Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HAKIKAT BELAJAR DAN HAKIKAT PEMBELAJARAN


Disusun untuk memenuhi tugas
Belajar dan Pembelajaran

Dosen pengampu:Dr. Harlen Simanjuntak,M.Pd.

Disusun oleh kelompok 1


1.Ferdin Harapan Gulo (22110085)
2.Jelita Christy Sianipar (22110067)
3.Neni Lasinta Lumban Siantar (22110071)
4. Elprida Ginting (22110091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukkur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, Dengan Rahmatnya
dan pertolongannya kami dapat menyelesaikan makalah tugas kelompok mata kuliah
Belajar dan pembelajaran.
Makalah ini berisi tentang konsep belajar dan pebelajaran dan prinsip belajar, semoga
dengan adanya makalah ini,kita dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita dalam
mempelajari belajar dan pembelajaran. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari
banyak kekurangan dan kekhilafan, masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya.
Namun demikian kami telah berupaya dengan segala kemampuan sehingga dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kami dengan segala kekurangan ini
membutuhkan kritik dan saran guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam belajar dan hasilnya dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Medan, September 2023

Kelompok 1

2
DAFTRA ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................ 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 4
1.3 TUJUAN ................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5


1.1 HAKIKAT DAN CIRI-CIRI BELAJAR ............................................................. 5
A. PENGERTIAN BELAJAR .......................................................................... 5
1. BEHAVIORISME ........................................................................................ 6
2. KOGNITIVISME ........................................................................................ 7
3. TEORI BELAJAR PSIKOLOGI SOSIAL .................................................. 7
4. TEORI BELAJAR GAGNE ........................................................................ 8

B. CIRI-CIR TUJUAN BELAJAR .................................................................. 9

C. MASALAH-MASALAH INTERNAL BELAJAR................................... 10


1. CIRI KHAS KARAKTER SISWA .......................................................... 11
2. SIKAP TERHADAP BELAJAR ............................................................. 11
3. MOTIVASI BELAJAR ............................................................................ 12
4. KONSENTRASI BELAJAR ................................................................... 12
5. MENGOLAH BAHAN AJAR................................................................. 12
6. MENGALI HASIL BELAJAR ................................................................ 13
7. RASA PERCAYA DIRI ........................................................................... 13
8. KEBIASAAN BELAJAR ........................................................................ 14

BAB III KESIMPULAN............................................................................................ 23


KESIMPULAN .......................................................................................................... 23
SARAN ........................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1,1 Latar Belakang


Pendidikan pada dasarnya berfungsi untuk membantu peserta didik dalam
pengembangan dirinya,yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan,serta
karakteristik pribadinya kearah yang positif,baik bagi diri maupun lingkungannya
.Proses pendidikan agaknya tidak luput dari beberapa aktivitas diantaranya adalah
belajar dan pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan kegiatan fundamental dalam proses
pendidikan, di mana terjadinya proses belajat tidak terlepas dari proses
mengajar.kegiatan belajar sering dikaitkan dengan mengajar,bahkan antara belajar dan
mengajar digabungkan menjadi pembelajaran dan sering juga disebut dengan proses
belajar mengajar .Belajar pada siswa ,merupakan tuntutan dasar bahkan dapat dikatakan
sebagai dasar psikologis.
Proses belajar merupakan suatu kegiatan interaksi yang dinamis antara pendidik
yang melaksanakan kegiatan belajar.Proses interaksi ini sangat penting dalam
kelangsungan proses belajar, karena dalam proses belajar pendidik menyampaikan
suatu pesan berupa pengetahuan,keterampilan,sikap dan etika kepada para peserta didik
melalui interaksi

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep belajar dan pembelajaran?
2. Bagaimana strategi pembelajaran?
3. Bagaimana hakikat belajar dan pembelajaran?
4. Bagaimana contoh-contoh hakikat dan pembelajaran?
5. Bagaimana ciri-ciri belajar untuk mengatasi belajar kesulitan siswa?

1.4 Tujuan
1. Dapat memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru
2. Mengetahui minat belajar
3. Mengetahui perubahan apa saja yang dialami porses dalam belajar dan
pembelajaran
4. Dapat mengetahui pengertian belajar dan pembelajaran

4
BAB II
PEMBAHASAN

1,1 HAKIKAT DAN CIRI CIRI BELAJAR


A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk kedalam didalamnya
belajar bagaimana belajar seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatan bahwa
82% anak-anak yang masuk sekolah pada 5-6 tahun memiliki citra diri yang positif
tentang kemampuan belajar mereka sendiri.

Tetapi angka tertinggi tersebut menurun drastis menjadi 18% waktu usia meraka 16
tahun. Konsekuensinya, 4 dari 5 remaja dan orang dewasa memulai dari
pengalaman belajar yang baru dengan perasaan ketidak kenyamanan
(Nicol,2002:37)

Ada beberapa termiologi yang terkait dengan belajar yang sering kali menimbulkan
keraguan dalam penggunannya terutama di kalangan siswa atau mahasiswa, yakni
terminologi tentang mengajar, pembelajaran dan belajar oleh karena itu, untuk
mendalami hakikat belajar pada bagian ini ada baiknya terlebih dahulu kita bahas
secara singkat beberapa istilah ini.

