1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukkur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, Dengan Rahmatnya
dan pertolongannya kami dapat menyelesaikan makalah tugas kelompok mata kuliah
Belajar dan pembelajaran.
Makalah ini berisi tentang konsep belajar dan pebelajaran dan prinsip belajar, semoga
dengan adanya makalah ini,kita dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita dalam
mempelajari belajar dan pembelajaran. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari
banyak kekurangan dan kekhilafan, masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya.
Namun demikian kami telah berupaya dengan segala kemampuan sehingga dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kami dengan segala kekurangan ini
membutuhkan kritik dan saran guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam belajar dan hasilnya dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kelompok 1
2
DAFTRA ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................ 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 4
1.3 TUJUAN ................................................................................................................. 4
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
1. Dapat memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru
2. Mengetahui minat belajar
3. Mengetahui perubahan apa saja yang dialami porses dalam belajar dan
pembelajaran
4. Dapat mengetahui pengertian belajar dan pembelajaran
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tetapi angka tertinggi tersebut menurun drastis menjadi 18% waktu usia meraka 16
tahun. Konsekuensinya, 4 dari 5 remaja dan orang dewasa memulai dari
pengalaman belajar yang baru dengan perasaan ketidak kenyamanan
(Nicol,2002:37)
Ada beberapa termiologi yang terkait dengan belajar yang sering kali menimbulkan
keraguan dalam penggunannya terutama di kalangan siswa atau mahasiswa, yakni
terminologi tentang mengajar, pembelajaran dan belajar oleh karena itu, untuk
mendalami hakikat belajar pada bagian ini ada baiknya terlebih dahulu kita bahas
secara singkat beberapa istilah ini.
5
h.c.witherington, menemukakan bahwa belajar adalah suatu pola baru dari reaksi
berubah percakapan, sikap kebiasaan, keperibadian atau suatu pengertian.dalam
sebuah situs tentang pengertian belajar, abdilah (2002) mengindentifikasi sejumlah
pengertian belajar yang bersumber dari para ahli pendidikan pembelajaran. Jameso
witter mengemukakan belajar proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman dalam kesimpulan dikemukakan abdila (2002),
belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek- aspek
kognitif, efektif dan psikomorik untuk memproleh tujuan tertentu jika simpulan dari
sejumlah pandangan dan definis tentang belajar (Wragg,1994) kita ditemukan
beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut:
Pertama, belajar menunjukan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau
disengaja oeleh sebab itu pemahanan kita pertama yang sangat penting adalah
bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh
pembelajar sendiri dalam bentuk suatau aktifitas tertentu. Aktifitas ini menunjuk
pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada
aspek aspek jasmania maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya
perubahan pada dirinya
1.Behaviorisme
Skinner beranggapan bahwa perilaku manusia yang dapat diamati secara
langsung adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya (semiawan), 2002
:3 suatu proses yang bersifat mekanistik dari otomatik tanpa membicarakan apa
yang terjadi selama itu didalam diri siswa yang belajar.
Sebagaimana pada kebanyakan aliran psikologi belajar lainnya,behaviorisme
juga melihat bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku ciri yang
paling mendasar dari aliran ini adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi
adalah berdasarkan paragdigma S-R (Stimulus Responds) yaitu suatu proses yang
memberikan responds tertentu terhadap sesuatu yang dating dari luar.
Proses S-R terdiri beberapa unsur dorong (drive)
1.Seseorang merasakan adnya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
6
2.Rangsangan (stimulus) seorang diberikan stimulus yang akan
menyebabkannya memberikan respons.
3.Respons dimana seseorang memberikan reaksi atau respons terhadap stimulus
yang diterimanya dengan melalukan suatu Tindakan yang dapat diamati.
4.Unsur penguatan Reinvoceement yang perlu diberikan seseorang agar ia
merasakan adanya kebutuhan untuk memberkan respon lagi.
6. Kognitivisme
Kognitisme merupakan salah satu teori belajar yang dalam berbagi pembahasan
juga sering disebut model kognitif (cognitive model) atau model perseptual
(perceptual model) menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang dilakukan
seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamanya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut kognitivisme
diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan
pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku.
