Anda di halaman 1dari 23

KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SERTA KAITAN BELAJAR

DAN PEMBELAJARAN

Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran


Kode Mata Kuliah : KIP 619104
Jumlah SKS : 2 SKS
Semester : 1D
DosenPengampu : 1.Dra. Nelly Astuti, M.Pd.
2.Frida Destiani,M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. AdindaAzzah N 1913053010
2. Jeplin 1913053095
3. Tania DarojatunMulya 1913053017

S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah.SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Konsep Belajar dan Pembelajaran serta
Kaitan Belajar dan Pembelajaran”.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra,
Nelly Astuti,M.Pd dan Ibu Frida Destini,M.Pd. selaku pembimbing mata kuliah
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan kepada segenap pihak
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang............................................................................................ 1
B.    RumusanMasalah....................................................................................... 2
C.    Tujuan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A.   Konsep dan Definisi Belajar....................................................................... 3
B.   Konsep Dasar Pembelajan.......................................................................... 15
C. Kaitan Belajar dan Pembelajaran................................................................ 15

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan.............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas utama dalam proses
pendidikan. Pendidikan secara nasional di Indonesia didefinisikan sebagai usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran,
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan baik untuk diri peserta didik itu sendiri
maupun untuk masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Terdapat unsur penting dalam definisi pendidikan secara nasional, yaitu
usaha sadar dan terencana, mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
yang memungkinkan bagi peserta didik untuk aktif mengembangkan potensi yang
dimilikinya, serta membekali peserta didik dengan kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang
diperlukan bagi diri, masyarakat, bangsa, dan negara peserta didik. Suasana belajar
dan proses pembelajaran yang memungkinkan bagi peserta didik untuk aktif
mengembangkan potensi yang dimilikinya hanya dapat diwujudkan melalui proses
interaksi yang bersifat edukatif antara dua unsur manusiawi, yaitu peserta didik
sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan peserta
didik sebagai subjek pokoknya.
Kelangsungan proses interaksi yang bersifat edukatif antara peserta didik
dengan guru dalam proses pembelajarannya, dibutuhkan komponen-komponen
pen- dukung yang sekaligus mencirikan terjadinya interkasi edukatif tersebut.
Komponen dimaksud adalah tujuan yang ingin dicapai, bahan/pesan yang menjadi
isi interaksi, peserta didik yang aktif mengalami proses pembelajaran, guru yang
melaksanakan proses pembelajaran, metode untuk mencapai tujuan pembelajaran,
situasi yang memungkinkan proses pembelajaran berjalan dengan baik, dan
penilaian terhadap hasil interaksi dalam proses pembelajaran.
Belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas yang terencana untuk
mencapai tujuan tertentu yang dicirikan dengan keterlibatan sejumlah komponen
yang saling terkait satu sama lain. Komponen-komponen dalam belajar dan
pembelajaran yang dimaksud disebut perangkat pembelajaran yang teriri atas
rencana pelaksanaan pem- belajaran, alat pembelajaran yang mencakap metode,
media, dan sumber belajar, serta alat evaluasi, baik berupa tes maupun nontes.
Belajar dan pembelajaran, baik sebagai proses maupun sebagai sistem telah
mendapat perhatian dari para ahli dengan sudut pandang yang berbeda sesuai
dengan bidang keahlian masing-masing sehingga melahirkan konsep dan teori
belajar dan pembelajaran yang beragam.
b. Rumusan Masalah
Melihat dari apa yang dipaparkan di latar belakang, maka penulis ingin
memfokuskan penulisan makalah ini ke dalam beberapa permasalahan, sebagai
berikut:
1. Apa pengertian belajar dan pembelajaran?
2. Bagaimana belajar menurut pandangan para ahli?
3. Apa saja ciri-ciri, prinsip dan factor-faktor belajar?
4. Apa pengertian pembelajaran?
5. Apa saja kaitan belajar dan pembelajaran?
c. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami apa hakikat dari belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana belajar menurut pandangan para ahli.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri, prinsip, dan factor-faktor.
4. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran.
5. Untuk mengetahui kaitan belajar dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Definisi Belajar