Pengertian belajar dapat ditemukan dalam berbagai sumber atau literatur.dalam


sebuah buku “Guindance of learning activites” merumuskan pengertian belajar
sebagai perubahan tingkah laku pada diri indivu berkat adanya interaksi anatara
individu dengan individu dan individu dan lingkungannya sehingga meraka mampu
berinteraksi pada lingkungannya. Dalam buku education psyckology,

5
h.c.witherington, menemukakan bahwa belajar adalah suatu pola baru dari reaksi
berubah percakapan, sikap kebiasaan, keperibadian atau suatu pengertian.dalam
sebuah situs tentang pengertian belajar, abdilah (2002) mengindentifikasi sejumlah
pengertian belajar yang bersumber dari para ahli pendidikan pembelajaran. Jameso
witter mengemukakan belajar proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman dalam kesimpulan dikemukakan abdila (2002),
belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek- aspek
kognitif, efektif dan psikomorik untuk memproleh tujuan tertentu jika simpulan dari
sejumlah pandangan dan definis tentang belajar (Wragg,1994) kita ditemukan
beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut:
Pertama, belajar menunjukan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau
disengaja oeleh sebab itu pemahanan kita pertama yang sangat penting adalah
bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh
pembelajar sendiri dalam bentuk suatau aktifitas tertentu. Aktifitas ini menunjuk
pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada
aspek aspek jasmania maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya
perubahan pada dirinya

Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.lingkungan


dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek obyek lain yang memungkinkan
individu memperoleh pengetahuan atau pengalaman pengalaman ,baik pengalaman
atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan
sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian Kembali bagi individu tersebut
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi

Ketiga,hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkahlaku .walaupum tidak


semua perubahan tingkahlaku merupakan hasil belajar,akan tetapi aktifitas belajar
umumnya disertai perubahan tingkahlaku.
Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan khusus
pada belajar, diantaranya: (a)behaviorisme, (b) kognitivisme, (c) teori belajar
psikologi sosial (d) teori belajar Gagne.

1.Behaviorisme
Skinner beranggapan bahwa perilaku manusia yang dapat diamati secara
langsung adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya (semiawan), 2002
:3 suatu proses yang bersifat mekanistik dari otomatik tanpa membicarakan apa
yang terjadi selama itu didalam diri siswa yang belajar.
Sebagaimana pada kebanyakan aliran psikologi belajar lainnya,behaviorisme
juga melihat bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku ciri yang
paling mendasar dari aliran ini adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi
adalah berdasarkan paragdigma S-R (Stimulus Responds) yaitu suatu proses yang
memberikan responds tertentu terhadap sesuatu yang dating dari luar.
Proses S-R terdiri beberapa unsur dorong (drive)
1.Seseorang merasakan adnya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.

6
2.Rangsangan (stimulus) seorang diberikan stimulus yang akan
menyebabkannya memberikan respons.
3.Respons dimana seseorang memberikan reaksi atau respons terhadap stimulus
yang diterimanya dengan melalukan suatu Tindakan yang dapat diamati.
4.Unsur penguatan Reinvoceement yang perlu diberikan seseorang agar ia
merasakan adanya kebutuhan untuk memberkan respon lagi.

6. Kognitivisme

Kognitisme merupakan salah satu teori belajar yang dalam berbagi pembahasan
juga sering disebut model kognitif (cognitive model) atau model perseptual
(perceptual model) menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang dilakukan
seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamanya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut kognitivisme
diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan
pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku.
Teori ini menekankan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan
dengan konteks seluruh situasi tersebut. karena teori ini menekankan kebermaknaan
keseluruhan sesuatu dari pada bagian-bagian, maka belajar dipandang sebagai
proses internal yang mencakup ingatan,retensi,pengolahan informasi,emosi dan
faktor-faktor lain. Proses belajar disini mencakup antara lain pengaturan stimulus
yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk
didalam pikiran seseorang berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Menurut Piaget, perkembangan intelktual melalui empat tahap-tahap berikut;


a. Tahap Sensori motor (0,0-2,0 tahun)
b. Tahap Pra-operasional (2,0-7,0 tahun)
c. Tahap operasional konkret (7,0-11,0 tahun)
d. Tahap operasional (11,0-ke atas)

Pada tahap sensori motor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik
dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaaan, dan pergerakannya pada tahap pra-operasional, anak
mengandalkan diri pada perpesi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan
simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan
menggolongkan pemikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis, walau kadang-
kadang memecahkan masalah secara” trial and error”. Pada tahap operasi formal
anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa

7. Teori Belajar Psikologi Sosial


Pandangan psikologi sosial secara mendasar menggungkapkan bahwa belajar pada
hakikatnya merupakan suatu proses alami. semua orang mempunyai keinginan
untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain. Hal ini pada dasrnya
disebabkan karena setiap orang memiliki rasa ingin tahu ingin menyerap informasi,
ingin mengambil keputusan serta ingin memecahkan masalah.

7
Setiap orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan tujuan yang menjadi motivator
penting untuk proses belajarnya. Belajar akan kebutuhan dan pribadi orang yang
belajar, serta ia diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas belajarnya sendiri.
Karena itu peserta didik harus diberi kesempatan untuk memilih sendiri apa yang
akan dipelajarinya, dan kapan ia akan mempelajarinya.

Menurut teori belajar psikologi sosial proses belajar jarang sekali merupakan proses
yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi melalui interaksi-interaksi.
Interaksi tersebut dapat;
1. Searah (one dierectional) yaitu bagaimana adanya stimulus dari luar
menyebabkan timbulnya respons,
2. Dua arah, yaitu apabila tingkah laku yang terjadi merupakan hasil interaksi
antara individu yang belajar dengan lingkungannya, atau sebaliknya.