Teori ini menekankan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan
dengan konteks seluruh situasi tersebut. karena teori ini menekankan kebermaknaan
keseluruhan sesuatu dari pada bagian-bagian, maka belajar dipandang sebagai
proses internal yang mencakup ingatan,retensi,pengolahan informasi,emosi dan
faktor-faktor lain. Proses belajar disini mencakup antara lain pengaturan stimulus
yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk
didalam pikiran seseorang berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Pada tahap sensori motor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik
dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaaan, dan pergerakannya pada tahap pra-operasional, anak
mengandalkan diri pada perpesi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan
simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan
menggolongkan pemikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis, walau kadang-
kadang memecahkan masalah secara” trial and error”. Pada tahap operasi formal
anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa
7
Setiap orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan tujuan yang menjadi motivator
penting untuk proses belajarnya. Belajar akan kebutuhan dan pribadi orang yang
belajar, serta ia diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas belajarnya sendiri.
Karena itu peserta didik harus diberi kesempatan untuk memilih sendiri apa yang
akan dipelajarinya, dan kapan ia akan mempelajarinya.
Menurut teori belajar psikologi sosial proses belajar jarang sekali merupakan proses
yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi melalui interaksi-interaksi.
Interaksi tersebut dapat;
1. Searah (one dierectional) yaitu bagaimana adanya stimulus dari luar
menyebabkan timbulnya respons,
2. Dua arah, yaitu apabila tingkah laku yang terjadi merupakan hasil interaksi
antara individu yang belajar dengan lingkungannya, atau sebaliknya.
8
B. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar
Belajar dapat didefenisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap
dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Defenisi ini mencakup tiga unsur,
yaitu;
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku
2. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena Latihan atau pengalaman.
3. Perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen atau tetap ada untuk waktu
yang cukup lama.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal
tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.
Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya
proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, akan tetapi
tidak dapat pahami oleh guru. Proses belajar tersebut tanpk perilaku siswa mempelajari
bahan belajar. Perilaku belajar tersebut merupakan respon siswa terhadap tindakan
mengajar atau tindakan pembelajaran dari guru. Ada beberapa ahli yang mempelajari
ranah-ranah tersebut dengan hasil pengolongan kemampuan-kemampuan pada ranah
kognif afektif dan psimotorik secara hirakis dianataranya para ahli yang mendalamin
ranah-ranah kejiwaan tersebut adalah bloom,krathwoal dan simson. hasil penelitian
mereka dikenal taksonomi instruksional bloom dkk tergolong pelopor yang
menkategorikan jenis perilaku hasil belajar
9
C. Masalah-Masalah Belajar
10
Dalam kegiatan belajar, sikap dalam proses belajar, terutama sekali ketika
memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan
karena aktivitas belajar selanjutnya banyak ditentukan oleh sikap siswa
ketika akan memulai kegiatan belajar siswa memiliki sikap menerima atau
berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik. Namun bilamana yang
lebih akan memulai pelajaran, maka siswa cenderung kurang
memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.
3. Motivasi Belajar
Motivasi didalam kegiatan belajar merupakan yang dapat menjadi tenaga
pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada
pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar.
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan Nampak melalui kesungguhan
untuk terlibat di dalam proses belajar, antara lain Nampak melalui keaktifan
bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran mencatat,
membuat resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan Latihan-latihan
dan evaluasi sesuai dengan tuntunan belajar. Didalam bentuk ketahanan atau
ketekunan belajar, kesungguhan dalam menyimak isi
pelajaran,kesungguhan dalam menyimak isi pembelajaran, kesungguhan
dan ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Sebaliknya
siswa-siswa yang tidak tau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang
mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh
didalam mengerjakan tugas. Sikap yang kurang positif didalam belajar ini
semakin Nampak ketika tidak ada orang lain (guru,orang tua) yang
mengawasinya. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah
belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar
yang diharapkan.
4. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang sering kali
tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selai diri individu yang
sedang belajar. Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui
aktivitas seseorang belum tentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya
sedang individu tersebut pikirkan.
