegiatan Proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh
Adams & Decey dalam Basic Principles Of Student Teaching, antara lain guru sebagai
pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partissipan, ekspeditor,
perencana, suvervisor, motivator, penanya, evaluator dan konselor.

2.4.1 Tugas Pendidik


Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas
tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua.
Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan
atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila
seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang
tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu.
Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin
terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia
yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika
kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat.

2.4.2 Peran Pendidik


a.Dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar signifikan dalam
proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti
sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan
dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1).Demonstrator
2).Manajer/pengelola kelas
3).Mediator/fasilitator
4).Evaluator

b. Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan
sebagai:
1) Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan
2) Wakil masyarakat
3) Ahli dalam bidang mata pelajaran
4) Penegak disiplin
5) Pelaksana administrasi pendidikan
c. Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai:
1) Petugas sosial
2) Pelajar dan ilmuwan
3) Orang tua
4) Teladan
5) Pengaman

d. Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis adalah:
1) Ahli psikologi pendidikan
2) Relationship
3) Catalytic/pembaharu
4) Ahli psikologi perkembangan
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Peran Pendidikan dalam Pengembangan Peserta didik


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 5 bahwa
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan menurut ayat 6 Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti, setiap
kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita mengubah lingkungan,
presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung (Lozanov,
1978). Dalam hal ini pengaruh dari peran seorang pendidik sangat besar sekali. Di mana
keyakinan seorang pendidik atau pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua
peserta didik untuk belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan.
Aspek-aspek teladan mental pendidik atau pengajar berdampak besar terhadap iklim belajar
dan pemikiran peserta didik yang diciptakan pengajar. Pengajar harus mampu memahami
bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses
belajarnya. (Bobbi DePorter : 2001)
Proses pendidikan merupakan totalitas ada bersama pendidik bersama-sama dengan anak didik;
juga berwujud totalitas pengarahan menuju ke tujuan pendidikan tertentu, disamping orde
normatif guna mengukur kebaikan dan kemanfaatan produk perbuatan mendidik itu sendiri.
Maka perbuatan mendidik dan membentuk manusia muda itu amat sukar, tidak boleh dilakukan
dengan sembrono atau sambil lalu, tetapi benar-benar harus dilandasi rasa tanggung jawab
tinggi dan upaya penuh kearifan.
Barang siapa tidak memperhatikan unsur tanggung jawab moril serta pertimbangan rasional,
dan perbuatan mendidiknya dilakukan tanpa refleksi yang arif, berlangsung serampangan asal
berbuat saja, dan tidak disadari benar, maka pendidik yang melakukan perbuatan sedemikian
adalah orang lalai, tipis moralnya, dan bisa berbahaya secara sosial. Karena itu konsepsi
pendidikan yang ditentukan oleh akal budi manusia itu sifatnya juga harus etis. Tanpa
pertanggungjawaban etis ini perbuatan tersebut akan membuahkan kesewenang-wenangan
terhadap anak-didiknya. Peran seorang pengajar atau pendidik selain mentransformasikan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya kepada anak didik juga bertugas melakukan pembimbingan dan
pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 20 Pasal 39
ayat 2.
Di samping itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab,
bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan keadaan
peserta didik Di mana selain peran yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dan penting
dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus mengetahui psikologis mengenai peserta didik.
Dalam proses pendidikan persoalan psikologis yang relevan pada hakikatnya inti persoalan
psikologis terletak pada peserta didik, sebab pendidikan adalah perlakuan pendidik terhadap
peserta didik dan secara psikologis perlakuan pendidik tersebut harus selaras mungkin dengan
keadaan peserta didik. (Sumardi Suryabrata : 2004)