Didalam prose pembelajaran terlihat nyata bahwa suasana kelompok belajar,


adanya persaingan dan Kerjasama, kebebasan atau perasaan terkekang, nilai-
nilai yang dianut kelompok akan memberikan pengarah yang besar terhadap
keberhasilan maupun kepuasaan orang yang belajr. Proses belajar yang
mengikutsertakan emosi dan persaan peserta didik ternyata mampu memberikan
hasil lebih baik dibandingkan dengan hanya manipulasi stimuli dari luar.

4. Teori Belajar Gagne


Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang anatara
behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan
informasi. Menurut Gagne cara berpikir seseorang tergantung pada;
a) Keterampilan apa yang telah dimilikinya.
b) Keterampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu
tugas

Gagne menyimpulkan ada lima macam hasil belajar,


1. Keterampilan intelektual atau pengetahuan procedural yang mencakup
belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diproleh melalui
penyajian materi di sekolah
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah baru
dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam
memperhatikan, belajar,mengingat, dan berpikir.
3. Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu
dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang
relevan
4. Keterampilan motoric, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinaskan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah
laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan
serta faktor intelektual.

8
B. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar
Belajar dapat didefenisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap
dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Defenisi ini mencakup tiga unsur,
yaitu;
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku
2. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena Latihan atau pengalaman.
3. Perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen atau tetap ada untuk waktu
yang cukup lama.

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal
tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.
Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya
proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, akan tetapi
tidak dapat pahami oleh guru. Proses belajar tersebut tanpk perilaku siswa mempelajari
bahan belajar. Perilaku belajar tersebut merupakan respon siswa terhadap tindakan
mengajar atau tindakan pembelajaran dari guru. Ada beberapa ahli yang mempelajari
ranah-ranah tersebut dengan hasil pengolongan kemampuan-kemampuan pada ranah
kognif afektif dan psimotorik secara hirakis dianataranya para ahli yang mendalamin
ranah-ranah kejiwaan tersebut adalah bloom,krathwoal dan simson. hasil penelitian
mereka dikenal taksonomi instruksional bloom dkk tergolong pelopor yang
menkategorikan jenis perilaku hasil belajar

Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari 3 ranah


A. Ranah Kognif (bloom pdk) yang mencakup 6 jenis atau tingkatan perilaku
B. Ranah Afektif ( Krathwohl,bloom dkk) yang mencakup 5 jenis perilaku
C. Ranah Psikomotor (Simson) yang terdiri dari 7 perilaku atau kemampuan
psikomotorik

Ranah Kognif (bloom pdk) terdiri dari 6 jenis perilaku


A. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah
dipelajari dan bersifat didalam ingatan pengetahuan tersebut dapat berkembang
dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah teori,prinsip dan metode
B. Pemahaman, mencakup kempuan menangkap sari dan makna hal-hal yang
dipelajari.
C. Penerapan, mencakup pengetahuan menerapkan metode, kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini misalnya tanpa dalam
kemampuan menggunakan prinsip
D. Analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagiaan-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami denga baik
E. Sintesis mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tanpa
didalam kemampuan menyusun suatu program kerja
F. Evaluasi mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu sebagai contoh kemampuan menilai hasil karangan

9
C. Masalah-Masalah Belajar

A. Masalah - masalah internal belajar


mengacuh pada beberapa pandangan tentang belajar sering kali
dikemukakan bahwa masalah belajar baik intren maupun ekstren dapat dikaji
dari dimensi buruk maupun dari dimensi siswa masalh belajar dapat terjadi
pada waktu sebelum belajar,selama proses belajar dan sesudah belajar

1. Ciri khas karakter siswa


Masalah masalah belajar yang berkenan dengan dimensi siswa sebelum belajr
pada umumnya berkenan dengan minat kecakapan dan pengalaman
pengalaman.bila mana siswa memiliki minat yang tinggi untuk belajar maka
iya akan berupaya mempersiapkan hal hal yang berkaitan dengan apa yang akan
di pelajari secara lebih baik. Hal ini misalnya dapat dilihat dari kesediaan siswa
untuk mencatat pelajaran,memepersiapkan buku,alat alat tulis atau hal hal yang
diperlukan. Namun bila mana siswa tidak meiliki minat belajar maka tersebut
tercendrung mengabaikan kesiapan nya untuk belajar misalnya kurang peduli
apakah ia membawa buku pelajaran atau tidak, tersedia tidaknya alat-alat
tulis,apabila mempersiapkan materi yang perlu untuk mendukung pemahaman
materi-materi baru yang akan dipelajari. Demikian pulac pengalaman siswa
juga akan turut menentukan muncul tidaknya masalah belajar sebelum kegiatan
belajar dimulai. Siswa-siswa yang memiliki luar pengalaman yang baik
mendukung materi pelajaran yang akan dipelajari, tidak memiliki banyak
masalah sebelum belajar dan dalam proses belajar selanjutnya. Namun bagi
siswa yang kurang memiliki pengalaman yang terkait dengan mata pelajaran
atau materi yang akan dipelajari akan menghadapi masalah belajar, terutama
berkaitan dengan kesiapannya untuk belajar.

