Anda di halaman 1dari 16

TEORI KEPEMIMPINAN ADOLF HITLER

(TUGAS 7)

JEPLYANSYAH

18011181

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat petunjuk dan bimbingan-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Teori Kepemimpinan Adolf
Hitler (Tugas 7)” dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran
yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca dan
dapat digunakan dengan sebaik-baiknya sebagai bahan pembelajaran.

Bandar Lampung, 1 Oktober 2020


iii

DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Berapa Lama Konflik Berlangsung.........................................................................3

B. Siapa Sajakah Yang Terlibat dalam


Konflik.....................................................................................................................3
C. Sejauh Apa Konflik Merugikan Banyak
Pihak........................................................................................................................7
D. Pemecahan Konflik..................................................................................................9

BAB III PENUTUP....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan
sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir
Jerman di usia 44 tahun dengan masa jabatan 1933-1945. Sebelumnya ia
merupakan seorang seniman gagal yang masuk dalam angkatan bersenjata
Jerman. Setelah perang selesai, ia berkecimpung di dunia politik dan mulai
bergabung dengan partai buruh Nasionalis Jerman pada tahun 1919 ketika usianya
mencapai 30 tahun. Visi politiknya begitu jelas, yaitu mengembalikan harkat dan
martabat bangsa dan negara Jerman yang telah terinjak-injak sesudah perang.
Lebih jauh lagi, Hitler bertekad memperjuangkan superioritas Arya, membawa
Jerman menjadi “ras unggul” dan menghancurkan bangsa-bangsa yang
dianggapnya sebagai “ras rendah”. Karena kelihaiannya dalam berorasi, maka ia
dengan cepat mendapat kepercayaan dari para pendukung partai, sehingga dua
tahun berikutnya ia mencapai kedudukan tertinggi pada partai yaitu menjadi
pemimpin partai dan mengubah nama partai menjadi Nationalsozialistische
Deutsche Arbeiterpartei (NAZI) dengan menerapkan suasana militerisme dalam
Partai.
Perang Dunia II di kawasan Eropa berlangsung selama lima tahun delapan
bulan. Tercetusnya Perang Dunia II tidak terlepas dari peran Adolf Hitler sebagai
Fuehrer Jerman yang mempelopori pecahnya Perang Dunia II dengan menyerang
Polandia pada 1 September 1939. Hal tersebut menandakan bahwa Perang Dunia
II tidak dapat terlepas dari peranan Hitler yang tengah memimpin Jerman dengan
ideologi barunya yaitu Naziisme. Hitler dan Nazi merupakan kekuatan besar yang
dimiliki Jerman ketika Perang dunia II, antara keduanya tidak bisa dipisahkan
karena Hitler telah “menciptakan” Nazi yang senantiasa akan patuh terhadap
pemimpinnya yang dipanggil Fuehrer. Fuehrer merupakan gabungan dari jabatan
Kanselir dan Presiden yang seharusnya dipisahkan karena tidak bisa disatukan.
Penyebutan Fuehrer untuk Hitler diciptakan oleh Hitler sendiri agar jabatan
kepemimpinannya menjadi kekuasaan yang mutlak dan tidak bisa diganggu gugat
oleh siapapun karena pemegang kekuasaan tertinggi berada di tangan Fuehrer.
2

B. Rumusan Masalah
1. Berapa lama konflik berlangsung?
2. Siapa sajakah yang terlibat dalam konflik?
3. Sejauh apa konflik tersebut merugikan para pihak?
4. Bagaimanakah pemecahan konflik-konflik tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui berapa lama konflik berlangsung
2. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam konflik
3. Untuk mengetahui sejauh apa konflik tersebut merugikan para pihak
4. Untuk mengetahui pemecahan konflik-konflik tersebut
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Berapa Lama Konflik Berlangsung


Berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan banyak
sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar—yang pada akhirnya
membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros.
Perang ini merupakan perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari
100 juta orang di berbagai pasukan militer. Dalam keadaan "perang total", negara-
negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan
ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber
daya sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan
kematian massal warga sipil, termasuk Holocaust dan pemakaian senjata nuklir
dalam peperangan, perang ini memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70
juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II konflik paling
mematikan sepanjang sejarah umat manusia.

