Kata pengantar.....................................................................
Daftar isi..............................................................................
BAB1...................................................................................
1.3. Tujuan...................................................................
BAB2...................................................................................
Pembahasan materi.......................................................
BAB3....................................................................................
Penutup................................................................................
A.Kesimpulan...............................................................
B.Saran........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.4Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas kelompok Belajar dan Pembelajaran
Untuk dijadikan bahan dalam kegiatan Diskusi
Untuk mengetahui Prinsip belajar dan Implikasinya dalam pembelajaran
serta Hakikat pembelajarab bahasa dan Manfaat mempelajari bahasa
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PRINSIP BELAJAR
Prinsip Belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan
pendidik agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri.
Dan juga, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan
berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan
dengan baik antara pendidik dan peserta didik.
Prinsip Kesiapan
Yang dimaksud dengan prinsip kesiapan yaitu proses yang dipengaruhi kesiapan
siswa atau kondisi siswa yang memungkinkan ia dapat belajar.
Prinsip Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi atau keadaan dari peserta didik untuk mengatur arah
kegiatan dan memelihara kondisi tersebut.
Prinsip Persepsi
Prinsip Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup dan dipengaruhi
oleh perilaku individu itu sendiri. Setiap individu dapat melihat dunia dengan
caranya sendiri yang berbeda dari yang lain.
Prinsip Tujuan
Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh setiap individu. Tujuan ini
harus lebiah jelas tergambar dalam pikiran dan dapat diterima oleh setiap peserta
didik dalam proses pembelajaran itu terjadi.
Perhatian mempunyai peranan sangat penting dalam kegiatan belajar peserta didik.
Perhatian dalam proses belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhannya. Apabila perhatian ini tidak ada pada siswa, maka
siswa ini perlu dibangkitkan lagi perhatiannya. Selain itu juga, perhatian digunakan
sebagai pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan) terhadap suatu terhadap
suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar tersebuat akan
semakin baik dan hasilnya akan semakin baik juga. Dan oleh sebab itu, guru harus
selalu berupaya agar perhatian siswa terpusat pada pelajaran.
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar
membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam
perbuatan, bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe, apalagi
sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe.
2.1.9 Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi
selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif
untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut.
Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia
akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada
anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan
belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar
haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya.
3.1.2 Keaktifan
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung
siswa dalam proses pembelajaran.
3.1.4 Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti. Dari pemyataan inilah pengulangan masih diperlukan
merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Itulah yang merupakan implikasi
dari prinsip pengulangan.
3.1.5 Tantangan
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada
diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses. Dan
mengolah pesan. Sclain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar
terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa
yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan
eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu
pemecahan suatu masalah.
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah
benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan
tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce)
bagi penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya
adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima
kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari
gurulorang tua karena hasil belajar yang jelek.
Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989).
Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu
dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis
tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan
strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian
pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan
prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus
memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran
yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan
belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran
pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan
dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Hal ini relevan dengan kurikulum 2004
bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu
membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah
keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang
dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi
kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, dalam kurikulum 2004
untuk SMA dan MA, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia secara umum meliputi:
Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara
Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan
fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-
macam tujuan, keperluan, dan keadaan
Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,dan
kematangan sosial
Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis)
Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui
prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan
pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam
kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai
berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila
Diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat
Diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara
komunikatif dalam berbagai macam aktivitas
Bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk,
keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa
Ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan
budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran
Jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya
Jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka
Jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri.
4.1.2 Strategi Pembelajaran Bahasa
Pembicaraaan mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari
pembicaraan mengenai pendekatan, metode, dan teknik mengajar. Machfudz
(2002) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert,
1972) menjelaskan sebagai berikut.
Pendekatan Pembelajaran
Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori
tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber
landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan
asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-
unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam
suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis
dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan
pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori
linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari
pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan
berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis linguistik
menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa
menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang
disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).
Metode Pembelajaran
Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi
pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan
suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-
langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan
pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil
belajar.
Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
Strategi pengorganisasian isi pembelajaran
Strategi penyampaian pembelajaran
Startegi pengelolaan pembelajaran
2.2.3 Teknik Pembelajaran
Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian
implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran
dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa
berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat (trik) untuk menyajikan pelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi,
individual, dan situasional.
Saksomo (1983) menyebutkan teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
antara lain
Ceramah
Tanya—jawab
Diskusi
Pemebrian tugas dan resitasi
Demonstrasi dan eksperimen
Meramu pendapat (brainstorming)
Mengajar di laboratorium
Enduktif, inkuiri, dan diskoveri
Peragaan, dramatisasi, dan ostensif
Simulasi, main peran, dan sosio-dram
Karya wisata dan bermain-main
Eklektik, campuran, dan serta—merta.
B.SARAN
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata
sempurna. Akan tetapi bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar
harapan yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat
memberikan sumbangsi pada suatu saat terhadap makalah tema yang
sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua selaku pelajar.