Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Disusun Oleh :
1. Annisa Kesumawati (06101381924034)
2. Ayu Agustin (06101181924005)
3. Chyntia Meliana Siregar (06101281924016)
4. Farah Attiyah Nurrahmah (06101381924047)
5. Fatimah Az’zahra Hadi Pasha (06101281924023)
6. Grace Artha Paulina Pakpahan (06101281924020)
7. Indah Khovivah (06101281924065)
8. Marisa (06101281924032)
9. Novia Aquaristy Hutabarat (06101181924011)
10. Rakhel Dwi Melinda (06101181924013)
11. Sella Devyanti (06101281924027)
12. Wicke Fatry Aldila (06101381924054)
13. Yeni Fitryana (06101281924062)

Dosen Pengampuh :
1. Rodi Edi, S.Pd., M.Si.
2. Maefa Eka Haryani, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020/2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
karena telah memberikan kesempatan kepada kami sebagai penulis untuk menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hakikat Belajar dan Pembelajaran”.

Dalam menulis makalah ini, Alhamdulillah kami selaku penulis tidak mendapat
kendala apapun terkait makalah ini, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik
dan tepat waktu. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata
kuliah ini, karena telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini dan semua orang
yang terlibat yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami juga menyampaikan kepada para pembaca, jika dalam penulisan makalah ini
terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu kami dengan senang hati
menerima kritik, masukan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang di harapkan kami dapat dicapai dengan
sempurna.

Indralaya, 25 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................................3

BAB I........................................................................................................................................................4

A.Latar Belakang..................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah……………………………………………...…………………………………5

C. Tujuan……………………………………………………………………………………………..5

BAB II....................................................................................................................................................6

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran…………………..………………………………………….6

B. Tujuan Belajar dan Pembelajaran ……………………………………...………………………9

C. Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran………..…..…………………...…….14

BAB III………………………………………………………………………………………………..19

Kesimpulan……………………………………………………………………………………...….19

Saran………………………………………………………………………………………………...19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah


usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pendidikan, revolusi di bidang teknologi komunikasi dan informasi ternyata


telah mempengaruhi kehidupan manusia modern, yang ditandai dengan munculnya istilah-
istilah seperti e-learning, e-book sampai e-education. Revolusi ini semakin populer karena
otak manusia sekarang sudah terbiasa dengan konsep ruang dan waktu yang bersifat relatif.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan
bahwa bagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.

Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat
dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat
disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan
perilaku yang tampak. Oleh karena itu, George R. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih
banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka
sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif. Lebih lanjut,
peserta didik sebagai makhluk yang dinamis harus diberi kesempatan untuk menentukan
harapan dan tujuan mereka dan guru pendidik lebih berperan sebagai penasehat, penunjuk
jalan, dan rekan seperjalanan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengajukan makalah yang berjudul
“Hakikat Belajar dan Pembelajaran” yang nantinya dapat memperjelas pengertian dan
hakekat dari belajar.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan yang dimaksud dengan hakikat belajar dan pembelajaran?
2. Apa tujuan dari belajar dan pembelajaran?
3. Apa faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran?
4. Asas apa saja yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran?
5. Bagaimana prinsip belajar dan pembelajaran?
6. Bagaimana cara mengaplikasikan belajar dan pembelajaran itu?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Mengetahui hakikat dari belajar dan pembelajaran.
2. Mengetahui tujuan dari belajar dan pembelajaran.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran.
4. Mengetahui asas-asas yang mempengaruhi belajar dna pembelajaran.
5. Mengetahui prinsip belajar dan pembelajaran.
6. Mengetahui cara mengaplikasikan belajar dna pembelajaran.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

a. Hakikat  Belajar

Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah
tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulö, 2002:
23).

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif
dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (syah,
2003), dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa
tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya
adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu :

 Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;


 Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
 Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Syah, 2003)

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik  yang
dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu
hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007: 62).

Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri
belajar, yaitu:
 Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).
 Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah.
 Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial
 Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman

6
 Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu


memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:
 Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.
 Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
 Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
 Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
 Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah
perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :

1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).


Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang
bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan.

