Anda di halaman 1dari 34

ELEMEN-ELEMEN DASAR MENGAJAR

MAKALAH
(Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Belajar Dan Pembelajaran yang di
ampuh oleh Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd)

Oleh

ANDRIAN PATINGKI (411417033)

TALIB IDRUS (411417103)

JURIAH (411417079)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
JURUSAN MATEMATIKA
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang


telah memberikan banyak nikmat dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Elemen-Elemen Dasar Mengajar” dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.
Makalah ini telah kami selesaikan berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Gorontalo, 03 September 2018

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................ii

Daftra Isi................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3

A. Unsur-Unsur Belajar...................................................................3
B. Prinsip Umum Belajar.................................................................3
C. Tipe-Tipe Belajar........................................................................11
D. Tahap-Tahap Belajar Kognitif....................................................20

BAB III PENUTUP...............................................................................25

A. Kesimpulan..................................................................................25
B. Saran............................................................................................27

Daftar Pustaka

Lampiran

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan
pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses
melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari. Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikdan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaraan adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang
hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran
hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seseorang pesertadidik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga
menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan
yang melibatkan beberapa komponen.
Siswa Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan
isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur-unsur belajar ?
2. Apa yang dimaksud dengan prinsip umum belajar ?
3. Apa saja prinsip-prinsip belajar ?
4. Bagaimana cara mengimplikasikan prinsip-prinsip belajar ?
5. Apa saja tipe-tipe belajar berdasarkan Behavioristik ?
6. Apa saja tipe-tipe belajar yang dilandasi kognitivisme dan konstruktivisme
?
7. Bagaimana Hirarki belajar menurut Robert M. Gagne ?
8. Bagaimana cara melakukan tahapan belajar kognitif ?
9. Apa saja jenis-jenis pengetahuan ?
10. Bagaimana Cara mengaplikaikan setiap jenis pengetahuan ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui macam-macam unsure belajar
2. Untuk mengetahui prinsip umum belajar
3. Untuk memahami prinsip-prinsip belajar
4. Untuk mengetahui cara mengimplikasikan prinsip-prinsip belajar
5. Untuk mengetahui tipe0tipe belajar berdasarkan Behavioristik
6. Untuk mengetahui tipe-tipe belajaryang dilandasi kognitivisme dan
konstruktivisme
7. Untuk mengetahui Hirarki belajar menurut Robert m. Gagne
8. Untuk mengetahui tahapan belajar kognitif
9. Untuk mengetahui jenis-jenis pengetahuan
10. Untuk mengetahui cara mengaplikasikan setiap jenis pengetahuan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur-Unsur Belajar
Unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi sebuah
indikator keberlangsungan proses belajar. Cornbach sebagai penganut
Behaviorisme menyatakan dalam (Sukmadinata, dalam Suyono dan
Hariyanto, 2011:126), ada tujuh unsur utama dalam proses belajar yaitu:
(1) Tujuan, belajar dilakukan oleh setiap individu karena adanya suatu tujuan
dalam hidupnya yang ingin dicapainya, yang muncul karena adanya
kebutuhan; (2) Kesiapan, agar seseorang individu melaksanakan proses
belajar dengan baik, maka ia sangat membutuhkan kesiapan dalam dirinya,
(3) Situasi belajar terdiri dari lingkungan sekitar, tempat, alat dan bahan yang
dipelajari, guru/kepala sekolah, dll; (4) Interpretasi, yaitu melihat hubungan
antara komponen-komponen situasi belajar melihat makna/maksud
tersebut,kemudian menghubungkan dengan kemungkinan untuk mencapai
suatu tujuan; (5) Respon, berupa hasil yang terencana dalam sistematis, baik
berupa usaha cobacoba (trial and error); (6) Konsekuensi, berupa suatu
keberhasilan maupun suatu kegagalan sebagai konsekuensi yang dipilh oleh
seorang siswa; dan (7) Reaksi terhadap kegagalan, suatu kegagalan dapat
menurunkan minat, semangat, motivasi serta dapat memperkecil usaha-usaha
belajar berikutnya.Tetapi ada juga siswa yang semakin giat belajar dan
mencoba bangkit dari suatu kegagalan.
B. Prinsip Umum Belajar
Menurut pandangan awam, belajar adalah kegiatan seseorang yang
tampak dalam wujud duduk didalam kelas, mendengarkan guru, yang sedang
mengajar, menghafal sesuatu atau mengerjakan kembali apa yang telah di
perolehnya di sekolah. Tetapi, pandangan para ahli pendidikan tentang makna

6
belajar lebih luas lagi, misalnya dengan adanya konsep long-live education
bahwa seluruh gerakan dan tempat hidup siswa merupakan kegiatan belajar.
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar tang dikemukakan oleh parah
ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari
beberapa prinsip-prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif
berlku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran,
baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru
dalam meningkatkan mengajarnya. Sebagai kesimpulannya terhadap berbagai
prinsip belajar baik menurut konsep behaviorisme, Kognitivisme maupun
Konstruktivisme, (Sukmadinata, 2004:165-166) Menyamapaikan prinsip
umum belajar (sedikit di kembangkan) Sebagai berikut :
1. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan
perkembangan merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat
hubungannya. Dalam perkembangan dituntut belajar,
sedangangkan melalui belajar terjadi perkembangan individu yang
besar.
2. Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip
pembelajaran sepanjang hayat (Lifelong learning).
3. Keberhasilan belajar di pengaruhi oleh bawaan, lingkungan,
kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.
4. Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu harus
mengembangkan aspek kognitif, efektif dan psikomotor dan
keterampilan hidup (life skill).
5. Kegiatan belajar berlangsung disembarang tempat dan waktu.
6. Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru.
Belangsung dalam situasi formal, informal, dan nonformal.
7. Belajar yang terencana dan di sengaja menuntut motifasi yang
tinggi. Biasanya terkait dengan pemenuhan tujuan yang kompleks,