Sejak dilahirkan, manusia telah begitu banyak mengalami proses belajar. Itu
berarti bahwa aktivitas belajar sangat akrab dengan kehidupan manusia. Banyak
ahli pendidikan, pembelajaran, dan psikologi yang telah mencoba
mendefinisikan "belajar". Seringkali perumusan dan penafsiran yang dihasilkan
berbeda satu sama lain sesuai sudut pandang masing-masing. Namun demikian,
pada bagian ini kita hanya akan melihat beberapa pendapat ahli yang relatif
lebih mirip dan lebih sederhana sehingga memudahkan untuk menarik definisi
sendiri.
Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan
timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan disebabkan
oleh kematangan dan sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari
terbentuknya respons utama. Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun
psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu
yang belajar dalam bentuk kemampuan yang relatif konstan dan bukan
disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara.
Menurut H.C Witherlingtong dalam Eveline .dan Hartini (2015:4)
menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan didalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian.
Menurut Winkel dalam Eveline .dan Hartini (2015:4) pembelajaran adalah
seperangkat tindakan yang direncanakan untuk mendukung proses belajar siswa,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian yang berperan terhadap rangkaian
kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.
Perubahan kemampuan yang disebabkan oleh kematangan, pertumbuhan,
dan perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau
perubahan fisik yang disebabkan oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan
sebagai hasil dari perbuatan belajar meskipun perubahan itu berlangsung lama
dan konstan. Menurut Slameto bahwa belajar ialah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Suzanne M. Wilson and Penelope L. Peterson, (2006:2)
learning as a process of active engagement learning as individual and social
and learner differences as resources to be used, not obstacles to be
confronted.
Perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari perbuatan belajar
terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif,
bersifat konstan, bertujuan atau terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah
laku. Ciri-ciri perubahan tingkah laku sebagai hasil dari perbuatan belajar
tersebut tampak dengan jelas dalam berbagai pengertian belajar menurut
pandangan para ahli pendidikan dan psikologi
Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan
timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan disebabkan
oleh kematangan dan sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari
terbentuknya respons utama. Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun
psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu
yang belajar dalam bentuk kemampuan yang relatif konstan dan bukan
disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara.
Menurut H.C Witherlingtong dalam Eveline .dan Hartini (2015:4)
menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan didalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian.
Menurut Winkel dalam Eveline .dan Hartini (2015:4) pembelajaran adalah
seperangkat tindakan yang direncanakan untuk mendukung proses belajar siswa,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian yang berperan terhadap rangkaian
kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.
Perubahan kemampuan yang disebabkan oleh kematangan, pertumbuhan,
dan perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau
perubahan fisik yang disebabkan oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan
sebagai hasil dari perbuatan belajar meskipun perubahan itu berlangsung lama
dan konstan. Menurut Slameto bahwa belajar ialah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari perbuatan belajar
terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif,
bersifat konstan, bertujuan atau terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah
laku. Ciri-ciri perubahan tingkah laku sebagai hasil dari perbuatan belajar
tersebut tampak dengan jelas dalam berbagai pengertian belajar menurut
pandangan para ahli pendidikan dan psikologi.
Apabila ingin mengkaji definisi belajar lebih lanjut, kita pun sebenarnya
akan menemukan berbagai definisi yang berbeda. Hal ini wajar, karena
memang belajar memiliki makna yang sangat luas dan kompleks sehingga
pengertian belajar banyak dipengaruhi oleh teoriteori belajar yang juga dianut
oleh seseorang. Definisi belajar yang disampaikan oleh masing-masing aliran
teori belajar akan berbeda. Aliran behavioristik memiliki definisi sendiri,
begitu pula kognitivistik, konstruktivistik, humanistik, sibernetik, revolusi
sosiokultural, dan aliran neurosains. Kita pun bahkan akan menemukan bahwa
masing-masing ahli dalam satu aliran memiliki definisi yang berbeda. Inilah
sisi menarik dari mengkaji "belajar". Bahasan ini selanjutnya akan banyak
Anda temukan pada bagian-bagian/bab selanjutnya dalam buku ini.
a. Belajar Menurut Para Ahli
1. Belajar menurut Pandangan B. F.Skinner
Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan
penguatan (reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan
lebih giat belajar dengan adanya ganjaran (funnistment) dan pujian
(rewards) dari guru atas hasil belajarnya. Skinner membuat perincian lebih
jauh dengan membedakan adanya dua macam respons.
Pertama, respondent response, yaitu respons yang ditimbulkan oleh
perangsang-perangsang tertentu yang disebut eliciting stimuli menimbulkan
respon-respon yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang
menimbulkan keluarnya air liur.

