Anda di halaman 1dari 12

FASISME

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Sejarah Intelektual


Kelas B

Dosen Pengampu:
Drs. Marjono, M.Hum

Oleh :

Winda Ramadhani S
180210302063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
A. PENGERTIAN DAN PERKEMBANGANNYA
Pengertian Fasisme Menurut Para Ahli
Adapun penjelasan mengenai paham fasisme dalam pandangan para ahli adalah  antara lain
sebagai berikut
- Reich
Pengertian fasisme dalam pandangannya adalah bahwa paham atau ideologi fasisme
diakibatkan oleh represi seksual dalam masyarakat yang otoriter serta terkekang.
- Moore
Menurut Moore, definisi fasisme merupakan cerminan dari kapitalisme yang berkembang
seiring pengertian demokrasi kediktatoran yang tergantung pada aliansi kelas tuan tanah,
buruh tani, dan borjuis perkotaan, di mana pertanian yang represif berkuasa.
- Poluantzas
Makna fasisme ialah paham atau pandangan yang dikarenakan oleh krisis ekonomi serta
ideologi di dalam kelas penguasa.
- Roger Griffin
Menurut Griffin, fasisme merupakan bentuk revolusioner transkelas anti-liberal
dan nasionalisme anti-konservatif yang dibangun di berbagai kompleks pengaruh teoritis dan
budaya.
Jadi dapat disimpulkan secara umum fasisme merupakan ideologi atau paham yang
berjalan secara absolut dan tegas, yang mengedepankan militerisme, membenci komunisme,
tidak percaya pada politik demokrasi, berkomitmen pada negara satu-partai, dan meyakini
pemimpin karismatik. Ideologi Fasisme adalah sebuah paham politik yang menjunjung
kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Ada pula yang mengartikan bahwa ideologi Fasisme
adalah suatu paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa
lain. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat
terlihat.Fasisme sesungguhnya merupakan ideologi yang di bangun menurut hukum rimba,
fasisme juga bertujuan membuat individu dan masyarakat berfikir dan bertindak seragam,
untuk mencapai tujuan ini fasisme menggunakan kekuatan dan kekerasan bersama semua
metode propaganda bahkan melakukan genocide (pemusnahan secara teratur terhadap suatu
golongan atau bangsa).Hal tersebut dikarenakan menurut ideologi fasis, Negara bukan
ciptaan rakyat merupakan ciptaan orang kuat .Bila orang kuat sudah membentuk organisasi
Negara, maka negara wajim menggembleng/memaksakan dan mengisi jiwa rakyat. Fasisme
sebagai ideologi berkembang pada abad ke 20 ia menyebar dengan pesat di seluruh dunia
pada perang dunia. Tujuan fasisme secara umum yakni membuat individu dan masyarakat
berpikir dan bertindak seragam. Para fasisme menggunakan kekuatan dan kekerasan bersama
semua metode propaganda bahkan genosida untuk mencapai tujuannya.

Sifat Ideologi Fasisme


Ideologi Fasisme memiliki beberapa sifat yaitu :
 Rasisme
Rasisme diartikan sebagai paham  yang menerapkan penggolongan atau pembedaan ciri-ciri
fisik ( seperti warna kulit ) dalam masyarakat. Rasisme juga bisa diartikan sebagai paham
diskriminasi suku, agama, ras, golongan ataupun ciri-ciri fisik umum untuk tujuan tertentu.
 Militerisme
Militerisme adalah suatu pemerintahan yang didasarkan pada jaminan keamanannya terletak
pada kekuatan militernya dan mengklaim bahwa perkembangan dan pemeliharaan militernya
untuk menjamin kemampuan itu adalah tujuan terpenting dari masyarakat.Sistem ini
memberikan kedudukan yang lebih utama kepada pertimbangan-pertimbangan militer dalam
kebijakannya daripada kekuatan-kekuatan politik lainnya. Mereka yang terlibat dalam dinas
militer pun mendapatkan perlakuan-perlakuan istimewa.
 Ultra Nasionalis
Ultra Nasionalis ialah suatu sikap membanggakan suatu Negara (negaranya sendiri) secara
berlebihan sehingga sangat merendahkan Negara yang lainnya.Sehingga mudah sekali
memancing pertengkaran/peperangan
 Imperialisme
Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk
kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya (hak memerintah). “Menguasai”
disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan
kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan.
Empat sifat ideologi fasisme tersebut mengakibatkan ideologi fasisme ini dapat manghambat
Multikulturalisme yaitu pandangan seseorang terhadap ragam kehidupan seperti kubudayaan,
agama, ras. Evriza (2008:106) mengatakan bahwa fasisme sebenarnya lebih merupakan gaya
politik, daripada ideology sebagai seperangkat gagasan tentang kebikan bersama. Paham ini
merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan upacara dan symbol
yang mendukungnya untuk mencapai kebesaran Negara.
PERKEMBANGAN FASISME DI DUNIA

