Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ PERISTIWA PERANG DINGIN “

Di susun untuk tugas akhir mata pelajaran sejarah peminatan

Guru : Ayu Puspita S.pd.

Di susun oleh :

1. Sandy Virda Aulia


2. Ici Antika
3. Rendy Ardiansyah
4. Galih Rangga Alwis
5. Irvan

KELAS : XII IPS 3

SMAN 1 AIR NANINGAN

KEC.AIR NANINGAN KAB TANGGAMUS

PROV.LAMPUNG

TP.2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peristiwa Perang
Dingin”. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan
Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini
dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Air Naningan, 14 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang Perang Dingin........................................................................1


B. Rumusan masalah...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Peran Dingin...................................................................................................2
B. Proses jalannya Perang Dingin.......................................................................3
C. Pengaruh Perang Dingin Dunia......................................................................5
D. Peran Indonesia terhadap Perang Dingin.......................................................5
E. Runtuhnys Perang Dingin &Dampaknya.......................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................10

DAFTAR PUSAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perang Dingin

Perang Dingin mengakibatkan terjadinya peperangan, krisis, dan perpecahan


di beberapa negara yang diakibatkan persaingan ideologi di antara dua negara
adidaya. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu menerapkan
sikap cinta damai karena perang, baik langsung maupun dak langsung, akan
merugikan manusia.

Pada periode Perang Dingin, Indonesia memelopori pendirian organisasi kerja


sama internasional, seperti Gerakan Nonblok (GNB) dan Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN). Kontribusi Indonesia dalam
pembentukan dua organisasi internasional ini merupakan wujud nyata dari
konsistensi Indonesia dalam menjaga kebijakan politik bebas aktifnya,
sekaligus kontribusinya dalam menjaga perdamaian dunia. Dalam lingkungan
sekolah, karakter kerja sama ini dapat diwujudkan siswa dengan mengikuti
kegiatan organisasi yang membutuhkan kerja sama antaranggotanya.

Selama Perang Dingin, Indonesia turut ambil bagian dalam penyelesaian


sejumlah konflik internasional. Contohnya, terkait masalah antara Palestina
dan Israel yang sudah bertahun-tahun menyedot perhatian dunia internasional.
Indonesia menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan dukungan bagi
berdirinya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dalam bemuk
dukungan diplomatik. Karakter peduli dapat diwujudkan siswa dalam
kehidupannya sehari-hari dengan menolong orang yang membutuhkan tanpa
memedulikan suku, agama, ras, ataupun golongan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Perang Dingin
2. Proses jalannya
3. Pengaruh Perang Dingin di Dunia
4. Peran Indonesia terhadap Perang Dingin
5. Runtuhnya Perang Dingin & Dampaknya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perang Dingin Pertama

1. Munculnya Dua Negara Adidaya

Pasca-Perang Dunia II, negara-negara di dunia terbagi ke dalam dua blok,


yakni Blok Barat dan Blok Timur. Pembagian tersebut berdasarkan
perbedaan ideologi, yakni liberalisme (kapitalisme) dan komunisme.
Liberalisme yang dianut oleh Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat.
Anggotanya di antaranya negara-negara di Eropa Barat dan juga di luar
Eropa yang mendapat pengaruh atau bantuan Amerika Serikat. Negara-
negara ini tergabung ke dalam NATO yang dibentuk pada 1949.

Negara-negara NATO di antaranya Prancis, Inggris, dan Kanada Adapun


Blok Timur yang menganut paham komunisme dipimpin oleh Uni Soviet
yang meliputi daerah-daerah yang mendapat pengaruh, bantuan, ataupun
pendudukan oleh Uni Soviet. Negara-negara tersebut di antaranya Bulgaria,
Cekoslowakia, Jerman Timur, Hungaria, Polandia, Rumania, dan Albania.
Adapun di Asia, antara lain Mongolia, Vietnam, dan Korea Utara. Negara-
negara Blok Timur ini tergabung dalam Pakta Warsawa yang dibentuk oleh
Uni Soviet pada 1955.

