Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH METODOLOGI SEJARAH

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Sejarah

Guru Pembimbing
Pak Oscar Damarino Pradipta, S.Pd.

Disusun Kelompok 4:
 Fierro Surya Tunliu/12
 Gita Marina Harianja/14
 Helen Puspita/15
 Joshua Aldrich Silalahi/19
 Samuel Gilbert Lumban T/31
 Stephani Jessica Indah Simanjuntak/33

SMA XAVERIUS 1
JALAN BANGAU NOMOR 60/1258 PALEMBANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami untuk dapat menyelesaikan Makalah Metodologi Sejarah sebagai
tugas kali ini dengan tepat waktu.

Tema yang kami angkat dalam makalah ini adalah Perang Dunia II di Eropa yang
terjadi dalam periode tahun 1939-1945. Keputusan untuk memilih tema ini didasarkan pada
beberapa alasan penting, yaitu karena dengan mengulik peristiwa ini, kita bisa melihat
konsekuensi jangka panjang perang terhadap politik, ekonomi, dan perkembangan sosial di
banyak negara. Selain itu, kita bisa meneliti dampak perang terhadap warga sipil yang
berimbas pada pengungsian, penindasan, dan trauma perang serta mengetahui peran tokoh-
tokoh kunci, seperti Winston Churchill, Franklin D. Roosevelt, atau Adolf Hitler yang
tergabung dalam 2 aliansi berbeda (Blok Poros/Blok Sekutu).

Adapun tugas ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya tidak lepas
dari bantuan semua pihak, Pak Oscar Damarino Pradipta selaku guru pembimbing dan
masukan dari teman-teman sekalian, sehingga mempermudah penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada kalian yang kami kasihi.

Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, demikian makalah ini kami buat.
Dengan kerendahan hati, mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan ejaan maupun
ketidaksesuaian tata bahasa serta isi. Besar harapan untuk memberikan manfaat sekaligus
menambah pengetahuan baru pembaca sehingga akan sangat diapresiasi apabila berkenan
memberikan umpan balik berupa kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik di
lain waktu. Akhir kata, semoga membantu.

Palembang, 15 September 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………..………………….……….………….1

DAFTAR ISI ……………………………………………………….………………. 2

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………..……….....…………….. 3

1.1 Latar Belakang ………………………………………………...………...…….……… 3

1.2 Tujuan …………………………………….……………..……………...……………. 3

1.3 Manfaat …………………………………….……………..……………...………….... 3

BAB II PEMBAHASAN ……………………………...………………….


………………………….. 4

2.1 Kronologi Perang Dunia II………………………...………...………………………… 4

2.2 Sejarah Perang Dunia II………..……...………………….………………… 5

2.3 Akibat Perang Dunia II …………………...…………...6

……………………...……………………......7

……………………...……………………...…......8

BAB III PENUTUP ………………………..……………..……………………./……………


10.

3.1 Kesimpulan ……………………………………………….………………………….10

3.2 Saran-Saran ………………………………………...…………………………............10

DAFTAR PUSTAKA …………………………………..………………………..…….….…


11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Munculnya Nasionalisme Berlebihan


1. Pada 1913, Adolf Hitler memutuskan untuk ke Munich, Jerman dan mendaftar sebagai
tentara Jerman di saat Perang Dunia I pecah. Meskipun ia masih berstatus sebagai warga
negara Austria, ia tetap diterima sebagai tentara pada tahun 1914. Selama jabatannya
sebagai tentara, Hitler tidak pernah absen dalam pertempuran penting. Pada 1918, Jerman
mengumumkan kekalahannya pada Perang Dunia I sehingga negara ini mengalami krisis
ekonomi. Kekalahan yang dialami Jerman selama perang juga membuat Hitler sakit hati dan
juga memperkuat jiwa patriotismenya akan negara Jerman. Nasionalisme dan patriotisme
pada diri Hitler cenderung berkembang menjadi chauvinisme yang tampak pada
kebanggaan berlebihan terhadap bangsa Jerman dan memandang rendah bangsa lain.
2. Selain Jerman, chauvinisme juga muncul di Italia dan Jepang. Di Italia berupa klaim
atas wilayah yang menang menjadi bagian Kekaisaran Romawi. Di Jepang berupa klaim
atas Asia sebagai kesatuan kawasan di bawah Jepang.