1. Italia
Italia merupakan salah satu negara yang terlibat pada peristiwa Perang Dunia I dan
termasuk kedalam salah satu negara yang menang perang. Hal ini disebabkan pada peristiwa
Perang Dunia I, Italia termasuk kedalam kelompok triple Etente atau blok sekutu yang
menang perang bersama dengan Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Rusia, Serbia, Yunani,
dan Australia.Italia seharusnya mendapatkan pergantian keruian yang ditimbulkan akibat
Perang Dunia I, namun hal tersebut tidak  terjadi dikarenakan kondisi keuangan negara-
negara yang tergabung ke dalam blok sentral atau Triple Alliance sangat buruk, sehingga
tidak memungkinkan untuk mengganti kerugian perang. Hal ini menyebabkan kondisi
keuangan dan perekonomian Italia semakin butuk sehingga memperparah merajalelanya
tingkat kemiskinan dan pengangguran. Kondisi keamanan negara pun semakin
mengkhawatirkan, kerusuhan, penjarahan, dan perampokan semakin meningkatkan angka
kriminalitas yang tajam.Negara Italia tidak sanggup menghadapi kondisi negara yang
semakin kacau , hingga pada tahun 1922 muncullah Benito Andrea Amilcare Mussolini
dengan parta Fascio De Combatimeto (Partai Fasis) yang sebagian besar anggotanya
merupakan veteran-veteran Perang Dunia I. Partai Fasis mempropagandakan faham fasisme
dengan ultranasionalise atau nasionalisme militant agar bangsa Italia mampu bangkit dari
keterpurukan dan dapat menjadi negara yang besar dan kuat. Partai fasis akhirnya menguasai
pemerintahan dan mengangkat Benito Mussolini sebagai Perdana Mentri Italia.
Benito Mussolini senantiasa mengingatkan bangsa Italia bahwa pada masa Imperium
Romawi, Italia merupakan sebuah negara yang besar dan jaya. Benito Mussolini
mengembangkan fasisme dengan cara-cara sebagai berikut

 Membangkitkan semangat Italia Irredenta atau Italia Raya seperti Imperium Romawi
dengan mempersatukan bangsa Italia dengan semangat chauvinism dan nasionalisme
militan

 Memperkuat dan memperbesar angakatan perang untuk memperluas wilayah


kekuasaan

 Menguasai Laut Tengah dengan anggapan Mare Nostrum atau Laut Kita

 Melakukan tindakan-tindakan imprealis dengan menyerang dan mengasai Ethiopia


dan Albania.

 Melakukan kerjasama dengan Jerman


 Membantu pemerintahan Jenderal Franco di Spanyol

Usaha-usaha Benito Mussolini dalam membangkitkan semangat nasionalisme fanatic tersebut


