Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“Hakikat Belajar dan Pembelajaran”

Disusun oleh :

1. Muhammad Hidayat (06061082025081)


2. Ade Vina Mardila (06061082025082)
3. Amelia Agustina (06061082025087)
4. M. Robby Alza (06061082025102)

Kelompok 1

Penjaskes C

Dosen Pengampu :
Drs. Giartama, M.Pd
Herry Yusfi, M.Pd
Silvi Aryanti, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN


REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini terkhusus kepada Dosen Pembimbing
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yaitu Bapak Drs. Giartama, M.Pd., Bapak
Herry Yusfi, M.Pd., serta Ibu Silvi Aryanti, M.Pd.

Akhir kata kelompok kami berharap semoga makalah ini dapat


memberikan penjelasan secara detail terhadap subjek pembahasan yang kami
bahas. Kami juga menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Palembang, Januari 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

JUDUL/COVER

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................... 5
D. Manfaat ..................................................................................................... 5
E. Metode Pencarian Materi ......................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 6
A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ........................................................... 6
1. Pengertian Belajar ................................................................................. 6
2. Pengertian Pembelajaran....................................................................... 8
B. Teori-Teori Belajar ................................................................................... 9
1. Teori Belajar Behaviorisme ................................................................ 10
2. Teori Belajar Kognitivisme ................................................................ 11
3. Teori Belajar Konstruktivisme............................................................ 12
4. Teori Belajar Humanisme ................................................................... 13
C. Tujuan Belajar dan Pembelajaran ........................................................... 14
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ............................................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak lahir manusia memerlukan dunia luar untuk mengembangkan


potensi dan melangsungkan hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan
dunia luar. Ia juga selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Berbagai
macam cara ia gunakan dalam kegiatan belajar (menyesuaikan diri dengan dunia
luar) itu.

Guru sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan


memahami bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan
proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk
watak peserta didik. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri
siswa, guru perlu menguasai hakekat dan konsep dasar belajar. Dengan menguasai
hakekat dan konsep dasar belajar, guru mampu menerapkannya dalam kegiatan
pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh
dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik.

Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih


setelah diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang secara legal memberi pengertian tentang pembelajaran.
Pembelajaran sebagai konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai
upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang
potensial untuk menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya
potensi individu sebagai peserta didik.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran


satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan
substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya peerubahan
perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar
adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar
atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran. Walaupun
demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar merupakan konsekuensi

4
dari pembelajaran. Oleh karena itu dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas
belajar bersifat internal/individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat
publik. (Udin S. Winataputra, dkk, 2008)

Makalah yang kami susun ini berjudul “Hakikat Belajar dan


Pembelajaran” yang nantinya dapat memperjelas pengertian dan hakikat dari
belajar dan pembelajaran itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari belajar dan pembelajaran?
2. Apa saja teori-teori belajar?
3. Apa tujuan Pembelajaran?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari belajar dan pembelajaran.


2. Untuk mengetahui teori-teori belajar.
3. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran.

D. Manfaat

1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.


2. Memberikan informasi bagi pembaca.
3. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

E. Metode Pencarian Materi

Penulis dalam mencari materi menggunakan metode kajian pustaka yaitu


dari jurnal, buku dan internet.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar menurut W. Gulö (2002: 23) adalah suatu proses yang berlangsung
di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat. James O. Whittaker (Djamarah,1999) menyatakan
bahwa belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. Sedanghkan menurut R. Gagne (Djamarah ; 1999:22)
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang


relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif (syah, 2003), dengan kata lain belajar merupakan
kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar
tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang
dikemukakan oleh witting yaitu :
- Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
- Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
- Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Syah, 2003).

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang
menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam
interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007: 62).

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar
adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Benyamin S.
Bloom (1956) mengemukakan perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil
belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan
psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.