B. Siapa Sajakah Yang Terlibat Konflik


Pada tanggal 3 April 1939, Hitler memerintahkan pihak militer bersiap untuk
Fall Weiss ("Kasus Putih"), yaitu rencana penyerbuan ke Polandia tanggal 25
Agustus 1939.
Dalam pidato di Reichstag tanggal 28 April, Hitler membatalkan Perjanjian
Laut Inggris-Jerman dan Pakta Non-Agresi Jerman–Polandia. Pada bulan
Agustus, Hitler memberitahu jenderal-jenderalnya bahwa rencana awalnya untuk
tahun 1939 adalah "membentuk hubungan baik dengan Polandia demi memerangi
Barat".
Hitler khawatir serangan militernya ke Polandia akan menciptakan perang
lebih awal terhadap Britania.
4

Akhirnya pada tanggal 22 Agustus 1939 Hitler memerintahkan mobilisasi militer


ke Polandia. Rencana ini memerlukan bantuan rahasia dari Soviet dan pakta non-
agresi (Pakta Molotov-Ribbentrop) antara Jerman dan Uni Soviet, dipimpin
Joseph Stalin, termasuk perjanjian rahasia pembelahan Polandia untuk kedua
negara tersebut. Menanggapi pakta yang baru terbentuk ini—dan berbeda dengan
prediksi Ribbentrop bahwa aksi ini akan memperburuk hubungan Inggris-
Polandia—Britania dan Polandia membentuk aliansi Inggris-Polandia pada 25
Agustus 1939. Manuver ini, bersamaan dengan berita dari Italia bahwa Mussolini
tidak akan menghormati Pakta Baja, memaksa Hitler menunda serbuan ke
Polandia dari 25 Agustus menjadi 1 September. Hitler gagal mengalihkan Britania
ke posisi netral dengan menawarkan jaminan non-agresi ke Imperium Britania
tanggal 25 Agustus, ia kemudian menginstruksikan Ribbentrop agar
mengungkapkan rencana perdamaian menit-menit terakhir dengan batasan waktu
yang sangat pendek agar bisa menyalahkan perang yang akan terjadi pada
ketidaksigapan Britania dan Polandia. Meski gelisah akan intevensi Britania,
Hitler melanjutkan rencana invasi Polandia.
Pada tanggal 1 September 1939, Jerman menyerbu Polandia barat dengan
alasan klaimnya terhadap Kota Bebas Danzig dan haknya atas jalan
ekstrateritorial melintasi Koridor Polandia ditolak, yang telah diserahkan Jerman
sesuai Perjanjian Versailles. Merespon tindakan ini, Britania Raya dan Prancis
menyatakan perang terhadap Jerman pada tanggal 3 September, mengejutkan
Hitler dan memaksanya bertanya dengan nada marah kepada Ribbentrop,
"Sekarang apa lagi?" Prancis dan Britania segera bertindak sesuai pernyataan
mereka, dan pada 17 September, pasukan Soviet menyerbu Polandia timur.
Jatuhnya Polandia diikuti oleh apa yang disebut sejumlah wartawan sebagai
"Perang Palsu" atau Sitzkrieg ("perang duduk"). Hitler menginstruksikan dua
Gauletier Polandia barat laut yang baru ditunjuk, Albert Forster dari Reichsgau
Danzig-Prusia Barat dan Arthur Greiser dari Reichsgau Wartheland, untuk
"menjermanisasikan" daerah mereka "tanpa pertanyaan" tentang bagaimana
caranya. Ketika penduduk Polandia di daerah Forster harus menandatangani
5