2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).


Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.

3. Perubahan yang fungsional.


Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang
maupun masa mendatang.

4. Perubahan yang bersifat positif.


Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah
kemajuan.

7
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya
melakukan perubahan.

6. Perubahan yang bersifat pemanen.


Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan
menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.


Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik
tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.


Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan
semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya. seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga,
dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

b. Hakikat  Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah
laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang
dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi
belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini
tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar
itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran


membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik,
dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of
learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).
Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan

8
pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana
tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi
kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya
dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam
dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk
membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan
situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :


 Merupakan upaya sadar dan disengaja
 Pembelajaran harus membuat siswa belajar
 Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
 Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

2.2 TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


a. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap
yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi
mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses
belajar. Tujuan belajar menurut Sukandi (1983: 18) adalah mengadakan perubahan tingkah
laku dan perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan penghargaan.

9
Sedangkan Surakhmat(1986) mengatakan bahwa tujuan belajar adalah mengumpulkan
pengetahuan, penanaman konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.

Tujuan belajar terdiri dari tiga komponen yaitu: Tingkah laku terminal kondisi-kondisi tes,
dan standar perilaku.
1. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah
laku siswa setelah belajar. tingkah laku itu merupakan bagian tujuan yang
menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar.
2. Kondisi-kondisi tes, komponen ini menentukan situasi dimana siswa dituntut
untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. kondisi-kondisi tersebut perlu
disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ ujian yang diberikan oleh guru
tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Ada tiga
kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku saat tes. pertama, alat dan sumber
yang harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk
menempuh suatu tes, misalnya buku sumber. kedua, tantangan yanng disediakan
terhadap siswa, misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes. ketiga, cara
menyajikan informasi, misalnya dengan tulisan atau dengan rekaman dan lain-
lain.
3. Ukuran-ukuran perilaku,komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang
ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa.
suatu ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai
bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan, misalnya: siswa telah dapat memecah
suatu masalah dalam waktu 10 menit. Ukuran-ukuran perilaku tersebut
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang
tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan
melakukan tindakan, atau kesesuainya dengan teori tertentu.

b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil
belajar yang diharapkan. Proses pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar,yang
ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Seorang guru hanya dapat dikatakan telah melakukan kegiatan pembelajaran jika terjadi
perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan tersebut. Ada

10
hubungan fungsional antara perbuatan guru dengan perubahan perilaku peserta didik
(Kartadinata, 1997: 75).

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak dari proses


pembelajaran. Dampak pembelajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang
terwujud dalam hasil evaluasi pembelajaran. Dampak pembelajaran dapat dibedakan atas
dampak intruksional (instructional effeck) dan dampak tak langsung atau dampak iringan
(nurturant effeck). Dampak langsung adalah dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan
pembelajaran yang telah diprogramkan sebelumnya, sedangkan dampak iringan muncul
sebagai pengaruh atau terjdi sebagai pengalaman dari lingkungan belajar. Menurut
(Kartadinata (1997), dampak iringan bisa berwujud dalam bentuk pemahaman, apresiasi,
sikap, motivasi, kesadaran , keterampilan sosial, dan perilaku sejenis lainnya.
Di dalam proses pembelajaran guru tidak sekedar bertugas mentransfer pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Proses pembelajaran dipandang sebagai proses membantu peserta didik
belajar, membantu peserta didik mengembangkan dan mengubah perilaku (kognitif, afektif
dan psikomotorik); membantu menerjemahkan semua aspek tersebut ke dalam perilaku-
perilaku yang berguna dan bermakna.

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian tujuan pembelajran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada
kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
2. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku
atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang
diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
4. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu
deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah
berlangsung pembelajaran.