7
diharapkan kepada penguasaan, pemecahan masalah atau
pencapaian sesuatu yang bernilai tinggi.
8. Perbuatan belajar berfariasi dari yang paling sederhana sampai
dengan yang amat kompleks.
9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Hambatan dapat
terjadi karena beluam adanya penyesuaian individu dengan
tugasnya, adanya hambatan dan ligkungan, kurangnya motifasi,
kelelahan atau kejenuhan belajar.
10. Dalam hal tersebut belajar merupakan adanya bantuan dan
bimbingan dari orang lain. Orang lain itu dapat guru, orang tua,
teman sebaya yang kompoten dan lainnya.
a. Prinsip-prinsip belajar
Dari beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang bisa kita pakai
dalam upaya pembelajaran baik bagi siswa yang perlu meningkatkan
upaya belajarnya mupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
pengajarannya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motifasi, kreatifitas, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan,
tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan individual. (Dimyati
dan mudjiono, 2002:42)
1. Perhatian dan motifasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam belajar. perhatian
terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai
dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajar itu dirasakan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan., diperlukan untuk belajar lebih lanjut, akan
membangkitkan motifasi untuk mempelajarinya. Motifasi dibedakan
atas motifasi intrinsik dan motifasi ekstrinsik. Motifasi intrinsik adalah
tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Motif ekstrinsik adalahntenaga pendorong yang ada diluar perbuatan
yang dilakukannyan tetap menjadi penyertanya.

8
2. Keaktifan
Belajar tidak bisa dipastikan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepadam orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalami sendiri. Dalam setiap proses pembelajar,
siswa selalu menampakan keaktifannya mulai dari kegiatan fisik yang
berupa membaca, menulis, mendengarkan, berlatih keterampilan
hingga kegiatan psikis seperti memecahkan masalah, ,enyimpulkan
hasil percobaan, membandingkan satu konsep dengan konsep yang
lain, dan sebagainya.
3. Keterlibatan langsung/pengalaman
Dalam belaja melalui pengalamanlangsung siswa tidak hanya
sekedar mengalami secara langsung tetapiia harus menghayati, terlibat
langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar yang dikemukakan
oleh jhon dewey dengan “learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya
dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh
siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara
memecahkan masalah. Guru bertindak sebagai fasilitator dan
pembimbing.
4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya,belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggapi,
mengingat, menghayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Teori
lain yang meningkatkan pengulanhan adalah teori psikologi asosiasi
atau koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal thorndike. Ia
mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan antara stimulus
dan respon, dan pengulangan terhadap pengalamn itu memperbesar
peluang timbulnya respon benar.

9
5. Tantangan
Teori medan dati kurt lewin mengemukakan bahwa siswa dalam
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologi.
Dlam situasi belajar siswa menghadapi satu tujuan yang ingin dicapai,
tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka
timbul motif untuk menghadapi hambatan itu,yaitu dengan
mempelajari bahan belajar tersebut.
6. Balikan dan penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apaila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan
yang menyenangkan dan barpengaruh baik bagi usaha belajar
selanjutnya.
7. Perbedaan individual
Perbedaan individual berpengaruh terhadap cara dan hasil belajar
siswa. Karenanya, perbedaan individual perlu diperhatiakan oleh guru
dalam upaya pembelajaran. sistem pendidikan klasikal yang dilakukan
disekolah kita umumnya kurang memperhatikan masalah perbedaan
individul.pengajaran klasikal artinya seorang guru didalam kelas
menghadapi sejumlah besar siswan (30-40 orang) dalam waktu yang
sama menyampaikan bahan pelajaran yang sama pula. Bahkan
metodenyapun sama untuk seluruh anak tersebut.
b. Implikasi Prinssip-prinsip Belajar
 Implikasi prinsip belajar untuk siswa
1. Perhatian dan motifasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua
rangsangan yang mengarah kearah pencapaian tujuan belajar. Contoh
kegiatan atau perilaku siswa, baik fisik maupun psikis. Seperti
mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep sebelumnya

10
dengan konsep yang baru diterima, dan lain-lain yang harus dilakukan
secara sadar sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi.
2. Keaktifan
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-
perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,
menganalisis hasil percobaan, ingin tau hasil dari percobaan kimia,
dan lain-lain yang menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses
pembelajaran.
3. Keterlibatan lamgsung/berpengalaman
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan
mengerjakan tugas belajar yang diberikan. Misalnya ikut membuat
lapangan voli, melakukan reaksi kimia, berdiskusi membuat laporan,
dan lain-lain. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam
kegiatan belajar diharapkan dapat mewujudkan keaktifan siswa.
4. Pengulangan
Implikasi prinsip penguangan bagi siswa adalah kesadaran siswa
untuk bersediah mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu
macam permasalahan. Misalnya menghafal unsur-unsur kimia setiap
falens, mengerjakan sol-soal latihan, menghapal nama- nama latin
tumbuhan, atau menghapal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5. Tantangan
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan
dimiliknya kesadaranpadadiri siswa akan adanya kebutuhan untuk
selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, siswa
juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala
permasalahan yang dihadapinya. Bentuk perilakunya diantaranya
adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing
maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan satu masalah.