ternyata memberikan keberhasilan, meskipun pada akhirnya mengundang kekhawatiran bagi
bangsa-bangsa di dunia karena mengancam keamanan dan kedaulatan bangsa lain didunia.
2. Jerman
Jerman merupakan negara yang tergabung ke dalam triple Alliance (blok sentral)
dalam Perang Dunia I sehingga diwajibkan membayar segala kerugian yang terjadi pada
Perang Dunia I kepada negara-negara yang menang perang Triple Etente (blok sekutu).
Namun kondisi keuangan Jerman tidak memungkinkan bahkan kondisi perekonomian di
dalam negeri Jerman sangat buruk. Tidak jauh dengan Italia, pengangguran dan angka
kriminalitas meningkat tajam sehingga memperparah keadaan. Keadaan ini menimbulkan
rasa benci dan keinginan untuk balas dendam dalam jiwa bangsa Jerman kepada negara-
negara yang tergabung dalam blok sekutu.Keterpurukan Jerman mulai bangkit ketika Adolf
Hitler dinobatkan menjadi pemimpin Partai Pekerja Nasionalis Sosialis Jerman atau yang
lebih dikenal dengan nama NSDAP atau NAZI. Partai Nazi mengembangkan faham yang di
dalamanya mengajarakan semangat Chauvinisme dan sangat mengagungkan bangsa Jerman
sebagi keturunan dari ras Arya yang dikenaal agung dan mulia, berbeda dengan bangsa-
bangsa lainnya yang dianggapnya sebagai keturunan bangsa-bangsa yang primitif.
Selain itu, Partai Nazi mengobarkan semangat balas dendam kepada bangsa yahudi
dan komuni, karena mereka beranggapan bahwa bangsa Yahudi dan komunislah yang berada
diblok sekutu pada Perang Dunia I. Selain itu, Nazi juga mengampanyekan penolakan
terhadap isi perjanjian Versailes karena dianggap sebagi penindasan dan peraompokan paksa
atau lepasnya beberapa wilayah kekuasaan Jerman di Eropa dan Afrika. Partai Nazi pun
kembali menegaskan bahwa yang berada dibalik perjanjian tersebut adalah bangsa yahudi
dan komunisme yang ingin mengahancurkan bangsa Jerman.Propaganda Adolf Hitler
berhasil membangkitkan semangat bangsa Jerman untuk bersatu membangun kembali
kebesaran bangsa Jerman dan ingin menjadikan Jerman sebagai Lord of the Earth atau tuan
tanah di bumi. Hingga pada tahun 1933 Partai Nazi menjadi partai berkuasa di Jerman dan
Hitler diangkat menjadi perdana menteri. Hitler pun merangkap menjadi presiden pada tahun
1934. Hitler memimpin Jerman dengan dictator dan absolut dan totaliterisme yaitu faham
yang berprinsip bahwa semua diutus oleh negara dan rakyat sama sekali tidak mempunyai
kebebasan.
3. Jepang
Berbeda dengan Jerman dan Italia, kedua negara tersebut muncul sebagi negara fasisi
dengan latar belakang Perang Dunia I. Sedangkan kemunculan Jepang sebagai negara fasis
berawal dari adanya Restorasi Meiji. Adapun Restorasi Meiji sendiri muncul sebagai akibat
adanya kekecewaan bangsa Jepang kepada Keshogunan Tokugawa yang dianggap lemah
kepada bangsa asing.Restorasi Meiji membuka jalan Jepang untuk menuju kepada zaman
baru yang lebih baik. Kekaisaran Meiji kembali mengobarkan semangat bangsa Jepang
dengan mengangkat kembali ajaran Hakko Ichiu.Ajaran Hakko Ichiu mrmpunyai arti delapan
penjuru yang merupakan keluarga besar dan menempatkan Jepang adalah pemimpinnya.
Dalam ajaran Hakko Ichiu diajarakan bahwa bangsa Jepang merupakan keturunan dewa yang
paling murni dan paling kuat sehingga paling berhak memimpin dunia.Ajaran Hakko Ichiu
berhasil mengorbankan semangat bangsa Jepang menjadi bangsa yang ultranasionalis