3.2 Peran Pendidik dalam Proses Belajar-Mengajar


Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru
sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses belajar-mengajar mengandung serangkaian
perbuatan pendidik/guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara
guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak sekedar
hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan
hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai
pada diri siswa yang sedang belajar.
Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar
(teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih
(coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai
dengan fungsi dari peran guru masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan
berperan mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja
keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap memegang
peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin,
radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu
banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan
Iain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui
alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi
yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.
Namun harus diakui bahwa sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang cepat (di
Indonesia 2,0% atau sekitar tiga setengah juta lahir manusia baru dalam satu tahun) dan
kemajuan teknologi di lain pihak, di berbagai negara maju bahkan juga di Indonesia, usaha ke
arah peningkatan pendidikan terutama menyangkut aspek kuantitas berpaling kepada ilmu dan
teknologi. Misalnya pengajaran melalui radio, pengajaran melalui televisi, sistem belajar jarak
jauh melalui sistem modul, mesin mengajar/ komputer, atau bahkan pembelajaran yang
menggunak system E-learning (electronic learning) yaitu pembelajaran baik secara formal
maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti internet, CD-ROM, video
tape, DVD, TV, handphone, PDA, dan lain-lain (Lende, 2004). Akan tetapi, e-learning
pembelajaran yang lebih dominan menggunakan internet (berbasis web).
Sungguhpun demikian guru masih tetap diperlukan. Sebagai contoh dalam pengajaran modul,
peranan guru sebagai pembimbing belajar justru sangat dipentingkan. Dalam pengajaran
melalui radio, guru masih diperlukan terutama dalam menyusun dan mengembangkan disain
pengajaran. Demikian halnya dalam pengajaran melalui televisi.
Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru selalu menjadi bagian yang tidak
terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya akan berbeda sesuai dengan tuntutan sistem
tersebut. Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang peran sebagai
sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan
melaksanakan pengajaran di sekolah.
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangatlah signifikan dalam
proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti
sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan
dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1) Demonstrator
2) Manajer/pengelola kelas
3) Mediator/fasilitator
4) Evaluator

1) Guru sebagai demonstrator


Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah
satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti
bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya
dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai
demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis.
Maksudnya ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.

2) Guru Sebagai Pengelola Kelas


Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar.
Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului antara mengajar dan belajar karena
masing-masing memiliki peran yang memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya.
Keberhasilan/kesuksesan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar,
demikian juga keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan pula oleh peran guru dalam
mengajar. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan (Ad.
Rooijakkers, 1990:1). William Burton mengemukakan bahwa mengajar diartikan upaya
memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses
belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat penting dalam mengelola kelas agar terjadi PBM
bias berjalan dengan baik.
Mengajar adalah aktivitas/kegiatan yang dilakukan guru dalam kelas atau lingkungan sekolah.
Dalam proses mengajar, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai oleh guru yaitu agar siswa
memahami, mengerti, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan. Tujuan
mengajar juga diartikan sebagai cara untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam
tingkah laku seorang siswa (Muchtar & Samsu, 2001:39).
Dalam hal ini tentu saja guru berharap siswa mau belajar, baik dalam jam pelajaran tersebut
atau sesudah materi dari guru ia terima. Menurut Sagala (2003:12), belajar adalah kegiatan
individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan
belajar. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan siswa sama-sama
mengerti bahan apa yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu interaksi yang aktif dalam PBM
di kelas dan hal ini menjadi kunci kesuksesan dalam mengajar. Dengan demikian proses
pembelajaran terjadi dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses di mana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut merespon
situasi tertentu yang ia hadapi (Corey, 1986:195)
mengajar dengan sukses adalah jika guru dapat memberikan materi kepada siswa dengan media
dan metode yang menarik, menciptakan situasi belajar yang kondusif dalam kelas sehingga
tercipta interaksi belajar aktif. Dengan begitu akan terjadi proses perubahan dalam diri siswa
bukan hanya pada hasil belajar tetapi juga pada perilaku dan sikap siswa.
Jadi, mengajar dengan sukses itu tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan yang
bersifat kognitif saja, tetapi di dalamnya harus ada perubahan berpikir, sikap, dan
kemauan supaya siswa mau terus belajar. Timbulnya semangat belajar dalam diri siswa
untuk mencari sumber-sumber belajar lain merupakan salah satu indikasi bahwa guru sukses
mengajar siswanya. Dengan demikian kesuksesan dalam mengajar adalah seberapa dalam
siswa termotivasi untuk mau terus belajar sehingga mereka akan menjadi manusia-manusia
pembelajar. Caranya? Sebagai guru mari kita mau membuka diri dan melihat secara jernih apa
yang menjadi harapan siswa dalam diri kita

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator


Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian
integral demi berhasilnya proses pendidikan.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar
yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar-mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat
kabar.