11
6. Baliakn dan penguatan
Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku
siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera
mencocokan jawaban dngan kunci jawaban. Menerima kenyataan
terhadap skor/nilai yang dicapai, menerima teguran dari guru/orang tua
karena hasil balajar yang jelek
7. Perbedaan individual
Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa adalah
menentukan tempat duduk dikelas dan menyusun jadwal pelajaran.
Ada anak yang belajar lebih eektif dengan membaca, adapula anak
yang mengerti dengan mendengarkan, atau dengan melakukan sebuah
percobaan.
 Implikasi prinsip belajar bagi guru
1. Perhatian dan motifasi
Implikasi prinsip perhatian bagi guru tampak pada perilaku seperti:
 Guru menggunakan metode secara berfariasi
 Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak menoton
 Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi
yang diajarkan.
Implikasi belajar motofasi bagi guru tampak pada perilaku seperti:
 Memilih bahan ajaran seperti minat siswa
 Menggudakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
 Megoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan memberitahukan
hasil kepada siswa.
2. Keaktifan
Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka
guru dapat melaksanakan perilaku-perilaku seperti:
 Menggunakan multi-metode dan multi media

12
 Memberikan tugas secara individu dan kelompok
 Mengadakan tanya jawab dan diskusi
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Perilakusebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman
di antaranya adalah:
 Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada
pembelajaran individual dan kelompok
 Menggunakan media yang langsung digukan oleh siswa
 Melibatkan siswa dalam mencari informasi atau pesan dari sumber
informasi diluar kelas atau sekolah
4. Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan
antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan
pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan. Perilaku
yang merupakan implikasi prinsip pengulangan antara lain:
 Merancangpelaksanaan pengulangan
 Mengembangkan atau merumuskan soal-soal latihan
 Membuat kegiatan pengulangan yang berfariasi
5. Tantangan
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan adalah:
 Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang
selesai disajikan
 Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan
generalisasi sendiri
 Meranang dan mengolah kegiatan eksperimen yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk melakukannya secara individual atau
dalam kelompok kecil.

13
6. Balikan dan penguatan
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru berwujud perilaku-
perilaku yang diantaranya adalah:
 Memberitahukan jawaban yang benar setiap mengajukan pwrtanyaan
yang telah dijawab siswa secara benar maupun salah
 Membagikan lembaran jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi,
disertai skor dan catatan-catatan bagi siswa
 Memberikan hadiah bagi siswa yang berhasil menyelesaikantugas.
7. Perbedaan individual
Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku
seperti:
 Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan
perilaku pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
 Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat
melayani kebutuhn siswa sesuai dengan karakteristiknya
 Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikn pesan
pembelajaran.
C. Tipe-Tipe Belajar
Belajar dapat terjadi karena pembiasaan (habituasi) seperti dalam
pengondisian klasik, terutama terjadi pada spesies-spesies binatang atau
sebagai hasil dari aktivitas yang kompleks, misalnya bermain yang hanya
ditunjukkan oleh makhluk-mahkluk yang berakal termasuk manusia. Belajar
dapat terjadi secara sadar ataupun tidak sadar. Pada manusia belajar melalui
pembiasaan (habituasi) ini dapat diamati kira-kira pada usia 32 mnggu
kehamilan dan seterusnya.
Bermain diyakini oleh banyak ahli sebagai bentuk awal belajar. Anak-
anak bermain, bereksperimen di dunia nyata, mempelajari atura-aturannya dan
belajar untuk saling berinteraksi. Vygotsky berpendapat bahwa bermain amat

14
penting bagi perkembangan anak, karena melalui bermain anak-anak
membangun makna tentang lingkungannya.
Jenis-jenis belajar yang dikembangkan oleh ahli pendidikan dan
psikologi cukup bayak. Di antaranya adalah, belajar sederhan tanpa asosiasi,
belajar asosiasi, belajar melalui pemberian kesan (imprinring), belajar
observasional,bermain, enkulturisasi, belajar dengan multimedia, e-learning,
belajar dengan menghafal (rote learning), belajar informal, belajar formal dan
belajar nnformal,belajar nonformal yang dikombinasi, serta belajar melalui
dialog, sejauh ini diidentifikasi minimal ada 15 jenis belajar.
a. Belajar Berdasarkan Behaviorisme
Seperti dinyatakan di depan paham Behaviorisme memiliki dampk
yang signifikan terhadap teori aupun praktik belajar dan penbelajaran.
Tipe-tipe belajar yang dilandasi behaviorisme antara lain sebagai
berikut :
a. Belajar Sederhana Tanpa Asosiasi
Ada dua macam, yaitu habituasi dan sensitisasi. Belajar denan
habutuasi ditengarai oleh adanya pengurangan probabilitas perilaku
respon secara progresif (progressive diminution) dengan pelatihan-
pelatihan dengan pengulangan stimulus.
b. Belajar Asosiasi
Belajar asosiasi adalah suatu proses dimana suatu materi pembelajarn
dipelajari melalui asosiasi dengan bahan-bahan pembelajaran yang
terpisah yang sudah dipelajari sebelumnya. Belajar asosiasi akan lebih
mudah jika ada keterkaitan antara materi pembelajaran yang baru
dengan yang sebelumnya. Disinalah perlunya ada apresiasi dan
refleksi.