Kedua, operantresponse, yaitu respons yang timbul dan


berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut
reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut
memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme Jadi, seorang
akan menjadi lebih giat belajar apabila mendapat hadiah sehingga
responsnya menjadi lebih intensif.
Belajar menurut pandangan Skinner adalah kesempatan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan respons belajar, baik konsekuensinya sebagai
hadiah maupun teguran atau hukuman. Dengan demikian, pemilihan
stimulus yang deskriminatif dan penggunaan penguatan dapat merangsang
individu lebih giat belajar, sehingga belajar merupakan hubungan antara
stimulus dengan respon.
2. Belajar menurut Pandangan Robert M.Gagne
Gagne sebagai yang dikutip oleh Sagala memandang bahwa belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar
secara terus-menerus yang bukan hanya disebabkan oleh proses
pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama
dengan isi ingatan memengaruhi individu sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu
setelah ia mengalami situasi tadi.
Pandangan Gagne di atas menunjukkan bahwa belajar adalah adanya
stimulus yang secara bersamaan dengan isi ingatan memengaruhi perubahan
tingkah laku dari waktu ke waktu. Karena itu, belajar dipengaruhi oleh
faktor internal berupa isi ingatan dan faktor ekternal berupa stimulus yang
bersumber dari luar diri individu yang belajar.
Gagne membagi segala sesuatu yang dipelajari individu yang disebut
the domains of learning itu menjadi lima kategori. Pertama, keterampilan
motoris (motor skill), yaitu koordinasi dari berbagai gerakan badan. Kesua,
informasi verbal, yaitu menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan
menggambar. Ketiga, kemampuan intelektual, yaitu menggunakan simbol-
simbol dalam mengadakan interaksi dengan dunia luar. Keempat, strategi
kognitif, yaitu belajar mengingat dan berpikir memerlukan organisasi
keterampilan yang internal (internal organized skill). Kelima, sikap, yaitu
sikap belajar yang penting dalam proses belajar.
Berdasarkan uraian di atas, Gagne memandang bahwa belajar
dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar diri individu belajar
yang saling berintekasi, sehingga kondisi eksternal berupa stimulus dari
lingkungan belajar dan kondisi internal yang berupa keadaan internal dan
proses kognitif individu yang saling berinteraksi dalam memperoleh hasil
belajar yang dikategorikan sebagai keterampilan motoris (motorik skill),
informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap.
3. Belajar menurut Pandangan Jean Piaget
Piaget adalah seorang psikolog yang fokus mempelajari berpikir pada
anak- anak sebab ia yakin dengan cara berpikir anak-anak akan dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi. Piaget berpendapat bahwa
ada dua proses yang terjadi dalam pekembangan kognitif anak, yaitu proses
assimilations dan proses accommodations.Proses assimilations, yaitu
menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru diperoleh dengan
informasi yang telah diketahui sebelumnya dan mengubahnya bila perlu.
Adapun proses accommodations, yaitu menyusun dan membangun kembali
atau mengubah informasi yang telah diketahui sebelumnya sehingga
informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.
Piaget mengembangkan teori kognitif tersebut dalam konteks teori
keseimbangan yang disebut accomodation. Teori ini memberi penjelasan
bahwa struktur fungsi kognitif dalam berubah kalau individu berhadapan
dengan hal-hal baru yang tidak dapat diorganisasikan ke dalam struktur yang
telah ada (association). Akomodasi menurut Piaget adalah hasil dari yang
ditambahkan dan diciptakan oleh lingkungan dan pengamatan yang tidak
sesuai dengan apa yang diketahui dan dipikirkan.Piaget menjelaskan tiga
cara bagi anak untuk sampai pada cara mengetahui sesuatu, yaitu melalui
interaksi sosial, melalui pengetahuan fisik, dan melalui logicomathematical.
Jelaslah bahwa Piaget memandang belajar sebagai suatu proses
asimilasi dan akomodasi dari hasil assosiasi dengan lingkungan dan
pengamatan yang tidak sesuai antara informasi baru yang diperoleh dengan
informasi yang telah diketahui sebelumnya.
4. Belajar menurut Pandangan Carl R.Rogers
Rogers menitikberatkan pada segi pengajaran dibanding siswa yang
belajar dalam praktik pendidikan yang ditandai dengan peran guru yang
dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran dengan alasan bahwa
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran
sebagai berikut ;
1) manusia memiliki kekuatan wajar untuk belajar sehingga siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak berarti,
2) siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya,
3) pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa,
4) belajar yang bermakna bagi masyarakat modern berarti belajar tentang
proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu,
bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri secara terus menerus,
5) belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam proses pembelajaran,
6) belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi bila siswa
mengevaluasi dirinya sendiri, dan
7) belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan
sungguh-sungguh.
Belajar dalam pandangan Rogers di atas pada dasarnya bertumpu pada
prinsip kebebasan dan perbedaan individu dalam pendidikan. Dengan
demikian, peserta didik akan lebih mengenal dirinya, menerima diri
sebagaimana adanya, dan akhirnya merasa bebas memilih dan berbuat
menurut individualitasnya dengan penuh tanggung jawab.
5. Belajar menurut Pandangan Benjamin S.Bloom
Penelitian yang dilakukan oleh Bloom dalam mengamati kecerdasan
anak pada rentang waktu tertentu menemukan bahwa pengukuran
kecerdasan anak pada usia 15 tahun merupakan hasil pengembangan dari
anak usia dini. Bloom mengembangkan taksonomi dari tujuan pendidikan
dengan menyusun pengalaman-pengalaman dan pertanyaan-pertanyaan
secara bertingkat dari recall sampai pada terapannya dengan suatu
keyakinan bahwa anak dapat menguasai tugas-tugas yang dihadapkan
kepada mereka di sekolah, tetapi mengakui adanya anak yang yang
membutuhkan waktu lebih lama dan bimbingan yang lebih intensif
dibanding teman seusianya.
Taksonomi tujuan-tujuan yang disusun Bloom disebut taxonomi
bloom yang terdiri atas tiga kawasan (domain), yaitu: domain kognitif,
domain afektif, dan domain psikomotor. Domain-domain tersebut
merupakan kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik
setelah mengikuti proses pendidikan.
Domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal
lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara
hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis, dan penilaian.
Domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam
mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam
kemampuan emosional secara hierarkis, yaitu kesadaran, partisipasi,
penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri. Domain
psikomotor merupakan kemampuan-kemampuan motorik dalam
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan yang terdiri atas gerakan
refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani,
gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.
Belajar dalam pandangan Bloom pada dasarnya adalah perubahan
kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan
taraf hidup peserta didik, baik sebagai pribadi dan anggiota masyarakat
maupun sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
6. Belajar menurut Pandangan Jerume S. Bruner
Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan
kategori-kategori yang saling berkaitan sedemikian rupa hingga setiap
individu mempunyai model yang unik tentang alam dan pengembangan
suatu sistem pengodean (coding). Sesuai dengan model ini, belajar baru
dapat terjadi dengan mengubah model yang terjadi melalui pengubahan
kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara
baru, atau dengan menambahkan kategori-kategori baru.
Pendidikan menurut Brunner merupakan usaha yang kompleks untuk
menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan
menyesuaikan anggotanya dengan cara mereka mengetahui kebutuhan
kebudayaan.Pandangan Bruner tentang belajar dapat diuraikan sebagai
pendekatan kategorisasi. Semua interaksi individu dengan alam akan
senantiasa melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan untuk
memfungsikan manusia. Kategorisasi menyederhanakan kekompleksitas
dalam lingkungan individu.
Mengacu pada uraian tentang belajar menurut pandangan para ahli
pendidikan dan psikologi di atas, secara singkat dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan aktivitas psiko dan fisik yang menghasilkan perubahan
atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang relatif bersifat konstan.
Meskipun para ahli sepakat bahwa inti dari perbuatan belajar adalah
perubahan tingkah laku, tetapi terdapat bermacam- macam cara untuk
mendapatkan perubahan itu. Setiap perbuatan belajarmempunyaiciri masing-
masing sesuai dengan sudut pandang masing-masing ahli.Oleh karena itu,
ahli psikologi membedakan perbuatan belajar menjadi beberapa jenis
menurut cirinya masing-masing.
b. Ciri-Ciri Belajar
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku dan hasilnya relatif
menetap. Ciri-ciri belajar sebagai berikut.
