Anda di halaman 1dari 14

Skip to content

 MENU

KONTEN PROMOSI

Siswi Jenius Jakarta Temukan Obat Bakar Lemak 7 Kg Sehari


FitExpert

Veneer Ini 300 Kali Lebih Baik dari Gigi Palsu!


Snap On Smile

Pemerintahan Darurat Republik Indoensia


Oleh duniapcoidDiposting pada 23/12/2020

Latar Belakang
Daftar Baca Cepat  Tampilkan 
Pemimpin Republik Jawa sudah menduga kemungkinan agresi Belanda II dan
sudah membuat rencana menghadapi kemungkinan tersebut. Pada bulan
November 1948, wakil presiden Moh. Hatta mengajak Mr. Sjafruddin
Prawiranegara Menteri kemakmuran Republik ke Bukittinggi, dan Moh. Hatta
kembali ke Yogyakarta, Sjafruddin tetap tinggal untuk mempersiapkan
kemungkinan pembentukan suatu pemerintahan darurat di Sumatera
seandainya ibu kota Republik di Jawa jatuh ke tangan Belanda.

Sejarah Berdirinya Pemerintah Republk Indonesia


Satu rentang sejarah bangsa Indonesia keberadaannya sangat berpengaruh
terhadap kehidupan bangsa Indonesia pada masa berikutnya. Hal ini
dikarenakan setiap tahapan sejarah memiliki peran dan arti penting tersendiri
bagi masanya dan juga bagi masa yang akan datang. Tiap peristiwa sejarah
memiliki unsur kontinuitas yang artinya adalah bahwa ada kesinambungan
antara peristiwa dahulu dengan peristiwa yang terjadi pada masa berikutnya.
Salah satu bagian dari rentangan sejarah bangsa Indonesia yang peanannya
sangat sentral dalam pembentukan negara Indonesia berikutnya adalah masa
revolusi.

S N AP ON S M IL E

Veneer Ini 300 Kali Lebih Baik dari Gigi Palsu!


PELAJARI LEBIH

Pada masa revolusi, dinamika perkembangan Indonesia sangat terlihat. Hal
ini dikarenakan pada masa revolusi perkembangan sejarah mengalami
perubahan yang sangat cepat. Tercatat beberapa peristiwa penting yang
menentukan jalannya Indonesia ke depan terjadi pada masa revolusi ini.
Berbagai penyerangan dan peperangan mempertahankan kemerdekaan,
perjuangan diplomasi, sampai pada permasalahan dinamika politik terjadi
pada masa ini. Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada masa ini adalah
pembentukan pemerintahan darurat republik Indonesia.

Pemerintah darurat merupakan suatu upaya pengalihan kekuasaan yang


dilakukan oleh pemerintah Indonesia kepada pihak tertentu —dalam hal ini
adalah Syafrudin Prawiranegara dan kawan-kawan— untuk menjalankan
pemerintahan dikarenkan pemerintah Indonesia pada masa itu tidak dapat
menjalankan fungsi pemerintahan. Hal ini dikarenakan pemerintahan yang
tengah berlangsung mengalami ketidakkuasaan dalam menjalankan
pemerintahan disebabkan adanya agresi Belanda yang berhasil menangkap
Soekarno dan Hatta selaku pucuk pimpinan pada masa tersebut dan
menguasai pusat pemerintahan. Peran pemerintah darurat ini menjadi sentral
karena merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah Indonesia yang
pada masa itu tiak dapat menjalankan pemerintahan.

Akan tetapi, dalam penulisan sejarah nasional, pemeirntahan darurat tidak


memiliki proposisi yang ideal. Penulisan sejarah berkaitan dengan
pemerintahan darurat masih sangat kurang. Bahkan dalam buku babon
Sejarah Nasional Indonesia jilid VI edisi tahun 1984, penjelasan tentang
pemerintahan darurat masih sangat kurang. Walau dalam waktu yang sangat
singkat, berdirinya pemerintahan darurat memiliki makna yang penting bagi
perjalanan bangsa Indonesia. Dalam makalah ini akan disajikan secara
ringkas tetang pemerintahan darurat Republik Indonesia, tentang apa latar
belakang yang menyebabkan terbentuknya pemerintahan darurat, dan
bagaimana pengaruh berdirinya pemerintahan darurat terhadap eksistensi
negara Indonesia?