11
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik
bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat)
manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud
kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri, Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar,
Membantu memudahkan guru menentukan menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran,
Memudahkan guru mengadakan penilaian. Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008
tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk
memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk
dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan
ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Tujuan belajar dan pembelajaran yang lebih spesifik dikemukakan oleh taksonomi
Instruksional Bloom. Menurut Bloom, siswa belajar berarti menggunakan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap lingkungannya. Ranah kognitif terdiri dari enam
jenis perilaku, sebagai berikut:
1. Pengetahuan, yang berkenaan dengan ingatan tentang fakta, peristiwa, pengertian,
kaidah, teori, prinsip atau metode.
2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
3. Penerapan, kemampuan mengaplikasi yang mencakup kemampuan menerapkan
metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya dapat
menguraikan sebab-sebab terjadinya sesuatu, dan memahami hubungan antar bagian-
bagiannya.
5. Sintesis, adalah proses memadukan bagian-bagian atau unsure-unsur secara logis,
mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun
program kerja.
6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat, menilai, dan menentukan
keputusan tentang suatu hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya kemampuan
menilai hasil karangan.

12
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yakni:
1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan hal tersebut. Misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaan-
perbedaan.
2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpatisipasi
dalam suatu kegiatan.
3. Penilaian dan penentuan sikap yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai,
mengakui dan menentukan sikap. Misalnya dapat menerima pendapat orang lain.
4. Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman
dan pegangan hidup. Misalnya menempatkan suatu nilai dan menjadikannya sebagai
pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup menghayati nilai dan membentuknya
menjadi pola kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan mempermbangkan dan
menunjukkan tindakan disiplin.

Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari tujuh perilaku, yaitu:


1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas serta
menyadari perbedaannya. Misalnya perbedaan warna, membedakan angka 6 (enam)
dan 9 (sembilan).
2. Kesiapan, yang mencakup kesiapan secara jasmani dan rohani sebelum terjadinya
suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3. Gerakan terbimbing, kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan
peniruan, seperti meniru gerak tari.
4. Gerakan terbiasa, kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya
melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5. Gerakan kompleks, yaitu kemampuan melakukan gerakan atau keterampulan yang
terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien dan tepat. Misalnya membongkar
pasang peralatan secara tepat.
6. Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola gerak-gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya
keterampilan bertanding olahraga.
7. Kreativitas, yang mencakup kemampuan melahirkan pola gerak yang baru atas dasar
prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru (Dimyati, 2000).

13
2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
a. Masukan Mentah
Masukan  mentah merupakan kondisi seseorang pada situasi awal (sebelum
kegiatan  belajar dan pembelajaran berlangsung). Keberhasilan  atau kegagalan
belajar sangat tergantung pada masukan mentah ini. Kondisi subjek ini meliputi:
1. Kondisi Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah apalagi disertai sakit kepala misalnya,
dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang
dipahami. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan, indera
pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa
dalam  menyerap  informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di  kelas.
(Tanwey Gerson Ratumanan, 2002: 10-11)
2. Kondisi Psikologis
Banyak  faktor  yang termasuk kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas
dan  kualitas hasil belajar siswa, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Intelegensi Siswa
Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi,
intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa
peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol
daripada peran organ-organ tubuh lainnya Karena otak merupakan “menara
pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau
intelegensi (IQ) siswa sangat menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin
besar peluangnya untuk meraih sukses, Sebaliknya, semakin rendah kemempuan
intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses. Setiap calon guru dan guru professional sepantasnya menyadari bahwa
keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif  seperti superior maupun yang
negatif seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang
bersangkutan. Di satu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak

14
mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang
disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustasi
karena tuntutan kebutuhan keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung secara
tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian
pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan
akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa
positif. (Muhibbin Syah, 2003: 147-148)
- Sikap
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda
satu sama lain. Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau
emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Di sini Trow
lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap
sesuatu objek. Sementara itu Allport seperti dikutip oleh Gable mengemukakan
bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui
pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu
terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Definisi
sikap menurut Allport ini menunjukan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau
dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan
pengaruh langsung kepada respons seseorang. Harlen mengemukakan bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam
menghadapi suatu objek atau situasi tertentu. (Djaali, 2008: 114)
- Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena
perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu
diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan
senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebiih mudah dipelajari
dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Jika terdapat siswa yang
kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat
yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi

15
kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya
dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. (Slameto, 2003: 57)
- Motivasi
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat
dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu.
Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan,
mengarahkan, dan memantapkan prilaku arah suatu tujuan. Dari tiga definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan
psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). (Djaali,
2008: 101)
- Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) adalahkemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin,
1972; Reber,1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki
bakat dalam arti berpotensi untuk berprestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat
kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seseorang yang
berbakat pada bidang Matematika, akan jauh lebiih mudah menyerap informasi,
pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut
dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus
(specific aptitude) yang konon tidak dapat dipelajari karena merupakan
karunia inborn (pembawaan sejak lahir). (Muhibbin Syah, 2003: 150)
- Gaya Kognitif
Setiap orang memiliki cara-cara sendiri yang disukainya dalam menyusun apa
yang dilihat, diingat, dan dipikirkannya. Perbedaan-perbedaan antara pribadi
yang menetap dalam cara menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-
pengalaman ini dikenal sebagai gaya kognitif. Gaya kognitif merupakan variabel
penting yang mempengaruhi pilihan-pilihan dalam bidang akademik, bagaimana

16
siswa belajar, serta bagaimana siswa dan guru berinteraksi dalam kelas. (Slameto,
2003: 160)

b. Masukan Instumental
Masukan instrumental menunjukkan kualifikasi serta sarana yang diperlukan
untuk dapat berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran. Masukan
instrumental meliputi berbagai komponen seperti guru (kemampuan/ kompetensi,
kesiapan, sikap, minat, dan sebagainya), kurikulum, metode, evaluasi ( proses dan
hasil belajar), sarana prasarana (ruangan, alat  bantu belajar, buku teks, buku
penunjang dan sebagainya), dan sebagainya. (Tanwey Gerson Ratumanan, 2002: 11)

c. Masukan Lingkungan
Masukan lingkungan merupakan masukan yang berasal dari lingkungan sekitar
siswa. Yang termasuk dalam masukan lingkungan ini adalah
- Lingkungan Fisik
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik adalah cuaca, keadaan udara,
ruangan, cahaya, kesehatan lingkungan, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang
ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pagi hari lebih efektif
daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa
ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu
secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan
kesiapsiagaan siswa (Dunn, dkk., 1986).
- Lingkungan Sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain di
sekitarnya, sikap dan perilaku orang di sekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan
sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan
keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Kondisi masyarakat di lingkungan  siswa yang kumuh, anak-anak penganggur
dan serba kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling
tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika  memerlukan teman

17
belajar atau berdiskusi ataupun meminjam alat-alat belajar tertentu yang
kebetulan belum dimilikinya. (Muhibbin Syah, 2003: 152-154)
- Lingkungan Kultural
Yang termasuk lingkungan kultural adalah kebiasaan dan tata cara pergaulan
masyarakat di sekitar siswa. Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tata cara
pergaulan yang berbeda-beda. Hal ini, dapat mempengaruhi kegiatan belajar
siswa.

2.4 Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran


1. Perhatian Dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian
teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin
terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ).
2. Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan
dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendri.
3. Keterlibatan Langsung
Dalam Belajar Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang
dituangkan dalam kerueut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling
baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman
langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya.
4. Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh
teori Psikologi Dengan mengadakan pengulangan maka dasya-daya tersebut akan
berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-
daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.
5. Sifat Merangsang Dan Menantang Dari Materi Yang Dipelaiari
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam,
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar
siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang

18
mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu
dengan mempelajari bahasa belajar tersebut.
6. Pemberian Balikan Atau Umpan Balik Dan Penguatan Belajar
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat
merupakan operant conditioning atau penguatan positif.

2.5 Azas-azas Pembelajaran


Definisi Asas-asas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), asas berarti hukum dasar,
suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar. Sedangkan prinsip adalah asas atau dasar
yang dijadikan pokok pikiran, bertindak, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa asas dan prinsip sebenarnya adalah sama, karena menjadi pokok dasr baik
bertindak maupun berpikir.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam
bahasa Yunani disebut “instructus” atau “instruere” yang berarti menyampaikan
pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide
yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih
mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan.
Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta
didik. Pembelajaran disebut juga usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar
seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Jadi, inti dari
pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar
pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak
menghasilkan kegiatan belajar pada peserta didik.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui kontraksi para peserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka
mencapai kompetisi dasar. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik
belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan

19
menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman
dan memberikan rasa aman bagi peserta didik.
Jadi, asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai
oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain asas-asas
pembelajaran adalah suatu yang dijadikan dasar berpikir dan bertindak untuk
menciptakan proses belajar.