2. Perang Dingin Kedua

Istilah "Perang Dingin Kedua" merujuk pada periode peningkatan kembali


ketegangan dan konflik antara kedua negara adidaya pada akhir 1970-an dan
awal 1980-an. Peningkatan ketegangan terjadi dalam hal ekonomi, militer,
dan budaya. Dari segi ekonomi, Moskow telah membangun sumber daya
militer yang menghabiskan 25 persen dari produk nasional brutonya dengan
mengorbankan barang-barang konsumsi dan investasi di sektor sipil. Pada
awal 1980-an, Uni Soviet membangun persenjataan dan pasukan militer yang
melebihi Amerika Serikat. Segera setelah Uni Soviet menginvasi
Afghanistan, Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, memulai
pembangunan militer secara besar-besaran. Upaya ini semakin diintensifkan

2
oleh pemerintahan Ronald Wilson Reagan yang meningkatkan pengeluaran
militer dari 5,3 persen/total GNP pada 1981 menjadi 6,5 persen pada 1986.
Jumlah ini merupakan

jumlah anggaran militer terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat. Dari


segi militer, peningkatan ketegangan terlihat dari dipasangnya rudal balistik
RSD-10 Pioneer milik Uni Soviet yang mengarah ke Eropa Barat. Setelah itu,
NATO memutuskan untuk memasang rudal jelajah dan MGM-31 Pershing di
Eropa, terutama di Jerman Barat. Rudal-rudal ini ditempatkan dengan jarak
mencolok, hanya berjarak tempuh 10 menit ke Moskwa.

Dari segi politik, Perang Dingin Kedua ditandai dengan peningkatan


dukungan pemerintah di negara dunia ketiga melawan pemberontakan dalam
negeri. Tindakan penumpasan terhadap pemberontakan yang melawan
kekuasaan yang sah ini lazim disebut kontra pemberontakan
(counterinsurgences). Pada pemilu presiden Amerika Serikat tahun 1980,
Ronald Wilson Reagan mengalahkan Jimmy Carter. Reagan bersumpah untuk
meningkatkan anggaran militer dan menghadapi Soviet di mana pun. Baik
Reagan maupun Perdana Menteri Inggris yang baru, Margaret Thatcher,
sama-sama mengecam Uni Soviet. Reagan meramalkan bahwa komunisme
akan hancur dan menjadi "tumpukan abu sejarah".

B. PROSES JALANNYA PERANG DINGIN

a. Persaingan Politik

Mars Plan vs Molotov Plan ( comecon )

Pada awal 1947, terjadi pertemuan antara Inggris, Prancis, Ameruka Serikat,
dan Uni Soveir yang membahas rencana mewujudkan kemandirian ekonomi.
Pertemuan tersebut berakhir dengan kegagalan mencapai suatu kesepakatan.
Setelah itu, pada Juni 1947, sesuai Doktrin Truman, Amerika Serikat
mengesahkan program Marshall Plan atau Rencana Marshall. Marshall Plan
adalah bantuan ekonomi yang diberikan kepada negara-negara Eropa Barat.

3
Truman bermaksud membangun kembali sistem demokrasi dan
perekonomian Eropa serta membatasi pengaruh komunis.

b. Konflik Berlin
Konflik Berlin berawal dari pemisah jerman menjadi dua, yakni jerman
barat dan jerman timur, akibat dari kekalahan yang dialami jerman pada
perang dunia II. Wilayah jerman dikuasai oleh Prancis, Inggris, dan
Amerika Serikat yang bergabung pada 23 Mei 1949 untuk membentuk
Republik Federal Jerman (Bundesrepublik Deutschland) atau Jerman
Barat. Adapun wilayah nimur Jerman dikuasai oleh Uni Soviet yang pada
7 Oktober 1949 membentuk Republik Demokratik Jerman (Deutsche
Demokratische Republik, DDR) atau Jerman Timur. Selanjutnya, sesuai
dengan Marshall Plan, Sekutu memulai kembali proses industrialisasi serta
menata kembali perekonomian Jerman bersama-sama, termasuk
pengenalan mata uang baru, deutsche mark, untuk menggantikan mata
uang lama, reichsmark.
c. Berebut Pengaruh di Luar Eropa