KONTEN PROMOSI

Veneer Ini 300 Kali Lebih Baik dari Gigi Palsu!


Snap On Smile

Siswi Jenius Jakarta Temukan Obat Bakar Lemak 7 Kg Sehari


FitExpert

Tak Perlu Laser jika Mata Mulai Kabur! Ternyata Cukup Lakukan
Ini
Eyelab

Pertengahan Desember 1948, Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru


mengirim pesawat untuk membawa Soekarno dan Hatta untuk keluar Jawa.
Dalam perjalanan keluar Jawa, pesawat tersebut akan singgah di Bukitinggi,
disini hatta akan tinggal untuk memimpin pemerintahan darurat sementara
Presiden Soekarno terbang ke New Delhi, dan dari sana ke New York
mengajukan masalah Republik ke Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun
sebelum pesawat Nehru sampai di Yogyakarta, pesawat itu tertahan di
Singapura karena pemerintah Belanda menolak memberi izin melintasi
daerah mereka dan memberikan hak mendarat di Jakarta.

Baca Juga :  Rumus Kapasitor

Soekarno dan Hatta masih ada di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember saat
belanda menyerang dan menduduki kota itu. Di Bukitinggi, saat mendengar
berita Belanda menyerang Yogyakarta, Sjafruddin pada mulanya tak percaya
bahwa pemerintahan Republik bisa hancur sedemikian cepatnya atau bahwa
hampir semua anggota kabinet , termasuk Soekarno dan Hatta suda
membiarkan diri mereka tertahan.

Dia menduga bahwa laporan tersebut mungkin hanya propaganda Belanda,


dan merasa kurang pasti dengan legalitas kekuasaanya, dia menunda
pembentukan pemerintahan darurat di Sumatera sampai sesudah dia,
bersama dengan para pemimpin pemerintahan provinsi Sumatera serta
komandan militer Sumatera yang baru Kolonel Hidayat, meninggalkan
Bukitinggi serta mundur ke Halaban, kira-kira 16 km di tenggara Payakumbuh.
Mereka sampai disana 21 Desember dan langsung diikuti residen Sumatera
Barat Mr. Rasjid.

Di Halaban mereka langsung menyusun strategi untuk menjawab serangan


Belanda. Yakin bahwa pada saat itu pemimpin-pemimpin Republik di Jawa
sudah ditahan belanda, maka pada tanggal 22 Desember Sjafruddin
menyatakan berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), dia
sendiri sebagai ketua, Gubernur Sumatera Mr. Tengku Moh D. Hassan
sebagai wakil ketua dan Mr. Rasjid sebagai menteri keamanan. Kabinet
mengangkat panglima angkatan darat, laut dan udara, serta menunjuk
perwakilan Indonesia di India, Mr. Maramis sebagai menteri luar negeri dan
menugaskannya supaya membawa masalah Indonesia ke PBB. Mereka lalu
menunjuk Susanto Seuanya menteri dalam kabinet Hatta yang luput dari
penangkapan Belanda saat mereka meyerang Yogyakarta.

Sejak saat itu PDRI memainkan peranan penting dan menjamin bahwa
perjuangan melawan Belanda masih dipimpin oleh pemerintahan yang sah
yang di akui oleh republik di seluruh nusantara. PDRI adalah simbol nasional
dan faktor pemersatu, khususnya untuk pasukan gerilya yang terpencar di
seluruh Jawa dan Sumatera, karena pemerintahan Sjafruddin diakui oleh
pasukan Republik (dibawah Panglima Besar Jend. Sudirman).