1. Belajar berbeda dengan kematangan
Pertumbuhan juga menyebabkan perubahan tingkah laku. Bila tingkah
laku berubah secara wajar tanpa adanya pengaruh latihan, maka dikatakan
bahwa dikatakan bahwa itu berkat kematangan (maturation), bukan
karena belajar. Proses perubahan tersebut terjadi karena pertumbuhan dan
perkembangan organisme-organisme secara fisiologis. Perubahan dalam
sifat-sifat fisik, misalnya tinggi dan berat badan tidak termasuk dalam
belajar. Berjalan dan berbicara pada manusia umumnya lebih banyak
disebabkan oleh kematangan daripada belajar. Namun demikian,
seringkali terjadi interaksi yang cukup rumit antara kematangan dan
belajar dalam mengubah tingkah laku, misalnya dalam hal berbicara.
Setiap anak akan mengalami kematangan dalam berbicara, tetapi berkat
pengaruh percakapan keluarga atau orang-orang di lingkungannya anak
dapat berbicara lebih cepat, tepat waktu, atau agak terlambat.
2. Belajar berbeda dengan perubahan fisik dan mental
Perubahan fisik dan mental juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku. Kondisi kelelahan mental, stress, konsentrasi menurun,
jenuh, dan galau dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku tersebut tidak termasuk dalam belajar karena
bukan merupakan suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Batasan
tentang pengalaman dan latihan inilah yang penting untuk dipahami
sehingga kita bisa melihat perubahan tingkah laku manakah yang
sebenarnya merupakan akibat dari belajar.
3. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku dan hasilnya relatif
menetap
Belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap
(mantap) dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku
itu berupa performance yang nyata dan dapat diamati. Tentu saja,
perubahan akibat belajar itu membutuhkan waktu. Apabila kita ingin
melihat perubahan tingkah laku tersebut maka kita dapat membandingkan
cara seseorang bertingkah laku pada waktu A dengan caranya bertingkah
laku pada waktu B tetapi dalam suasana yang sama. Apabila tingkah laku
seseorang dalam suasana yang serupa itu berbeda, maka dapat dikatakan
telah terjadi "belajar".
c. Bentuk-bentuk belajar
1. Belajar responden
Belajar semacam ini terjadi karena suatu respon dikeluarkan oleh suatu
stimulus yang telah dikenal. Semua hal dalam lingkungan dapat menjadi
berpasangan dengan suatu stimulus yang menimbulkan respons
emosional. Kata-kata guru yang ramah atau kata-kata guru yang kasar
dapat menimbulkan perasaan senang atau perasaan takut. Adapun
contohnya adalah Doni dapat menjawab pertanyaan gurunya dengan tepat.
Guru merespon positif jawaban tersebut dengan memberikan senyuman
dan pujian. Pengalaman tersebut mengakibatkan Doni semakin giat
belajar. Senyum dan pujian guru ini merupakan stimulus tak terkondisi.
Tindakan guru ini menimbulkan perasaan yang menyenangkan bagi Doni
sehingga membuatnya lebih giat lagi dalam belajar. Contoh lain belajar
responden adalah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi
Rusia yang terkenal, yaitu Ivan Pavlov
2. Belajar kontiguitas
Belajar dalam bentuk ini tidak memerlukan hubungan stimulus tak
terkondisi dengan respons. Asosiasi dekat (contiguous) sederhana antara
stimulus dan respons dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku
individu. Hal ini disebabkan secara sederhana manusia dapat berubah
karena mengalami peristiwa-peristiwa yang berpasangan. Belajar
kontiguitas sederhana bisa dilihat jika seseorang memberikan respon atas
pertanyaan yang belum lengkap, seperti "dua kali dua sama dengan?"
Maka pasti bisa menjawab "empat". Itu adalah contoh asosiasi berdekatan
antara stimulus dan respon dalam waktu yang sama. Bentuk belajar
kontiguitas yang lain adalah stereotyping, yaitu adanya peristiwa yang
terjadi berulang-ulang dalam bentuk yang sama, sehingga terbentuk dalam
pemikiran kita. Seringkali sinetron televisi memperlihatkan seorang
ilmuwan dengan memakai kacamata, ibu tiri adalah wanita yang kejam,
maka sinetron televisi menciptakan kondisi untuk belajar stereotyping,
padahal hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
3. Belajar operant
Belajar bentuk ini sebagai akibat dari reinforcement, bukan karena adanya
stimulus, sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan ketika
organisme beroperasi dengan lingkungannya. Maksudnya, perilaku
individu dapat ditimbulkan dengan adanya reinforcement segera setelah
adanya respon. Respon ini bisa berupa pernyataan, gerakan dan tindakan.
Misalnya, respon menjawab pertanyaan guru secara sukarela, maka
reinforcer bisa berupa ucapan guru "bagus sekali", "kamu dapat satu
poin", dan sebagainya.
4. Belajar observasional
