Anda di halaman 1dari 20

Revolusi Perancis

Kelompok 2:
1. ANDIKA ADITYAWARMAN
2. ALYA DWI AFRIYANI
3. APRIANSYAH SIREGAR
4. DINDA TRI ASTUTI
5. IVAN ALFAYED
6. MARIO MARSELINO SIREGAR
7. YUPITA WULANDARI
Materi yang akan dibahas:

Pengertian Revolusi Prancis

Latar Belakang terjadinya Revolusi Prancis

Tokoh dan dibalik Revolusi Prancis

Proses awal sampai akhir Revolusi Prancis

Pengaruh Revolusi Prancis


Pengertian
Revolusi Perancis merupakan
periode sosial radikal dan
pergolakan politik di Prancis
yang mempunyai dampak
abadi pada sejarah Prancis, dan
lebih luas lagi, terhadap Eropa
secara keseluruhan. Monarki
absolut yang telah memerintah
Prancis selama berabad-abad
runtuh dalam waktu tiga tahun.
Orang-orang Prancis
mengalami transformasi sosial
politik epik; feodalisme,
aristokrasi, dan monarki
absolut dihancurkan oleh
kelompok-kelompok politik kiri
radikal, oleh massa di jalanan,
dan oleh komunitas petani
pedesaan.
Latar Belakang secara umum
Munculnya paham
rasionalisme,
aufklarung, dan paham
romantisme.

Pemerintahan yang Pengaruh Perang


buruk Revolusi Amerika

Adanya ketidakadilan
dalam sistem
feodalisme
Latar Belakang secara khusus

1. Pemerintahan Raja Louis XVI yang sewenang –


wenang terhadap rakyat Prancis.
2. Pemungutan pajak yang terlalu memberatkan
rakyat.
3. Defisit keuangan negara akibat sifat boros dari
keluarga kerajaan terutama permaisuri Raja Louis
XVI, yaitu Marie Antoinette, sehingga dikenal
dengan nama Madam Defisit.
Tokoh dalam Revolusi Prancis
Raja Louis XVI adalah seorang
raja Prancis dari Dinasti Bourbon.
Kekuasaannya dihentikan dan
dia ditangkap pada Revolusi
Prancis. Ia akhirnya dihukum
dengan guillotine untuk
dakwaan pengkhianatan pada 21
Januari 1793 di hadapan rakyat
Prancis. Louis XVI awalnya
dicintai rakyatnya, namun
ketidakcakapannya dalam
memerintah dan sikapnya yang
konservatif membuat rakyatnya
berbalik membencinya.

Louis XVI
Tokoh dalam Revolusi Prancis

Marie Antoinette adalah


permaisuri dari Raja Louis XVI. Ia
dikenal sebagai Madame Déficit
karena krisis keuangan negara
atas pengeluarannya yang
melimpah dan tentangannya
terhadap reformasi sosial dan
keuangan Turgot dan Necker

Marie Antoinette
Tokoh dalam Revolusi Prancis
Karl XIV Johan, terlahir dengan
nama Jean-Baptiste Bernadotte.
Karena lahir di Prancis,
Bernadotte tercatat lama
berkarier di militer Prancis. Ia
dinobatkan oleh Napoleon
Bonaparte menjadi Marsekal
Prancis, meskipun hubungan
keduanya tidak bersahabat.
Karier militernya di Prancis
berhenti pada tahun 1810, ketika
ia dicopot dari jabatannya oleh
Napoleon di tengah-tengah
Pertempuran Wagram, kemudian
ia menerima tawaran dari Swedia
untuk menjadi pangeran dan
memihak koalisi untuk memusuhi
Napoleon hingga berakhirnya Karl XVI Johan
perang.
Tokoh dalam Revolusi Prancis

Jean-Paul Marat adalah


seorang dokter,
wartawan, ilmuwan, dan
politikus yang aktif selama
Revolusi Prancis. Ia
menyuarakan aspirasinya
melalui surat kabar L'Ami
du peuple .
Tokoh dalam Revolusi Prancis
Louis Charles de France Pada masa
Revolusi Prancis,Pangeran Louis
dipenjarakan bersama dengan orang
tuanya. Sebagai putra tertua yang
masih hidup, dia dinyatakan sebagai
Raja Prancis pada 28 Januari 1793 oleh
pamannya Louis-Stanislas-Xavier, yang
sendiri dalam pengasingan di Hamm,
dekat Dortmund, Jerman. Pernyataan
tersebut tidak mempunyai kekuasaan
karena Prancis saat itu merupakan
sebuah republik. Tetapi saat Prancis dan
Eropa menerima Louis-Stanislas-Xavier
sebagai Louis XVIII dari Prancis pada
tahun 1815, pemberian angkanya
menunjukkan diakuinya hak-hak Louis
XVII.

