Kelompok 2:
1. ANDIKA ADITYAWARMAN
2. ALYA DWI AFRIYANI
3. APRIANSYAH SIREGAR
4. DINDA TRI ASTUTI
5. IVAN ALFAYED
6. MARIO MARSELINO SIREGAR
7. YUPITA WULANDARI
Materi yang akan dibahas:
Adanya ketidakadilan
dalam sistem
feodalisme
Latar Belakang secara khusus
Louis XVI
Tokoh dalam Revolusi Prancis
Marie Antoinette
Tokoh dalam Revolusi Prancis
Karl XIV Johan, terlahir dengan
nama Jean-Baptiste Bernadotte.
Karena lahir di Prancis,
Bernadotte tercatat lama
berkarier di militer Prancis. Ia
dinobatkan oleh Napoleon
Bonaparte menjadi Marsekal
Prancis, meskipun hubungan
keduanya tidak bersahabat.
Karier militernya di Prancis
berhenti pada tahun 1810, ketika
ia dicopot dari jabatannya oleh
Napoleon di tengah-tengah
Pertempuran Wagram, kemudian
ia menerima tawaran dari Swedia
untuk menjadi pangeran dan
memihak koalisi untuk memusuhi
Napoleon hingga berakhirnya Karl XVI Johan
perang.
Tokoh dalam Revolusi Prancis
Louis XVII
Tokoh dalam Revolusi Prancis
Napoleon Bonaparte
Tokoh dalam Revolusi Prancis
François-Marie Arouet lebih dikenal dengan
nama penanya Voltaire, adalah penulis dan filsuf
Prancis pada Era Pencerahan. Ia dikenal tulisan
filsafatnya yang tajam, dukungan terhadap hak-
hak manusia dan kebebasan sipil, termasuk
kebebasan beragama dan hak mendapatkan
pengadilan yang patut. Ia sering menggunakan
karyanya untuk mengkritik dogma gereja dan
institusi Prancis pada saat itu. Meskipun Voltaire
dianggap sebagai salah satu tokoh yang paling
berpengaruh pada zamannya, sebenarnya ia
tidak mendirikan atau mengungkapkan suatu
pemikiran filsafat apapun yang berbeda dari
filsuf-filsuf sezamannya. Ia hanyalah juru bicara
zaman Pencerahan (Aufklärung) lewat tulisan-
tulisannya yang terpublikasi dengan baik dan François-Marie Arouet
mendapatkan sambutan serta pengakuan luas
dari masyarakat.
Pemikiran dibalik Revolusi
Prancis
1. John Locke ( 1685–1753) dengan karyanya yang berjudul Two Treaties of
Government yang mengumandangkan ajaran kedaulatan rakyat.
2. Montesquieu (1689–1755) dengan karyanya L'es prit des Lois (Jiwa Undang-
Undang). Dalam buku itu terdapat teorinya tentang trias politika yakni
tentang pemisahan kekuasaan antara legislatif (pembuat undang-undang),
eksekutif (pelaksana undang-undang, dan Yudikatif (pengatur pe-ngadilan
segenap pelanggaran terhadap undang-undang yang berlaku. Hal ini semua
dimaksudkan agar tidak terjadi sewenang-wenang).
3. J.J. Rousseau ( 1712–1778) dengan karyanya Du Contract Social (Perjanjian
Masyarakat). Rousseau mengatakan bahwa menurut kodratnya manusia
sama dan merdeka. Setiap manusia pada prinsipnya sama dan merdeka
dalam mengatur kehidupannya kemudian membentuk semacam perjanjian
sesama anggota masyarakat atau contract social. Melalui perjanjian bersama
itu, dibentuk suatu badan yang diserahi kekuasaan untuk mengatur dan
menyelenggarakan ketertiban masyarakat yaitu pemerintah. Dengan
demikian, kedaulatan sebenarnya bukan pada badan (pemerintah),
melainkan pada rakyat.
Proses Revolusi Prancis
Untuk mengatasi krisis ekonomi, raja memanggil DPR (Etats Generaux).
Dewan ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah sebab dalam sidang
justru terjadi pertentangan mengenai hak suara. Golongan I dan II
menghendaki tiap golongan memiliki satu hak suara, sementara golongan III
menghendaki setiap wakil memiliki hak satu suara. Jika dilihat dari proporsi
jumlah anggota Etats Generaux yang terdiri atas golongan I, 300 orang,
golongan II 300 orang, dan golongan III 600 orang, dapat disimpulkan bahwa
golongan I dan II menghendaki agar golongan III kalah suara sehingga rakyat
tidak mungkin menang. Jika kehendak golongan III yang dimenangkan,
golongan I dan II terancam sebab di antara anggota mereka sendiri ada orang-
orang yang bersimpati pada rakyat.
Pada tanggal 17 Juni 1789, anggota Etats Generaux dari golongan III
mengadakan sidang sendiri, didukung oleh sebagian kecil anggota dari
golongan I dan II. Peserta sidang menyatakan diri sebagai Majelis Nasional
yang bertujuan memperjuangkan terbentuknya konstitusi tertulis bagi
Prancis. Raja berusahamembubarkan organisasi yang dipimpin Jean Bailly
dengan dukungan Comtede Mirabeau ini, baik dengan jalan perundingan
maupun dengan kekerasan. Sikap raja yang berusaha membubarkan Majelis
Nasional dengan jalan kekerasan menimbulkan kemarahan rakyat dan
terjadilah huru-hara. Puncak huru-hara terjadi tanggal 14 Juli 1789, ketika
rakyat menyerbu dan meruntuhkan penjara Bastille, lambang kekuasaan
mutlak raja. Penyerangan ini didukung oleh Tentara Nasional yang dipimpin
Lafayette.
Proses Revolusi Prancis
Ketika terjadi pemberontakan oleh rakyat, Louis XVI melarikan
diri ke luar negeri. Kesempatan ini dipergunakan oleh rakyat
untuk membentuk pemerintahan baru yang demokratis. Dewan
Perancang Undang-Undang yang terdiri dari Partai Feullant dan
Partai Jacobin segera membentuk Konstitusi Prancis pada
tahun 1791. Partai Feullant adalah partai yang proraja,
sedangkan Partai Jacobin adalah partai yang prorepublik. Partai
Jacobin beranggotakan kaum Geronde dan Montague. Partai ini
dipimpin oleh tiga sekawan, Robespiere, Marat, Danton.
Keadaan negara yang semakin berbahaya membuat Dewan
Legislatif membentuk pemerintahan republik pada tanggal 22
September 1792. Raja Louis XVI dan istrinya dijatuhi hukuman
pancung dengan quillotine pada tanggal 22 Januari 1793.