pernyataan bahwa mereka memiliki darah Jerman. Greiser melakukan kampanye


pembersihan etnis brutal terhadap penduduk Polandia di daerahnya. Greiser
mengeluh Forster mengizinkan ribuan orang Polandia diterima sebagai "ras"
Jerman sehingga mengancam "kemurnian ras" Jerman. Hitler menolak terlibat,
karena ingin menjadikannya contoh dari teori "bekerja untuk Führer": Hitler
mengeluarkan instruksi yang tidak jelas dan mengharapkan semua bawahannya
menjalankan kebijakan mereka sendiri.
Sengketa lain muncul tentang metode Himmler dan Greiser, yang memilih
pembersihan etnis di Polandia, melawan metode Göring dan Hans Frank,
Gubernur Jenderal teritori Pemerintah Umum Polandia, yang ingin mengubah
Polandia menjadi "lumbung padi" Reich.
Hitler mulai memusatkan militernya di perbatasan barat Jerman, dan pada
April 1940, pasukan Jerman menyerbu Denmark dan Norwegia. Tanggal 9 April,
Hitler mengumumkan kelahiran "Reich Jerman Raya", yaitu visinya akan sebuah
imperium bangsa-bangsa Jermanik di Eropa yang bersatu, tempat orang Belanda,
Flandria, dan Skandinavia bergabung dalam pemerintahan "ras murni" di bawah
kepemimpinan Jerman.
Bulan Mei 1940, Jerman menyerang Prancis, dan menduduki Luksemburg,
Belanda, dan Belgia. Kemenangan tersebut memaksa Mussolini membawa Italia
bergabung dengan Hitler pada 10 Juni. Prancis menyerah tanggal 22 Juni.
Britania, yang tentaranya dipaksa meninggalkan Prancis melalui laut dari
Dunkirk. terus berperang bersama jajahan Britania yang lain pada Pertempuran
Atlantik. Hitler menawarkan perdamaian kepada pemimpin Britania Raya yang
baru, Winston Churchill, dan setelah ditolak ia memerintahkan serangan
pengeboman ke Britania Raya. Rencana invasi Hitler ke Britania Raya dimulai
dengan serangkaian serangan udara pada Pertempuran Britania terhadap sejumlah
pangkalan udara dan stasiun radar Angkatan Udara Kerajaan (RAF) di Inggris
Tenggara. Sayangnya, Luftwaffe Jerman tidak mampu mengalahkan Angkatan
Udara Kerajaan. Pada akhir Oktober, Hitler menyadari bahwa superioritas udara
untuk invasi Britania—Operasi Sea Lion—tidak dapat diraih, lalu ia melancarkan
6