11
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indicator adanya masalah belajar yang
dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil
belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat konsentrasi
dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, disamping
menuntut ketelatenan guru. Akan tetapi dengan bimbingan, perhatian serta
bekal kecakapan yang dimiliki guru, maka secara bertahap hal ini akan dapat
dilakukan.
Jika kita cermati Kembali bagan” sistem kesadaran dan belajar” seperti telah
ditampilkan sebelumnya, kita dapat memahami bahwa kesulitan didalam
menggali Kembali atau mengatifkan Kembali pesan-pesan yang telah
dipelajari bukan merupakan suatu aktifitas yang terpisah. Kesulitan ini
memiliki keterkaitan dengan proses penyimpanan dan kemampuan dan cara
menggali pesan itu sendiri. Bilamana dalam proses penerimaan pesan, maka
siswa mengalami hambatan atau kesulitan di dalam proses penerimaan
pesan, maka siswa tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
sesuatu yang dipelajri.
12
Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang
berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran.
Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan
atau terlibat di dalam suatu aktifitas tertentu di mana pikirannya terarah
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkannya. Dari dimensi
perkembangan, rasa percaya diri dapat tumbuh dengan sehat bilamana ada
pengakuan dari lingkungan. Itulah sebabnya maka di dalam proses
pendidikan dan pembelajaran, baik di lingkungan rumah tangga maupun
disekolah, orang tau atau guru hendaknya dapat menerapkan prinsip-prinsip
pedagogis secara tepat terhadap anak.
8. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam
dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas
belajar yang dilakukannya. Ada beberapa bentuk perilaku yang
menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai
pada sejumlah siswa seperti,
A. Belajar tidak teratur.
B. Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-tergesa)
C. Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian.
D. Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap
E. Tidak terbiasa membuat ringkasan.
F. Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
G. Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di
dalam menyelesaikan tugas.
H. Sering dating terlambat.
I. Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok)
13
aktifitas otot, misalnya menulis, atau menggambar. Kesulitan
dalam output bahasa mengakibatkan masalah dalam bahasa lisan,
misalnya menjawab pertanyaan yang diharapkan dimana seseorang
harus menyampaikan Kembali informasi yang disimpan,
mengorganisasikan bentuk pikirannya dalam bentuk kata. Kata.
B. Faktor-Faktor Eksternal Belajar
Keberhasilan belajar siswa di samping ditentukan oleh faktor-faktor internal juga turut
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Faktor eksternal adalah segala faktor yang
ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar
yang dicapai siswa. Sebagai contoh, sebut saja seseorang siswa bernama Rudi. Ia
adalah salah seorang siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik, karena ia
belajar setiap hari secara teratur dan selalu memanfaatkan waktu yang tersedia dengan
sebaik-baiknya untuk menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan guru-guru
disekolah. Karena itu kita dapat memahami bahwa hasil belajar disamping ditentukan
oleh faktor intern, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern. Faktor-faktor ekstern
yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah;
1. Faktor Guru
Dalam proses pembelajaran, kehadiran guru masih menempati posisi penting,
meskipun di tengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah ke dunia
pendidikan. Dalam berbagai kajian diungkapkan bahwa secara umum
sesungguhnya tugas dan tanggung jawab guru mencakup aspek yang luas, lebih dari
sekedar melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Parkey (1998: 3).
mengemukakan bahwa guru tidak hanya sekedar sebagai guru di depan kelas, akan
tetapi juga sebagai bagian dari organisasi yang turut serta menentukan kemajuan
sekolah bahkan di masyarakat.
14
baik, tidak lagi menarik bagi mereka. Dalam konteks ini gagasan tentang
keterampilan mengajar yang hanya menekankan transmisi pengetahuan dapat
menjadi suatu gagasan yang miskin dan tidak menarik.