Louis XVII
Tokoh dalam Revolusi Prancis

Napoleon Bonaparte adalah


seorang pemimpin militer dan
politik Prancis yang menjadi
terkenal saat Perang
Revolusioner. Sebagai
Napoleon I, dia adalah Kaisar
Prancis dari tahun 1804 sampai
tahun 1814, dan kembali pada
tahun 1815. adalah seorang
pemimpin militer dan politik
Prancis yang menjadi terkenal
saat Perang Revolusioner.

Napoleon Bonaparte
Tokoh dalam Revolusi Prancis
François-Marie Arouet lebih dikenal dengan
nama penanya Voltaire, adalah penulis dan filsuf
Prancis pada Era Pencerahan. Ia dikenal tulisan
filsafatnya yang tajam, dukungan terhadap hak-
hak manusia dan kebebasan sipil, termasuk
kebebasan beragama dan hak mendapatkan
pengadilan yang patut. Ia sering menggunakan
karyanya untuk mengkritik dogma gereja dan
institusi Prancis pada saat itu. Meskipun Voltaire
dianggap sebagai salah satu tokoh yang paling
berpengaruh pada zamannya, sebenarnya ia
tidak mendirikan atau mengungkapkan suatu
pemikiran filsafat apapun yang berbeda dari
filsuf-filsuf sezamannya. Ia hanyalah juru bicara
zaman Pencerahan (Aufklärung) lewat tulisan-
tulisannya yang terpublikasi dengan baik dan François-Marie Arouet
mendapatkan sambutan serta pengakuan luas
dari masyarakat.
Pemikiran dibalik Revolusi
Prancis
1. John Locke ( 1685–1753) dengan karyanya yang berjudul Two Treaties of
Government yang mengumandangkan ajaran kedaulatan rakyat.
2. Montesquieu (1689–1755) dengan karyanya L'es prit des Lois (Jiwa Undang-
Undang). Dalam buku itu terdapat teorinya tentang trias politika yakni
tentang pemisahan kekuasaan antara legislatif (pembuat undang-undang),
eksekutif (pelaksana undang-undang, dan Yudikatif (pengatur pe-ngadilan
segenap pelanggaran terhadap undang-undang yang berlaku. Hal ini semua
dimaksudkan agar tidak terjadi sewenang-wenang).
3. J.J. Rousseau ( 1712–1778) dengan karyanya Du Contract Social (Perjanjian
Masyarakat). Rousseau mengatakan bahwa menurut kodratnya manusia
sama dan merdeka. Setiap manusia pada prinsipnya sama dan merdeka
dalam mengatur kehidupannya kemudian membentuk semacam perjanjian
sesama anggota masyarakat atau contract social. Melalui perjanjian bersama
itu, dibentuk suatu badan yang diserahi kekuasaan untuk mengatur dan
menyelenggarakan ketertiban masyarakat yaitu pemerintah. Dengan
demikian, kedaulatan sebenarnya bukan pada badan (pemerintah),
melainkan pada rakyat.
Proses Revolusi Prancis
 Untuk mengatasi krisis ekonomi, raja memanggil DPR (Etats Generaux).
Dewan ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah sebab dalam sidang
justru terjadi pertentangan mengenai hak suara. Golongan I dan II
menghendaki tiap golongan memiliki satu hak suara, sementara golongan III
menghendaki setiap wakil memiliki hak satu suara. Jika dilihat dari proporsi
jumlah anggota Etats Generaux yang terdiri atas golongan I, 300 orang,
golongan II 300 orang, dan golongan III 600 orang, dapat disimpulkan bahwa
golongan I dan II menghendaki agar golongan III kalah suara sehingga rakyat
tidak mungkin menang. Jika kehendak golongan III yang dimenangkan,
golongan I dan II terancam sebab di antara anggota mereka sendiri ada orang-
orang yang bersimpati pada rakyat.
 Pada tanggal 17 Juni 1789, anggota Etats Generaux dari golongan III
mengadakan sidang sendiri, didukung oleh sebagian kecil anggota dari
golongan I dan II. Peserta sidang menyatakan diri sebagai Majelis Nasional
yang bertujuan memperjuangkan terbentuknya konstitusi tertulis bagi
Prancis. Raja berusahamembubarkan organisasi yang dipimpin Jean Bailly
dengan dukungan Comtede Mirabeau ini, baik dengan jalan perundingan
maupun dengan kekerasan. Sikap raja yang berusaha membubarkan Majelis
Nasional dengan jalan kekerasan menimbulkan kemarahan rakyat dan
terjadilah huru-hara. Puncak huru-hara terjadi tanggal 14 Juli 1789, ketika
rakyat menyerbu dan meruntuhkan penjara Bastille, lambang kekuasaan
mutlak raja. Penyerangan ini didukung oleh Tentara Nasional yang dipimpin
Lafayette.
Proses Revolusi Prancis
 Ketika terjadi pemberontakan oleh rakyat, Louis XVI melarikan
diri ke luar negeri. Kesempatan ini dipergunakan oleh rakyat
untuk membentuk pemerintahan baru yang demokratis. Dewan
Perancang Undang-Undang yang terdiri dari Partai Feullant dan
Partai Jacobin segera membentuk Konstitusi Prancis pada
tahun 1791. Partai Feullant adalah partai yang proraja,
sedangkan Partai Jacobin adalah partai yang prorepublik. Partai
Jacobin beranggotakan kaum Geronde dan Montague. Partai ini
dipimpin oleh tiga sekawan, Robespiere, Marat, Danton.
Keadaan negara yang semakin berbahaya membuat Dewan
Legislatif membentuk pemerintahan republik pada tanggal 22
September 1792. Raja Louis XVI dan istrinya dijatuhi hukuman
pancung dengan quillotine pada tanggal 22 Januari 1793.