15
c. Pengondisian Klasik (Classical Conditioning)
Seperti yang dikemukakan oleh Pavlov di depan. Belajar merupakan
suatu upaya untuk mengondisikan pembentukan suatu perilaku atau
respon terhadap sesuatu.
d. Pengondisian Operan (Operant Conditioning)
Berawal dari konsep B.F. Skinner, suda kita pelajari bahwa belajar
jenis ini berlainan dengan pengondisian klasik dari Pavlov.
Pengondisian operan terkait dengan modifikasi perilaku spontan.
Contoh belajar jenis ini yaitu belajar memebedakan (discrimination
learning), atau ada juga yang disebut sebagai belajar nirkeliru (errorles
learning).
e. Belajar Melalaui Kesan (Imprinting)
Istilah imprinting biasa digunakan dalam psikologi untuk
menggambarkan tahap-tahap sensitif dari belajar pada usia tertentu
atau pada fase kehidupan tertentu. Istilah ini digunakan untuk
menggambarkan keadaanpada saat seseorang mempelajari
karakteristik sejumlah stimulus, yang disebut menaruh kesan
(imprinted) terhadap sesuatu subjek.
f. Belajar Pengamatan (Observational Learning)
Ditengarai oleh adanya proses peniruan (imitasi) setelah mengamati
sesuatu. Seseorang mengulangi perilaku yang diamatinya dari orabg
lain. Misalnya belajar menari dengan mengamati instrukturnya, belajar
melukis dengan mengamati hasil lukisan orang lain. Manusia dapat
mengkopi tiga informasi sekaligus yang meliputi tujuan-tujuan dari
model (demonstrator), aktivitas model, dan dapamak kegiatan model
terhadap lingkungan. Melalui mengkopi ketiga jenis informasi ini
seorang bayi menyesuaikan dirinya (dalam perkembangannya) dengan
kultur di sekelilingnya.

16
g. Belajar Melalui Bermain
Bermain di nyatakan sebagai suatu perilaku yang tidak memiliki tujuan
khusus, tetapi mampu memperbaiki kinerja manusia jika menjumpai
kondisi yang mirip seperti itu pada masa depan. Contohnya, saat
seekor anak kucing bermain-main dengan segulung benang
memberinya sebuah pengalaman bagaimana menghadapi mangsanya
dimasa besar nanti. Bermain pada hakikatnya memboroskan energi,
sehungga harus diperoleh sesuatu kemamfaatan dalam bermain sebagai
timbalbaliknya. Bermain meningkatkan kesegaran jasmani dan
sekaligus memberikan manfaat bagi pembelajaran.
h. Belajar Tuntas
Walau saat ini konsep belajar tuntas juga diterapkan oleh aliran
kognitivisme maupun konstruktivisme, tetapi alasannya dari para
pendukung aliran behaviorisme. Belajar tuntas adalah sesuatu upaya
belajar dengan penekanan siswa harus menguasai seluruh bahan ajar.
Karena menguasai 100% bahan ajar amat sukar, maka yang di jadikan
ukura biasanya menguasai 85% tujuan atau kompetensi yang harus di
capai. Biasanya tiap jenis mata pelajaran menetapkan tingkat
ketuntasan yang berbeda sesuai dengan persepsi terhadap tingkat
kesukaran mata pelajaran tersebut. Dalam konsep KTSP kriteria ini
disebut sebagai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKm di setiap
sekolah, di setiap mata pelajaran umumnya memang berbeda,
penentuan KKm biasanya ditetapkan dalam rapat guru sesuai
pengalaman sekolah masing-masing serta standar yang ditetapkan
dalam standar kelulusan.
b. Belajar yang dilandesasi kognitivisme dan konrtuktivisme
Menurut aliran konstruktivisme yang sebenarnya juga berbasis
kognitivisme, belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui
setiap interaksi dengan lingkungan dengan membangun hubungan antara