. B.     Asas-asas Pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud
memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga
dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan diharapkan proses
pengajaran terhindar dari verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata  yang
diucapkan oleh guru tetapi tidak mengerti maksudnya. Untuk itu sangat diperlukan
peragaan dalam pengajaran terutama terhadap siswa  pada tingkat dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk mencapai
pengertian tentang sesuatu hal secara tepat, maksud dan tujuan peragaan ialah
memberikan variasi dalam cara-cara mengajar, memberikan lebih banyak realitas
dalam mengajar, sehinga lebih wujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran
Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut
beberapa aspek:
a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
b. meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.
d. Menyelenggarakan karya wisata
Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan lebih
berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung
anak itu sendiri. Ada dua macam peragaan: Peragaan langsung, dengan menggunakan
benda aslinya atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa.
Peragaan tidak langsung,  dengan menunjukkan benda tiruan atau suat model. Contoh:
gambar, boneka, film, foto dan sebagainya.

2. Minat dan Perhatian

20
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sementara perhatian, di sini mempunyai
peranan penting dalam kegiatan belajar. Seorang siswa yang menaruh minat besar
terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa
lainnya. Kemudian karena perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang
diinginkan.
Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan, seorang siswa
yang berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran tersebut.
Akan tetapi terkadang perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat dalam
pelajaran yang diajarkan, oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang guru untuk
membangkitkan minat dan perhatian peserta didik. Untuk membangkitkan perhatian
dan minat yang disengaja guru harus:
a. Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.
b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang disajikan.
c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha
menghindarkan hukuman.
d. Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia,menghindari hal-hal
yang tidak perlu, mengadakan selingan sehat.

3. Motivasi
Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan.
Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski
(1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah
laku tersebut.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hakikat
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang
sedang belajar untuk perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang
member semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Dalam artian, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah, dan bertahan lama.
Menurut Prasetya Irawan dkk. mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa
dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga,

21
kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi. Maka faktor terakhir merupakan faktor
yang paling baik.

Dalam hal ini motivasi belajar sangat berperan mendorong peserta didik mencapai
keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan yang diraihnya tentu akan menghasilkan
kepuasan pada diri peserta didik. Oleh karena itu, arti penting keberhasilan belajar
mendorong guru harus terampil mengembangkan strategi motivasi khususnya yang
berkaitan dengan pencapaian belajar. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain:
a.       Menggunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif bukan
ancaman atau sejenisnya.
b.      Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera menggunakan atau
mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajarinya.
c.       Meminta kepada peserta didik yang telah menguasai suatu keterampilan atau
pengetahuan untuk membantu teman-temanya yang belum berhasil.
d.      Membandingkan prestasi peserta didik dengan dirinya di masa lalu atau dengan
suatu standar tertentu, bukan dengan peserta didik yang lain.
4. Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata  apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan
buah pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan dengan
pengalaman yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkanya.
Apersepsi menurut Herbart adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan
bantuan tanggapan yang telah ada. Dalam hal ini terjadi sosiasi antara tanggapan yang
baru dengan tanggapan yang lama. Herbart mengemukakan bahwa yang diketahui
digunakan untuk memahami sesuatu yang belum diketahui. Apersepsi
membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu, karena itu pelajaran harus selalu
dibangun atas pengetahuan yang telah ada.
Berdasarkan prinsip itu Herbart menganjurkan langkah-langkah berikut:
a.    Kejelasan, sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam pengertian. Di sini guru
yang terutama aktif (memberi) dan murid “Pasif” (menerima). Cara mengajar
memberitahukan.
b.    Asosiasi, anak-anak diberi kesempatan untuk menghubungkan pengertian baru
dengan pengalaman-pengalaman lama. Anak-anak di sini lebih aktif. Metode
mengajar: Tanya Jawab, Pertanyaan.