 Setelah Raja Lous XVI dan istrinya dijatuhi hukuman mati,


Prancis pun mengalami berbagai jenis pemerintahan,
diantaranya:
1. Pemerintahan Monarki Konstitusional (1789-
1793)
2. Pemerintahan Teror atau Konvensi Nasional
(1793-1794)
3. Pemerintahan Direktori atau Direktorat (1795-
1799)
4. Pemerintahan Konsulat (1799-1804)
5. Masa Pemerintahan Kaisar (1804-1815)
6. Pemerintahan Reaksioner
Pengaruh Revolusi Prancis
 Bagi Prancis dan Dunia
 Revolusi Perancis telah membawa pengaruh yang besar, baik di dalam negeri maupun
di luar negeri yang meliputi bidang politik, ekonomi dan sosial. Jiwa, semangat dan
nilai-nilai revolusi sudah tertanam secara luas dan mendalam di hati rakyat dengan
semboyan liberte, egalite, dan fraternite (kebebasan, persamaan, dan persaudaran).

Di bidang politik, tampak jelas dengan meluasnya paham liberal di Spanyol, Italia,
Jerman, Austria dan Rusia. Rakyat menuntut agar kekuasaan raja dibatasi dengan
undang-undang sehingga terbentuklah pemerintahan monarki konstitusional.
Berkembangnya semangat nasionalisme. Hal ini muncul setelah Perancis menghadapi
Perang Koalisi. Mereka menentang intervensi asing, semangat ini juga menjalar ke
negara-negara lain. Di samping itu juga berkembang paham demokrasi di kalangan
rakyat, mereka menuntut dibentuknya Dewan Perwakilan Rakyat, negara republik,
dan sebagainya.
 Di bidang ekonomi, dihapuskannya pajak feodal dan petani yang semula hanya
sebagai penggarap tanah menjadi petani pemilik tanah sendiri. Di samping itu,
dihapuskannya sistem gilde sehingga perindustrian dan perdagangan menjadi
berkembang.
 Di bidang sosial, dihapuskannya susunan masyarakat feodal yang terbagi menjadi tiga
golongan dan digantikannya dengan masyarakat baru yang berdasarkan spesialisasi
kerja, seperti cendekiawan, pengusaha, petani dan sebagainya.

Pengaruh Revolusi Prancis
 Pengaruh pemikiran yang dihasilkan oleh revolusi Perancis terhadap
pergerakan kemerdekaan Indonesia adalah usaha untuk mewujudkan suatu
negara merdeka yang bebas dari belenggu penjajahan. Pada saat
penyusunan bentuk pemerintahan, para pendiri negara (The Founding
Fathers) tidak memilih bentuk kerajaan akan tetapi memilih bentuk Republik.
Hal ini tampaknya secara tidak langsung mendapatkan pengaruh dari revolusi
Prancis karena bentuk negara Republik memungkinkan untuk terbangunnya
suasana pemerintahan yang demokratis. Seperti ditunjukkan oleh penyebab
timbulnya revolusi Prancis, walau bagaimanapun bentuk kerajaan akan
cenderung mengarahkan pada munculnya kekuasaan raja yang absolut dan
tirani apabila tidak dibatasi dengan undang-undang. Oleh karena itu,
pembentukan negara Republik Indonesia didasarkan pada Undang-undang
Dasar yang dapat menjadi pengontrol jalannya kekuasaan. Di Indonesia juga
diberlakukan pola pembagian kekuasaan seperti yang dikemukakan oleh
Montesquieu. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden beserta jajaran
menterinya, kekuasaan legislatif dipegang oleh DPR dan MPR, sementara
kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung Konstitusi, dan
Mahkamah Yudisial.
Terimakasih atas
perhatiannya!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!

Anda mungkin juga menyukai