serangan udara malam terhadap kota-kota di Britania, termasuk London,


Plymouth, dan Coventry.
Pada tanggal 27 September 1940, Pakta Tiga Pihak ditandatangani di Berlin
oleh Saburō Kurusu dari Kekaisaran Jepang, Hitler, dan menteri luar negeri Italia
Ciano.kemudian meluas hingga Hongaria, Rumania, dan Bulgaria, sehingga
memperkuat kekuatan Poros. Upaya Hitler dalam mengintegrasikan Uni Soviet
dengan blok anti-Britania gagal pasca pertemuan buntu antara Hitler dan Molotov
di Berlin pada bulan November, kemudian ia meminta semua pihak bersiap untuk
invasi besar-besaran ke Uni Soviet.
Tanggal 22 Juni 1941, melawan pakta non-agresi Hitler–Stalin tahun 1939,
5,5 juta tentara Poros menyerbu Uni Soviet. Tujuan dari serangan berskala besar
ini (Operasi Barbarossa) adalah penghancuran total Uni Soviet dan perebutan
semua sumber daya alamnya untuk upaya agresi masa depan terhadap negara-
negara Barat.
Tanggal 18 Desember 1941, Himmler menanyai Hitler, "Apa yang perlu
dilakukan terhadap kaum Yahudi Rusia?" Hitler menjawab, "als Partisanen
auszurotten" ("musnahkan mereka sebagai partisan"). Sejarawan Israel Yehuda
Bauer berkomentar bahwa pernyataan tersebut bisa jadi tanda-tanda yang hampir
bisa dikatakan para sejarawan sebagai perintah langsung dari Hitler untuk
melaksanakan genosida saat Holocaust.
Pada bulan Februari 1943, penolakan Hitler yang berulang-ulang terhadap
penarikan mereka dari Pertempuran Stalingrad mengakibatkan kehancuran total
Angkatan Darat ke-6. Lebih dari 200.000 tentara Poros gugur dan 235.000
lainnya ditawan, hanya 6.000 di antaranya yang pulang ke Jerman setelah perang.
Setelah itu, terjadi kekalahan mutlak pada Pertempuran Kursk. Pendapat militer
Hitler mulai tidak jelas, dan posisi militer dan ekonomi Jerman ikut jatuh seiring
memburuknya kesehatan Hitler. Kershaw dan sejarawan lain percaya Hitler
mengalami penyakit Parkinson.
Pasca invasi Sekutu ke Sisilia tahun 1943, Mussolini digulingkan oleh Pietro
Badoglio yang menyerah kepada Sekutu. Sepanjang tahun 1943 dan 1944, Uni
7

Soviet pelan-pelan memaksa pasukan Hitler mundur di sepanjang Front Timur.


Tanggal 6 Juni 1944, pasukan Sekutu Barat mendarat di Prancis utara dalam salah
satu operasi amfibi terbesar sepanjang sejarah, Operasi Overlord. Akibat
serangkaian kemunduran besar yang dialami Angkatan Darat Jerman, banyak
petingginya berkesimpulan bahwa kekalahan tak dapat dielakkan dan kesalahan
perhitungan atau penolakan Hitler akan membawa perang ke dalam negeri dan
menyebabkan Jerman hancur total.
Pada akhir 1944, baik Angkatan Darat Merah dan Sekutu Barat sedang
menyerbu masuk Jerman. Mengetahui kekuatan dan kegigihan Angkatan Darat
Merah, Hitler memutuskan memakai sisa tentara cadangannya untuk melawan
tentara Amerika Serikat dan Britania yang ia anggap lebih lemah. Pada 16
December, ia melancarkan serangan di Ardennes untuk memecah belah Sekutu
Barat dan mungkin meyakinkan mereka ikut berpeang melawan Soviet.
Setelah serangan tersebut gagal, Hitler sadar bahwa Jerman akan kalah perang.
Harapan terakhirnya untuk menegosiasikan damai dengan Amerika Serikat dan
Britania dibantu oleh kematian Franklin D. Roosevelt tanggal 12 April 1945;
namun, berbeda dengan harapannya, Sekutu tetap tidak gentar.
Bertindak dengan pandangannya bahwa kegagalan militer Jerman turut
menghilangkan haknya untuk berdiri sebagai suatu bangsa, Hitler memerintahkan
penghancuran semua infrastruktur industri Jerman sebelum jatuh ke tangan
Sekutu. Menteri Persenjataan Albert Speer dipercaya untuk mengeksekusi
rencana bumi hangus ini, namun diam-diam ia tolak.

C. Sejauh Apa Konflik Merugikan Para Pihak


Sekutu mendirikan pemerintahan pendudukan di Austria dan Jerman. Negara
pertama menjadi negara netral dan tidak memihak dengan blok politik manapun.
Negara terakhir dibelah menjadi zona pendudukan barat dan timur yang dikuasai
Sekutu Barat dan Uni Soviet. Program denazifikasi di Jerman melibatkan
pengadilan penjahat perang Nazi dan penggulingan mantan Nazi dari kekuasaan,
8

