Anda di halaman 1dari 8

Materi dan contoh soal Mann Whitney

Uji ini diperkenalkan oleh Mann Whitney pada tahun 1947. Uji ini merupakan alternatif uji
beda dua rata-rata parametrik dengan menggunakan referensi distribusi t (sampel-sampel
berukuran kecil). Uji ini digunakan pada jenis penelitian komparatif untuk menguji hipotesis
mengenai median dari dua populasi yang saling bebas (independent). Jenis data pada uji ini
berskala ordinal. Asumsi

a. Data terdiri dari contoh acak X1, X2, …, Xn yang berasal dari populasi 1 dengan median
Mx, dan contoh acak Y1, Y2, …, Yn dari populasi 2 dengan median My. Nilai Mx dan My
tidak diketahui.

b. Kedua contoh saling bebas

c. Peubah acak bersifat kontinu

d. Skala pengukuran minimal ordinal

e. Fungsi sebaran dari kedua populasi hanya dipisahkan oleh lokasi parameter

Hipotesis

a. (Dua arah) : H0 : Mx = My vs. H1 : Mx ≠ My

b. (Satu arah) : H0 : Mx ≥ My vs. H1 : Mx < My

c. (Satu arah) : H0 : Mx ≤ My vs. H1 : Mx > My Rumus perhitungan: Keterangan : T =


Jumlah peringkat nilai hasil perhitungan Man Whitney S =Jumlah rangking pada sampel n1 =
Jumlah sampel 1

Langkah langkah Pengujian:

a. Pengurutan nilai mulai dari yang terkecil hingga terbesar.

b. Pengurutan dilakukan tanpa pemisahan kedua sampel.

c. Selanjutnya lakukan penetapan Rank (Peringkat) dengan aturan berikut: Peringkat ke -1


diberikan pada nilai terkecil di urutan pertama dan peringkat tertinggi diberikan pada nilai
terbesar. Jika terdapat ties (nilai yang sama), beri peringkat tengah (mid-rank).

d. Jumlahkan peringkat yang berasal dari populasi 1. Nyatakan hasilnya sebagai S.

e. Hitung nilai statistik uji Mann Whitney

n1 ( n1 +1 )
U 1=n1 . n2 + − ∑ R1
2

n2 ( n2 +1 )
U 2=n1 . n2 + − ∑ R2
2
f. Kaidah keputusan : 1)

(Hipotesis a) : Tolak H0 jika T < wα/2 atau T > w1–α/2, dimana w1–α/2 = n1n2 – wα/2 14 2)

(Hipotesis b) : Tolak H0 jika T < wα 3)

(Hipotesis c) : Tolak H0 jika T > w1–α, di mana w1–α = n1n2 – wα. w adalah nilai kritis
bagi T

Contoh soal Mann-Whitney

Terdapat 25 siswa dimana 15 siswa diterapkan metode pembelajaran diskusi dan 10 siswa
diterapkan metode ceramah. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara metode diskusi
dan ceramah. Berikut tabel hasil tes siswa :

A : Metode Ceramah

B : Metode Diskusi

No. A B
Resp

1 55 90

2 60 75

3 40 85

4 70 65

5 45 85

6 50 90

7 60 80

8 40 80

9 65 60

10 75 80

11 70

12 50

13 65

14 55

15 65

Jawab :
Hipotesis H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar antara metode diskusi dan metode ceramah.

Tolak H0 bila U hitung  U tabel dan terima H1 bila U hitung  U tabel.

No Sampel Gabungan A dan B ranking Jenjang gabunagn


1 40 1 1,5
2 40 2 1,5
3 45 3 3
4 50 4 4,5
5 50 5 4,5
6 55 6 6,5
7 55 7 6,5
8 60 8 9
9 60 9 9
10 60 10 9
11 65 11 11,5
12 65 12 11,5
13 65 13 11,5
14 65 14 11,5
15 70 15 15,5
16 70 16 15,5
17 75 17 17,5
18 75 18 17,5
19 80 19 20
20 80 20 20
21 80 21 20
22 85 22 21,5
23 85 23 21,5
24 90 24 24,5
25 90 25 24,5