17
konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang di pelajari
(Sutrisno, 1994 dalam Suyono dan Hariyanto, 2012:134). Menurut paham
Konstruktivisme ini antara lain :
a. Belajar memulai pembudayaan (Enculturation)
Pembudayaan adalah suatu proses dimana seseorang belajar tentang
sesuatu yang diperlukan oleh budaya yang mengelilingi
kehidupannya,sehingga dia memperoleh nilai-nilai dan perilaku yang
sesuai dan diperlukan dalam budaya semacam itu.
b. Belajar Menurut David P. Ausubel dan Floyd G. Robinson (1960)
1). Reception Learning (Belajar Menerima)
Bila dilihat dari sisi pengajar istilahnya menjadi mengajar ekspositori
(expository teachiang). Belajar jenis ini lebih berpusat kepada guru,
bahan pelajaran disusun dan disiapkan dalam bentuk jadi serta
disampaikan oleh guru. Murid tinggal menerima, pasif, copy paste
terhadap apa yang disampaikan oleh guru, meraka menghafal dan
mencoba memahami apa yang disampaikan guru.
2). Rote Learning (Belajar Menghafal)
Belajar menghafal adalah suatu teknik pembelajaran yang
mengabaikan pemahaman yang mendalam dan kompleks serta
inferensi dari subjek yang dipelajari. Belajar jenis ini difokuskan
kepada kepada aktivitas menghafal, mengulang-ngulang terhadap apa
yang dibaca atau didengarnya. Istilah lainnya dari pembelajaran ini
adalah dengan pengulangan ( learning by repetation).
3). Discovery Learning (Belajar Menemukan)
Ada yang menyebutkan sebagai belajar inkuiri (inquiry learning), yaitu
suatu kegiatan belajar yang mengemukakan aktivits anak. Inkuiri
menekankan kepada proses mencarinya, sedangkan diskaveri
(menemukan) menekankan kepada penemunya. Strategi belajar ini
memadukan konsep psikologi naturalistic romantic dan kognitif

18
gestalt. Dalam strategi ini, bentuk bahan ajar tidak dijadikan sebagai
bahan jadi, tetapi dapat brupa bahan setengah jadi bahkan seperempat
jadi. Bahan pembelajaran dinyatakan sebagai rangkain pertanyaan
terstruktur yang harus dijawab oleh siswa.
4). Meaningful Learning (Belajar Bermakna)
Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama,
karakteristik bahan yang di pelajari, kedua adalah struktur kognitif dari
individu pembelajar. Bahan baru yang akan dipelajari tentu saja akan
mengubah struktur kognitif siswa haruslah bermakna, atrinya dapat
berwujud istilah yang memiliki makna,konsep-konsep yang bermakna,
atau hubungan antara dua atau lebih konsep yang memiliki makna.
Bahan baru yang akan dipelajari hendaknya dihubungkan denga
struktur kognitif siswa secara subtansial dan beraturan. Substansial
artinya bahan yang dihubungkan harus sejenis atau sama substansinya
dengan yang sudah ada pada struktur kognitif. Beraturan berarti
mengikuti aturan yang sesuai dengan sifat bahan tersebut. Hal lain
yang menentukan adalah siswa harus memiliki kemauan
menghubungkan konsep baru tersebut dengan struktur kognitifnya
sendiri secara substansial dan beraturan pula.
c. Hirarki Belajar Menurut Robert M. Gagne
Robert M. gagne merupakan salah seorang penganut aliran psikologi
tingkah laku. Gagne memiliki pandangan bahwa belajar merupakan
perubah tingkah laku yang kegiatannya mengikuti suatu hirarki
kemempuan yang dapat diobservasi atau diukur. Oleh karena itu, Teori
brlajar yang dikemukakan Gagne dikenal sebagai teori hirarki belajar
(Siroj,2006 dalam Firdaus, 2010).
Teori hiraki belajar ditemukan oleh Robert M. Gagne yang didasarkan
atas hasil riset tentang factor-faktor yang kompleks pada proses belajar
manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk menentukan teori

19
pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep
hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh
pelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau
lebih kompleks. Orton dalam warsita Hirarki belajar menurut Gagne harus
disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai dengan menetapkan
kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu
tujuan dalam proses pembelajaran diuncak hirarki belajar tersebut, diikuti
kemampuan, keterampilan atau kemampuan prasyarat yang harus mereka
kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau
pengetahuan diatasnya. Hirarki ini juga memungkinkan prasyarat yang
berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula.
Gagne membedakan delapan tipe belajar yang turut secara hirarki,
mulai dari tipe belajar yang sederhan sampai dengan tipe belajar yanag
lebih kompleks. Kemampan belajar pada tingkat tertentu ditentukan oleh
kemampuan belajar di tingkat sebelumnya. Kedelapan tipe belajar
dikemukakan berikut ini (Siroj, 2006 dalam Firdaus 2010)
1) Belajar Isyarat (signal learning)
Belajar isyarat adalah sesuatu dengan tidak sengaja yaitu sebagai
akibat dari suatu ransangan yang dapat menimbulkan reaksi tertentu.
Dari signal yang dilihat atau didengarnya, anak akan member
respontertentu. Belajar isyarat ini mirip dengan conditioning menurut
Pavlov dan timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Respon yang
timbul bersifat umum, kabur, dan emosional. Misalnya, siswa menjadi
senang belajar matematika karena gurunya bersifat ramah dan
humoris.
2) Belajar Stimulus-respons (stimulus-response learning)
Belajar stimulus-respons adalah belajar yang disengaja dan responnya
seringkali secara fisik(motoris). Respons atau kemampuan yang timbul
tidak diperoleh dengan tiba-tiba melainkan melalui pelatihan-