(nasionalisme militan). Selain itu Jepang pun berhasil menjadi negara industry yang kuat dan
mampu bersaing dengan negara-negara maju di Eropa.  Meskipun sangat disayangkan,
kemajuan industry tersebut memicu tumbuhnya faham fasisme dan militerisme yang
mengarah kepada imprealisme.
4. Indonesia
Awal tahun 1933, berdiri Nederlandsche Indische Fascisten Organisatie (NIFO) di
Batavia. Organisasi ini berkiblat pada organisasi fasis di Jerman dan mengklaim diri sebagai
bagian dari Nationaal Socialistische Beweging (NSB) yang didirikan oleh Ir Mussert dua
tahun sebelumnya. Seperti halnya kaum Fasis di Jerman, NIFO juga memiliki sayap pemuda
militan, Barisan Pemuda, Sebuah pasukan yang mendapat latihan ketentaraan dan berseragam
hitam. Akan tetapi, tidak semua anggota NIFO setuju dengan pembentukan pasukan ini,
dengan alasan akan menimbulkan pertentangan antar golongan di tanah Hindia. Mereka,
melalui vergadering dan kursus-kursus politik, gencar menyebarluaskan ajaran fasis.Awalnya
gerakan ini tidak pernah dihiraukan di Hindia. Pemerintah kolonial lebih memfokuskan diri
memonitor kaum pergerakan pribumi. NIFO bukan sesuatu yang mengkhawatirkan. Ketika
kaum NAZI berhasil merebut kekuasaan, Januari 1933, sekelompok warga Jerman di tanah
Hindia menyambut dengan antusias dengan menghimpun 1000 tanda tangan orang Jerman di
Hindia untuk mendukung pemerintahan Adolf Hitler. Meski tidak seluruh orang Jerman tidak
bisa memberikan tanda tangannya, dipastikan hampir seluruh warga Jerman di Hindia
mendukung Pemerintahan baru Hitler di Jerman.
Simpati terhadap NAZI Jerman juga ditemui pada sekelompok pemuda Belanda yang
berbaris di taman-taman atau jalanan. Mereka mengenakan kemeja krem dengan celana atau
rok coklat tua. Setiap berpapasan, mereka saling memberikan Heil Führer atau Heil Hitler
(hormat ala kaum NAZI). Ini bukanlah bentuk keberpihakan sepenuhnya pemuda Belanda
tadi, melainkan sekedar mode yang musiman saja pada saat itu di kalangan pemuda
Indonesia. Selama dalam pembuangan di pulau Banda, Sutan Sjahrir melihat suksesnya
propaganda fasis. Istri seorang dokter dipulau itu sering menyapa kawan-kawannya dengan
Heil Hitler. Istri dokter itu hanya menganggap salam itu bagus dan terkesan modern tanpa
mengerti lebih jauh apa itu Fasis. Setelah propaganda kaum fasis Hindia mulai
mempertanyakan “ keabsahan “ pemerintah, pemerintah kolonial berkesimpulan bahwa
gerakan fasis akan mengganggu ketertiban umum dan akan mempengaruhi wibawa
pemerintah dimata kalangan bumi putra. Polisi kolonial-pun mulai bertindak terhadap kaum
fasis ini. Sebuah pertemuan NIFO di Bandung dibubarkan dengan paksa setelah pemimpin
NIFO disana menganjurkan agar Hindia lepas dari Negeri Belanda. Kaum fasis yang semakin
radikal ini membuat kesal pemerintah kolonial.Antara anggota NIFO pernah terlibat konflik.
Suatu kali Rhemrev, van Huut dan Ten Holder dalam sebuah rapat tertutup mengancam akan
mundur dari NIFO bila Ocherse, Gouwenberg dan Kankeler masuk sebagai dewan pimpinan
NIFO. Alasan penolakan itu berkisar pada propaganda fasis, untuk kaum Indo Eropa atau
untuk seluruh rakyat Hindia. Setelah sempat keluar dalam waktu yang tidak lama, Rhemrev,
van Huut dan Ten Holder masuk kembali dalam NIFO setelah ada pengumuman bahwa
