Anda di halaman 1dari 3

Secara umum fasisme merupakan ideologi yang dijalankan dengan cara absolut dan tegas, tidak percaya

pada politik demokrasi, dan meyakini seorang pemimpin pemimpin kharismatik otoriter.

Sejarah Fasisme

- Tahun 1919

Istilah 'fasis' pertama kali digunakan oleh Mussolini pada tahun 1919 dalam sebuah gerakan politik yang
mengkombinasikan ultranasionalisme (paham nasionalisme yang berlebihan) dan permusuhan dengan
paham kiri maupun dengan konservatisme yang saat itu berkuasa.

Tiga tahun kemudian, Mussolini memegang kekuasaan sebagai pemimpin koalisi yang didukung oleh
kalangan konservatif.

- Tahun 1926

Pada tahun 1926 Mussolini mulai membangun secara penuh kediktatorannya. Pada saat itu juga,
fasisme paham yang dipuja secara luas oleh sebagian besar tokoh politik dan sastra yang terkemuka di
luar Italia, yang tidak semuanya mendukung kelompok kanan.

- Tahun 1939

Mulai periode tahun 1939, penaklukan sebagian besar wilayah Eropa oleh Nazi membuat orang-orang
fasis dengan cepat menduduki kursi pemerintahan di negara-negara di mana mereka selalu menjadi
oposisi, khususnya di Kroasia dan Rumania.

Nafsu Fasis dan Nazi yang tidak akan pernah terpuaskan untuk melakukan penaklukan menciptakan
sebuah koalisi internasional yang pada akhirnya menghancurkan fasisme dengan mengorbankan jutaan
orang yang meninggal, luka-luka, dan terusir dari kampung halamannya.

 Ideologi fasisme memiliki beberapa sifat yaitu :

1. Rasisme

Rasisme diartikan sebagai paham yang menerapkan penggolongan atau pembedaan ciri-ciri fisik (seperti


warna kulit ) dalam masyarakat. Rasisme juga bisa diartikan
sebagai paham diskriminasi suku, agama, ras, golongan ataupun ciri-ciri fisik umum untuk tujuantertent
u. 

2. Militerisme

Militerisme adalah suatu pemerintahan yang didasarkan pada jaminan keamanannya terletak pada
kekuatan militernya dan mengklaim bahwa perkembangan dan pemeliharaan militernya untuk
menjamin kemampuan itu adalah tujuan terpenting dari masyarakat. Sistem ini memberikan kedudukan
yang lebih utama kepada pertimbangan-pertimbangan militer dalam kebijakannya daripada kekuatan-
kekuatan politik lainnya. Mereka yang terlibat dalam dinas militer pun mendapatkan perlakuan-
perlakuan istimewa.
3. Ultra Nasionalis

Ultra Nasionalis ialah suatu sikap membanggakan suatu Negara (negaranya sendiri)secara berlebihan
sehingga sangat merendahkan Negara yang lainnya.Sehingga mudah sekali memancing
pertengkaran/peperangan.

4. Imperialisme

Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untukkepentingan diri
sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya (hak memerintah). "Menguasai"disini tidak perlu berarti
merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengankekuatan ekonomi, kultur, agama dan
ideologi, asal saja dengan paksaan.

Empat sifat ideologi fasisme tersebut mengakibatkan ideologi fasisme ini dapat menghambat
Multikulturalisme yaitu pandangan seseorang terhadap ragam kehidupan seperti kebudayaan, agama,
ras.

Berikut adalah negara-negara yang pernah menganut ideologi Fasisme setelah terjadinya perang dunia
I:

1. Jerman

Dalam Perang Dunia I Jerman mengalami kekalahan dan penderitaan yang hebat. Namun, di bawah
kepemimpinan Adolf Hittler Jerman mulai bangkit. Melalui Partai Nazi, Adolf Hittler membangun Jerman
kembali. Jerman menganut paham Chauvinisme yaitu paham yang menganggap dirinya lebih unggul dari
ras lainnya. Selain itu juga menganut totaliterisme yaitu paham yang melaksanakan prinsip bahwa
semua diutus oleh negara. Rakyat tidak memiliki kebebasan.

2. Italia

Italia adalah salah satu negara pemenang dalam Perang Dunia I. Meskipun menang, Italian merasa
kecewa sebab tuntutannya dalam Perjanjian Versailes tidak terpenuhi. Karena kekecewaannya tersebut,
Italia mulai bangkit di bawah pimpinan Benito Mussolini yang akhirnya mengembangkan paham
Fasisme.

3. Austria

Di Austria, terdapat pertarungan antara dua kelompok fasis: Austro-fascism dan Austrian Nazi. Yang


pertama cenderung top-down dan prokapitalis, sedangkan yang kedua cenderung populis dan memilih
melabel musuh utama mereka, Yahudi, sebagai kapitalis. Singkat cerita, kemenangan Nazi di Jerman
berujung pada kemenangan Austro-Nazi. Di ketiga tempat ini, rezim lama tidak menemui hambatan
berarti dalam memanfaatkan sistem demokrasi yang masih lemah untuk berkuasa kembali.

4. Hungaria
kelompok fasis di Hungaria harus bersaing dengan kelompok konservatif sayap kanan lainnya. Kekalahan
Hungaria dalam Perang Dunia I serta perang sipil yang terjadi setelahnya menghabisi kelompok-
kelompok sayap kiri. Jadi, politik domestik Hungaria saat itu tidak diwarnai kontestasi aneka aliran
politik, melainkan persaingan ketat antara para birokrat pemerintahan dan anggota legislatif. Sisa-sisa
rezim lama pun berupaya masuk kembali ke politik dengan mendukung salah satu dari kedua kubu, yang
orientasi politiknya sebenarnya tidak terlalu berbeda. 

5. Rumania

Kemenangan Rumania dalam Perang Dunia I memungkinkan sisa-sisa monarki lama, birokrasi, dan
militer memasuki kembali arena politik. Sama-sama konservatif secara politik, mereka mengorganisir diri
sebagai kelompok Fasisme, kelompok sayap kanan, dan lainnya.

6. Spanyol

Spanyol yang memutuskan netral di Perang Dunia I tidak terlalu banyak mengalami perubahan struktur
kelas dan konstelasi sosial-politik. Kelompok konservatif yang otoriter tetap kuat memegang kekuasaan.
Karenanya, Fasisme hanya bisa tumbuh sebagai sebuah sayap kecil dalam gerakan (ultra)nasionalis dan
antimonarki yang dipimpin Jendral Franco.

7. Jepang

Munculnya Fasisme Jepang tidak dapat dipisahkan dari Restorasi Meiji. Berkat Restorasi Meiji, Jepang
berkembang menjadi negara industri yang kuat. Majunya industri tersebut membawa Jepang menjadi
negara imperialis. Jepang menjadi negara fasis dan menganut Hakko I Chiu. Fasisme di Jepang dipelopori
oleh Perdana Menteri Tanaka, masa pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana
Menteri Hideki Tojo.

Fasisme sudah tidak digunakan oleh negara-negara pada zaman sekarang tetapi Fasisme sudah menjadi
bentuk lain yang bisa kita lihat di negara-negara besar. Seperti Jepang, mereka masih menerapkan kalau
kaisar adalah pemimpin yang paling benar tetapi mereka tidak menerapkan fasisme secara utuh.
Dampak Fasisme paling besar yang saat ini masih dirasakan adalah rasisme yang masih banyak terjadi di
negara-negara lain.

Anda mungkin juga menyukai