22
c.    Sistem, di sini bahan baru itu ditempatkan dalam hubungannya dengan hal-hal
lain. Ini hanya mingkin, jika bahan itu telah dipahami sepenuhnya. Metode:
Menjelaskan, Ceramah.
d.   Metode, anak-anak mendapat tugas untuk dikerjakan. Guru memperbaiki
dengan memberi petunjuk di mana perlu.

5. Korelasi dan Konsentrasi


Yang dimaksud dengan korelasi disini adalah hubungan antara mata pelajaran
yang satu dengan yang lainnya yang berfungsi untuk menguatkan pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa, juga dapat menimbulkan minat dan perhatian siswa. Hendaknya
guru juga menghubungkan pelajaran dengan realita sehari-hari. Karena dalam
realitasnya, pembelajaran di sekolah masih banyak menggunakan strategi
pembelajaran yang hanya berupaya untuk menghabiskan materi pembelajaran semata
sehingga kurang memberi makna bagi peserta didik. Oleh karena itu, agar aktivitas
pembelajaran mampu memberikan makna bagi peserta didik yang belajar, guru perlu
mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengaitkan materi pelajaran
dengan kehidupa sehari-hari.
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaanya, yakni:
a. Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian siswa dengan alat peraga, supaya kelas
dapat memiliki topik, siswa dibentuk kelompok dan tiap kelompok diberi
permasalahanya masing-masing.
b. Tahap pengembangan, pada tahap hal ini  kelompok-kelompok diterjunkan
langsung kelapangan untuk mencari sumber data untuk materi diskusi, laporan ditulis
lengkap, para siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan guru bertindak
sebagai pedamping.
c. Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok dapat
menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau diskusi
panel, dan diharapkan para siswa dapat berperan aktif. 

6. Individualisasi
Siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang
sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik  psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Setiap guru tentu
menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas misalnya, berarti

23
menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik. Perbedaan individu ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak
didik lainya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk
yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting
meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru
memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga
mudah melakukan pendekatan dalam pembelajaran.
Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan
perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa, misalnya dengan:
a.    Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani
kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
b.    Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.
c.    Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan
pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan.
d.   Memberikan remidiasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.
6. Kooperasi
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru. Kooperatif menggambarkan makna yang lebih luas, yaitu menggambarkan
keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencangkup pula pengertian kolaborasi.
Pembelajaran koopertif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan atau tim kecil (small goup), yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau
suku yang berbeda (heterogen).
Yang dimaksud dengan koopersi di sini adalah belajar atau bekerja sama
(kelompok). Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa
yang satu dengan yang lainnya, juga hubungan guru dengan siswa.
Adapun keuntungan-keuntungan kooperatif antara lain:
a.    Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan berpikir sendiri, menentukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar
dari siswa yang lain;
b.    Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain;

24
c.    Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
d.   Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar;
e.    Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain,
dan mengembangkan keterampilan memanage waktu;
f.     Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima umpan balik.
Ada beberapa jenis kerja sama, William Burton membagi kelompok kerja sama tersebut
antara lain:
a.    Kerja kelompok, untuk memecahkan suatu problem, menganalisis masalah,
pembagian tugas, kegiatan penyelidikan, dan kesimpulan.
b.    Diskusi kelompok, diskusi ini tidak sama dengan debat tetapi selalu mengutamakan
pemecahan masalah.
Pembelajaran kooperatif merupakan proses atau metode yang tidak hanya
mengutamakan tercapainya kualitas siswa yang kognitif melainkan untuk
mengembangkan kemampuan lainnya seperti kesadaran siswa menyadari hakikat dirinya,
hakikat hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya.