Persaingan memperebutkan pengaruh politik antara dua negara adidaya


yang berbeda ideologi ini kemudian menjalar ke seluruh dunia. Amerika
Serikat memperluas kebijakan containment ke Asia, Afrika, dan Amerika
Latin untukmelawan gerakan nasionalis revolusioner, yang kebanyakan
dipimpin oleh partai-partai komunis yang dibiayai oleh Uni Soviet.

Pada awal 1950-an, Amerika Serikat membentuk aliansi dengan Jepang,


Australia, Selandia Baru, Thailand, dan Filipina. Pada 1951, misalnya,
dibentuk Australia, New Zealand, United States Security Treaty atau
ANZUS (Pakta Pertahanan Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat)
dan pada 1954 dibentuk Southeast Asia Treaty Organization atau SEATO
(Pakta Pertahanan Asia Tenggara). Aliansi ini membuat Amerika Serikat
memiliki sejumlah pangkalan militer jangka panjang di negara-negara
tersebut.

d. Perlombaan Teknologi dan Periode Détente

4
Uni Soviet dan Amerika Serikat tidak hanya bersaing dalam hal politik, tetapi
juga bersaing dalam hal kemajuan teknologi. Pada Agustus 1957, Uni Soviet
berhasil meluncurkan peluru kendali balistik antarbenua pertama dan pada
Oktober 1957 juga meluncurkan satelit bumi pertama, Sputnik. Peluncuran
Sputnik menandai dimulainya perlombaan teknologi ruang angkasa antara
kedua negara.

C. Pengaruh Peran Dingin di dunia


Persaingan memperebutkan pengaruh politik antara dua negara adidaya yang
berbeda ideologi ini kemudian menjalar ke seluruh dunia. Amerika Serikat
memperluas kebijakan containment ke Asia, Afrika, dan Amerika Latin
untukmelawan gerakan nasionalis revolusioner, yang kebanyakan dipimpin
oleh partai-partai komunis yang dibiayai oleh Uni Soviet.
Pada awal 1950-an, Amerika Serikat membentuk aliansi dengan Jepang,
Australia, Selandia Baru, Thailand, dan Filipina. Pada 1951, misalnya,
dibentuk Australia, New Zealand, United States Security Treaty atau ANZUS
(Pakta Pertahanan Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat) dan pada
1954 dibentuk Southeast Asia Treaty Organization atau SEATO (Pakta
Pertahanan Asia Tenggara). Aliansi ini membuat Amerika Serikat memiliki
sejumlah pangkalan militer jangka panjang di negara-negara tersebut.

D.Peran Indonesia terhadap Peran Dingin


Sebagai negara yang baru merdeka setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Indonesia juga tidak luput dari pengaruh yang ditimbulkan Perang Dingin.
Negara-negara yang baru merdeka menjadi ajang dari perebutan hegemoni
antara negara-negara adidaya. Sejak proklamasi kemerdekaan, Indonesia
menerapkan kebijakan politik luar negeri "bebas aktif". Kebijakan ini bahwa
Indonesia tidak ikut dalam blok mana pun karena cita-cita bangsa Indonesia
adalah mewujudkan perdamaian dunia. Berdasarkan semangat tersebut,
Indonesia bersama beberapa negara lainnya, yaitu Mesir, Yugoslavia, India,
dan Ghana memelopori pembentukan Gerakan Nonblok.

5
Dalam Gerakan Nonblok, presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno,
menjadi salah satu pemrakarsa, bersama sama dengan Presiden Yugoslavia
Joseph Broz Tito, Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden
Mesir Ghamal Abdul Nazer, dan Perdana Menteri Ghana Kwame Nkrumah.
Gerakan ini lahir sebagai solusi dari munculnya banyak kekisruhan di dunia
internasional era 1950-an karena kekuatan negara-negara adidaya mulai
memperebutkan negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur dan Asia
Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Selain itu, negara-negara
yang memiliki banyak sumber energi, seperti Qatar, Uni Emirat Arab, dan
Kuwait juga tidak luput dari perhatian negara adidaya.