Ocherse, Gouwenberg dan Kankeler tidak akan dimasukan dalam daftar anggota dewan
pimpinan. Dalam “Adil” edisi 29 Juni 1933, Rhemrev menyangkal bahwa dirinya telah keluar
dari NIFO.
Masalah apakah NIFO hanya diperuntukan bagi kaum Eropa dan Indo Eropa atau bagi
seluruh Hindia menimbulkan perpecahan di waktu yang akan datang. Di kemudian hari
anggota yang memandang perlunya fasisme bagi seluruh rakyat Hindia mendirikan
Fascistische Unie. Dalam anggaran dasarnya, Fascistische Unie disebutkan:
1)      Kerajaan Nederlansche terdiri atas Hindia Timur dengan Hindia Barat;
2)      Kerajaan ini harus dibawah Koninghuis Orange;
3)      Penduduk baik individual maupun dengan cara bergolong-golong boleh mendapat
staats burgerschap dengan berpegang pada adapt golongan masing-masing;
4)      Memajukan samenwerking antara golongan antara golongan pendudukberdasar
kegunaannya pada staat;
5)      Kaum majikan dan kaum buruh, dengan ttidak memandang bangsa akan dianggap sama
harganya pentingnya untuk kemajuan staat;
6)      Akhir sekali staat dirubah menjadi satu staat yang berdasar syndico-corporatieven
grondslag;
7)      Mengakui kegunaan agama bagi seseorang dan semua agama harus dimajukan dan
paham yang tidak mengakui adanya tuhan dibantah.
Agenda politik organisasi ini menyebut, Negeri Belanda harus diubah menjadi
pemerintahan fasis. Kaum pribumi Hindia tidak lepas untuk difasiskan agar bisa menerima
Fascistische Staatvorm Negeri Belanda. Sebuah usaha menyatukan kaum fasis Hindia
dilakukan dengan mengumpulkan para wakil dari IEV, VC juga NIFO pada Juli 1933 untuk
merumuskan program bersama. Kerjasama ketiga organ itu lebih didasarkan pada tiga
program pokok: pembelaan keras untuk kekuasaan (gezeg); membezuinig sehabis-habisnya
sehingga bergrooting menjadi klop; menunjang pemutusan hak tanah (grond-rechten) buat
kaum Indo Eropa. Hal ini menunjuikan pengaruh VC dan IEV sangat besar pada masa itu.
VC sangat memusuhi kaum pergerakan. EIV kesal lantaran tuntutan hak tanahnya ditolak
pemerintah atas desakan anggota volksraad pribumi Husni Thamrin. Hingga VC dan IEV
menjadi pendukung NIFO dalam mengusung fasisme sebagai bagian dari NSB.
Berdirinya cabang NSB di Indonesia pada tahun 1934, bermula dari kembalinya Mr. Hamer
—tokoh VC—dari Negeri Belanda. Hamer mengaku dirinya angggota dan wakil NSB di
Hindia Belanda. Banyak pejabat dan pengusaha yang menjadi anggota NSB walau bukan
anggota tetap. Sudah pasti mereka tidak akan mau ambil resiko dan terkesan membatasi diri
dalam perannya di organisasi. Mereka sering membari bantuan dana bagi para NSB. Bila di
Negeri Belanda pegawai sektor public (pegawai negeri) dilarang menjadi anggota NSB, maka
anggota NSB Hindia adalah para guru, pegawai dan sarjana. Untuk merndukung propaganda-
nya, NSB memiliki media sendiri, surat kabat Het Licht. Kemenangan kaum Fasis terhadap
kaum komunis selalu menghiasi headline surat kabar Fasis itu. Sikap anti pergerakan
diperlihatkan kaum fasis dengan memposisikan kaum komunis sebagai kaum yang berbahaya
seperti dalam pemberontakannya pada tahun 1926-1927. Kaum pribumi, dimata orang Eropa
yang terpengaruh Fasis tidak berbeda dengan kaum komunis, orang Eropa merasa orang
pribumi selau memata-matai dan menunggu lengah lalu menikam dari belakang seperti dalam