Konsep belajar ini memperlihatkan bahwa orang dapat belajar dengan
mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajari. Misalnya anak
kecil belajar makan itu dengan mengamati cara makan yang dilakukan
oleh ibunya atau keluarganya.
5. Belajar kognitif
Bentuk belajar ini memperhatikan proses-proses kognitif selama belajar.
Proses semacam itu menyangkut "insight" (berpikir) dan "reasoning"
(menggunakan logika deduktif dan induktif). Bentuk belajar ini
mengindahkan persepsi siswa, insight, kognisi dari hubungan esensial
antara unsur-unsur dalam situasi ini. Jadi, belajar tidak hanya timbul dari
adanya stimulus-respon maupun reinforcement, melainkan melibatkan
tindakan mental individu yang sedang belajar
d. Prinsip-Prinsip Belajar
Berikut prinsip-prinsip belajar sebagai mana pendapat Davies (1991):
1. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang
lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.
2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung
pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa
akan membuat proses belajar lebih berarti.
5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
e. Faktor-Faktor belajar
Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang
ada. Faktor-faktor kondisional tersebut adalah sebagai berikut.
1. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan
Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural
system (melihat, mendengar, merasakan, berpikir, dan sebagainya)
maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu
digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinyu dalam
kondisi serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.
2. Faktor latihan dan keberhasilan
Belajar memerlukan latihan, dengan jalan relearning (mempelajari
kembali), recalling (memangging/mengingat kembali), dan reviewing
(mereview kembali) agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali
dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.
Belajar siswa akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapat
kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil
ayau gagal dalam belajarnya. keberhasilan akan menimbulkan kepuasan
dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan
menimbulkan frustasi.
3. Faktor asosiasi
Faktor asosiasi (gabungan pengalaman) memiliki manfaat besar dalam
belajar. Semua pengalaman belajar antara yang baru dengan yang lama
secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan
pengalaman. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses
belajar. Pengalaman dan pengertian itu, menjadi dasar untuk menerima
pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.
4. Faktor kesiapan belajar
Siswa yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih
mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat hubungannya dengan
masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
5. Faktor minat dan usaha
Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada
belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu
karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan
dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa
adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.
6. Faktor-faktor fisiologis
Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar
dan berhasil tidaknya siswa belajar. Badan yang lemah, lelah, dan letih
akan menyebabkan kegiatan belajar tidak akan sempurna.
7. Faktor Intelegensi
Siswa cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih
mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-
ingatnya. Siswa cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat
mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa kurang cerdas,
mereka akan cenderung lebih lamban.
B. Konsep Dasar Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Menurut Munandar (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011, hlm.207)
menyatakan bahwa pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong
kreativitas anak secara keseluruhan, membuat peserta didik aktif, mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi
menyenangkan.
Atas dasar-dasar teori pembelajaran menurut para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa
dengan guru dan lingkungannya juga beserta seluruh sumber belajar yang
lainnya yang menjadi sarana belajar guna mencapai tujuan yang diinginkan
dalam rangka untuk perubahan akan sikap serta pola pikir siswa.
b. Tujuan pembelajaran
Dalam proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses kegiatan
secara berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik. Hal ini
sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses belajar agar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