E.Runtuhnys Perang Dingin & Dampaknya

Pada 1985, Mikhail Gorbachev diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Partai


Komunis dengan kondisi perekonomian Uni Soviet yang sedang stagnan dan
penurunan tajam dalam penerimaan valuta asing akibat turunnya harga minyak
dunia. Pada Juni 1987, dalam upaya membangkitkan kembali perekonomian
Uni Soviet, Gorbachev melakukan perubahan struktural dengan mengeluarkan
kebijakan yang disebut perestroika atau restrukturisasi dan glasnost atau
keterbukaan.
Perestroika memungkinkan sistem kuota produksi menjadi lebih efektif,
kepemilikan swasta atas bisnis, dan membuka jalan bagi investor asing.
Langkah ini dimaksudkan untuk mengarahkan
sumber daya negara ke pengembangan sektor sipil yang lebih produktif, bukan
pembiayaan militer yang boros
Glasnost diberlakukan untuk melawan penentang reformasinya yang berasal
dari internal partai. Selain itu, kebijakan ini memungkinkan meningkatnya
kebebasan pers dan transparansi lembaga-lembaga negara. Glasnost bertujuan
mengurangi korupsi dalam tubuh Partai Komunis, mencegah penyalahgunaan
kekuasaan di Komite Sentral, dan memungkinkan meningkatnya kontak antara
warga Uni Soviet dan Barat.

6
Pada 8 Desember 1987, Traktat Kekuatan Nuklir Jarak Menengah
(Intermediale Range Nuclear Force/INF Treaty) ditandatangani oleh Amerika
Serikat dan Uni Soviet, yang isinya menghapus keberadaan semua senjata
nuklir, rudal balistik, dan rudal jelajah dengan jarak antara 500 dan 5.500
kilometer beserta seluruh infrastrukturnya. Hal ini membuat ketegangan antara
Timur dan Barat mereda dengan cepat.
Pada 1989, bertempat di Moskwa, Gorbachev dan pengganti Reagan, George
H. W. Bush, menandatangani perjanjian START 1 yang mengakhiri
perlombaan senjata antara kedua negara. Pada tahun-tahun berikutnya, Uni
Soviet dihadapkan pada keruntuhan perekonomian yang diakibatkan oleh
turunnya harga minyak dunia dan besarnya pembiayaan militer. Selain itu,
penempatan militer di negara sekutunya diakui tidak relevan lagi bagi Soviet.
Pada tahun ini pula, pasukan Soviet mundur dari Afghanistan, dan setahun
kemudian Gorbachev menyetujui reunifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur.
Ketika Tembok Berlin runtuh, konsep "Common European Home" yang
dicetuskan oleh Gorbachev mulai terbentuk. Pada 3 Desember 1989, dalam
Konferensi Tingkat Tinggi Malta, Mikhail Gorbachev dan George H. W. Bush
secara resmi menyatakan bahwa Perang Dingin sudah berakhir. Setahun
kemudian, dua negara tersebut bermitra dalam Perang Teluk melawan Irak.
Uni Soviet secara resmi dibubarkan pada 25 Desember 1991.

F. Dampak Perang Dingin


1. Uni Soviet
Setelah Perang Dingin, Rusia sebagai ahli waris utama Uni Soviet memotong
pengeluaran militer secara drastis. Restrukturisa ekonomi menyebabkan jutaan
warga di seluruh Uni Sovie menganggur. Sementara itu, reformasi yang
dijalankan Gorbache mengakibatkan terjadinya resesi yang parah, lebih parah
daripada yang dialami oleh Amerika Serikat dan Jerman selama masa Besar
tahun 1930-an. Depresi