pemberontakan PKI. Apa yang dilakukan kaum fasis tadi, dimata kaum pergerakan sama saja
dengan apa yang dilakukan pemerintah colonial, mematikan kaum pergerakan. Sejak dulu
setiap kekuatan yang menetang pemerintah selalu dicap ‘komunis’ (merah).
Pengaruh Fasis diterima dengan baik oleh beberapa orang pribumi. Pada bulan
Agustus 1933 di Bandung, Dr Notonindito mendirikan Partai Fascist Indonesia (PFI). Partai
ini mengusung fasisme demi romantisme sejarah kejayaan budaya dimasa lampau, seperti
halnya romantisme Mussolini pada kejayaan Romawi, Italia La Prima. Berbeda dengan fasis
Eropa dan Indo yang bisa jadi dilator belakangi oleh kepentingan ekonomi. Pada dasarnya
PFI ingin membangun kejayaan kerajaan Indonesia purba macam Sriwijaya atau Majapahit.
Gagasan dan cita-cita ini juga mengejutkan kaum pergerakan nasional waktu itu. Notonindito
yang pernah tinggal di Jerman rupanya tidak ingin mengikuti fasisme Jerman pada tahun
1924, sebagai orang Jawa dirinya lebih mengakar pada kebudayaan Jawa saja. Ia bukan
bermaksud mendirikan Negara korporasi, melainkan sebuah Negara yang dipimpin oleh
seorang raja seperti pada masa lampau. Seperti dikutip dalam Adil: “mendapatkan
kemerdekaan Djawa dan nanti diangkat raja yang tunduk pada grondwet dan raja ini adalah
turunan dari Penembahan Senopati; akan mebangunkan kembali statenbond (Perserikatan
Negeri-negeri) dari kerajaan-kerajaan di Indonesia yang merdeka, dimana terhitung juga
tanah-tanah raja (Vorstenlanden).Kaum pergerakan dalam Pemandangan memberikan reaksi
kepada PFI. Dengan didahului dengan beberapa tulisannya, diambil kesimpulan bahwa PFI
merupakan kelajutan dari cita-cita Soetatmo, juga seorang nasionalis Jawa. Ketika
Notonindito di Jerman, 1924, Soetatmo meninggal dunia karena sakit. Surat kabar Adil edisi
26 Juni 1933, mengecam PFI sebagai ‘perkakas politik’ untuk memecah pergerakan nasional.
Fasisme dipandang juga sebagai bibit dari sikap provinsialisme yang merugikan. Lebih lanjut
dibahas nasionalisme yang dibutuhkan kaum pergerakan untuk rakyat Hindia adalah
nasionalisme kerakyatan bukan nasionalisme yang dilandasi jiwa priyayi Jawa dan stelsel
kapitalisme. Panji Timoer menuduh, kaum fasis Hindia tidak ubahnya kaum fasis di Eropa,
mereka telah ‘membunuh aliran revolusioner’.
Notonindito sendiri adalah putra Raden Pandji Notomidjojo, bekas patih kabupaten
Rembang. Pada 1918 ia menamatkan MULO, kemudian melanjutkan pelajarannya di
Telefoon Dienst. Pada 1921, ia berangkat ke Belanda untuk mempelajari ekonomi
perdagangan. Pada 1923 ia lulus dan meraih gelar adjunc accountant dan bekerja pada kantor
akuntan di Amsterdam. Pada pertengahan 1924 ia menuju Berlin (Jerman) untuk melanjutkan
studi ekonominya. Pada November 1924 ia meraih gelar Doktor dalam ilmu ekonomi dengan
tesis “Sedjarah Pendek Tentang Perniagaan, Pelajaran Dan Indoestri Boemipoetra Di Poelau
Djawa”. Sepulangnya ke Indonesia, ia membuka kantor di Pekalongan sambil merangkap
sebagai anggota PNI. Ia kemudian pindah ke Bandung dan menghilang dari panggung
pergerakan. Ketika Partai Nazi memenangkan pemilu di Jerman pada tahun 1933,
Notonindito muncul kembali di panggung pergerakan dengan idenya tentang Partai Fascist
Indonesia.Akibat serbuan Jerman ke penjuru Eropa, banyak terjadi perubahan atas Hinjdia