20
pelatihan. Respons itu dapat diatur dan dikuasai. Misalnya, Seorang
siswa dapat menyelesaikan suatu soal seytelah memperhatikan contoh
penyelesaian soal yang serupa oleh gurunya.
3) Rantai atau Rangkaian (chaining)
Belajar rantai atau rangkaian (gerak, tingkah laku) adalah belajar yang
menunjukkan kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau lebih
hasil belajar stimulus-respons secara berurutan. Chaining terbatas
hanya pada serangkaian gerak, bukan serangkaian produk bahasa lisa.
Misalnya, siswa belajar melukis garis melalui dua titik melalui
rangkain gerak : mengambil pensil, membuat dua titk sembarang
memegang penggaris, meletakkan penggaris tepat disamping kedua
titik, kemudian menarik ruas garis melalui kedua titik.
4) Asosiasi Verbal (verbal Association)
Belajar asosiasi verbal adalah tipe belajar yang menggabungkan hasil
belajar yang melibatkan unit bahasa (lisan) seperti memberi nama
sebuah objek/benda. Sebagai contoh, bila diperlihatkan suatu bentuk
geometris, seorang siswa mengatakan bentuknya adalah persegi.
Sebelumnya, ia harus dapat membedakan bentuk-bentuk geometris
agar dapat mengenal persegi sebagai salah satu bentuk geometris.
Hubungan itu terbentuk bila unsur-unsur itu terdapat dalam urutan
tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi (contiguity).
5) Belajar Diskriminasi (discrimination lerning)
Belajar diskriminasi atau memperbedakan adalah belajar untuk
membedakan hubungan stimulus-respons agar dapat memahami
berbagai objek fisik dan konsep. Ada dua macam belajar diskriminasi,
yaitu belajar diskriminasi tunggal dn diskriminasi jamak. Sebagai
contoh belajar diskiminasi tunggal, Siswa dapat meembedakan
lambang  dan  dalam opersi himpunan. Belajar diskriminasi jamak,

21
misalnya siswa dapat membedakansudut dan sisi pada segitigalancip,
siku-siku, dan tumpul, atau pada segitiga sama sisi, sama kaki, dan
sembarang.
6) Belajar Konsep (concept learning)
Belajar konsep adala belajar memahami sifat-sifat bersama dari benda-
benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan menjadi
satu jenis. Untuk mempelajari suatu kinsep, anak harus mengalami
berbagai situasi dan stimulus tertentu. Pada tipe belajar ini, mereka
dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang
termasuk atau tidak termasuk dalam suatu konsep. Melalu pemahaman
konsep siswa mampu mengidentifikasi benda lain yang berbeda
ukuran, warna maupun materinya, namun masi memiliki karakteristik
dari objek itu sendiri. Sebagai contoh siswa dikatakan telah belajar
konsep himpunan jika ia telah dapat menunjukkan kumpulan objek
yang merupakan contoh himpunan atau bukan contoh himpunan.
7) Belajar Aturan (rule learning)
Belajar aturan adalah tipe belajar yang memungkinkan peserta didik
dapat menghubungkan dua konsep atau lebih untuk membentuk suatu
aturan. Harus diingat, mengenal aturan tanpa memahaminya akan
merupakan verbal-cahin saja, dan hal ini merupakan cara pembelajaran
yang keliru. Seorang siswa dikatakan telah belajar aturan jika ia telah
mampu mengaplikasikan aturan itu. Misalnya, dalam matematika
siswa dapat memahami bahwa (a+b)(a – b) = a2 – b2 berdasarkan
konsep-konsep sebelumnya, seperti perkalian dua bilangan berbeda
tanda, dan penjumlahan/pengurangan dua bilangan.
8) Memecahkan Masalah (problem solving)
Belajar mmemecahkan ,asalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi
dan lebih kompleks dibandingkan dengan tipe belajar yang lain.
Dalam belajar pemecahan masalah, ada empat langkah penting dalam

22
proses pemecahan masalah menurut polya (dalam pirdaus, 2007) yaitu
(1) Memahami masalahnya, dalam arti menentukan apa yang diketahui
dan apa yang dinyatakan, (2) Merencanakan cara penyelesaiannya, (3)
melaksakan rencana, dan (4) menafsirkan atau mengecek hasilnya,
siswa harus memiliki pemahaman sejumlah konsep dan aturan. Selain
itu, siswa juga harus memiliki strategi yang dapat memberikan arah
pada memberikan arah pada pemikirannya untuk memecahkan
masalah itu.
D. Tahap-Tahap belajar kognitif
a. Tahapan Belajar Kognetif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetic, artinya proses yang didasarkan atas mekenisme biologis dari
perkembangan system syaraf. Semakin bertambah umur seseorang, makin
komplek susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya
(Travers, 1976:5). Sehingga ketika dewasa seseorang akan mengalami
adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget
membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu :
a) Asimilasi
Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah
ada. Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip
penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka
terjadilah proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah
ada dipahami oleh anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang
akan dipahami anak).
b) Akomodasi
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya :

23
siswa ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan
sebuah soal perkalian.
c) Equilibrasi
Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus
berkembang dan menambah ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga stabilitas
mental dalam dirinya, maka diperlukan roses penyeimbang. Tanpa proses
ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan
tidak teratur, sedangkan dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan
mampu menata berbagai informasi yang diterima dengan urutan yang
baik, jernih, dan logis.
b. Jenis-jenis Pengetahuan
Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantara nya :
1) Pengetahuan langsung (immediate);
Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir
dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis
(penganut paham Realisme) mendefinisikan pengetahuan seperti itu.
2) Pengetahuan tak langsung (mediated);
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan
proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang kita
ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan
penafsiran dan pencerapan pikiran kita.
3) Pengetahuan indrawi (perceptual);
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui
indra-indra lahiriah.
4) Pengetahuan konseptual (conceptual);
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi.
Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu
konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal

24
tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi
saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara
keduanya merupakan aktivitas pikiran
5) Pengetahuan partikular (particular);
Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek
tertentu, atau realitas-realitas khusus.
6) Pengetahuan universal (universal).
Pengetahuan universal mencakup individu-individu yang berbeda.