C. Kaitan Belajar dan Pembelajaran


Kaitannya dengan proses pembelajaran, bentuk-bentuk belajar yang umum
dijumpai dalam proses pembelajaran antara lain:
1. Belajar abstrak
Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-
masalah yang tidak nyata.
2. Belajar keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakangerakan
motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf. Tujuannya adalah
untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
3. Belajar sosial
Belajar sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknikteknik
untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai
pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial.
4. Belajar pemecahan masalah
Belajar pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode ilmiah
atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognetif untuk memecahkan
masalah secara rasioanal, lugas, dan tuntas.
5. Belajar rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir
secara logis dan sistematis. Tujuannya ialah untuk memperoleh berbagai
kecakapan menggunakan prinsip dan konsep.
6. Belajar kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru
atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan,
selain menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman khusus, juga
menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh
sikap-sikap dan kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti
selaras secara kontekstual, serta selaras dengan norma dan tata nilai moral
yang berlaku.
7. Belajar apersiasi
Belajar apersiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai
suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah afektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara
tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apersiasi sastra, apersiasi
musik, dan sebagainya.
8. Belajar pengetahuan
Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan
mendalam terhada objek pengetahhuan tertentu. Tujuannya adalah agar
siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus
dalam mempelajarinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep belajar dan pembelajaran telah dibahas menurut tinjauan psikologi
yang dihubungkan dengan teori-teori pokok tentang belajar sehingga diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Belajar sebagai aktivitas psikofisik yang menghasilkan perubahan atas
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relatif konstan, dibedakan atas
belajar abstrak, belajar keterampilan, belajar sosial, belajar abstrak, belajar
kebiasaan, belajar apresiasi, dan belajar pengetahuan.
2. Pembelajaran merupakan aktivitas berproses melalui tahapan perancangan,
pelaksanaan, dimaknai sebagai interaksi peserta didik dengan pendidik sumber
belajar dalam suatu lingkungan belajar. Keberhasilan sebuah proses
pembelajaran ditentukan oleh ketiga komponen tersebut. Beberapa teori yang
dapat dijadikan landasan konsep pembelajaran antara lain teori Ilmu Jiwa Daya
yang beranggapan bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya seperti daya
mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi yang dapat dipertajam
secara fungsional untuk suatu hal dengan cara melatih semua daya yang
tersedia. Teori belajar Ilmu Jiwa Gestalt memandang bahwa keseluruhan lebih
penting dari bagian-bagian. Teori belajar Ilmu Jiwa Asosiasi memandang
bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon, dan memandang
bahwa segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil dari latihan-latihan
atau kebiasaan-kebiasaan terhadap perangsang-perangsang tertentu yang
dialami didalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin. .Psikologi Belajar.Cet. 7;Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2008.


Husamah, dkk. Belajar dan Pembelajaran. Cet 1;Malang:2016
Evelin, Hartini.Teori Belajar dan Pembelajaran. Cet. 4; Bogor: Ghalia Indonesia, 2015.
Ms Hanafy. (2014). Konsep Belajar dan Pembelajaran.http://media.penelitian.com. (diakses
pada tanggal 25 februari 2020 pukul 13.25)
Ms Hanafy. (2014). Konsep Belajar dan Pembelajaran.journal,uin.alauddin,ac,id. (diakses pada
tanggal 25 februari 2020 pukul 13.40)
A Pane. (2017).Belajar dan Pembelajaran.jurnal,iain-padangsidimpuan.ac.id. (diakses pada
tanggal 25 februari 2020 pukul 14.40)
Wilson, Peterson. (2006). Theories Of Learning Teaching What Do They Mean For
Educators.http://www.semanticscholar.org/paper/Theories-of-Learning-and-Teaching-
What-Do-They-Mean-Wilson-Peterson. (diakses pada tanggal 25 februari 2020 pukul
15.45)

Anda mungkin juga menyukai