No.
A B
Resp
R1 R2
1 55 90 6,5 24,5
2 60 75 9 17,5
3 40 85 1,5 1,5
4 70 65 15,5 15,5
5 45 85 3 3
6 50 90 4,5 4,5
7 60 80 9 9
8 40 80 1,5 20
9 65 60 11,5 9
10 75 80 17,5 20
11 70   15,5  
12 50   4,5  
13 65   11,5  
14 55   6,5  
15 65   11,5  
  jumlah   129 124,5

n1 ( n1 +1 )
U 1=n1 . n2 + − ∑ R1
2

n2 ( n2 +1 )
U 2=n1 . n2 + − ∑ R2
2

10 ( 10+1 )
U 2=15.10+ −124,5 = 80,5
2

Dengan taraf signifikan 5% dan n1 = 15, n2 = 10

Utabel = n1.n2 - Uhitung = 15.10 -80,5 = 69,5

Karena U hitung lebih besar dari U tabel, maka Terima H1 tolak H0

Materi dan contoh soal metode median

Fungsi Pengujian : Untuk menguji perbedaan median dua buah populasi berdasarkan median
dua sampel yang tidak berpasangan. • Persyaratan Data : Data paling tidak memiliki sakala
ordinal.

Prosedur Pengujian : 1. Tentukan median gabungan dari skor n 1 dan n 2. Pisahkan skor tiap-
tiap kelompok sampel yang di atas dan di bawah median berdasarkan median gabungan.
Masukan frekuensi tiap kelompok sampel yang telah dilasifikasi ke dalam Tabel, seperti
contoh Tabel Berikut.
Prosedur Pengujian : Posisi pada Median Grup-1 Grup-2 Total Frek. di atas median A B A+B
Frek. di bawah median C D C+D Total n 1=(A+C) n 2=(B+D) N=n 1+n 2

Contoh

Seorang mahasiswa ingin meneliti apakah jenis kelamain berpengaruh terhadap motivasi
belajar matematika. Peneliti menduga, adanya perbedaan jenis kelamin akan berpengaruh
terhadap motivasi belajar matematika. Dari sampel yang dipilih secara random diperoleh
masing 6 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Kepada mereka diberikan beberapa
pertanyaan sehingga didapat nilai skor tingkat motivasi belajar matematika antara 40 -90
seperti terlihat pada Tabel berikut.

Hipotesis dari penelitian di atas adalah :

Ho : m 1= m 2 atau terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap motivasi belajar matematika

Ha : m 1 ≠ m 2

Pengujian dilakukan pada taraf nyata atau tingkat signifikansi (level of significance), α = 0,
05.

Posisi pada median Siswa perempuan Siswa laki-laki


Di atas median 70 80
75 85
85
90
90

Di bawah median 40 60
50
60
65
65
Median dari skore gabugan adalah 70

Jawab

Posisi median Siswa perempuan Siswa laki-laki


Di atas median 2 5
Di bawah median 5 1
Total 7 6
Total siswa 7+6 = 13

Karena jumlah siswa kurang darin 20 maka menggunakan uji Fisher

1. Lihat Tabel di atas dan perhatikan kembali Tabel pada prosedur pengujian. Didapat harga
A=2, B=5, (A+B)=7; C=5, D=1; (C+D) =6.

2. Lihat Tabel I (Siegel, 1997).

Pada jumlah kolom (A+B)=7 dan (C+D)=6 dengan B=5, bisa diketahui bahwa harga p untuk
D=1 > D tabel (α=0, 05 satu sisi = α =0, 1 dua sisi) • 3. Karena p > α : Ho Gagal ditolak.

Materi uji Kruskal-Wallis dan contoh soal


Analisis varian ranking satu arah Kruskal-Wallis atau biasa disebut Uji Kruskal-
Wallis pertama kali diperkenalkan oleh William H. Kruskal dan W. Allen Wallis pada tahun
1952. Uji ini merupakan salah satu uji statistik nonparametrik dalam kasus k sampel
independen. Uji Kruskal-Wallis digunakan untuk menguji apakah k sampel independen
berasal dari populasi yang berbeda, dengan kata lain uji ini dapat digunakan untuk menguji
hipotesis nol bahwa k sampel independen berasal dari populasi yang sama atau identik dalam
hal harga rata-ratanya. Oleh karena itu, uji Kruskal-Wallis juga merupakan perluasan dari uji
Mann-Whitney.
Menurut D.C. Montgomery (2005), apabila asumsi kenormalan yang dibutuhkan
oleh metode statistika parametrik tidak dapat dipenuhi, maka peneliti dapat menggunakan
metode alternatif sebagai pengganti analisis varian satu arah (One way ANOVA) yaitu
Kruskal-Wallis Test. Sedangkan menurut Wayne W. Daniel dalam bukunya Applied
Nonparametric Statistic, beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan Kruskal-
Wallis Test adalah:
1.      Pengamatan harus bebas satu sama lain (tidak berpasangan/independent).
2.      Tipe data setidak-tidaknya adalah ordinal.
3.      Variabel yang diamati merupakan variabel yang berdistribusi kontinyu.