4) Guru sebagai evaluator


Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan tadi orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil
yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan, diantaranya :
1) Peran guru sebagai demonstrator dalam PBM guru hendaknya senantiasa menguasai bahan
atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2) Dalam kapasitasnya sebagai penglola kelas, seorang guru dituntut untuk bisa menjadikan
suasana kelas menjadi kondusif sehingga proses belajar mengajara atau penyampaian
pengetahuan dari guru ke murid atau proses pertukaran ilmu dan pengetahuan diantara siswa
yang satu dengan yang lainnya bisa berjalan dengan baik.
3) Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar-mengajar.
4) Setiap kegiatan belajar mengajar hendaknya guru senantiasa melakukan evaluasi atau
penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

4.2 Saran
Untuk tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak hanya berorientasi
pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga berorientasi
pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar dari lingkungan dari pengalaman dan
kehebatan orang lain, dari kekayaan luasnya hamparan alam, sehingga dengan pementapan
adanya tugas dan peran guru dalam dunia pendidikan khususnya dalam kegiatan proses belajar
mengajar diharapkan guru dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik
dan diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan para peserta didiknya sehingga
harapan tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara
lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan
penghasilan per-kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia
makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996),
ke-99 (1997), ke-105 (1998) dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan
di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah
Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia
memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang
disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama, Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa
dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan
dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia
ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tentu tidak lepas dari peran dan
kinerja seorang guru sebagai pengembang segala potensi yang ada pada anak, disebabkan
pendidik (guru) adalah seorang yang langsung bersinggungan dengan peserta didik. Pada
dasarnya keberhasilan pelaksanaan pendidikan lebih banyak disebabkan faktor guru. Oleh
sebab itu, untuk kali ini penyusun akan mencoba memaparkan, menjelaskan, serta menyajikan
hasil diskusi kami yang berjudul Peranan Guru dalam Memfasilitasi Perkembangan Peserta
Didik.

1.2 Rumusan Masalah


Agar pembahasan di dalam makalah ini tidak lari dari sub judul, ada baiknya penyusun
merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas. Antara lain :
1. Peranan guru dalam proses belajar mengajar;
2. Keterampilan dasar mengajar guru;
3. Kompetensi Profesional guru.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan ini antara lain :

1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik;


2. Mahasiswa mengetahui apa saja peran guru dalam proses belajar mengajar;
3. Mahasiswa mampu memahami ada saja keterampilan yang harus dimiliki seorang guru;
4. Mahasiswa dapat mengetahui kompetensi professional seorang guru yang telah diatur
dalam UUD.

BAB II
PEMBAHASAN
Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa melakukan kegiatan
belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran dapat diberi arti sebagai kegiatan
sistematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik agar tercapai
tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan
membelajarkan. Setiap anak telah dibekali berbagai potensi yang ada dalam dirinya, tugas
pendidiklah mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak tersebut.

2.1 Peranan Guru


Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki
peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.1[1] Dalam
proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi
fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab
untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan
anak.2[2] Pendidik adalah orang yang mengajar dan membantu siswa dalam memecahkan
masalah pendidikannya. Sedangkan menurut kajian Islam, menurut Imam al-Ghazali
guru/pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan,
segala potensi yang ada pada peserta didik. Serta membersihkan hati peserta didik agar bisa
dekat dan berhubungan dengan Allah SWT.3[3]
Pendidik/guru di indonesia sendiri lebih dikenal dengan istilah pengajar, adalah tenaga
kependidian yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus
sebagi profesi pendidik. pendidik adalah orang-orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan
berhadapan dan Perinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang
sistematis, terencana, dan bertujuan. Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo
Supriyono, peran guru dalam proses belajar berpust pada :
a. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan, baik
tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang;
b. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai;
c. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai, dan
penyesuaian diri.4[4]
Demikianlah dalam proses belajar mengajar, guru tidak terbatas hanya menyampaikan
ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan
perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang
sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk belajar aktif dan dinamis dalam
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.

