Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran


Dosen Pengampu : Dr. Hamdani, M.Pd

Oleh:

Ana Mustika Dewi (F1041181016)


Wenti Rochyani (F1041181033)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahualayhi wa salam yang kita
nantikan syafa’atnya kelak diakhirat nanti.

Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah belajar dan
pembelajaran dengan dosen pengampu Pak Hamdani. Penulis menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna dan terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, penulis mengharapkan ktirik dan saran supaya nantinya makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.

Pontianak, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Pengertian Prinsip Belajar............................................................2


B. Prinsip-prinsip Belajar..................................................................3

BAB III PENUTUP 9

A. Kesimpulan 9

DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.
Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami, hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan
belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati
oleh orang lain. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan dalam aspek
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif).
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.
Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang
berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip
maupun teori belajar.
Prinsip belajar adalah landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi
agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta
didik.
Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa
maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian prinsip belajar?
2. Bagaimana prinsip dari belajar?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian prinsip belajar
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari belajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PRINSIP BELAJAR

1. Pengertian Prinsip

Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama (Badudu&Zein,


2001:1089)

Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah
Djanilus, 1993)

2. Pengertian Belajar
Walra, rochmat, 1999:24 : Belajar ialah Suatu aktifitas atau pengalaman
yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat
permanen
Moh. Surya (1997) : “belajar diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian
yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang
muncul karena pengalaman”.
Wingkel, 1987 : “belajar adalah suatu aktifitas mental & psikis dalam
berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri
sendiri.”Belajar adalah suatu proses/usaha sadar yang dilakukan olehindividu untuk
menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap dan nilai) maupun psikomotor (keterampilan) sebagai hasil
interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Pengertian Prinsip Belajar

Prinsip Belajar Menurut Gestalt  : Adalah suatu transfer belajar antara


pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi
belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik
akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori dan
pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.

Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies : Suatu komunikasi terbuka


antara pendidik dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang
bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang
diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan siswa.

Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa prinsip belajar adalah landasan


berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan
Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik

B. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja
tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori – teori dan
prinsip – prinsip belajar tentu agar bisa bertindak secara tepat. Dalam perencanaan
pembelajaran, prinsip – prinsip belajar dapat mengungkap batas – batas
kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran,
pengetahuan tentang teori dan prinsip – prinsip belajar dapat membantu guru dalam
memilih tindakan yang tepat. Banyak teori dan prinsip – prinsip belajar yang
dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan
juga perbedaan. Prinsip – prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung / berpengalaman, pengulangan tantangan, balikan
dan penguatan serta perbedaan individual. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar
yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan
dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip
yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun
bagi guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya. Secara umum prinsip-prinsip
belajar berkaitan dengan:

1. Perhatian dan motivasi


Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan
yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi.
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan
sehari – hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila
perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang.

Demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbet L, 1986: 3). Motivasi dapat
merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi
merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik
dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai
alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil
belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam
bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan.

Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan
dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalan,
kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku
manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan
hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tridak bertentangan dengan nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata
pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan
yang dilakukannya tetapi menjadi penyertaanya. Sebagai contoh, siswa belajar
sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah. Naik
kelas dan mendapat ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.

2. Keaktifan
Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar
yang harus dipahami, didasari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses
pembelajaran. Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa dalam
setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan
secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan.
Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru bahwa
pada prinsipnya anak- anak adalah makhluk yang aktif. Individu merupakan
manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak
secara kodrati itu akan dapat berkembang kearah yang positif bilamana
lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu.
Keadaan ini menyebabkan setiap guru perlu menggali potensi – potensi
keberagaman siswa melalui keaktifan yang mereka aktualisasikan dan selanjutnya
mengarahkan aktifitas mereka kearah tujuan positif atau tujuan pembelajaran.
Ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran sangat memungkinkan
keaktifan siswa menjadi tidak tumbuh subur, bahkan mungkin justru menjadi
kehilangan keaktifannya.
Menurut teori belajar kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat
aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja
tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari,
menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses
belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan .

3. Keterlibatan Langsung
Keterlibatan langsung siswa di dalam proses pembelajaran memiliki
intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar
aktif mendengar, mengamati, dan mengikuti akan tetapi terlihat langsung di dalam
melaksanakan suatu percobaan, peragaan atau mendemonstrasikan sesuatu. Dengan
keterlibatan langsung ini berarti siswa aktif mengalami dan melakukan proses
belajar sendiri. Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60 % sesuatu
yang diperoleh dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar
Dale dalam penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam
kerucut pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung.
Keterlibatan langsung memberi banyak sekali manfaat baik manfaat yang
langsung dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut, maupun
manfaat jangka Panjang setelah proses pembelajaran terjadi. Sebagaimana telah
banyak dibahas pada bagian sebelumnya, terutama berkaitan dengan teori – teori
belajar, bahwa belajar pada hakikatnya adalah suatu perubahan. Perubahan –
perubahan sebagai akibat hasil belajar sebagian dapat di lihat pada waktu relatif
singkat, bahkan bersamaan dengan kegiatan belajar itu sendiri. Namun sebagian
besar perubahan hasil belajar tersebut dapat diamati atau perubahannya
memerlukan waktu yang lama. Perubahan tingkah laku dalam waktu yang cepat
sebagai akibat terjadinya proses belajar misalnya perubahan – perubahan motorik
atau aspek - aspek keterampilan. Anak belajar merapikan buku, meraut pensil,
memegang pensil yang benar. Berkenaan dengan aspek kognitif, misalnya anak
belajar membaca, berhitung, menulis dan sebagainya. Perubahan – perubahan
sebagai hasil belajar berkenaan dengan aspek – aspek diatas, pada umumnya dapat
dilihat dalam waktu yang singkat, meskipun proses menjadi lebih baik juga
memerlukan waktu yang lama. Perubahan – perubahan tingkah laku yang
memerlukan waktu yang lama, misalnya melatih kemampuan berpikir kritis,
merubah sikap, pengembangan aspek – aspek emosional. Bilamana proses belajar
untuk mencapai perubahan – perubahan tersebut melibatkan peran langsung siswa,
maka akan terjadi perubahan – perubahan yang lebih cepat karena siswa terlibat di
dalam mengalami sendiri, atau mempraktekkan sendiri dimensi – dimensi
kemampuannya. Dengan demikian pula sekaligus siswa mengetahui kemampuan –
kemampuan dirinya, sehingga memungkinkan tumbuhnya dorongan atau motivasi
untuk mengembangkan diri.
4. Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap
prinsip belajar pengulangan ini adalah teori Psikologi Daya. Berdasarkan teori ini,
belajar adalah melatih daya – daya yang ada pada manusia yang meliputi daya
berpikir, mengingat, mengamati, menghapal, menanggapi atau sebagainya. Melalui
latihan – latihan maka daya – daya tersebut semakin berkembang. Sebaliknya
semakin kurang pemberian latihan, maka daya – daya tersebut semakin lambat
perkembangannya.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori Psikologi
Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal Thorndike dengan
salah satu hukum belajarnya “Low of exercise”, yang mengemukakan bahwa
belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons. Dengan pengulangan,
pengalaman – pengalaman belajar maka akan semakin memperkuat hubungan
stimulus dan respons. Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respon, tidak
saja disebabkan oleh adanya stimulus, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena
adanya stimulus yang dikondisikan. Dalam konteks ini dikondisikan dapat diartikan
dengan dibiasakan. Belajar merupakan salah satu bentuk upaya untuk
mengkondisikan atau membiasakan suatu perilaku. Sebagai contoh, anak – anak
sekolah dasar diharuskan untuk berbaris setiap kali bel atau lonceng berbunyi,
sehingga pada kesempatan lain meskipun tidak disuruh berbaris, setiap kali
mendengar bunyi bel masuk, mereka selalu berbaris.
Mengajar pada hakikatnya adalah membentuk suatu kebiasaan, sehingga
melalui pengulangan – pengulangan siswa akan terbiasa melakukan sesuatu dengan
baik sesuai perilaku yang diharapkan. Agar kebiasaan itu menjadi efektif , maka
seseorang terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan berkenaan dengan sesuatu
yang dilakukan. Suatu tindakan tertentu dapat tumbuh subur menjadi kebiasaan
bilamana didukung dengan motivasi atau keinginan yang kuat untuk melakukan
secara terus menerus.