Dasar Pemikiran dan Metode


Data untuk pengujian Kruskal-Wallis pada umumnya dituangkan dalam tabel N
baris dan k kolom. Banyaknya sampel yang terpilih dituliskan dalam tabel secara baris,
sedangkan kelompok atau kategori yang tersedia dituliskan secara kolom.
Dalam penghitungan uji Kruskal-Wallis ini, masing-masing nilai observasi diberi
ranking secara keseluruhan dalam satu rangkaian. Pemberian ranking diurutkan dari nilai
yang terkecil hingga nilai yang terbesar. Nilai yang terkecil diberi ranking 1 dan nilai yang
terbesar diberi ranking N (dimana N adalah jumlah seluruh observasi). Apabila terdapat
angka yang sama, maka ranking dari nilai-nilai tersebut adalah rata-rata ranking dari nilai-
nilai observasi tersebut.
Rumus

12
k
R2j
H= ∑ −3( N +1)
N (N +1) t=1 n j

H: nilai Kruskal-Wallis dari hasil penghitungan


Rj: jumlah rank dari kelompok/kategori ke-j
nj : banyaknya kasus dalam sampel pada kelompok/kategori ke-j
k: banyaknya kelompok/kategori
N: jumlah seluruh observasi (N=n1+n2+n3+………..+nk)
ika ditemukan angka sama sebanyak lebih dari 25% nilai observasi sehingga
mengakibatkan banyak  nilai ranking yang sama, maka perlu adanya koreksi pada rumus
penghitungan uji Kruskal-Wallis, dengan faktor koreksinya adalah:

Contoh

Untuk membandingkan tingkat keefektifan dari 3 macam metode belajar, maka sebanyak 22
orang siswa yang dipilih dari suatu universitas dibagi ke dalam 3 kelompok yang mana
masing-masing kelompok mengikuti metode belajart selama empat minggu sesuai dengan
metode yang telah dibuat. Setelah program belajart berakhir, maka diperoleh banyaknya hasil
belajar matematika siswa-siswa tersebut sebagai berikut:

Metode ceramah Metode diskusi Metode tanya jawab


Sampel Hasil belajar Sampel Hasil belajar Sampel Hasil belajar
1 5,3 1 6,3 1 2,4
2 4,2 2 8,4 2 3,1
3 3,7 3 9,3 3 3,7
4 7,2 4 6,5 4 4,1
5 6,0 5 7,7 5 2,5
6 4,8 6 8,2 6 1,7
7 9,5 7 5,3
8 4,5
9 1,3

Jawaban :
Hipotesis

H0 : tingkat keefektifan dari ketiga metode belajar adalah sama

H1 : tingkat keefektifan dari ketiga metode belajar adalah tidak sama

Tingkat Signifikansi : α=5%,

Distribusi sampling :

H mendekati distribusi Chi-Square dengan derajat bebas (k-1), sehingga wilayah kritis dapat
ditentukan dengan menggunakan Tabel C.
Penghitungan

n1=6 ; n2=7 ; n3=9 ; N= n1 + n2  + n3 = 22

Metode ceramah Metode diskusi Metode tanya jawab


Hasil Rankin Hasil Ranking Hasil Ranking
belajar g belajar belajar
5,3 12,5 6,3 15 2,4 3
4,2 9 8,4 20 3,1 5
3,7 6,5 9,3 21 3,7 6,5
7,2 17 6,5 16 4,1 8
6,0 14 7,7 18 2,5 4
4,8 11 8,2 19 1,7 2
9,5 22 5,3 12,5
4,5 10
1,3 1
R1 = 70 R2 = 131 R3 = 52

12
k
R2j
H= ∑ −3( N +1)
N (N +1) t=1 n j

12 702 1312 522


¿ [
22(22+ 1) 6
+
7
+
9 ]
−3(22+ 1)

¿ 15,633

Daerah penolakan : H ³ ca(k-1)  atau p-value £ a

  Keputusan :

c0,05(2)  = 5,991

Karena 15,633 > 5,991           H > c0,05(2)  , maka Tolak H0

Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95 %, belum cukup bukti untuk menyatakan


bahwa tingkat keefektifan dari ketiga metode belajar tersebut adalah sama.

Anda mungkin juga menyukai