C.  Arti Penting Asas-asas Pembelajaran


Sebelum membahas peranan atau arti penting asas pembelajaran, akan disinggung
sedikit tentang didaktik dan metodik. Didaktik dapat dipahami dengan suatu ilmu yang
membicarakan prinsip-prinsip dalam penyampaian pelajaran. Didaktik adalah sebagian dari
pedagogik atau ilmu mengajar.
Didaktik dapat dibagi menjadi dua yaitu didaktik umum (prinsip-prinsip umum yang
berkenaan dengan penyajian bahan pelajaran) dan didaktik khusus (membicarakan tentang
cara mengajarkan tentang suatu mata pelajaran tertentu). Didaktik khusus juga disebut
dengan Metodik atau disebut dengan metodologi Pengajaran dan terbagi dalam dua bagian,
metodik umum dan khusus. Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas atau prinsip pembelajaran
adalah bagian dari metodologi pembelajaran.
Adapun peranan atau arti penting asas atau metodologi pembelajaran agama bagi calon
guru atau pendidik agama adalah:

25
1. Membahas tentang berbagai prinsip, teknik-teknik, pendekatan yang digunakan. Dengan
mempelajarinya seorang guru dapat memilih metode manakah yang layak dipakai. Sehingga
tujuan pengajaran dapat tercapai.
2. Terlalu luasnya materi agama dan sedikitnya waktu yang tersedia untuk menyampaikan
bahan, dalam hal ini bagaimana seorang guru berusaha mencapai tujuan pengajaran dan
pendidikan agama. Di sinilah fungsi metodologi pengajaran agama, jika seorang guru
mempelajarinya dengan baik dapat memahami desain dan rancangan yang sesuai dengan
pengajaran.
3. Sifat pengajaran agama lebih banyak menekankan pada segi tujuan afektif (sikap)
dibanding tujuan kognitif, menjadikan guru agama lebih bersifat mendidik dari pada
mengajar. Metodologi pengajaran agama turut memberikan distribusi pengetahuan terhadap
calon guru yang diharapkan.

2.6. KRITERIA PERSPEKTIF PEMBELAJARAN YANG SUKSES :


1.       Peran aktif siswa (active participation)

Proses belajar akan berlangsung efektif jika siswa terlibat aktif dalam tugas-
tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif.
Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar
kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang.

2.       Latihan(practice)
           Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat
daya ingat atau retensi. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari.

3.    Perbedaan individual (individual defferences)

            Setiap individu memiliki potensi berbeda dan perlu dikembangkan secara


optimal. Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah mengembangkan potensi
yang dimiliki individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang
berkualitas.
      4.       Umpan balik(feedback)

Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan


dalam memeplajari materi pelajaran dengan benar. Umpan balik dapat diberikan

26
dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar(learning outcomes) yang dicapai oleh
siswa setelah menempuh program dak aktivitas pembelajaran. 

5.    Konteks nyata(realistic context)

Siswa perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi pengetahuan dan


kemampuan yang dapat diterapkan dalam kenyataan. Siswa mengetahui kegunaan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari akan memiliki motivasi tinggi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. 

6.  Interaksi sosial(social interaction)


Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh
dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang berkesinambungan dengan sejawat atau
sesama siswa akan memungkinkan siwa untuk melakukan konfirmasi terhadap
pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.

27
BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku mental karena adanya interaksi
individu dengan lingkungan yang disadari.
2. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
3. Tujuan belajar dan pembelajaran mencakup tujuan intruksional, tujuan pembelajaran,
dan tujuan belajar

B Saran
Sehubungan dengan hasil penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada para
pembaca agar diadakan pengkajian lanjutan yang berjudul sama dengan makalah ini,
agar ditemukan pengertian dari hakekat belajar dan pembelajaran yang lebih baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad.,Hikam, H. 2013. Hakekat Belajar dan Pembelajaran. (Online).


https://www.academia.edu/37199272/HAKEKAT_BELAJAR_DAN_PEMBELAJARAN

Theo., CM. 2012. Tujuan Belajar dan Pembelajaran. (Online).


https://chanra730.blogspot.com/2012/03/tujuan-belajar-dan-pembelajaran.html

Tika Marlena. 2016. Hakekat Belajar dan Pembelajaran. (Online).


http://tikamarlena.blogspot.com/2016/01/makalah-hakekat-belajar-dan-pembelajaran.html

29

Anda mungkin juga menyukai