2. Amerika Serikat

7
Setelah pembubaran Uni Soviet, dunia pasca-Perang Dingin secara luas
dianggap sebagai dunia yang unipolar dan menyisakan Amerika Serikat
sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia. Pada 1989, Amerika menjalin
kerja sama militer dengan 50
negara dan memiliki 526.000 tentara di luar negeri yang tersebar di puluhan
negara. Dari jumlah tersebut, 326.000 terdapat di Eropa (dua pertiganya di
Jerman Barat) dan sekitar 130.000 terdapat di Asia (terutama di Jepang dan
Korea Selatan). Perang Dingin juga menandai puncak pengembangan industri
militer, terutama di Amerika Serikat dan pendanaan militer secara besar-
besaran.
Pengeluaran militer Amerika Serikat selama berlangsungnya Perang Dingin
diperkirakan mencapai $8 triliun, sedangkan hampir 100.000 warga Amerika
Serikat kehilangan nyawa dalam Perang Korea dan Perang Vietnam. Di lain
pihak, sulit memperkirakan jumlah korban dan kerugian dari pihak Uni Soviet.
Namun, jika dilihat dari perbandingan produk nasional bruto, biaya yang
dikeluarkan Uni Soviet selama perang jauh lebih besar daripada yang
dikeluarkan oleh Amerika Serikat.

3. Dunia Ketiga
a. Konflik baru di sejumlah negara
Jutaan jiwa tewas dalam perang proksi antarkedua negara adidaya di berbagai
belahan dunia, terutama di Asia Tenggara. Serelah Perang Dingin berakhir,
perang antarnegara, perang etnis. perang revolusi, dan jumlah pengungsi
menurun tajam. Namun, konflik antarnegara di negara-negara dunia ketiga
tidak sepenuhnya hilang.

Hal ini disebabkan kegagalan pengawasan negara di sejumlah wilayah yang


dulunya dikuasai oleh pemerintahan komunis. Contohnya, konflik sipil dan
etnis baru, terutama di negara-negara bekas Yugoslavia. Sementara itu,
berakhirnya Perang Dingin telah membawa Eropa Timur pada era
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah negara demokrasi liberal.
Namun, di beberapa negara lain,

8
kemerdekaan diikuti dengan gagainya negara mengisi negara kemerdekaan,
seperti di Afganistan.

b. Mendorong perkembangan teknologi


Persaingan dua negara adidaya di era Perang Dingin membuat teknologi
berkembang pesat, terutama dalam bidang militer. Pada periode ini,
pemerintah kedua negara mengeluarkan dana yang besar demi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di negara masing-masing. Kemajuan teknologi ini
juga dinikmati dan diikuti oleh negara-negara dunia ketiga.

c. berkembangnya demokrasi dan kesadaran terhadap hak-hak asasi


manusia
Perang Dingin juga mengembangkan kesadaran terhadap hak hak asasi
manusia. Pihak Barat yang menyokong demokrasi dan kapitalisme gencar
menyerang Uni Soviet terkait dengan hak asasi manusia. Paham komunisme
dinilai bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Para akademisi
kemudian mempelajari dan menganalisis dampak negatif dari komunisme dan
kapitalisme. Namun, sebenarnya persaingan dan permusuhan Amerika Serikat
dengan Uni Soviet bukanlah dilandasi cita-cita luhur menegakkan HAM,
melainkan bersifat politis dan ekonomis.