2. Sikap terhadap belajar

10
Dalam kegiatan belajar, sikap dalam proses belajar, terutama sekali ketika
memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan
karena aktivitas belajar selanjutnya banyak ditentukan oleh sikap siswa
ketika akan memulai kegiatan belajar siswa memiliki sikap menerima atau
berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik. Namun bilamana yang
lebih akan memulai pelajaran, maka siswa cenderung kurang
memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.

Sikap terhadap belajar juga Nampak dari kesungguhan mengikuti pelajaran,


atau sebaliknya bersikap acuh terhadap aktivitas belajar. Misalnya acuh
dengan penjelasan guru, tidak serius ketika bertanya/ mengemukakan
pendapat mengerjakan tugas berprinsip “asal jadi”. Dalam hal ini siswa
tidak berupaya menyelesaikan tugas sesuai dengan kapasitas kemampuan
optimalnya. Karena itu disarankan agar guru dapat mencermati secara
sungguh-sungguh sikap siswa memberikan kesan positif tentang belajar
termasuk manfaat bagi siswa dalam kaitan dengan pencapain hasil belajar
yang lebih baik mencapai cita-cita yang mereka diinginkan.

3. Motivasi Belajar
Motivasi didalam kegiatan belajar merupakan yang dapat menjadi tenaga
pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada
pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar.
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan Nampak melalui kesungguhan
untuk terlibat di dalam proses belajar, antara lain Nampak melalui keaktifan
bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran mencatat,
membuat resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan Latihan-latihan
dan evaluasi sesuai dengan tuntunan belajar. Didalam bentuk ketahanan atau
ketekunan belajar, kesungguhan dalam menyimak isi
pelajaran,kesungguhan dalam menyimak isi pembelajaran, kesungguhan
dan ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Sebaliknya
siswa-siswa yang tidak tau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang
mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh
didalam mengerjakan tugas. Sikap yang kurang positif didalam belajar ini
semakin Nampak ketika tidak ada orang lain (guru,orang tua) yang
mengawasinya. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah
belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar
yang diharapkan.

4. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang sering kali
tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selai diri individu yang
sedang belajar. Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui
aktivitas seseorang belum tentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya
sedang individu tersebut pikirkan.

11
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indicator adanya masalah belajar yang
dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil
belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat konsentrasi
dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, disamping
menuntut ketelatenan guru. Akan tetapi dengan bimbingan, perhatian serta
bekal kecakapan yang dimiliki guru, maka secara bertahap hal ini akan dapat
dilakukan.

5. Mengolah Bahan Ajar


Mengolah bahan ajar dapat diartiakn sebagai proses berpikir seseorang
untuk mengolah informasi-informasi yang diterima sehingga menjadi
bermakna. Dalam kajian konstruktivisme mengolah bahan belajar atau
mengolah informasi merupakan kemampuan penting agar seseorang dapat
mengkonsruksikan pengetahuannya sendiri berdasarkan informasi yang
telah ia dapatkan. Dalam proses pembelajaran, makna yang dihasilkan dari
prose pengolahan pesan merupakan hasil bentukan siswa sendiri yang
bersumber dari apa dibahas sebelumnya, secara substansial, belajar
bukanlah aktivitas menghimpun fakta atau informasi, akan tetapi lebih
kepada pengembangan pemikiran -pemikiran baru. Dalam hal keadaan ini,
maka kemampuan siswa mengolah bahan belajar merupakan kemampuan
yang harus terus didorong dan dikembangkan agar siswa semakin
perkembangan serta kemampuan berpikir yang sangat berguna untuk
menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru.

6. Menggali Hasil Belajar


Dalam kegiatan belajar pembelajaran kita sering mendengar bahkan
mengalami sendiri dimana kita merasakan kesulitan menggali Kembali hasil
belajar yang sebelumnya sudah kita temukan atau kita ketahui. Pesan yang
sudah kita terima tidak secara otomatis dapat kita panggil Kembali, karena
didalam mekanisme otak ada suatu proses yang harus dilalui untuk dapat
menggali Kembali pesan-pesan yang telah diterima dan disimpan
sebelumnya. Suatu proses menggali hasil belajar. Kesulitan didalam
mengolah pesan-pesan baru yang memiliki keterkaitan dengan pesan-pesan
lama yang telah diterima sebelumnya.

Jika kita cermati Kembali bagan” sistem kesadaran dan belajar” seperti telah
ditampilkan sebelumnya, kita dapat memahami bahwa kesulitan didalam
menggali Kembali atau mengatifkan Kembali pesan-pesan yang telah
dipelajari bukan merupakan suatu aktifitas yang terpisah. Kesulitan ini
memiliki keterkaitan dengan proses penyimpanan dan kemampuan dan cara
menggali pesan itu sendiri. Bilamana dalam proses penerimaan pesan, maka
siswa mengalami hambatan atau kesulitan di dalam proses penerimaan
pesan, maka siswa tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
sesuatu yang dipelajri.

7. Rasa Percaya Diri

12
Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang
berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran.
Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan
atau terlibat di dalam suatu aktifitas tertentu di mana pikirannya terarah
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkannya. Dari dimensi
perkembangan, rasa percaya diri dapat tumbuh dengan sehat bilamana ada
pengakuan dari lingkungan. Itulah sebabnya maka di dalam proses
pendidikan dan pembelajaran, baik di lingkungan rumah tangga maupun
disekolah, orang tau atau guru hendaknya dapat menerapkan prinsip-prinsip
pedagogis secara tepat terhadap anak.

8. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam
dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas
belajar yang dilakukannya. Ada beberapa bentuk perilaku yang
menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai
pada sejumlah siswa seperti,
A. Belajar tidak teratur.
B. Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-tergesa)
C. Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian.
D. Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap
E. Tidak terbiasa membuat ringkasan.
F. Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
G. Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di
dalam menyelesaikan tugas.
H. Sering dating terlambat.
I. Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok)

Sejalan dengan pandangan diatas, Misunita (2008) mengemukakan


bahwa kesukaran belajar dapat dikelompokan berdasarkan tahapan-
tahapan dalam pengolahan informasi, yaitu;

1. Input: kesukaran belajar pada kategori ini berkaitan dengan


masalah peneriman informasi melalui alat Indera, misalnya
perespsi visual dan auditory.
2. Integration: kesukaran tahap ini berkaitan dengan memori/
ingatan. Kebayakan masalah dalam kategori ini berkaitan dengan
short-ternm memory yang membuat seseorang mengalami
kesulitan dalam mempelajari materi baru tanpa banyak
pengulangan.
3. Storage: tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan. Kebanyakan
masalah dalam kategori ini berkaitan dengan short-ternm memory
yang membuat seseorang mengalami kesulitan dalam mempelajari
materi baru tanpa banyak pengulangan.
4. Output: informasi yang telah diproses oleh otak akan muncul
dalam bentuk respon melalui kata-kata, yaitu output bahasa,

13
aktifitas otot, misalnya menulis, atau menggambar. Kesulitan
dalam output bahasa mengakibatkan masalah dalam bahasa lisan,
misalnya menjawab pertanyaan yang diharapkan dimana seseorang
harus menyampaikan Kembali informasi yang disimpan,
mengorganisasikan bentuk pikirannya dalam bentuk kata. Kata.
B. Faktor-Faktor Eksternal Belajar
Keberhasilan belajar siswa di samping ditentukan oleh faktor-faktor internal juga turut
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Faktor eksternal adalah segala faktor yang
ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar
yang dicapai siswa. Sebagai contoh, sebut saja seseorang siswa bernama Rudi. Ia
adalah salah seorang siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik, karena ia
belajar setiap hari secara teratur dan selalu memanfaatkan waktu yang tersedia dengan
sebaik-baiknya untuk menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan guru-guru
disekolah. Karena itu kita dapat memahami bahwa hasil belajar disamping ditentukan
oleh faktor intern, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern. Faktor-faktor ekstern
yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah;
1. Faktor Guru
Dalam proses pembelajaran, kehadiran guru masih menempati posisi penting,
meskipun di tengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah ke dunia
pendidikan. Dalam berbagai kajian diungkapkan bahwa secara umum
sesungguhnya tugas dan tanggung jawab guru mencakup aspek yang luas, lebih dari
sekedar melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Parkey (1998: 3).
mengemukakan bahwa guru tidak hanya sekedar sebagai guru di depan kelas, akan
tetapi juga sebagai bagian dari organisasi yang turut serta menentukan kemajuan
sekolah bahkan di masyarakat.

Dalam ruang lingkup tugasnya, guru dituntut untuk memiliki sejumlah


keterampilan terkait dengan tugas-tugas yang dilaksanakannya. Bila disimpulkan
dari pendapat maka kita dapat menemukan beberapa faktor yang menyebabkan
semakin tingginya tuntutan terhadap keterampilan-keterampilan yang harus
dikuasai dan dimiliki oleh guru.

Faktor pertama adalah karena cepatnya perkembangan dan perubahan yang


terjadi saat ini terutama perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi. Implikasi
bagi guru adalah di mana guru harus memiliki keterampilan-keterampilan yang
cukup untuk mampu memilih topik, aktivitas dan cara kerja dari berbagai
kemungkinan yang ada. Guru-guru juga harus mengembangkan strategi
pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga
mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam batas- batas yang
ditentukan sebagai anggota kelompok.

Faktor kedua adalah terjadinya perubahan pandangan di dalam masyarakat yang


memiliki implikasi pada upaya-upaya pengem- bangan pendekatan terhadap siswa.
Sebagai contoh banyak guru yang memberikan motivasi seperti mendorong anak-
anak bekerja keras di sekolah agar nanti mereka memperoleh suatu pekerjaan yang

14
baik, tidak lagi menarik bagi mereka. Dalam konteks ini gagasan tentang
keterampilan mengajar yang hanya menekankan transmisi pengetahuan dapat
menjadi suatu gagasan yang miskin dan tidak menarik.

Faktor ketiga adalah perkembangan teknologi baru yang dan mampu menyajikan
berbagai informasi yang lebih cepat dan menarik. ini Perkembangan-perkembangan
menguji fleksibilitas adaptabilitas guru untuk memodifikasi gaya mengajar mereka
dalam mengakomodasi sekurang-kurangnya sebagian dari perkembangan baru
tersebut yang memiliki suatu potensi untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Tuntutan terhadap penguasaan sejumlah keterampilan oleh guru harus lebih
mendapat perhatian, utamanya bilamana pembelajaran yang dilakukan diarahkan
lebih mendalam pada pengembangan aspek-aspek sikap (afektif). Reece dan Walker
(1997; 92) mempertegas pernyataannya bahwa kawasan afektif adalah daerah yang
paling sulit dan relatif kurang literatur menyangkut sikap. Sikap dapat diajarkan
melalui pemberian contoh, misalnya bilamana guru sering terlambat, maka
siswapun akan berbuat yang sama. Dalam hal [07.18, 19/9/2023] Neni Lasinta: ini
siswa menggunakan guru sebagai "model" dan oleh karena itu kita harus hati-hati
akan hal ini. Pembelajaran yang baik tidak dapat dipahami terutama hanya dari
sebuah pengetahuan dan keterampilan- keterampilan, sebab sentral dari
pembelajaran tersebut mencakup tindakan-tindakan moral dalam konteks yang
bersifat khusus. Oleh sebab itu menurut Shulman dan Sockett guru yang baik harus
menggunakan penilaian terhadap tindakan situasi kelas secara khusus Penilaian dan
tindakan-tindakan guru terhadap situasi harus mencakup tindakan-tindakan siswa
sebagai sumber-sumber (agen) moral.

Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan teknik-teknik


evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih dahulu dituntut untuk
memahami karakteristik siswa dengan b…
anak-anak yang memiliki kualitas intelegensi yang baik dan berada dalam tahap
atau masa perkembangan tertentu memiliki sejumlah kebutuhan yang berbeda
dengan anak-anak yang tergolong memiliki intelegensi yang rendah walaupun
sama-sama berada pada tahap perkembangan tertentu. Dalam pandangan DePorter
& Hermacki (2001: 117) terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar siswa
yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses pembelajaran. yaitu. (1)
orang-orang yang visual, yang seringkali ditandai suka mencoret-coret ketika
berbicara di telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada
mendengar penjelasan, (2) orang- orang yang auditorial, yang sering ditandai suka
berbicara sendiri, lebih suka mendengarkan ceramah atau seminar daripada
membaca buku, lebih suka berbicara dari pada menulis, (3) orang-orang yang
kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak atau berjalan,
banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit untuk duduk diam.
Michael Grinder, pengarang Righting the Education Conveyor Belt (DePorter &
Henacki, 2001: 112), telah mengajar gaya-gaya belajar dan mengajar kepada
banyak instruktur. la mencatat bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri dari tiga
puluh murid, sekitar dua puluh dua orang mampu belajar secara cukup efektif
dengan cara-cara visual, auditorial dan kinestetik sehingga mereka tidak

15
membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan orang, sekitar enam orang
memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi dua modalitas
lainnya. Sehingga setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk memahami
perintah, kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada mereka dengan
menghadirkan cara yang mereka pilih. Dua orang murid lainnya mempunyai
kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 ditetapkan 4 kompetensi yang


harus dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi profesional,
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Direktorat Jenderal Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (2006) menjabarkan kompetensi pedagogis ke dalam
subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
ini siswa menggunakan guru sebagai "model" dan oleh karena itu kita harus hati-
hati akan hal ini. Pembelajaran yang baik tidak dapat dipahami terutama hanya dari
sebuah pengetahuan dan keterampilan- keterampilan, sebab sentral dari
pembelajaran tersebut mencakup tindakan-tindakan moral dalam konteks yang
bersifat khusus. Oleh sebab itu menurut Shulman dan Sockett guru yang baik harus
menggunakan penilaian terhadap tindakan situasi kelas secara khusus. Penilaian
dan tindakan-tindakan guru terhadap situasi harus mencakup tindakan-tindakan
siswa sebagai sumber-sumber (agen) moral.

Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan teknik-teknik


evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih dahulu dituntut untuk
memahami karakteristik siswa dengan baik. Hal ini dikarenakan dari hasil sejumlah
riset menunjukkan bahwa keberagaman faktor, seperti sikap siswa, kemampuan dan
gaya belajar, pengetahuan serta kemampuannya dan konteks pembelajaran
merupakan komponen yang memberikan dampak sangat penting terhadap apa yang
sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari (Killen, 1998: 5). Pengenalan terhadap
siswa dalam interaksi belajar mengajar, merupakan faktor yang sangat mendasar
dan penting untuk dilakukan oleh setiap guru agar proses pembelajaran yang
dilakukan dapat menyentuh kepentingan siswa, minat-minat mereka, kemampuan
serta berbagai karakteristik lain yang terdapat pada siswa, dan pada akhirnya dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pengenalan terhadap siswa
mengandung arti bahwa guru harus dapat memahami dan menghargai keunikan cara
belajar siswa dan kebutuhan-kebutuhan perkembangan mereka.

Upaya-upaya mengenal dan memahami siswa merupakan kegiatan yang


berlangsung secara terus menerus, karena kebutuhan siswa tidak bersifat menetap,
akan tetapi mengalami perubahan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Bahkan seringkali perubahan- perubahan yang terjadi pada siswa berlangsung
dengan cepat sehingga guru tidak jarang mengalami kesulitan untuk dapat
mengenal dan memahaminya secara cermat. Disamping itu pula kebutuhan-
kebutuhan mereka menggambarkan keragaman intelegensial, kemampuan maupun
ketidakmampuannya (Parkey, 1998: 276). Bagi anak-anak yang memiliki kualitas
intelegensi yang baik dan berada dalam tahap atau masa perkembangan tertentu
memiliki sejumlah kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak yang tergolong