Belanda. Di Ternate, tempat Didi Kartasasmita Bertugas sebagai Letnan KNIL. Didi melihat,
orang-orang Jerman umunya berprofesi sebagai pedagang hasil bumi atau sebagai pekerja di
Zending. Setelah penyerbuan itu, orang-orang Jerman itu diasingkan. Biasanya jika serdadu
KNIL bangsa Belanda bertemu orang-orang Jerman, mereka akan membuat pesta. Setelah
keluar aturan pengasingan bagi orang-orang Jerman, justru orang-orang Belanda KNIL itulah
yang menangkapnya. Serdadu-serdadu pribumi justru tidak dilibatkan dalam penangkapan
itu. Pernah Didi mendengar pemisahan Negeri Belanda dengan Hindia Belanda. Banyak
orang-orang Belanda Indo mendukung hal ini, orang-orang Belanda totok justru tidak
menginginkannya
B. PERBEDAAN FASISME DAN KOMUNISME
1. Definisi
- Fasisme: Fasisme adalah aturan radikal dan otoriter yang dicirikan oleh kekuasaan diktator,
penindasan oposisi secara paksa dan resimen masyarakat dan ekonomi yang kuat.
- Komunisme: Komunisme adalah filsafat politik dan ekonomi yang menekankan
kepemilikan bersama dari produksi untuk mempromosikan kesetaraan sosial. Ini menjelaskan
perbedaan mendasar antara fasisme dan komunisme.
2. Tujuan
- Fasisme: Tujuan fasisme adalah untuk menempa persatuan nasional dan memelihara
masyarakat yang stabil dan teratur.
- Komunisme: tujuan komunisme adalah untuk membangun kesetaraan sosial melalui
kepemilikan sosial dari produksi.
3. Kontrol Ekonomi
- Fasisme: Dalam fasisme alat-alat produksi secara nominal dimiliki secara pribadi, tetapi
diarahkan oleh negara.
- Komunisme: Dalam komunisme ada kendali pemerintah yang lengkap atas ekonomi
4. Prinsip
- Fasisme: Fasisme dicirikan oleh prinsip-prinsip seperti nasionalisme ekstrim, militerisme,
rasisme, dan Darwinisme sosial.
- Komunisme: Komunisme dicirikan oleh prinsip-prinsip ekonomi dan sosial seperti
kepemilikan umum produksi, larangan kelas sosial, kesetaraan antara jenis kelamin dan
semua orang, dll.
5. Penggunaan Kekerasan dan Tindakan Militer
- Fasisme: Kekerasan melalui aksi militer adalah suatu keharusan dalam fasisme untuk
meremajakan nasionalisme.
- Komunisme: Kekerasan tidak dianggap sebagai suatu keharusan dalam komunisme.
6. Aturan
- Fasisme: Fasisme memiliki pemimpin yang radikal dan otoriter yang superior.
- Komunisme: Secara teori tidak ada pemimpin atau penguasa dalam komunisme karena
semua orang dianggap sama.
7. Diskriminasi Sosial
- Fasisme: Fasisme telah memegang peran gender tradisional secara kuat di samping
mempertimbangkan orang sebagai subjek belaka yang harus patuh kepada penguasa.
- Komunisme: Rasisme adalah prinsip diskriminasi dalam fasisme sedangkan dalam
komunisme tidak ada perpecahan di antara orang-orang dalam aspek apa pun.
DAFTAR PUSTAKA
Andrain, Charles F.1992. Kehidupan Politik dan Perubahan Social. Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya
Azhar, Muhammad. 1996. Filsafat politik. Yogyakarta: PT. Grafindo Persada
Budiardjo, Miriam. 2009.  Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Evriza. 2008. Ilmu Politik. Depok: ALFABETA Bandung
Kencana S, Inu. 1998. Teori dan Analisis Politik Pemerintahan. Jatinangor: PT. Perca Jakarta
Ebenstein William and Fogeiman Edwin. 1990. Isme-Isme Dewasa Ini         penerjemah:
Alex Jemadu. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT. Gramedia

Anda mungkin juga menyukai