1[1] Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press, cet -3,
2012, hal : 139

2[2] Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 98-99

3[3] Wahyuddin Nur nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing, 2011,
hal : 76

4[4] Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 99
Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk memiliki
pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai
pendidik.5[5] Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara
keseluruhan, seperti yang di ungkapkan oleh Brand dalam Educational Leadership menyatakan
bahwa hampir semua usaha reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode
pembelajaran, semua bergantung kepada guru. Tanpa penguasaan materi dan strategi
pembelajaran, serta tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh,
segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
2.1.1 Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Peran utama seorang guru adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan
kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan. Guru mempunyai
peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran, bagaimana pun hebatnya teknologi,
peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang konon bisa memudahkan manusia mencari,
mendapatkan informasi, dan pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peran seorang
guru.6[6] Ada beberapa peran guru dalam proses pembelajaran, antara lain :
Guru sebagai Demonstrator
Dengan peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya. Dengan terus belajar, diharapkan akan
tercipta siswa yang unggul. Menurut The Liang Gie, yang dikutip oleh Sunardi Nur dan Sri
Wahyuningsih karakteristik siswa yang unggul ada tiga, yaitu gairah belajar yang mantap,
semangat maju yang menyala dalam menuntut ilmu dan kerajinan mengusahakan studi
sepanjang waktu.7[7]
Sedangkan menurut Wina Sanjaya, yang dimaksud dengan peran guru sebagai
demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua
konteks guru sebagai demonstrator, yaitu :
Sebagai demonstrator guru harus menunjukkan sikap-sikap terpuji. Dalam setiap kehidupan,
guru merupakan sosok yang ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan

5[5] Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press, cet -3,
2012, hal : 139

6[6] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011, hal : 21

7[7] Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo, 2002, hal : 28
menjadi acuan bagi siswa. Dengan demikian, berarti dalam konteks ini guru berperan sebagai
model dan teladan bagi setiap siswa.
Sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi
pelajaran bias lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai
demonstrator erat kaitannya dengan perencanaan strategi pembelajaran yang lebih efektir.8[8]
Guru sebagai pengelola kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk
bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil belajar yang baik.
Sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa
dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas
agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar siswa.
Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mediator, guru menjadi perantara hubungan
antar manusia. Dalam konteks kepentingan ini, guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.9[9]
Guru sebagai Evaluator
Fungsi ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan
telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah diajarkan sudah cukup tepat. Dengan
melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran serta keefektifan metode mengajar. Dalam peran ini, guru
menyimpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator, yaitu :
Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau
menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum.
Untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah
dirancang dan diprogramkan.10[10]
Guru sebagai Motivator

8[8] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011, hal : 26

9[9] Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, hal : 30

10[10] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011, hal : 31-32
Dalam proses pembelajaran. motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan kemampuannya yang
kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar. Dengan demikian, siswa yang
berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi
mungkin disebabkan tidak ada dorongan motivasi dalam dirinya. Oleh sebab itu, guru dituntut
kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, karena pada hakikatnya aktivitas belajar adalah
aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mental seseorang. Dengan demikian apabila
peserta didik belum siap (secara mental) menerima pelajaran yang akan disampaikan, maka
dapat dipastikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan tersebut akan berjalan dengan sia-sia
dan tanpa makna.11[11]
Ada beberapa cara untuk memotivasi siswa dalam belajar, antara lain :
Memperjelas tujuan yang ingin dicapai;
Membangkitkan minat siswa;
Sesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman dan kemampuan siswa;
Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar;
Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa;
Ciptakan persaingan dan kerja sama.

2.1.2 Komponen Kinerja Profesional Guru


Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya
dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berjalan efektif dan efesien.
Ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam pembelajaran, ntara lain :
Gaya Mengajar
Gaya mengajar guru merujuk kepada kemampuan guru dalam menciptakan iklim kelas.
Lippitt dan White mengklasifikasikan gaya mengajar itu kedalam tiga kategori, yaitu :
Autoritarian, yaitu guru mengarahkan seluruh kegiatan program pembelajaran;
Demokrasi, yaitu guru mendorong atau melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan bertukar pikiran dalam proses pengambilan keputusan;
Laissez-faire, yaitu guru guru tidak menetapkan tujuan, dan tidak memberikan arahan atau
aturan.12[12]

11[11] Haidir & Salim, Strategi Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing, 2012, hal : 61