 Munculnya Ideologi Fasisme


Fasisme dimaknai sebagai ideologi dimana semua kekuasaan berada di bawah 1 orang
yang diktator dan otoriter.

1. Fasis Italia
Kepemimpinan fasis di Italia dikenalkan oleh Benito Mussolini yang bermaksud
menjadikan Italia sebagai pewaris kejayaan Romawi. Ia sangat berambisi
untuk menguasai negara-negara lain yang dulu menjadi bagian dari Kekaisaran
Romawi. Dengan jalan ultranasionalisme, Musolini percaya negaranya dapat kembali
pada kemakmuran ekonomi. Sebagian besar rakyat Italia ternyata mendukung cita-cita
dan gagasan Mussolini tersebut.

Upaya-upaya Mussolini untuk mencapai kebesaran dan kejayaan Italia adalah


sebagai berikut:
a. Memaksa Raja Italia Victor Imanuel III untuk menyerahkan kekuasaan
kepadanya.
b. Memperkuat angkatan perang melalui jalinan kerja sama militer dengan
pihak Jerman.
c. Membantu Jenderal Franco dalam Perang Saudara di Spanyol untuk
melicinkan jalan menguasai seluruh laut tengah sebgai man nostrum (laut
kita) Italia.
d. Menduduki Ethiopia dan Albania.

2. Fasis Jerman

Pemimpin fasisme Jerman ialah Adolf Hitler. Ia mendirikan partai National


Sozialistische Deutsche Arbeiter Partei yang lebih dikenal dengan nama Nazi pada tahun
1921. Ia membentuk tentara pribadi yang dinamakan Schutzstaffel atau pasukan penjaga.
Dalam bukunya yang diberi judul Mein Kampf (Perjuangan Saya), Hitler
mengumandangkan keagungan bangsa Jerman sebagai ras yang unggul. Ras Arya telah
diciptakan untuk memimpin dunia. Oleh karena itu, kejayaan Jerman seperti sebelum Perang
Dunia I menjadi impiannya.
Adolf Hitler yang disebut rakyatnya sebagai Der Fuchrer (pemimpin) tidak saja ingin
mengembalikan kejayaan masa lampau, tetapi juga bermaksud memperbaiki keadaan
ekonomi negara yang rusak akibat perang. Ia berusaha menyusun suatu pemerintahan yang
kuat dengan sistem terpimpin.
Upaya yang ditempuh Hitler untuk mewujudkan kejayaan Jerman, yaitu sebagai berikut:
a. Memperkuat dukungan rakyat terhadap Nazi.
b. Mengobarkan semangat anti Yahudi dengan membunuh atau mengusirnya.
c. Merobek perjanjian Versailles dengan tidak mau membayar kerugian perang.
d. Membentuk polisi rahasia Gestapo untuk menindas setiap lawan politik Nazi.
e. Membangun armada angkatan perang yang kuat.

3. Fasis Jepang

Pada masa kepemimpinan Kaisar Hirohito, Jepang mulai tampil sebagai


negara industri yang maju. Negara ini menghadapi kendala kurangnya bahan
baku dan daerah pemasaran hasil industri. Untuk mengatasinya, Jepang
melancarkan politik ekspansi ke negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Dalam melancarkan politik ekspansinya, Kaisar Hirohito melakukan


tindakan-tindakan sebagai berikut:

a. Memodernsisasi angkatan perang dengan mengagungkan semangat Bushido


(semangat ksatria) sebagai semangat berani mati bagi negara dan kaisar.
b. Mempropagandakan ajaran “dunia sebagai satu keluarga” yang berarti Jepang
harus memimpin dunia.
c. Menyingkirkan tokoh-tokoh yang antimiliterisme, yaitu dokrin yang
menentang perang.
d. Mempropagandakan Jepang sebagai Cahaya, Pemimpin, dan Pelindung Asia
yang akan membebaskan Asia dari penjajahan bangsa barat.
e. Meluaskan wilayah kekuasaan ke negara terdekat, seperti Korea, Manchuria,
dan Cina.