meski kebijakan ini lebih condong ke amnesti dan reintegrasi mantan Nazi ke
masyarakat Jerman Barat.
Jerman dibagi secara de facto, dan dua negara merdeka, Republik Federal Jerman
dan Republik Demokratik Jerman. dibentuk di dalam perbatasan zona
pendudukan Sekutu dan Soviet. Seluruh Eropa terbagi antara cakupan pengaruh
Barat dan Soviet.
Pembagian dunia pascaperang diresmikan oleh dua aliansi militer internasional,
NATO pimpinan Amerika Serikat dan Pakta Warsawa pimpinan Soviet.
Ekonomi global menderita akibat perang, meski negara-negara yang terlibat
terpengaruh dengan berbagai cara. Amerika Serikat tampil lebih kaya daripada
negara lain; negara ini mengalami ledakan bayi dan pada tahun 1950 produk
domestik bruto per orangnya lebih tinggi daripada negara-negara besar lain dan
Amerika Serikat mendominasi ekonomi dunia. Britania Raya dan Amerika
Serikat menerapkan kebijakan pelucutan industri di Jerman Barat pada tahun
1945–1948. Akibat perdagangan internasional yang saling tergantung, hal ini
menciptakan stagnasi ekonomi di Eropa dan menunda pemulihan Eropa selama
beberapa tahun.
Uni Soviet, meski menderita kerugian manusia dan material yang luar biasa,
juga mengalami peningkatan pesat produksi pada masa-masa pascaperang.
Perkiraan total korban perang bervariasi, karena banyak kematian yang tidak
tercatat. Kebanyakan pihak memperkirakan sekitar 60 juta orang tewas dalam
perang, termasuk 20 juta tentara dan 40 juta warga sipil. Banyak warga sipil tewas
akibat wabah, kelaparan, pembantaian, pengeboman, dan genosida yang
disengaja. Uni Soviet kehilangan sekitar 27 juta rakyatnya sepanjang perang.
termasuk 8,7 juta personel militer dan 19 juta warga sipil. Pangsa korban jiwa
militer terbesar adalah etnis Rusia (5.756.000), diikuti etnis Ukraina (1,377,400).
Jerman mengalami 5,3 juta kematian militer, kebanyakan di Front Timur dan
sepanjang pertempuran terakhir di Jerman.
9

Sekitar 11 sampai 17 juta jiwa warga sipil tewas akibat kebijakan ideologi Nazi
secara langsung maupun tidak langsung, termasuk genosida sistematis sekitar
enam juta kaum Yahudi sepanjang Holocaust ditambah lima juta bangsa Roma,
homoseksual, serta Slav dan suku bangsa atau kaum minoritas lainnya.
Nazi bertanggung jawab atas terjadinya Holocaust, yaitu pembunuhan sekitar
enam juta (meskipun jumlahnya diragukan) kaum Yahudi (kebanyakan
Ashkenazim), serta dua juta etnis Polandia dan empat juta orang lainnya yang
dianggap "tidak layak hidup" (termasuk orang cacat dan sakit jiwa, tahanan
perang Soviet, homoseksual, Freemason, Saksi-Saksi Yehuwa, dan Romani)
sebagai bagian dari program pemusnahan dengan sengaja. Sekitar 12 juta orang,
kebanyakan penduduk Eropa Timur, dipekerjakan sebagai buruh paksa di
ekonomi perang Jerman. Terlepas dari semua itu, ada beberapa pihak yang
meragukan jumlah korban Holocoust. Mereka beranggapan bahwa korban
Holocoust tidak sampai mencapai 6 juta orang, melainkan hanya ratusan ribu saja.
Peristiwa ini juga dianggap oleh pihak-pihak tertentu sebagai propaganda untuk
menarik simpati terhadap berdirinya negara Israel.
Banyaknya negara-negara Eropa memberikan hukuman bagi siapa saja yang
tidak percaya pada peristiwa Holocoust dan seringnya peristiwa ini ditunjukkan
dalam film-film dan dalam buku-buku sejarah, membuat pihak-pihak tersebut
ragu akan kebenaran peristiwa ini. Namun, terlepas dari semua keraguan itu,
peristiwa pembantaian dan penyiksaan terhadap Yahudi benar-benar ada,
meskipun jumlah korbannya masih kontroversial.