12[12] Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press, cet -3,
2012, hal : 140-141
Kemampuan berintraksi dengan siswa
Kemampuan guru berinteraksi dengan siswa dimanifestasikan melalui :
Komunikasi Verbal
Dalam study klasik, interaksi antara guru, antara guru dan siswa dianalasis melalui perilaku
bahasa ( linguistic behavior ) guru dan siswa di dalam kelas. Kegiatan di dalam kelas pada
umumnya didominasi oleh interaksi ( verbal ) antara guru dan siswa. Atentang komunikasrno
Bellack , dalam penelitiannya tentang komunikasi dalam mengajar di kelas,
mengklasifikasikan perilaku verbal ( verbal behaviors ) dasar, yang dinamai juga dengan
moves ke dalam empat jenis, yaitu sebagai berikut :
Structuring moves yang terkait dengan interaksi permulaan antara guru dan siswa, seperti
mengenalkan tentang topic dari materi pelajaran yang akan dibahas atau didiskusikan;
Soliciting moves yang dirancang untuk merangsang respons verbal atau fisik. Seperti guru
mengajukan pertanyaan tentang suatu topic tertentu dalam rangka mendorong siswa untuk
meresponnya;
Responding moves yang terjadi setelah soliciting moves
Reacting moves yang berfungsi untuk memodifikasi, mengklasifikasi atau menilai ketiga
moves atau tingkah laku di atas.
Komunikasi Non Verbal
Menurut Miles Patterson, komunikasi atau perilaku nonverbal di dalam kelas terkait dengan
lima fungsi guru yaitu (1) providing information, atau mengelaborasi pernyataan verbal (2)
regulating interactions, seperti menuunjuk seseorang (3) expressing intimacy or liking, seperti
member senyuman atau menepuk bahu siswa (4) exercising social control, memperkuat aturan
kelas dengan mendekati atau mengambil jarak (5) facilitating goals, menampilkan suatu
ketrampilan yang memerlukan aktivitas motorik atau gesture
Galloway mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal guru dipandang sebagai perilaku
yang mendorong atau membatasi siswa. Ekspresi muka, gesture, dan gerakan badab guru
memberikan penaruh kepada partisipasi dan penampilan siswa di kelas.13[13]
Karakteristik Pribadi
Ryans mengklasifikasikan karakteristik guru ke dalam 4 klster dimensi guru yaitu :

13[13] Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press, cet -3,
2012, hal : 143-144
Kreatif : guru yang kreatif bersifat imajinatif , senang bereksperimen dan orisinal; sedangkan
yang tidak kreatif bersifat rutin, bersifat eksak dan berhati-hati;
Dinamis : guru yang dinamis bersifat energetic dan extrovert, sedangkan yang tidak dinamis
bersifat pasif, menghindar dan menyerah;
Teroganisasi : guru bersifat sadar akan tujuan, pandai mencari pemecahan masalah; sedangkan
yang tidak terorganisasi bersifat kurang sadar akan tujuan, tidak memiliki kemampuan
mengontrol ;
Kehangatan : guru yang memiliki kehangatan bersifat pandai bergaul, ramah, sabar sedangkan
yang dingin bersifat tidak bersahabat, sikap bermusuhan dan tidak sabar.

2.1.3 Keterampilan Dasar Mengajar bagi Guru


Keterampilan mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya
dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif
dan efesien. Disamping itu, keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bias
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya.14[14] Ada beberapa keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang guru, antara
lain:
1. Keterampilan membuka pelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan
suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari.15[15]
2. Keterampilan menjelaskan, yaitu guru menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara
sistematis dengan tujuan. Dalam mempunyai keterampilan penjelasan guru dapat dengan
mudah membimbing siswa untuk memahami suatu konsep, teori, pertanyaan-pertanyaan, dll.
3. Keterampilan bertanya, ketarampilan ini juga tidak kalah penting dengan keterampilan yang
lainnya. Mengapa demikian, sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana
pembelajaran lebih bermakna. Dapat anda rasakan, pembelajaran akan menjadi sangat
membosankan manakala selama berjam-jam guru hanya menjelaskan materi pelajaran tanpa

14[14] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011, hal : 33

15[15] Mardianto, Amiruddin Siahaan, dkk, Micro Teaching, Fakultas Tarbiyah IAIN-SU Medan, 2008,
hal : 15
diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan pancingan, atau pertanyaan untuk
mengajak siswa berpikir.16[16]
4. Keterampilan memberikan Penguatan (reinforcement), adalah segala bentuk respons, apakah
bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed
back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga
merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
5. Keterampilan menutup pelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri
kegiatan pelajaran. Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari, mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam
proses pembelajaran.17[17]