Dalam filsafat Islam, pengetahuan itu hanya dibagi dua, yakni ilmu
hudhuri dan hushuli. Dengan berdasarkan pada pembagian pengetahuan di
atas, apabila kita ingin menyingkronkan pembagian pengetahuan menurut
filsafat Islam, maka pengetahuan langsung (immediate) tersebut sama
halnya dengan pengetahuan hudhuri dan pengetahuan tak langsung
(mediated), pengetahuan indrawi, pengetahuan konseptual, pengetahuan
partikular, pengetahuan universal tersebut dikategorikan sebagai
pengetahuan hushuli.
c. Aplikasi dan Contoh Setiap Jenis Pengetahuan
1. Pengetahuan Langsung
Umumnya dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu
sebagaimana adanya, khususnya perasaan ini berkaitan dengan
realitas-realitas yang telah dikenal sebelumnya seperti pengetahuan
tentang pohon, rumah, binatang, dan beberapa individu manusia.
Namun, apakah perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang
sama sekali belum pernah dikenal dimana untuk sekali meilhat kita
langsung mengenalnya sebagaimana hakikatnya?. Apabila kita sedikit
mencermatinya, maka akan nampak dengan jelas bahwa hal itu
tidaklah demikian adanya.

25
2. Pengetahuan Tidak Langsung
hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-
pengalaman yang lalu. Apa yang kita ketahui dari benda-benda
eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan pencerapan
pikiran kita
3. Pengetahuan Indrwi
Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan
objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan
akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan bahwa hubungan
kita dengan alam eksternal melalui media indra-indra lahiriah ini, akan
tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto dimana gambar-gambar dari
apa yang diketahui lewat indra-indra tersimpan didalamnya. Pada
pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh,
seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya
anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lain-lain), dan
pikiran yang mengubah benda-benda partikular menjadi konsepsi
universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adad istiadad). Dengan
faktor-faktor tersebut tidak bisa dikatakan bahwa pengetahuan indrawi
hanya akan dihasilkan melalui indra-indra lahiriah.
4. Pengetahuan konseptual (conceptual);
Pengetahuan konseptual tidak terpisah dari pengetahuan indrawi.
Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu
konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal
tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Maka dari Alam luar dan
konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di
antara keduanya merupakan aktivitas pikiran
5. Pengetahuan partikular (particular);
Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu,
maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular itu sendiri.

26
6. Pengetahuan universal (universal).
Sebagai contoh, ketika kita membincangkan tentang manusia dimana
meliputi seluruh individu (seperti Muhammad, Ali, hasan, husain,),
ilmuwan yang mencakup segala individunya (seperti ilmuwan fisika,
kimia, atom, dan lain sebagainya), atau hewan yang meliputi semua
indvidunya (seperti gajah, semut, kerbau, kambing, kelinci, burung,
dan yang lainnya).

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi sebuah
indikator keberlangsungan proses belajar. Cornbach sebagai penganut
Behaviorisme menyatakan dalam (Sukmadinata, 2004:157), ada tujuh
unsur utama dalam proses belajar yaitu: (1) Tujuan, belajar dilakukan
oleh setiap individu karena adanya suatu tujuan dalam hidupnya yang
ingin dicapainya, yang muncul karena adanya kebutuhan; (2)
Kesiapan, agar seseorang individu melaksanakan proses belajar
dengan baik, maka ia sangat membutuhkan kesiapan dalam dirinya, (3)
Situasi belajar terdiri dari lingkungan sekitar, tempat, alat dan bahan
yang dipelajari, guru/kepala sekolah, dll; (4) Interpretasi, yaitu melihat
hubungan antara komponen-komponen situasi belajar melihat
makna/maksud tersebut,kemudian menghubungkan dengan
kemungkinan untuk mencapai suatu tujuan; (5) Respon, berupa hasil
yang terencana dalam sistematis, baik berupa usaha cobacoba (trial
and error); (6) Konsekuensi, berupa suatu keberhasilan maupun suatu
kegagalan sebagai konsekuensi yang dipilh oleh seorang siswa; dan (7)
Reaksi terhadap kegagalan, suatu kegagalan dapat menurunkan minat,
semangat, motivasi serta dapat memperkecil usaha-usaha belajar
berikutnya.Tetapi ada juga siswa yang semakin giat belajar dan
mencoba bangkit dari suatu kegagalan.
Sebagai kesimpulannya terhadap berbagai prinsip belajarbaik
menurut konsep behaviorisme, Kognitivisme maupun
Konstruktivisme, (Sukmadinata, 2004:165-166) Menyamapaikan
prinsip umum belajar (sedikit di kembangkan) Sebagai berikut :
1. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan
perkembangan merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat

28
hubungannya. Dalam perkembangan dituntut belajar,
sedangangkan melalui belajar terjadi perkembangan individu yang
besar.
2. Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip
pembelajaran sepanjang hayat (Lifelong learning).
3. Keberhasilan belajar di pengaruhi oleh bawaan, lingkungan,
kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.
4. Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu harus
mengembangkan aspek kognitif, efektif dan psikomotor dan
keterampilan hidup (life skill).
5. Kegiatan belajar berlangsung disembarang tempat dan waktu.
6. Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru.
Belangsung dalam situasi formal, informal, dan nonformal.
7. Belajar yang terencana dan di sengaja menuntut motifasi yang
tinggi. Biasanya terkait dengan pemenuhan tujuan yang kompleks,
diharapkan kepada penguasaan, pemecahan masalah atau
pencapaian sesuatu yang bernilai tinggi.
8. Perbuatan belajar berfariasi dari yang paling sederhana sampai
dengan yang amat kompleks.
9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Hambatan dapat
terjadi karena beluam adanya penyesuaian individu dengan
tugasnya, adanya hambatan dan ligkungan, kurangnya motifasi,
kelelahan atau kejenuhan belajar.
10. Dalam hal tersebut belajar merupakan adanya bantuan dan
bimbingan dari orang lain. Orang lain itu dapat guru, orang tua,
teman sebaya yang kompoten dan lainnya.

29
B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat, untuk meyempurnakan
makalah yang sederhana ini penulis sangat mengharapkan saran dan
krtik dari pembaca agar tersempurnanya makalah ini.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat
member manfaat untuk pemabaca khususnya untuk penulis sendiri.
Terimakasih

30
Daftar Pustaka

http// : www. Pendidikan.Blogspot.com/2016/05/Jenis-jenis Pengetahuan


Mudjiono dan Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. 2002. Jakarta.
Prof. Dr. Suyono, MPd. Dan Drs. Haryanto, M.S. Belajar dan Pembelajaran.
PT Remaja Rosdakarya. 2011. Bandung.

31
Lampiran

Pertanyaan dan jawaban

1. Apa yang dimaksud dengan unsur-unsur belajar?


Jawaban: unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi sebuah
indiktor keberlangsungan proses belajar.
2. Sebutkan 7 unsur utama dalam proses belajar!
Jawaban: (1) Tujuan,
(2) Kesiapan,
(3) Situasi belajar terdiri dari lingkungan sekitar, tempat, alat dan bahan yang
dipelajari, guru/kepala sekolah, dll;
(4) Interpretasi,
(5) Respon,
(6) Konsekuensi, dan
(7) Reaksi terhadap kegagalan
3. Jelaskan yang dimaksud dengan perhatidan dan motifasi dalam prinsip-prinsip
belajar?
Jawaban: Perhatian mempunyai peranan penting dalam belajar. perhatian
terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai
dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajar itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan., diperlukan untuk belajar lebih lanjut, akan membangkitkan
motifasi untuk mempelajarinya. Motifasi dibedakan atas motifasi intrinsik dan
motifasi ekstrinsik. Motifasi intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan. Motif ekstrinsik adalahntenaga pendorong
yang ada diluar perbuatan yang dilakukannyan tetap menjadi penyertanya.
4. Bagaimana cara siswa agar dapat terlibat langsung dalam proses
pembelajaran?

32
jawaban: para siswa dituntut untuk tidak segan dalam mengerjakan tugas yang
diberikan misalnya, ikut membuat lapangan voli, membuat reaksi kimia,
berdidkusi membuat laporan dan lain-lain.
5. Apa saja yang harus diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan
pengimplikasian prinsip belajar perhatian?
Jawaban:
• Guru menggunakan metode secara berfariasi
• Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak menoton
• Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang
diajarkan Implikasi belajar motofasi bagi guru tampak pada perilaku seperti:
• Memilih bahan ajaran seperti minat siswa
• Menggudakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
• Megoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan memberitahukan hasil
kepada siswa.
6. Apa yang dimaksud dengan stimulus-response?
Jawaban: Stimulus-response learning (belajar melalui stimulus-respon)
Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang
diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-
ulang dengan stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat
sebagai akibat stimulus tersebut.
7. Apa yang dimaksud dengan belajar memulai pembudayaan menurut paham
konstruktifisme
Jawaban: Pembudayaan adalah suatu proses dimana seseorang belajar tentang
sesuatu yang diperlukan oleh budaya yang mengelilingi
kehidupannya,sehingga dia memperoleh nilai-nilai dan perilaku yang sesuai
dan diperlukan dalam budaya semacam itu.
8. Sebutkan tahap-tahap belajar kognitif!
Jawaban: (1). Asimilasi (2). Akomodasi (3). Equilibrasi
9. Apa perbedaan pengetahuan langsung dan pengetahuan tidak langsung?

33
Jawaban: Pengetahuan immediate atau pengetahuan langsung adalah
pengetahuan yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan
pikiran sedangkan Pengetahuan mediated atau pengetahuan tidak langsung
adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-
pengalaman yang lalu.
10. Apa yang dimaksud dengan belajar menurut aliran konstruktifisme?
Jawaban: belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap
interaksi dengan lingkungan dengan membangun hubungan antara konsepsi
yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang di pelajari

34

Anda mungkin juga menyukai