Faktor ketiga adalah perkembangan teknologi baru yang dan mampu menyajikan
berbagai informasi yang lebih cepat dan menarik. ini Perkembangan-perkembangan
menguji fleksibilitas adaptabilitas guru untuk memodifikasi gaya mengajar mereka
dalam mengakomodasi sekurang-kurangnya sebagian dari perkembangan baru
tersebut yang memiliki suatu potensi untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Tuntutan terhadap penguasaan sejumlah keterampilan oleh guru harus lebih
mendapat perhatian, utamanya bilamana pembelajaran yang dilakukan diarahkan
lebih mendalam pada pengembangan aspek-aspek sikap (afektif). Reece dan Walker
(1997; 92) mempertegas pernyataannya bahwa kawasan afektif adalah daerah yang
paling sulit dan relatif kurang literatur menyangkut sikap. Sikap dapat diajarkan
melalui pemberian contoh, misalnya bilamana guru sering terlambat, maka
siswapun akan berbuat yang sama. Dalam hal [07.18, 19/9/2023] Neni Lasinta: ini
siswa menggunakan guru sebagai "model" dan oleh karena itu kita harus hati-hati
akan hal ini. Pembelajaran yang baik tidak dapat dipahami terutama hanya dari
sebuah pengetahuan dan keterampilan- keterampilan, sebab sentral dari
pembelajaran tersebut mencakup tindakan-tindakan moral dalam konteks yang
bersifat khusus. Oleh sebab itu menurut Shulman dan Sockett guru yang baik harus
menggunakan penilaian terhadap tindakan situasi kelas secara khusus Penilaian dan
tindakan-tindakan guru terhadap situasi harus mencakup tindakan-tindakan siswa
sebagai sumber-sumber (agen) moral.
15
membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan orang, sekitar enam orang
memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi dua modalitas
lainnya. Sehingga setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk memahami
perintah, kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada mereka dengan
menghadirkan cara yang mereka pilih. Dua orang murid lainnya mempunyai
kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.
16
memiliki intelegensi yang rendah walaupun sama-sama berada pada tahap
perkembangan tertentu. Dalam pandangan DePorter & Hernacki (2001: 117)
terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh
setiap pendidik dalam proses pembelajaran. yaitu: (1) orang-orang yang visual,
yang seringkali ditandai suka mencoret-coret ketika berbicara di telpon, berbicara
dengan tepat. lebih suka melihat peta daripada mendengar penjelasan, (2) orang-
orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri. lebih suka
mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku, lebih suka berbicara
dari pada menulis, (3) orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir
lebih baik ketika bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh
ketika berbicara. sulit untuk duduk diam. Michael Grinder, pengarang Righting the
Education Conveyor Belt (DePorter & Henacki, 2001: 112), telah mengajar gaya-
gaya belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. la mencatat bahwa dalam
setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh murid, sekitar dua puluh dua orang
mampu belajar secara cukup efektif dengan cara-cara visual, auditorial dan
kinestetik sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan
orang. sekitar enam orang memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol
melebihi dua modalitas lainnya. Sehingga setiap saat mereka harus selalu berusaha
keras untuk memahami perintah, kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada
mereka dengan menghadirkan cara yang mereka pilih. Dua orang murid lainnya
mempunyai kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.
17
penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar
(mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
Sebagai makhluk sosial maka setiap siswa tidak mungkin melepaskan dirinya dari
interaksi dengan lingkungan, terutama sekali teman-teman sebaya di sekolah.
Dalam kajian sosiologis, sekolah merupakan sistem sosial di mana setiap orang
yang ada di dalamnya terikat oleh norma-norma dan aturan-aturan sekolah yang
disepakati sebagai pedoman untuk mewujudkan ketertiban pada lembaga
pendidikan tersebut. Di samping peraturan formal sekolah, para siswa biasanya juga
memiliki norma-norma dan aturan-aturan yang lebih spesifik sebagai suatu
konsensus bersama untuk ditaati oleh anggota kelompok masing-masing.
Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan
pengaruh negatif terhadap siswa. Ilustrasi berupa contoh seorang siswa bernama
Rudi yang diungkapkan pada awal bagian ini merupakan salah satu bentuk
lingkungan sosial berupa teman sebaya yang membawa Rudi terpengaruh dengan
kebiasaan rekan-rekannya sehingga mendatangkan dampak negatif terhadap proses
dan hasil belajar yang ia peroleh. Banyak contoh lain berupa lingkungan sosial yang
tidak menguntungkan perkembangan siswa dan memberi pengaruh negatif terhadap
kegiatan belajar siswa. Tidak sedikit siswa yang sebelumnya rajin pergi ke sekolah,
aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah, kemudian berubah menjadi siswa yang
malas, tidak disiplin dan menunjukkan perilaku buruk dalam belajar. Hal-hal seperti
diungkapkan di atas dapat menjadi faktor yang menimbulkan masalah pada siswa
dalam belajar.
18
Pada sisi lain, lingkungan sosial tentu juga dapat memberikan pengaruh yang positif
bagi siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena
pengaruh teman sebaya yang mampu memberikan motivasi kepadanya untuk
belajar. Demikian pula banyak siswa yang mengalami perubahan sikap karena
teman-teman sekolah memiliki sikap positif yang dapat ia tiru dalam pergaulan atau
interaksi sehari-hari.
4. Kurikulum Sekolah
Perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah. Terlebih lagi
bilamana dalam kurun waktu yang belum terlalu lama terjadi beberapa kali
perubahan Masalah-masalah itu adalah:
(a) tujuan yang akan dicapai mungkin berubah. Bilamanat tujuan berubah, berarti
pokok bahasan, kegiatan belajar mengajar. evaluasi juga akan berubah, dan dengan
demikian kegiatan belajar mengajar paling tidak harus disesuaikan,
(b) isi pendidikan berubah, akibatnya buku-buku pelajaran, buku-buku bacaan, dan
sumber- sumber lainnya akan berubah. Hal ini tentunya akan berakibat perubahan
anggaran pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, demikian pula beban orang tua
siswa,
(c) kegiatan belajar mengajar berubah, akibatnya guru harus mempelajari strategi,
metode, teknik. dan pendekatan mengajar yang baru. Bilamana pendekatan belajar
berubah, maka kebiasaan belajar siswa juga perlu dilakukan perubahan atau
19
sekurangnya penyesuaian yang mungkin memerlukan waktu untuk proses
penyesuaian,
(d) evaluasi berubah; akibatnya guru harus mempelajari metode dan teknik evaluasi
belajar yang baru. Bilamana teknik dan metode evaluasi guru mengalami
perubahan, maka siswa harus mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan
tuntutan tersebut (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 242). Hal ini semua akan
berdampak terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa
4. Memberikan setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar
sesuai dengan karakteristik pribadinya.
5. Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara
kelompok.
Agar bimbingan belajar dapat lebih terarah dalam upaya membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut;
A. Identifikasi
20
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan
melakukan kegiatan berikut:
B. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data
tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami
siswa Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a) Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-
rata nilai seluruh individu.
b) Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa
tersebut.
c) Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan
yang diharapkan.
C. Prognosis
21
D. Terapi atau pemberian bantuan
Terapi disini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan
belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk
terapi yang dapat diberikan antara lain melalui:
Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk mengetahu keberhasilan bantuan
yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi
terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya pemberian bimbingan.
22
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Terminologi tentang belajar dapat kita jumpai dalam berbagai sumber atau literatur.
Meskipun ada perbedaan pandangan, namun prinsipnya pada esensi yang sama
Secara sederhana masalah belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menghambat tercapainya tujuan belajar.
Selama prose belajar, masalah belajar sering kali berkaitan dengan sikap terhadap
belajar, motivasi, konsentrasi, kemampuan pengolahan pesan pembelajaran,
kemampuan menyimpan pesan, kemapuan mengali Kembali pesan yang tersimpan,
serta unjuk asli belajar.
SARAN
Dalam perkembangan dalam belajar merupakan salah satu pandangan yang sudah
berlangsung lama yang menempatkan pembelajaran sebagai proses
transferinformasi atau transfer dari guru kepada siswa yang semakin banyak
mendapatkan kritikan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Cisco. (2001). E-learning: Combines Communication Education Information and
Training, (Online). http://www.cisco.com/wap/public/10/training/learning.
Tersedia:
24