2.2 Kempetensi Profesional Guru


Kemampuan guru dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar merupakan salah
satu persyaratan utama seorang guru dalam mengupayakan hasil yang lebih baik dari
pengajaran yang dilaksanakan. Guru akan dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik
dan dapat bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif jika telah memenuhi kompetensi yang
seharusnya dimiliki oleh seorang guru. Seperti yang tertera dalam UDD tentang Standar
Pendidikan Nasional tahun 2007 pasal 8 ayat 3, bahwa guru sebagai agen pembelajaran pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
Kompetensi pedagogik;
Kompetensi kepribadian;
Kompetensi profesional; dan
Kompetensi sosial.
Keempat kompetensi guru tersebut mutlak diperlukan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang tenaga pendidik, pengajar, dan pembimbing. Sebab apabila guru
memiliki kompetensi, maka ia akan mampu menjadikan siswa-siswa cerdas, mandiri, dan
berkualitas baik bagi pembangunan bangsa maupun pembangunan individu-individu siswa
tersebut. Guru merupakan tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama yang

16[16] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011, hal : 33-34

17[17] Mardianto, Amiruddin Siahaan, dkk, Micro Teaching, Fakultas Tarbiyah IAIN-SU Medan, 2008,
hal : 31
berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran guru maka proses
belajar mengajar akan terganggu bahkan gagal. Oleh karena itu dalam manajemen
pendididikan perananan guru dalam upaya keberhasilan pendidikan selalu ditingkatkan.

2.2.1 Kompetensi Pedagogik


Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni Paedos yang artinya anak laki-laki, dan
Agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah membantu anak
laki-laki zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya pergi ke
sekolah.18[18] Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna sebagai ilmu dan
seni mengajar anak. Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud
dengan pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada
interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagaogik adalah
sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.19[19]
Rumusan kompetensi pedagogik di dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 bahwa kompetensi ialah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi; (1) pemahaman terhadap
peserta didik, (2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, (3) evaluasi hasil belajar, (4)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.20[20]
Yang dimaksudkan dengan kompetensi pedagogik ialah kemampuan dalam pengolahan
pembelajaran peserta didik yang meliputi; a) pemahaman wawasan atau landaskan
kependidikan, b) pemahaman terhadap peserta didik, c) pengembangan kurikulum/silabus, d)
perancangan pembelajaran, e) pemanfaatan teknologi pembelajaran, f) evaluasi proses dan
hasil belajar, g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

2.2.2 Kompetensi Pribadi


Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka
miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru yang lainnya. Kepribadian

18[18] Dikutip dari sebuah situs : http://groups.yahoo.com/group/rezaeryani pada tanggal 28-10-


2012

19[19] Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo, 2002, hal : 28-29

20[20] UUD No. 19 tahun 2005, tentang Standar Pendidikan Nasional


sebenarnya adalah satu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan,
ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah
keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian,
seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan satu gambaran dari kepribadian orang itu,
asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan baik sering dikatakan bahwa seseorang itu
mempunyai kepribadian baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seseorang melakukan
sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan orang itu
tidak mempunyai kepribadian baik atau tidak berakhlak mulia. Dengan kata lain, baik atau
tidaknya citra seorang guru ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah
kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas
sebagai pendidik.21[21]
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Karena itu,
pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru).
Sebagai seorang model, guru harus mempunyai kompetensi yang berhubungan dengan
perkembangan kepribadian.22[22] Ryans mengklasifikasikan karakteristik guru kedalam
empat, yaitu ; (1) kreatif, guru yang kreatif bersifat imajinatif, senang bereksperimen; (2)
Dinasmis, guru yang dinamis bersifat energetic dan extrovert; (3) terorganisasi, guru bersifat
sadar akan tujuan, pandai mencari pemecahan masalah; (4) kehangatan, guru yang memiliki
kehangatan bersifat pandai bergaul, ramah, sabar.23[23]
Menurut Wina Sanjaya kompetensi Pribadi seorang guru meliputi :
1) Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan
yang dianutnya;
2) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar ummat beragama;
3) Kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan norma, aturan, dan system nilai yang berlaku
dimasyarakat;
4) Mengembangkan sifat terpuji sebagai seorang guru, missal sopan santun;
5) Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaharuan dan kritik.24[24]