 Timbulnya Pemerintahan Diktator


1. Krisis berlarut-larut setelah Perang Dunia I memunculkan anggapan
demokratis tidak bisa dipertahankan, timbul kecenderungan untuk menempatkan
pemerintahan di bawah 1 penguasa. Keberhasilan pemerintah diktator
memulihkan stabilitas ekonomi, membangkitkan dukungan dari rakyat sekaligus
mendorong negara lain untuk menerapkan model pemerintahan yang sama.
2. Pemerintahan diktator antara lain muncul di Italia (Benito Mussolini),
Jerman (Adolf Hitler), Spanyol (Fransisco Franco), Uni Soviet (Joseph Stalin),
dan Jepang (Kaisar Hirohito).
 Munculnya Politik Agresi Militer
1. Politik agresi militer muncul bersamaan di Italia, Jerman, dan Jepang
sekitar tahun 1930-an berdasarkan doktrin tertentu dalam negara yang menjadi
alasan klaim atas suatu wilayah, misal: Jerman merasa berhak atas Rhineland
karena wilayah itu dihuni oleh bangsa Jerman.
2. Politik agresi militer di Italia berdasarkan doktrin Italia Irredenta, politik
agresi militer Jerman berdasarkan doktrin Libensraum, politik agresi militer
Jepang berdasarkan Hakko-Ichi-U.
3. Politik agresi militer erat kaitannya dengan upaya menguasai wilayah yang
kaya akan bahan industri termasuk industri mesin perang.
4. Politik agresi militer terlaksana dalam serangan Italia ke Afrika Utara dan
Ethiopia, serangan Jerman ke Rhineland dan Austria, serangan Jepang ke
Manchuria dan Cina.

 Penyebab Langsung Perang Dunia II


1. Serangan Jerman atas Polandia pada 1 September 1939, mengawali pertempuran di
Front Eropa dan Afrika Utara.
2. Serangan Jepang terhadap pangkalan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii
pada 7 Desember dan mengawali pertempuran di Front Pasifik.

1.2 Tujuan :
 Mengetahui kronologis Peristiwa Perang Dunia II dan tokoh-tokoh dibaliknya.
 Membantu mengungkap akar penyebab konflik, termasuk faktor politik, ekonomi, sosial,
dan ideologis yang memicu perang.
 Memahami bahaya ekstremisme, rasisme, dan agresi militer.
 Memahami bahwa dampak perang dapat menjadi dasar bagi rekonsiliasi antarnegara dan
perdamaian setelah konflik.

1.3 Rumusan Masalah


 Apa penyebab, dan dampak munculnya Perang Dunia II, serta motif di balik tindakan
agresi militer?
 Siapa saja tokoh yang memainkan peran penting dan negara yang terlibat dalam Perang
Dunia II?
 Kapan Perang Dunia II dimulai dan berakhir?
 Dimana saja lokasi konflik Perang Dunia II terjadi?
 Mengapa Perang Dunia II menjadi konflik skala global?
 Bagaimana letak geografis dan perkembangan teknologi militer mempengaruhi dinamika
perang?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Perang Dunia II

Perang Dunia II merupakan peristiwa sejarah dimana terdapat konflik akibat perbedaan
ideologi antara sejumlah negara di Asia, Amerika, dan Eropa Timur serta Tengah, yang
terjadi dalam kurun tahun 1939 hingga 1945. Konflik ini sangat besar dan bersifat destruktif,
serta menyebabkan berbagai dampak negatif seperti ketidakstabilan kondisi politik, ekonomi,
sosial, dan budaya yang memakan korban lebih dari 55 juta jiwa.

Konflik ideologi antarnegara akhirnya mendorong ekspansi dan invasi militer yang
berujung pada perang antarnegara. Perang Dunia II dimulai oleh negara Jerman yang
menyerang Polandia pada tanggal 1 September 1939. Strategi Jerman diawali dengan
menghancurkan kontrol udara Polandia, jalur komunikasi, rel kereta api, dan meluncurkan
amunisi.