16
memiliki intelegensi yang rendah walaupun sama-sama berada pada tahap
perkembangan tertentu. Dalam pandangan DePorter & Hernacki (2001: 117)
terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh
setiap pendidik dalam proses pembelajaran. yaitu: (1) orang-orang yang visual,
yang seringkali ditandai suka mencoret-coret ketika berbicara di telpon, berbicara
dengan tepat. lebih suka melihat peta daripada mendengar penjelasan, (2) orang-
orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri. lebih suka
mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku, lebih suka berbicara
dari pada menulis, (3) orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir
lebih baik ketika bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh
ketika berbicara. sulit untuk duduk diam. Michael Grinder, pengarang Righting the
Education Conveyor Belt (DePorter & Henacki, 2001: 112), telah mengajar gaya-
gaya belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. la mencatat bahwa dalam
setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh murid, sekitar dua puluh dua orang
mampu belajar secara cukup efektif dengan cara-cara visual, auditorial dan
kinestetik sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan
orang. sekitar enam orang memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol
melebihi dua modalitas lainnya. Sehingga setiap saat mereka harus selalu berusaha
keras untuk memahami perintah, kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada
mereka dengan menghadirkan cara yang mereka pilih. Dua orang murid lainnya
mempunyai kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 ditetapkan 4 kompetensi yang


harus dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi profesional,
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Direktorat Jenderal Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (2006) menjabarkan kompetensi pedagogis ke dalam
subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

a. Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial,


memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip- prinsip perkembangan
kognitif. memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian, dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.

b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan-landasan pendidikan


untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial;
menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi
ajar, serta menyusun rencana pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

c. Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial,


menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.

d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompetensi ini


memiliki indikator esensial: melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil
belajar secara kesinambungan dengan berbagai metode: menganalisis hasil

17
penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar
(mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.

e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik; dan
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik.

Bilamana dalam proses pembelajaran, guru mengaktualisasikan tugas-tugas dengan


baik, mampu memfasilitasi mampu kegiatan belajar siswa, mampu memotivasi,
membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman.
maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Namun jika guru tidak dapat melaksanakan fungsi-fungsi strategis
pembelajaran, siswa-siswa akan mengalami
masalah yang kemungkinan dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.

2. Lingkungan Sosial (Termasuk Teman Sebaya)

Sebagai makhluk sosial maka setiap siswa tidak mungkin melepaskan dirinya dari
interaksi dengan lingkungan, terutama sekali teman-teman sebaya di sekolah.
Dalam kajian sosiologis, sekolah merupakan sistem sosial di mana setiap orang
yang ada di dalamnya terikat oleh norma-norma dan aturan-aturan sekolah yang
disepakati sebagai pedoman untuk mewujudkan ketertiban pada lembaga
pendidikan tersebut. Di samping peraturan formal sekolah, para siswa biasanya juga
memiliki norma-norma dan aturan-aturan yang lebih spesifik sebagai suatu
konsensus bersama untuk ditaati oleh anggota kelompok masing-masing.

Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan
pengaruh negatif terhadap siswa. Ilustrasi berupa contoh seorang siswa bernama
Rudi yang diungkapkan pada awal bagian ini merupakan salah satu bentuk
lingkungan sosial berupa teman sebaya yang membawa Rudi terpengaruh dengan
kebiasaan rekan-rekannya sehingga mendatangkan dampak negatif terhadap proses
dan hasil belajar yang ia peroleh. Banyak contoh lain berupa lingkungan sosial yang
tidak menguntungkan perkembangan siswa dan memberi pengaruh negatif terhadap
kegiatan belajar siswa. Tidak sedikit siswa yang sebelumnya rajin pergi ke sekolah,
aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah, kemudian berubah menjadi siswa yang
malas, tidak disiplin dan menunjukkan perilaku buruk dalam belajar. Hal-hal seperti
diungkapkan di atas dapat menjadi faktor yang menimbulkan masalah pada siswa
dalam belajar.

18
Pada sisi lain, lingkungan sosial tentu juga dapat memberikan pengaruh yang positif
bagi siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena
pengaruh teman sebaya yang mampu memberikan motivasi kepadanya untuk
belajar. Demikian pula banyak siswa yang mengalami perubahan sikap karena
teman-teman sekolah memiliki sikap positif yang dapat ia tiru dalam pergaulan atau
interaksi sehari-hari.

3. Sarana dan Prasarana

Dalam rangkaian proses pembelajaran di sekolah, kunkulum merupakan panduan


yang dijadikan guru sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan proses
pembelajaran Seluruh aktivitas pembelajaran, mulai dari penyusunan rencana
pembelajaran pemilihan materi pembelajaran menentukan pendekatan dan strategi
metode, memilih dan menentukan media pembelajaran, menentukan teknik
evaluasi, kesemuanya harus herpedoman pada kurikulum.

4. Kurikulum Sekolah

Karena kurikulum disusun berdasarkan tuntutan perubahan dan kemajuan


masyarakat, sementara perubahan perubahan dan kemajuan adalah sesuatu yang
harus terjadi, maka kurikulum juga harus mengalami perubahan Oleh sebab itu
sesungguhnya perubahan kurikulum adalah suatu keniscayaan Sebab bilamana
kurikulum tidak mengalami penyesuaian dan perubahan sementara kehidupan
sosial, teknologi dan dimensi-dimensi kehidupan lainnya terus mengalami
perubahan, maka dipastikan kunkulum tidak akan mampu memenuhi tuntutan
perubahan. Hal itu juga berarti bahwa segala sesuatu yang diajarkan di sekolah,
akan tertinggal dengan tuntutan perubahan yang terjadi.

Perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah. Terlebih lagi
bilamana dalam kurun waktu yang belum terlalu lama terjadi beberapa kali
perubahan Masalah-masalah itu adalah:

(a) tujuan yang akan dicapai mungkin berubah. Bilamanat tujuan berubah, berarti
pokok bahasan, kegiatan belajar mengajar. evaluasi juga akan berubah, dan dengan
demikian kegiatan belajar mengajar paling tidak harus disesuaikan,

(b) isi pendidikan berubah, akibatnya buku-buku pelajaran, buku-buku bacaan, dan
sumber- sumber lainnya akan berubah. Hal ini tentunya akan berakibat perubahan
anggaran pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, demikian pula beban orang tua
siswa,

(c) kegiatan belajar mengajar berubah, akibatnya guru harus mempelajari strategi,
metode, teknik. dan pendekatan mengajar yang baru. Bilamana pendekatan belajar
berubah, maka kebiasaan belajar siswa juga perlu dilakukan perubahan atau

19
sekurangnya penyesuaian yang mungkin memerlukan waktu untuk proses
penyesuaian,

(d) evaluasi berubah; akibatnya guru harus mempelajari metode dan teknik evaluasi
belajar yang baru. Bilamana teknik dan metode evaluasi guru mengalami
perubahan, maka siswa harus mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan
tuntutan tersebut (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 242). Hal ini semua akan
berdampak terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa

C. Mengenal dan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa


Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, guru tidak hanya berkewajiban menyajikan
materi pelajaran dan mengevaluasi pekerjaan siswa, akan tetapi juga bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan bimbingan belajar. Sebagai pembimbing belajar siswa,
guru harus mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional,
akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach)
dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Melalui pendekatan pribadi,
guru akan secara langsung mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam
sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa setiap guru adalah sebagai pengajar sekaligus berperan sebagai
pembimbing dalam proses belajar mengajar. Abdillah (2008), mengemukakan
bahwa sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar, seorang guru
diharapkan mampu;

1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar. 2. Membantu


setiap siswa dalam mengatasi setiap masalah pribadi yang dihadapinya.

3. Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.

4. Memberikan setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar
sesuai dengan karakteristik pribadinya.

5. Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara
kelompok.

Agar bimbingan belajar dapat lebih terarah dalam upaya membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut;

A. Identifikasi

20
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan
melakukan kegiatan berikut:

1)Data dokumen hasil belajar siswa


2) Menganalisis absensi siswa di dalam kelas
3) Mengadakan wawancara dengan siswa
4) Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar
5) Tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang
sedang dihadapi

B. Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data
tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami
siswa Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa.


2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-
sebab kesulitan belajar.
3) Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar

Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara;

a) Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-
rata nilai seluruh individu.
b) Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa
tersebut.
c) Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan
yang diharapkan.

C. Prognosis

Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang


diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Prognosis
ini dapat berupa:

1) Bentuk treatment yang harus diberikan.


2) Bahan atau materi yang diperlukan.
3) Metode yang akan digunakan.

21
D. Terapi atau pemberian bantuan

Terapi disini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan
belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk
terapi yang dapat diberikan antara lain melalui:

1) Bimbingan belajar kelompok


2) Bimbingan belajar individual
3) Pengajaran remedial
4) Pemberian bimbingan pribadi
5) Alih tangan kasus

E. Tindak Lanjut atau Follow Up

Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk mengetahu keberhasilan bantuan
yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi
terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya pemberian bimbingan.

22
BAB III
KESIMPULAN

KESIMPULAN
Terminologi tentang belajar dapat kita jumpai dalam berbagai sumber atau literatur.
Meskipun ada perbedaan pandangan, namun prinsipnya pada esensi yang sama
Secara sederhana masalah belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menghambat tercapainya tujuan belajar.

Selama prose belajar, masalah belajar sering kali berkaitan dengan sikap terhadap
belajar, motivasi, konsentrasi, kemampuan pengolahan pesan pembelajaran,
kemampuan menyimpan pesan, kemapuan mengali Kembali pesan yang tersimpan,
serta unjuk asli belajar.

SARAN
Dalam perkembangan dalam belajar merupakan salah satu pandangan yang sudah
berlangsung lama yang menempatkan pembelajaran sebagai proses
transferinformasi atau transfer dari guru kepada siswa yang semakin banyak
mendapatkan kritikan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Cisco. (2001). E-learning: Combines Communication Education Information and
Training, (Online). http://www.cisco.com/wap/public/10/training/learning.
Tersedia:

Dong, FH. (2001). Can You Succeed as a Cyberstudent? How to Develop


Communication Skills on the Web. (Online). Tersedia: http//www.learning.com.

Kamarga, Hansiswany. (2001). Manajemen E-learning Mengelola Pengetahuan


sebagai Komoditas. Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan, No. 3 Tahun XX 2001.

Munir (2004). E-learning Membangun Sistem Pendidikan Berbasis

Dunia Maya. Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan, No. 3

Tahun XXIII 2004. Office of educational Technology. (2001). E-learning: Putting a


World-class Education at the Fingertips of All Children.

(Online). Tersedia: http://www.ed.gov/Technology/elearning.

and E-learning Relate?

Robinson, ET. (2001). Knowledge Commodity: How do E-commerce (Online).


Tersedia: http://www.elearningmag.com.

Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2008). Electronic Learning.

(Online). Tersedia: http:en.wikipedia.org/wiki/Elearning. Wikipedia Indonesia.


(2008). Pembelajaran Elektronik. (Online). Tersedia:
http://wikipedia.org/wiki/Pembelajaran- elektronik

24

Anda mungkin juga menyukai