5. Tantangan
Teori medan (Field theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa
dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam
situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila
hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk
dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbullah
motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar
haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung
masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep –
konsep, prinsip – prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha
mencari dan menemukan konsep – konsep, prinsip – prinsip dan generalisasi
tersebut.

6. Balikan atau Penguatan


Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari
teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner melalui Teori Operant Conditioning
dan salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “Law of effect”. Menurut hukum
belajar ini, siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dabn
mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya – upaya belajar
berikutnya. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak hanya muncul karena
penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong oleh penguatan yang
tidak menyenangkan, dengan kata lain penguatan positif atau negatif dapat
memperkuat belajar.
Didalam proses pembelajaran sehari – hari sebagian besar guru seringkali
mengembalikan berkas pekerjaan siswa dengan mencantumkan nilai atau skor
tertentu dari hasil pekerjaannya. Sebagian guru yang lain tidak terbiasa
mengembalikan pekerjaan siswa beserta hasil koreksinya, sehingga siswa – siswa
tidak mengetahui hasil yang mereka dapatkan. Padahal menurut Skinner
pemberitahuan kepada siswa tentang hasil yang mereka dapatkan sangat penting
untuk menumbuhkan motivasi belajar mereka. Nilai yang baik dapat merupakan
operant conditioning atau penguatan positif. Demikian pula jika siswa tidak
mendapatkan nilai yang baik, juga akan memberikan manfaat dalam rangka
mendorong aktivitas belajar yang lebih giat lagi. Anak yang mendapatkan nilai
yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut jika tidak naik kelas. Perasaan
takut karena khawatir tidak naik kelas, maka anak terdorong untuk belajar lebih
giat. Dalam keadaan ini rasa takut tidak naik kelas dapat mendorong anak belajar
lebih giat, dan keadaan ini dinamakan penguatan negatif atau escape conditioning.
Memberi penguatan merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk
perilaku yang dapat mendorong munculnya openingkatan kualitas tingkah laku
pada waktu yang lain. Sebagai contoh, ketika seorang siswa berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik, lalu guru mengatakan atau memberi pujian “bagus, tugasmu
sungguh baik, rapi dan diselesaikan dengan tepat waktu”. Cara tersebut mempunyai
arti penting untuk membesarkan hati siswa dan mendorong motivasinya guna lebih
giat mengerjakan pekerjaan agar lebih baik pada waktu – waktu berikutnya.
Memberikan penguatan dan balikan merupakan hal yang kedengarannya
sederhana dan mudah, akan tetapi seringkali tidak terlalu mudah untuk dilakukan
oleh setiap guru. Hambatannya bisa dalam berbagai bentuk yang berbeda. Beberapa
guru mungkin belum terbiasa melakukannya, sangat mungkin karena anggapan
mereka yang belum menempatkan “penguatan” sebagai sesuatu yang penting dalam
proses pembelajaran. Karena itu perlu upaya – upaya latihan agar keadaan tersebut
menjadi terbiasa untuk dilakukan.

7. Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis meskipun mereka itu kembar, setiap individu pasti memiliki
karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini
merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Berbagai factor dalam diri individu
berkembang melalui cara – cara yang bervariasi dan oleh karena itu menghasilkan
dinamika karakteristik individual yang bervariasi pula.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Sistem Pendidikan klasikal yang dilakukan disekolah kita kurang memperhatikan
masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas
dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata – rata, kebiasaan
yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan individual
dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Antara lain penggunaan metode atau
strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan – perbedaan
kemampuan siswa dapat terlayani. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran
klasikal adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran
bagi siswa yang pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak – anak yang
kurang . disamping itu dalam memberikan tugas – tugas hendaknya disesuaikan
dengan minat dan kemampuan siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang
maupun kurang akan merasakan berhasil didalam belajar.

 
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi
agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan
peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi
siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
Terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai
dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya maupun bagi guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya. Secara umum
prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan dan perbedaan individual.
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2008. “Belajar dan Pembelajaran”. Bandung: Alfabeta.


Dimyati; Mudjiono. 2006. “Belajar dan Pembelajaran”. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Anonymous. (2012, 1 Oktober). Prinsip-prinsip Belajar. Diperoleh, 15 Februari
2020, dari http://matakuliahbelajardanpembelajaran.blogspot.com/2012/10/makalah-
prinsip-prinsip-belajar-dan_7842.html

Anda mungkin juga menyukai