Jerman menggunakan strategi tempur modern yang disebut sebagai Blitzkrieg, yakni
strategi dimana Jerman tidak melakukan pertahanan statis seperti yang terjadi pada Perang
Dunia I, tetapi mengerahkan gabungan pasukan yang beranggotakan mencapai 1,5 juta
tentara untuk terus bergerak saat melakukan serangan. Mesin-mesin perang yang digunakan
dikerahkan seluruhnya untuk terus bergerak juga.

Pesawat tempur Jerman menguasai udara dan pasukan infanteri besar terus bermanuver,
membuat serangan ini menjadi serangan tak terduga yang akan mengejutkan Polandia.
Strategi perang ini sukses memojokkan Polandia yang gagal untuk berkoordinasi. Dalam
jangka waktu 2 hari saja, Jerman berhasil menghancurkan negara Polandia dan memakan
korban jiwa sekitar 6 juta orang warga serta militer Polandia.

Pada hari kedua setelah perang antara Jerman dan Polandia berakhir, negara Inggris dan
Prancis kemudian menyatakan perang terhadap Hitler yang merupakan pemimpin Jerman
pada saat itu. Inggris mengirimkan ultimatum kepada Jerman untuk menarik pasukan
perangnya dari Polandia.

Namun, ultimatum tersebut disambut oleh Jerman dengan menenggelamkan kapal-


kapal milik Inggris yang ada di perairan Eropa. Setelah berhasil menyerang Polandia, Jerman
kemudian melancarkan serangan ke Norwegia dan Denmark. Jerman lagi-lagi berhasil
menguasai kedua negara tersebut.

Jerman kemudian melanjutkan serangannya ke Belanda. Dalam kacamata sejarah


Indonesia, negara Belanda yang kita anggap sebagai monster yang kejam menjajah negara
kita selama 350 tahun lamanya itu ternyata dianggap sangat kecil oleh Jerman. Jerman hanya
membutuhkan waktu 5 hari saja untuk memaksa kerajaan Belanda menyerah dan bertekuk
lutut di hadapan keganasan Hitler.

Belanda berhasil dikuasai Jerman pada Mei 1940. Hal ini membuat Ratu Wilhelmina
akhirnya mengungsi ke Inggris dan terus berpindah ke Belgia. Negara Inggris, Prancis, dan
Belgia menggabungkan pasukannya. Meski begitu, mereka tidak dapat menahan laju
Blitzkrieg Jerman dan terpojok hingga ke Dunkirk.

Namun, peristiwa tak terduga tiba-tiba terjadi. Di saat pasukan gabungan sekutu sudah
terdesak, Hitler memerintah pasukan yang dikomandani oleh Henz Guderian untuk tidak
melanjutkan maju ke Dunkirk. Hal ini membuat pasukan gabungan sekutu akhirnya berhasil
mengungsi ke tanah Inggris.
Para sejarawan menyebut kejadian ini sebagai blunder pertama Hitler yang membuat
pasukan gabungan sekutu dapat mempersiapkan serangan balasan untuk Jerman. Pada
tanggal 11 Mei 1940, Belgia pun jatuh. Kemudian Italia mengumumkan pernyataan perang
kepada Sekutu dan melanjutkan penyerangan kepada Perancis pada tanggal 10 Juni 1940.

Jerman meluncurkan serangan ke Perancis dan pada Juni 1940 akhirnya berhasil
menduduki Perancis. Tentara Perancis kemudian mengungsi ke Inggris. Jerman kemudian
melanjutkan serangannya ke front Barat dengan menyasar Inggris.

Namun, usaha penyerangan ini gagal akibat Inggris yang memiliki angkatan perang
yang lebih baik dibandingkan dengan negara lainnya di Eropa daratan. Inggris juga pada saat
itu masih dinobatkan sebagai Raja Lautan, karena Kerajaan Inggris memiliki armada
angkatan laut yang sangat besar.

Jerman ternyata memang tidak menjadikan Inggris sebagai sasaran utama dan
sebetulnya ingin mengajak damai Inggris setelah peristiwa di Dunkirk. Namun, pidato
perdamaian yang disampaikan Hitler ditolak oleh warga Inggris. Perdana menteri Inggris,
Winston Churchill juga tidak berminat untuk damai mendengar pernyataan Hitler tersebut.

