Anda di halaman 1dari 2

Imperialisme Perancis – Italia di Afrika dan masalah Maroko

Tunis dan Penetration Pasifique


Dari Aljazair, Perancis ingin memperluas pengaruhnya ke Tunis, dengan iklim yang
sedang. Tunis merupakan negeri “terbelakang” dan penduduknya tidak padat. Tidak hanya
Perancis, tetapi juga berbagai negara Imperialisme Barat menaruh perhatian terhadap Tunis.
Pada 1869 Tunis menghadapi suatu kebangkrutan. Pengawasan keuangan dilakukan oleh
Triple Control terdiri atas wakil-wakil Inggris, Italia, Perancis. Sesudah Kongres Berlin
(1878), penguasaan Perancis terhadap Tunis hanya tinggal menunggu waktunya saja. Dalam
tahun 1880 itu juga Perdana Menteri Jules Ferry tokoh Imperialisme modern Perancis.
Perjanjian Bardo memberi kuasa kepada orang-orang Perancis untuk mengatur keuangan di
Tunis. Pada November 1881 kabinet Ferry jatuh, Gambetta menjadi Perdana Menteri kabinet
baru, tetapi politiknya tidak sama dengan kebanyakan kaum radikal.

Afrika Timur Laut


Sejak zaman sebelum berlangsung Imperialisme Modern Obock adalah koloni
Perancis. Pada 1882 seluruh kota dibeli dan Sultan pemilik daerah. Perancis memutuskan
akan mendirikan pangkalan laut di Obock, namun lokasinya tidak strategis, makan pada 1888
Perancis memilih Djibouti sebagai gantinya yang kemudian disebut Somali Perancis, selain
Perancis ada Italia. Pada 1891 inggris dan Italia mengadakan perjanjian yang isinya
memungkinkan Italia ke Ethiopia, dan ada konflik yang diakhiri dengan diadakan perjanjian
di Udsyiali 1889. Pada 1895 pemerintah Italia melakukan kekerasan kepada Ethiopia untuk
memaksa mengakui kekuasaannya.

Tripolitania
Pendudukan Perancis terhadap Tunis pada 1881 mengakibatkan hubungan antara
Perancis dan Italia menjadi buruk untuk beberapa tahun lamanya. Pada 1882 Italia bergabung
dalam persekutuan Austria-Jerman-Italia selama 5 tahun sekali di perbaharui. Pada 1887
Inggris-Austria-Hongaria berjanji untuk membatasi usaha Perancis, namun tidak
terealisasikan sehingga pada 1990 Italia mendekati Perancis dan melakukan perjanjian agar
Italia dapat memperoleh Tripolitania dan Cyrenaica tetapi harus melepas Marokko. Pada
1902 Jerman berjanji memberikan bantuan militer untuk Italia bila Perancis mengganggu.
Pada 1911 Italia memberikan ultimatum kepada Turki sebagai pemilik sah, dan pada 1912
Italia mengumumkan perang dengan Turki dan merebut Tripoli.

Masalah Maroko
Maroko terletak di Afrika Utara agak ke barat. Wilayahnya penuh dengan SDA yang
menggiurkan. Jelas tentu hal ini sangat menarik dan negara Eropa berlomba-lomba untuk
mengambil peran di dalam kawasan tersebut. Banyak para pembisnis menanamkan modal ke
Maroko. Persaingan pun semakin hebat ketika Maroko harus menjalankan politik pintu
terbuka. Setelah Prancis gagal dalam Fashoda, ia segera mendekati Maroko yang kala itu
Jerman dan Inggris memiliki pengaruh besar di Maroko.
Perjanjian-perjanjian selalu terus dilakukan demi hak kepentingan kaum pembisnis.
Pertentangan hebat pun terjadi di Maroko antara Inggris dan Prancis. Inggris tak ingin Prancis
menguasai Maroko karna akan menyulitkan Inggris dalam mengaasi Laut Tengah. Dengan
begitu, tak ada yang boleh menguasai daerah Jabaltarik. Tahun 1904, Prancis juga melakukan
perjanjian lagi untuk melegitimasikan kekuasaannya di Maroko, kali ini targetnya Spanyol.
Spanyol dilarang keras untuk memberikan daerah uang dikasih kepada negara “ketiga”.
Setelah perjanjian-perjanjian tersebut, Delcasse mematenkan Prrancis akan menjaga Maroko
dan memelihara kaum kapitalis di sana.
Satu-satunya negara yang menentang hanyalah Jerman. Alasannya karna Maroko
adalah negara tanam modal, tak ada yang boleh mengacau di sana. Maroko harus terus
terbuka oleh pemilik modal mana pun termasuk Jerman. Namun apa yang diusahakan Jerman
dipatahkan oleh Dual Alliance dalam konferensi di Algericas bulan Januari 1906. Prancis
dangat senang karna itu adalah kado buat mereka, pengaruhnya di Maroko pun semakin
tegak. Namun, Maroko semakin mengalami krisis akibat pemberontakan-pemberontakan.
Jerman yang kala itu melihat sebagai kesempatan untuk mengganggu Prancis di sana,
menyiapkan pangkalan perang di laut Atlantik. Namun lagi lagi, Jerman harus mengakui
kepintaran Prancis dalam berunding. Pasalnya, Prancis memberikan sedikit wilayahnya di
daerah barat-laut Congo untuk Jerman. Akhir, Prancis mendapatkan wilayah yang sangat luas
di Afrika Utara.

Anda mungkin juga menyukai