4. Bagi Indonesia
Pada 1960-an, di era Perang Dingin, Indonesia menerapkan sistem Demokrasi
Terpimpin. Sukarno dinilai lebih mengarahkan pandangan politiknya ke
negara-negara Blok Timur yang berhaluan komunis. Pada saat yang sama,
Partai Komunis Indonesia (PKI). mendominasi politik Indonesia. Puncak
kedekatan Indonesia dengan Blok Timur adalah pendirian Poros Jakarta-
Hanoi- Pyong Yang-Phnom Penh. Hal ini membuat Indonesia dicap sebagai
negara berhaluan komunis oleh masyarakat internasional.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang Dingin memaksa banyak negara selain Amerika Serikat dan Uni Soviet
untuk memilih pihak, meskipun dengan sukarela maupun terpaksa dan
memberi alasan kedua negara adikuasa ini untuk ikut campur pada urusan
negara mereka. Pihak antagonis dalam Perang Dingin adalah Amerika Serikat
dan Uni Soviet, meskipun demikian, Perang Dingin memberi dampak secara
tidak langsung pada setiap negara di seluruh dunia dalam hal-hal
tertentu.Beberapa negara yang terkena dampak langsung dari Perang Dingin
ini, biasanya terjadi perang atau konflik di negaranya. Tiga contoh besar dari
pernyataan ini adalah terjadinya perang Vietnam, perang Korea dan perang
Afghanistan. Pada masing-masing peperangan ini, pihak yang berperang
adalah pihak komunis dan pihak non komunis. Di setiap pihak-pihak negara
yang dimaksud, mereka juga berpihak pada salah satu negara antagonis
tersebut, baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet. Di setiap kasusnya,
masing-masing negara tidak mendapatkan apapun kecuali dampak yang
menhancurkan negara itu sendiri akibat konflik yang bersangkutan.Di negara-
negara lain, dampaknya lebih ke arah positif. Amerika Serikat dan Uni Soviet
berlomba-lomba untuk membantu negara yang tidak memilih kedua belah
pihak. Mereka berlomba memberikan bantuan ekonomi untuk negara-negara
tersebut untuk meyakinkan mereka untuk memilih salah satu pihak. Dalam
artian, negara-negara yang tidak memihak kedua negara antagonis tersebut
mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomi.
Pada akhirnya, bisa kita simpulkan bahwa seluruh negara terkena dampak dari
Perang Dingin, karena Perang Dingin tersebut secara tidak langsung
membentuk perintah internasional. Seluruh negara terus-terusan merasa

10
khawatir apabila senjata nuklir dikeluarkan oleh kedua negara adikuasa
tersebut. Namun di sisi lain, banyak juga dampak positif yang didapatkan dari
negara-negara lain dari banyak sisi mulai dari sisi ekonomi hingga sisi
perdamaian.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat jenderal kerja sama ASEAN kementrian luar negeri republik Indonesia.
2008.
ASEAN Selayang pandang. Jakarta: kementrian luar negeri republik Indonesia.
Dwyer, victor. 1996. High-tech glory or glorified play? Canada: maclean hunter.
Fritsch-bournazel, renata. 1990. confroting the german question: germans on the
east-west divide.
UK: berg publishers.
Martono, nanang. 2016. Sosiologi perubahan sosial; perspektif klasik, modern, pos
modern, dan poskolonial. Jakarta: rajawali pres.
Mcluhan, marshall. 1994. Understanding media the extension of man. New York:
McGraw Hill.

Muljana, slamet. 2008. Kesadaran nasional jilid I dan II. Yogyakarta: penerbit LKiS
Pelangi aksara.

. 2008. Kesadaran nasional: dari kolonialisme sampai kemerdekaan.


Yogyakarta: PT LKiS Pelangi aksara.

Nainggolan, poltak partogi. 2004. Konflik dan perkembangan Kawasan pasca perang
dingin. Jakarta: pusat pengkajian dan pelayanan informasi, sekretariat jendral, dewan
perwakilan rakyat, republik Indonesia.

Lapian, A. B. dan taufik abdulah (ed). 2012. Indonesia dalam arus sejarah jilid 6 perang
dan revolusi. Jakarta: PT ictiar baru van hoeve.

---------------------------------- Indonesia dalam arus sejarah jilid 7 pascarevolusi.

Jakarta: PT ictiar baru van hoeve.

Ling, tan swie. 2011. G3OS 1965, perang dingin, dan kehancuran nasionalisme ;
pemikiran cina jelata korban orba. Depok: komunitas bambu.

Ojong, P.K. 2003. Perang eropa, jilid 1. Jakarta: penrbit buku Kompas.

11
12

Anda mungkin juga menyukai