Pada tanggal 25 Agustus 1940, Angkatan Udara Kerajaan Inggris melancarkan


serangan ke Ibu Kota Jerman, Berlin, dengan meluncurkan ribuan pesawat untuk
menjatuhkan bom. Untuk pertama kalinya, akhirnya warga Jerman juga ikut merasakan
perang ini.

Jerman pun melancarkan balasan atas serangan ini. Pada tanggal 7 September 1940,
Jerman mengirimkan sejumlah pesawat menuju langit London untuk menjatuhkan sejumlah
ton bom dari udara. Tentunya, serangan tersebut yang terjadi pada malam hari menimbulkan
kepanikan yang luar biasa di London.

Ibu Kota Negara Kerajaan Inggris itu terbakar habis bagaikan lautan api, hancur, dan
para warga tewas di tempat. Meski begitu, Jerman terus menjatuhkan bom dari atas Kota
London selama beberapa hari, di malam hari, selama bulan September. Penduduk London
pun diungsikan, dan sebagian juga ada yang terpaksa untuk bersembunyi di ruang bawah
tanah yang ada di sekitar atau di rumah mereka.

Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill panik menghadapi serangan ini, dan
akhirnya ia menghubungi presiden Amerika Serikat. Ia meminta kepada Franklin Delano
Roosevelt, agar Amerika Serikat ikut turun tangan terlibat dalam perang di Eropa ini.

Akhirnya, Inggris mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat. Hal ini kemudian
menyebabkan Jerman, Italia, dan Jepang pada tanggal 27 September 1940 menandatangani
pakta pertahanan militer. Pakta tersebut berisi perjanjian untuk saling membantu jika salah
satu dari ketiga negara tersebut diserang oleh negara lain.

Selain itu, di front Timur juga terjadi peperangan yang pusatnya berada di wilayah yang
memisahkan Jerman dan Uni Soviet. Hitler dan Kepala Negara Uni Soviet, Joseph Stalin
pada awalnya telah membuat kesepakatan untuk tidak saling menyerang. Namun, Hitler
mengingkari kesepakatan itu.

Jerman meluncurkan serangan ke daerah Timur dan berhasil menguasai Uni Soviet
pada tanggal 22 Juni 1941. Sementara itu, di wilayah Asia Pasifik, Jepang menghancurkan
Pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, Hawaii dengan bom pada
tanggal 7 Desember 1941.

Serangan dari Jepang itu kemudian memaksa Amerika untuk terlibat dalam Perang
Dunia Kedua. Langkah Jerman dalam menginvasi Uni Soviet merupakan ambisi pribadi dari
Hitler yang telah dituangkan ke dalam bukunya yang berjudul Main Camp pada tahun 1925.
Hitler melalui tulisannya di buku itu mengatakan secara jelas bahwa penduduk Jerman
membutuhkan tanah yang lebih, ruang untuk hidup, dan hal itu bisa didapatkan dengan cara
menguasai tanah daratan yang luas, yang ada di wilayah Uni Soviet. Tanah Uni Soviet juga
memiliki kekayaan sumber daya alam yang dapat menghidupi penduduk Jerman, juga dapat
menggerakkan mesin perang Jerman.

Meskipun rencana Adolf Hitler untuk menyerang front Timur sudah ditentang oleh para
jenderal Jerman, tetapi serangan tersebut tetap dilaksanakan oleh karena ambisi pribadi
Hitler. Hitler kemudian mengerahkan pasukan sejumlah 150 divisi, dengan jumlah tentara
mencapai 3 juta orang.

Didukung juga dengan jumlah alat perang tank mencapai 3.350, 7.184 Artileri, dan
2.770 unit pesawat, serta 600 ribu unit kendaraan perang. Pengerahan oleh Hitler ini
menjadikan operasi penyerangan yang disebut sebagai Operasi Barbarossa ini sebagai operasi
militer paling besar dalam sejarah.

Jerman dan blok porosnya kembali menyerang front Timur dengan menyerang Uni
Soviet. Jerman bertujuan untuk merebut Stalingrad di Sungai Volga, dan Kota Baku, serta
ladang minyak Kaukasia. Serangan dari Jerman kemudian terhenti di kedua wilayah perang
itu pada akhir musim panas tahun 1942.