6
1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan
pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:
- Pengetahuan (Knowledge).
- Pemahaman (Comprehension).
- Penerapan (Application)
- Penguraian (Analysis).
- Memadukan (Synthesis).
- Penilaian (Evaluation).
2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap
moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
- Penerimaan (receiving/attending).
- Sambutan (responding)
- Penilaian (valuing).
- Pengorganisasian (organization).
- Karakterisasi (characterization)
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem
syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri
dari:
- Kesiapan (set)
- Meniru (imitation)
- Membiasakan (habitual)
- Adaptasi (adaption)

Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior) yang bersifat
permanen atau menentap yang merupakan hasil latihan atau pengalaman dari
beberapa tahapan sebagai hasil belajar yang meliputi perubahan pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat memberikan penguatan bagi peserta
didik.

7
2. Pengertian Pembelajaran

Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang


mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian,
maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang
lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses
pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau
dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini
tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para
pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002:
128).

Sedangkan menurut Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu


usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs (1979:3)
mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sedanghkan dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa


pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara
guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran
oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher
of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi
kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik
sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Keaktifan
peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi
kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan

8
mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik
tidak merasakan perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk
membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan
minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas
dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar
peserta didik.

B. Teori-Teori Belajar

Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian


tertentu dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5
(Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori
merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta
dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas teori adalah seperangkat azaz
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.

Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

Ada empat kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori


belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar
konstruktivisme dan teori belajar humanistik. Teori belajar behaviorisme hanya
berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat
melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Teori
konstruktivisme berpendapat bahwa belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar
aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep. Dan teori

9
humanistik ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

1. Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan


perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi
melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah
lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi
penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fisik terhadap stimulans.Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Ciri-Ciri Teori Behaviorisme adalah sebagai berikut :
a. Mementingkan faktor lingkungan
b. Menekankan pada faktor bagian
c. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
d. obyektif
e. Sifatnya mekanis
f. Mementingkan masa lalu

Ada tiga jenis teori Behaviorisme:


a. Teori Belajar Respondent Conditioning
Teori ini diperkenalkan oleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran
bahwa perilaku atau tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan
diramalkan. Fisiolog Pavlov (1849-1936) mengkaji stimuli (rangsangan tak
bersyarat) yang secara spontan memanggil respon. Melalui conditioning, stimuli
netral (netral spontan) memancing refleks namun sengaja dibuat agar mampu
memancing respon refleks. Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka stimuli
kedua yang tidak relevan dihadirkan serempak dengan stimuli pertama, dan
akhirnya respon tadi muncul tanpa menghadirkan stimuli pertama.

b. Teori Belajar Operant Conditioning


B.F. Skinner sebagai tokoh teori belajar Operant
Conditionioning berpendapat bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku

10
yang dapat diamati., sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan.
Teori Skinner (1954) sering disebut Operant Conditioning yang berunsur
rangsangan atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak
sebagai pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat
positif atau negatif namun keduanya memperkukuh atau memperkuat
(reinforcement).

c. Teori Observation Learning (Belajar Pengamatan) atau Socio-Cognitive


Learning (Belajar Sosio-Kognitif)
Proses belajar yang bersangkut-paut dengan peniruan disebut dengan
belajar observasi (observation learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan
bahwa belajar observasi merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru
atau mengubah pola perilaku yang sudah dikuasai. Belajar observasi biasa juga
disebut belajar sosial (Sosial learning) karena yang menjadi obyek observasi pada
umumya perilaku belajar orang lain.
Albert Bandura (1969) mengartikan belajar sosial sebagai aktivitas meniru
melalui pengamatan (observasi). Individu yang perilakunya ditiru menjadi model
pebelajar yang meniru . istilah Modeling digunakan untuk menggambarkan proses
belajar sosial. Model ini merujuk pada seseorang yang berperilaku sebagai stimuli
bagi respon pebelajar.
John W. Santrock (1981) menyebut pandangan Albert Bandura tentang
teori belajar sebagai teori belajar sosial kognitif. Hal ini didasarkan pemikiran
bahwa meniru perilaku model melibatkan proses-proses psikologis yang sangat
bersifat kognitif seperti perhatian (attention), ingatan (retention), kinerja motorik
(motorik reproduction), kondisi penguatan dan insentif. Walter Mischel (1973)
cenderung menggunakan instilah cognitive social-learning theory, karena di
dalamnya terkandung harapan (expectancies), strategi memproses informasi dan
memaknai stimuli secara pribadi, anutan nilai subyektif dilekatkan pada stimuli
(subjective stimuli values).