21[21] Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo, 2002, hal : 30

22[22] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011, hal : 18

23[23] Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press, cet -3,
2012, hal : 146

24[24] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011, hal : 18
2.2.3 Kompetensi Profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengatahuan, sikap,
dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang
guru. Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang punya kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru. Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta punya pengalaman
bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal
antara lain; memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi
kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif,
mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan
pengembangan diri secara terus-menerus (continous improvement) melalui organisasi profesi,
buku, seminar, dan semacamnya.25[25]
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan
dengan penyelesaian tugas-tugas keguruuan. Kompetensi ini merupakan hal yang sangat
penting, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan.26[26] Sementara itu
guru profesional mempunyai sikap dan sifat terpuji adalah; (1) bersikap adil; (2) percaya dan
suka kepada siswanya; (3) sabar dan rela berkorban; (4) memiliki wibawa di hadapan peserta
didik; (5) penggembira; (6) bersikap baik terhadap guru-guru lainnya; (7) bersikap baik
terhadap masyarakat; (8) benar-benar menguasai mata pelajarannya; (9) suka dengan mata
pelajaran yang diberikannya; dan (10) berpengetahuan luas.27[27]

2.2.4 Kompetensi Sosial Kemasyarakatan


Yang dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul seacara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Menurut Achmad Sanusi
(1991) yang dikutip oleh Sunardi Nur dan Sri Wahyuningsih mengungkapkan kompetensi

25[25] Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo, 2002, hal : 31

26[26] Wina Sanjaya, hal : 18

27[27] Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, hal : 31-32


sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan
sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.28[28]
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan kemampuan guru
dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru
tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki
karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi
yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas
kemanusiaan manusia. Ada beberapa kompetensi Sosial, antara lain :
Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.
Bersikap simpatik.
Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah.
Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Sedangkan menurut Wina Sanjaya, kempetensi kemasyarakatan meliputi :
Kemampuan untuk berintraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan
kemampuan professional;
Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.
Kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik secara individual maupun secara
kelompok.29[29]

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada


tuntutan kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran
yang dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian
yang diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada kekhususan terutama adanya
tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat guru tinggal. Beberapa
kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru antara lain; terampil berkomunikasi, bersikap
simpatik, dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah, pandai bergaul
dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, dan memahami dunia sekitarnya (lingkungan).

BAB III

28[28] Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo, 2002, hal : 32

29[29] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011, hal : 19
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa melakukan kegiatan
belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran dapat diberi arti sebagai kegiatan
sistematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik agar tercapai
tujuan pembelajaran. di dalam pembelajaran pendidik berperan penting dalam menfasilitasi
perkembangan peserta didik, dikarenakan pendidiklah yang bersinggungan langsung dengan
objek pembelajaran (peserta didik). Dalam hal ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh pendidik.
Pertama-tama pendidik harus mengetahui apa saja perannya didalam proses
pembelajaran, baik sebagai demonstrator, fasilitator, pengelola kelas, maupun sebagai
motivator. Begitu juga selanjutnya pendidik juga harus mengetahui komponen kinerja
professional guru, baik dari segi gaya mengajar, kemampuan berintraksi dengan siswa, dll.
Selanjutnya pendidik juga harus mengetahui dan mempunyai keterampilan dasar seorang guru.
Selanjutnya, berdasarkan peraturan pemerintah pada UUD No 19, tentang Standar Pendidikan
Nasional, bahwa setiap guru harus mempunyai empat kompetensi yang harus ada dalam
dirinya, yaitu ; kompetensi pedagogik; kompetensi kepribadian; kompetensi professional; dan
kompetensi social kemasyarakatan.

3.2 Kritik & Saran


Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami.
Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari
berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk
perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press, cet -
3, 2012.
2. Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991
3. Wahyuddin Nur nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing, 2011.
4. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011.
5. Haidir & Salim, Strategi Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing, 2012.
6. Mardianto, Amiruddin Siahaan, dkk, Micro Teaching, Fakultas Tarbiyah IAIN-SU Medan,
2008.
7. Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo, 2002.

Anda mungkin juga menyukai