Pada November 1943, Uni Soviet melancarkan serangan balasan di Stalingrad, dan
Angkatan Darat Keenam Jerman akhirnya menyerah pada Uni Soviet pada tanggal 2 Februari
1943. Pada tahun 1944, Blok Poros akhirnya mulai mengalami kemunduran karena kekuatan
gabungan negara Blok Sekutu.

Hitler yang mengetahui Jerman mengalami kemunduran terus menerus dan sudah
terancam kalah, akhirnya memutuskan untuk bunuh diri bersama istrinya pada tanggal 30
April 1945. Jerman pun akhirnya berhasil dikalahkan dan menyerah kepada tentara Sekutu
pada tanggal 8 Mei 1945.

Kekalahan Jerman ini juga menyeret negara anggota Blok Poros lainnya untuk ikut
kalah. Amerika Serikat kemudian menjatuhkan bom atom pada awal Agustus 1945 di Kota
Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Pengeboman ini kemudian membawa Jepang untuk
menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945. Perang Dunia Kedua akhirnya resmi berakhir
dengan menyerahnya Blok Poros. Hal ini ditandai dengan ditandatanganinya dokumen
gencatan senjata oleh Jepang dan negara-negara Sekutu.

Penyebab Perang Dunia Kedua


Salah satu faktor penyebab terjadinya Perang Dunia Kedua adalah adanya perbedaan
ideologi. Pada saat itu, negara-negara yang menjadi bagian dari Blok Poros, yakni Jerman,
Italia, dan Jepang memiliki ideologi fasisme.

Ideologi fasisme merupakan sebuah ideologi di mana memandang politik kekuasaan secara
absolut tanpa demokrasi. Ideologi fasisme ini kemudian mendorong ketiga negara tersebut
untuk melakukan tindakan yang merendahkan negara lain, karena ketiga negara itu ingin
menguasai sejumlah wilayah dari negara sasarannya.

Faktor lainnya yang menyebabkan Perang Dunia Kedua dapat meletus, yakni adanya
kebijakan politik dari Imperium Britania dan Perancis, yang mana kebijakan tersebut
menerapkan politik suka-suka asalkan anda senang atau yang disebut sebagai kebijakan
Appeasement. Kebijakan politik ini menjadi tanda bahwa Imperium Britania dan Perancis
pasrah dan mengalah saja terhadap Jerman.
Namun, kebijakan Appeasement tersebut nampaknya tidak kunjung membuat Jerman puas.
Secara lebih rinci, faktor penyebab Perang Dunia II dibagi menjadi dua, yaitu faktor umum
dan faktor khusus.

Faktor Umum Penyebab Perang Dunia Kedua


1. Perjanjian Versailles
Perjanjian Versailles merupakan perjanjian damai yang telah ditandatangani Jerman dan
tentara Sekutusetelah Perang Dunia Pertama usai. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal
28 Juni 1919 di Hall of Mirrors, Istana Versailles, Perancis. Perjanjian ini kemudian menjadi
pertanda resmi yang mengakhiri Perang Dunia Pertama, dan berlaku mulai tanggal 10 Januari
1920.

Perjanjian Versailles berisi tentang Jerman harus membayar ganti rugi atas Perang Dunia I
senilai 20 miliar Goldmark atau mencapai 7.000 ton emas, pembatasan kekuatan militer
Jerman, Sekutu akan mengambil alih wilayah yang telah dijajah Jerman, Pelabuhan Danzig
berada di bawah pengawasan Liga Bangsa Bangsa, Jerman harus menyerahkan wilayah
Alsace-Lorraine kepada Perancis, dan Jerman harus menyerahkan wilayah Eupen dan
Malmedy kepada Belgia.

Adolf Hitler yang saat itu baru menjabat sebagai pimpinan Jerman, mengecam Perjanjian
Versailles, karena menganggap perjanjian itu tidak adil bagi Jerman. Sebab, kedua belah
pihak, Blok Poros dan Blok Sekutu pada Perang Dunia Pertama telah mengakhiri perang
dengan genjatan senjata, yang berarti tidak ada negara yang menyerah atau kalah. Namun,
diciptakannya Perjanjian Versailles menjadi sebuah pukulan telak bagi rakyat Jerman yang
sangat merugikan mereka.