2. Teori Belajar Kognitivisme

Teori kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan


berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan

11
atau cognitif dalam aktivitas belajar. Model kognitif ini memiliki perspektif
bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses. Teori belajar kognitivisme
meliputi :
a. Teori Perkembangan Kognitif
Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu
sebagai struktur kognitif, peta mental, skema, atau jaringan konsep guna
memahami dan menanggapi pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.
b. Teori Kognisi Sosial
Teori ini dikembangkan oleh L.S. Vygotsky, yang didasari oleh pemikiran
bahwa budaya berperan penting dalam belajar seseorang.
c. Teori Pemrosesan Informasi
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model
kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf
sistem informasi yaitu sensory atau intake register, working memory, long-term
memory.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah


pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pembelajaran konstuktivisme
merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan
yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan


masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena
mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih
pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa
terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :

12
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g. Mmencari dan menilai pendapat siswa.
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

4. Teori Belajar Humanisme

Menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan


ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,
teori belajar humanisme lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian,
dan psikoterapi, daripada bidang kajian psikologi belajar.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik
adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial
dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan
strategi berpikir produktif. Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para
peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat
mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah
pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-
aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-
hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan
tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi

13
keanekaragaman pendidikan ini. Tokoh utama teori humanistik adalah C.
Rogger dan Arthur Comb.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik. untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Jadi, teori belajar
humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan
potensi dirinya.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Teori belajar


merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya
kondisi untuk belajar. Oleh karena itu dengan adanya teori-teori belajar maka
akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan dan akan membantu peserta didik dalam
belajar. Ada empat kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori
belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar
konstruktivisme dan teori belajar humanistik.

C. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah


laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui
belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek
kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya
adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S
Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga
ranah, yakni: 1). Ranah Kognitif, 2). Ranah Afektif, 3). Ranah Psikomotorik.

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang


dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Proses pembelajaran
adalah proses membantu siswa belajar,yang ditandai dengan perubahan perilaku
baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seorang guru hanya dapat

14
dikatakan telah melakukan kegiatan pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku
pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan tersebut. Ada hubungan
fungsional antara perbuatan guru dengan perubahan perilaku peserta didik
(Kartadinata, 1997: 75).

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak dari


proses pembelajaran. Dampak pembelajaran adalah hasil belajar yang segera
dapat diukur, yang terwujud dalam hasil evaluasi pembelajaran. Dampak
pembelajaran dapat dibedakan atas dampak intruksional (instructional effect) dan
dampak tak langsung atau dampak iringan (nurturant effect). Dampak langsung
adalah dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembelajaran yang telah
diprogramkan sebelumnya, sedangkan dampak iringan muncul sebagai pengaruh
atau terjdi sebagai pengalaman dari lingkungan belajar. Menurut (Kartadinata
(1997), dampak iringan bisa berwujud dalam bentuk pemahaman, apresiasi, sikap,
motivasi, kesadaran , keterampilan sosial, dan perilaku sejenis lainnya.

Di dalam proses pembelajaran guru tidak sekedar bertugas mentransfer


pengetahuan, sikap dan keterampilan. Proses pembelajaran dipandang sebagai
proses membantu peserta didik belajar, membantu peserta didik mengembangkan
dan mengubah perilaku (kognitif, afektif dan psikomotorik); membantu
menerjemahkan semua aspek tersebut ke dalam perilaku-perilaku yang berguna
dan bermakna.

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan


beberapa pengertian tujuan pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu
sebagai berikut: Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan
pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan
oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David
E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang
spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam
bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry
Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan
dapat dicapai sebagai hasil belajar. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa

15
tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sangat


penting. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan bagi:
1. Penentuan isi (materi) bahan ajar.
2. Penentuan dan pengembangan strategi pembelajaran.
3. Penentuan dan pengembangan alat evaluasi.

Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan


khusus. Tujuan umum adalah pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang
diinginkan yang mengacu pada struktur orientasi, sedangkan tujuan khusus adalah
pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu
pada konstruk tertentu.

Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan atas:


- Tujuan yang bersifat orientatif, dapat diklasifikasikan pula atas 3 tujuan,
yakni:
a. Tujuan orientatif konseptual.
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami
konsep-konsep penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
b. Tujuan orientatif procedural.
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar
menampilkan prosedur.
c. Tujuan orientatif teoritik.
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami
hubungan kausal penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.

Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni:


- Tujuan pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang menunjukkan apa
yang harus diketahui oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang
didukungnya.

16
- Tujuan pendukung konteks, yaitu tujuan pendukung yang membantu
menunjukkan konteks dari suatu tujuan tertentu dengan tujuan yang
didukungnya.

Selain tujuan umum dan tujuan khusus di atas, terdapat pula tujuan
pembelajaran yang lain yaitu untuk mengembangkan kemampuan, membangun
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan
kehidupan bangsa.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan


pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan pembelajaran umum, tujuan
pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan,
serta membangun watak dan peradapan bangsa. Tujuan pembelajaran umum
meliputi tujuan orientatif konseptual, tujuan orientatif prosedural, tujuan orientatif
teoritik; tujuan pembelajaran khusus meliputi tujuan pendukung prasyarat dan
tujuan pendukung konteks.

17
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku (change behavior) yang bersifat
permanen atau menentap yang merupakan hasil latihan atau pengalaman
dari beberapa tahapan sebagai hasil belajar yang meliputi perubahan pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat memberikan penguatan
bagi peserta didik.
2. Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk
membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang
menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
3. Ada empat kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori
belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori
belajar konstruktivisme dan teori belajar humanistik.
4. Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan pembelajaran
umum, tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan, serta membangun watak dan peradaban
bangsa. Tujuan pembelajaran umum meliputi tujuan orientatif
konseptual, tujuan orientatif prosedural, tujuan orientatif teoritik; tujuan
pembelajaran khusus meliputi tujuan pendukung prasyarat dan tujuan
pendukung konteks.

B. Saran
Bagi para pembaca dan teman-teman mahasiswa lainnya, jika ingin
menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penyusun
mengharapkan dengan rendah hati agar lebih banyak membaca buku-buku lainnya
yang berkaitan dengan “Belajar dan Pembelajaran”.

18
DAFTAR PUSTAKA

B. Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta: PT


Bumi Aksara

B. Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta : Bumi


Aksara.

B, Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. (Jakarta: PT.


Rineksa Cipta).

Bandura, A. (1969). Social learning of moral judgments. Journal of Personality


and Social Psychology, 11, 275-279.

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.

Duffy and Roehler. 1989. Improving Classroom Reading Instruction. New York :
Random Hause.

Fathurrohman, Pupuh dan M.Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar.


Bandung: PT Refika Aditama

Gagne, R.M., Briggs, L.J., & Wager, W.W. (1992). Principles of instructional
design. (4th ed.). Orlando: Holt, Rinehart, and Winston.

Gulö, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamzah. (2003). Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar


Kontruktivisme. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan,
Departemen Pendidikan Nasional.

James O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologis Belajar : Rineka Cipta :


1999) belajar.

John W. Santrock, , Psykologi Pendidikan (Educational Psychology, terj. Diana


Angelica Jakarta: Salemba Humanika.

19
Mager, Robert F. (1962) Preparing Instructional Objectives. California: Lear
Sieger.

Percival ,Fred & Henry Ellington, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 1984

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20


Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Roziqin, Muhammad Zainur. 2007. Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran


Pola Interkasi Guru-Murid di Era Global. Malang: Averroes Press. Science
Educator, 2,1–9.

Skinner, B. F. (1954). The science of learning and the art of teaching. Harvard
Educational Review, 24, 86–97.

Syah, Muhibbin, 2003, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Prasada

Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan. Kebudayaan, dan Masyarakat Madani


Indonesia; Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Walter Mischel. 1973. Cognitive-Affective Personality Theory.

Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.

20

Anda mungkin juga menyukai