D. Pemecahan Konflik
Tanggal 8 Mei 1945, Nazi Jerman menyatakan kapitulasi tanpa syarat.
Panglima perang Jerman, Jendral Wilhelm Keitel, menandatangani kapitulasi di
Berlin. dan menyerahnya Jepang pada tanggal 15 Agustus 1945 (setelah
pemboman atom di kota Hiroshima dan Nagasaki).
Saat Pertempuran Berlin berlangsung tahun 1945, Hitler menikahi kekasih
lamanya, Eva Braun. Tanggal 30 April 1945, kurang dari dua hari kemudian,
10

keduanya bunuh diri agar tidak ditangkap Angkatan Darat Merah, lalu mayat
mereka dibakar.
Sekutu mendirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang resmi berdiri tanggal 24
Oktober 1945. dan mengadopsi Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia
tahun 1948 sebagai standar umum bagi semua negara anggotanya. Kekuatan-
kekuatan besar yang menjadi pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet,
Tiongkok, Britania Raya, dan Prancis—menjadi anggota tetap Dewan Keamanan
PBB.
Setelah pembebasan yang dilakukan tentara amerika dan sekutu di eropa,
banyak orang yahudi yang selamat menjadi pengungsi. Dan bermukim di barak
pengungsian sementara di eropa tengah. Ada juga berjuta-juta pengungsi non
yahudi yang tinggal di tempat pengungsian , yang diatur oleh agen pertolongab
dan rehabilitasi perserikatan bangsa-bangsa (UNRRA) .
UNRRA bersama dengan komite distribusi gaungan amerika , bekerja keras
untuk meningkatkan kondisi-kondisi yang sangat minim di kamp pengungsian.
Pada musim gugur 1945 mereka menyediakan sekolah, kebun-kebunn pelatihan,
dan institusi pendidikan yang lain untuk mendorong kaum yahudi kembali ke
kehidupan normal.
11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang yang erlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945 melibatkan banyak
sekali negara di dunia yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang
saling bertentangan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terluas
dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan
militer. Dalam keadaan "perang total", negara-negara besar memaksimalkan
seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang,
sehingga menghapus perbedaan antara sumber daya sipil dan militer. Ditandai
oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal warga sipil,
termasuk Holocaust dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini
memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini
menjadikan Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat
manusia.
Nazi bertanggung jawab atas terjadinya Holocaust, yaitu pembunuhan sekitar
enam juta (meskipun jumlahnya diragukan) kaum Yahudi (kebanyakan
Ashkenazim), serta dua juta etnis Polandia dan empat juta orang lainnya yang
dianggap "tidak layak hidup" (termasuk orang cacat dan sakit jiwa, tahanan
perang Soviet, homoseksual, Freemason, Saksi-Saksi Yehuwa, dan Romani)
sebagai bagian dari program pemusnahan dengan sengaja. Sekitar 12 juta orang,
kebanyakan penduduk Eropa Timur, dipekerjakan sebagai buruh paksa di
ekonomi perang Jerman. Terlepas dari semua itu, ada beberapa pihak yang
meragukan jumlah korban Holocoust. Mereka beranggapan bahwa korban
Holocoust tidak sampai mencapai 6 juta orang, melainkan hanya ratusan ribu saja.
Peristiwa ini juga dianggap oleh pihak-pihak tertentu sebagai propaganda untuk
menarik simpati terhadap berdirinya negara Israel.
12

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Adolf_Hitler
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II
https://encyclopedia.ushmm.org/content/id/article/world-war-ii-in-europe-abridged-
article

Anda mungkin juga menyukai