2. Gagalnya Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam Menciptakan Perdamaian Dunia


Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dibentuk pada tahun 1919 dengan tujuan untuk menciptakan
perdamaian dunia. Liga Bangsa-Bangsa bertugas sebagai penengah antar negara yang saling
berselisih dan menyelesaikan perselisihan tersebut dengan cara negosiasi.

Namun, organisasi LBB ini dinilai gagal memenuhi tugasnya, karena tidak seluruh negara
tergabung menjadi anggota organisasi ini. Liga Bangsa-Bangsa pun tidak dapat memenuhi
tujuannya untuk menciptakan perdamaian dunia. Maka itu, Perang Dunia Kedua ini dapat
terjadi.

3. The Great Depression


Pada tahun 1929 hingga 1939, terdapat beberapa negara mengalami depresi berat atau the
great depression. Contohnya seperti kemiskinan di Jepang dan pengangguran massal yang
ada di Jerman. Masyarakat kedua negara tersebut merasa terombang-ambing oleh sistem
pemerintahan yang diktator.

Adolf Hitler kemudian memanfaatkan situasi ini dengan berlandaskan ideologi fasismenya
untuk memberikan janji kepada masyarakat untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Hitler menghasut masyarakat sipil Jerman untuk membenci negara lain yang dianggap
sebagai penyebab kesengsaraan mereka. Maka itu, Perang Dunia II kemudian dapat terjadi.

4. Terdapat Politik Aliansi yang Membentuk Dua Blok


Terdapat dua blok negara-negara yang saling beraliansi, yakni Blok Poros dan Blok Sekutu.
Blok Poros memiliki anggota utama negara Jerman, Jepang, dan Italia, yang lalu bersekutu
lagi dengan Hongaria, Bulgaria, Rumania, Kroasia, dan Slovakia.

Lalu, Blok Sekutu terdiri atas dua blok, yakni Blok Komunis dan Blok Demokrasi. Blok
Komunis beranggotakan Uni Soviet dan Mongolia. Blok Demokrasi beranggotakan Inggris,
Amerika Serikat, Perancis, dan Republik Tiongkok, serta bersekutu lagi dengan Brazil,
Belanda, Polandia, India, Australia, Belgia, Cekoslovakia, Kanada, Meksiko, Norwegia,
Afrika Selatan, Filipina, Etiopia, Kuba, Selandia Baru, Yunani, Yugoslavia, dan Luksemburg.

Faktor Khusus Penyebab Perang Dunia Kedua


1. Adanya Invasi dari Jepang ke Cina (Manchuria)
Invasi ini dilakukan oleh Jepang pada tahun 1931. Jepang memiliki tujuan untuk merebut
wilayah Cina dengan cara menjebak insiden Mukden. Jepang juga melancarkan serangan
dengan menggunakan bom di beberapa kota di Cina seperti Shanghai, Nanjing, dan
Guangzhou.

2. Adanya Invasi dari Italia ke Ethiopia


Italia melakukan invasi ke Ethiopia pada tahun 1935 dan 1939. Invasi ini dikenal dengan
nama Abyssinia. Abyssinia ini dilakukan, karena pada saat itu kondisi negara Italia sangat
buruk dengan dilanda kemiskinan dan bencana kelaparan. Maka itu, Italia melakukan invasi
untuk mendapatkan tanah dan sumber daya alam yang lebih banyak.

3. Jerman melakukan Invasi ke Polandia


Invasi yang dilakukan Jerman ini menjadi awal dari meletusnya Perang Dunia Kedua, yang
dilakukan pada tanggal 1 September 1939. Jerman berhasil menguasai Polandia. Inggris dan
Perancis yang melihat Jerman menduduki Polandia, kemudian pada tanggal 3 September
1939 menyatakan perang kepada Jerman beserta aliansinya.

4. Penyerangan di Pearl Harbor


Jepang yang merupakan anggota Blok Poros melakukan pengeboman kapal-kapal yang ada di
Pangkalan Armada Angkatan Laut milik Amerika Serikat, yang berlokasi di Pearl Harbor,
Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941. Pengeboman ini kemudian memaksa Amerika Serikat
untuk ikut serta dalam Perang Dunia Kedua.

Anda mungkin juga menyukai