Sebelum meninggalkan Halaban, pemimpin republik memencar. Syafruddin


serta menterinya berangkat ke selatan unuk mendirikan pemerintahan mobile
di bidang alam, di perbatasan Sumatra barat dengan Jambi. Kolonel Hidayat
dan komandemen militer Sumatera berangkat ke utara, berhenti untuk
beberapa minggu di Rao di bagian utara Sumatera Barat lalu melanjutkan
“long march” ke Aceh.

Disana Hidayat membentuk markas komando militer Sumatera di daerah yang


tak pernah terjamah oleh Belanda. Mr. Rasjid dan anggota pemerintahan
Sumatera Barat pindah ke Kototinggi, sebuah negeri di pegunungan di luar
Suliki, sebelah utara Payakumbuh. Dia ditemani oleh Catib Sulaiman dan
Anwan Sutansaidi, hingga disana 24 desember dan membentuk
pemerintahan militer Sumatera barat di kantor perwakilan negeri.

Peranan Sjafruddin Prawiranegara Dalam PDRI


Dengan adanya PDRI dan Mr. Sjafruddin dipilih sebagai pejabat Presiden
sedangkan eksistensi Negara Indonesia masih ada serta merdeka dan
berdaulat karena dihadapan pemerintah Belanda, pemerintahan RI secara de
facto di pimpin oleh Soekarno dari penjara, walaupun sebenarnya secara de
jure pemerintahan berada di tangan Syafruddin Prawiranegara dan
kedudukan Soekarno yang ada dalam tahanan bukan lagi sebagai kepala
Negara yang merdeka dan berdaulat.

Jadi, dengan diberikan mandat dari Presiden pada Kepala pemerintahan


darurat RI maka posisi Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai pejabat
Presiden sementara (Ketua PDRI) dan bukan dianggap sebagai Presiden RI
yang utuh karena dia hanya sebagai pemegang jabatan sementara saja
berdasarkan mandat yang diterimanya dari mandatori yakni Presiden Pertama
RI sendiri. Maka dari fakta ini, Mr. Sjafruddin Prawiranegara tak
menyalahgunakan amanah pembentukan Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) guna mengangkat dirinya sebagai Presiden PDRI melainkan
hanya sebagai ketua PDRI.

Baca Juga :  Apa itu Pelapukan

Mr. Sjafruddin selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain bahkan
sampai ke pelosok-pelosok daerah terpencil karena pemerintahan PDRI
sangat dicari oleh pihak kolonial Belanda untuk dihancurkan. Tapu ini bukan
berarti pemerintahan darurat ini tanpa adanya perlawanan karena pada
tanggal 1 Januari 1949 PDRI ini membentuk 5 wilayah pemerintahan militer di
Sumatera yaitu Aceh dengan gubernur Militer Tgk Daud Beureuh. Daerah
Tapanuli dan Sumatera Timur Bagian Selatan dengan Gubernur Militer dr.
Ferdinand Lumban Tobing sementara Riau dengan Gubernur Militer R.M
Utoyo.
Sumatera Barat dipimpin oleh Gubernur Militer Mr. Sultan Muhammad Rasjid
dengan Wakil Gubernur Militer Letnan Kolonel Dahlan Ibrahim. Sementara
Sumatera Selatan dengan Gubernur Militer dr. Adnan Kapau Gani. Mungkin
pembentukan ini dengan tujuan sebagai alat bertaha dari tentara
pemerintahan Belanda sehingga Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
masih terlindungi dari serangan musuh dan eksistensi Negara Indonesia
masih ada.

Kondisi Politik Menjelang Berdirinya Pemerintah


Darurat
Kondisi Politik Indonesia Menjelang Berdirinya Pemerintah Darurat Dari bulan
januari 1946 sampai dengan Desember 1948, terdapat dua pemerintahan di
Indonesia, yaitu pemerintah Hindia Belanda di Jakarta dan pemerintah
Republik Indonesia di Yogyakarta (Wild dan Carey [ed.],1986:187). Dalam
perkembangan selanjutnya pemerintahan Republik Indonesia ini mengalami
penyerangan oleh pihak Belanda yang disebut dengan agresi militer Belanda
yang kedua.

Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan
serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta
penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh
lainnya. Pada hari pertama Agresi Militer Belanda II, mereka menerjunkan
pasukannya di Pangkalan Udara Maguwo dan dari sana menuju ke Ibukota RI
di Yogyakarta. Kabinet mengadakan sidang kilat. Dalam sidang itu diambil
keputusan bahwa pimpinan negara tetap tunggal dalam kota agar dekat
dengan Komisi Tiga Negara (KTN) sehingga kontak-kontak diplomatik dapat
diadakan.

Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara Maguwo, pagi hari


tanggal 19 Desember 1948, WTM Beel berpidato di radio dan menyatakan,
bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville. Penyerbuan
terhadap semua wilayah Republik di Jawa dan Sumatera, termasuk serangan
terhadap Ibukota RI, Yogyakarta, yang kemudian dikenal sebagai Agresi II
telah dimulai. Belanda

Pendirian Pemerintah Darurat Indonesia


Pendirian Pemerintahan Darurat Tidak lama setelah ibukota RI di Yogyakarta
dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda II, Belanda berulangkali
menyiarkan berita bahwa RI sudah bubar karena para pemimpinnya, seperti
Soekarno, Hatta dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan. Oleh karena
keadaan tersebut, untuk tidak menelantarkan Republik Indonesia dalam
keadaan tanpa pimpinan, dan untuk mencegah Belanda mendirikan
pemerintahan boneka, maka sidang kabinet memutuskan untuk mengakat
pimpinan pemerintah darurat.

Lewat radio Presiden dan wakil presiden mengalihkan kekuasaannya dengan


instruksi kepada Mr. Sjafrudin Prawiranegara yang pada waktu itu menjabat
sebagai menteri kemakmuran yang ada di Sumatera untuk membentuk
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Kalau tidak mungkin, supaya
menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis yang pada waktu itu berada di luar
negeri untuk menggantikan Mr Sjafruddin tersebut.

Baca Juga :  Menteri Luar Negeri Yang Mendatangani Deklarasi Bangkok

secara serentak kabinet Hatta mengeluarkan dua surat mandat tentang


pembentukan pemerintah darurat di Sumatera, satu untuk Mr Sjafruddin
Prawiranegara di Bukittinggi, dan satu lagi untuk Mr. A.A. Maramis di New
Delhi (Toer, dkk., 2003:705-706; Poesponegoro dan Notosusanto [et.al],
1984:161).

Aktivitas Pemerintahan Darurat Indonesia


Aktivitas Pemerintahan Darurat Pada saat berdirinya PDRI melakukan
beberapa kebijakan. PDRI memimpin perjuangan dan mengkoordinir
perjuangan di Sumatera dan di Jawa. Di Jawa mislnya diangkat dewan
komisaris pemerintah pusat. Selain itu, diadakan pula hubungan dengan luar
negeri dan memberi data-data tentang keadaan perjuangan di dalam negeri
supaya mereka bisa memperjuangkan nasib kita di perserikatan bangsa-
bangsa, dan di luar negeri, sebab di sana Mr. Maramis menjadi menteri luar
negeri pemerintahan darurat. Dan perjuangan fisik, perjuangan tentara
dilakukan di bawah pimpinan panglima besar Sudirman di Jawa, dan di
Sumatrea  di bawah pimpinan kepala teritorial Sumatera, yaitu Kolonel
Hidayat (Sjafruddin dalam Wild dan Carey [ed.],1986:198-205).

Pengembalian Mandat
Menjelang pertengahan 1949, posisi Belanda makin terjepit. Dunia
internasional mengecam agresi militer Belanda. Sedang di
Indonesia,pasukannya tidak pernah berhasil berkuasa penuh. Ini memaksa
Belanda menghadapi RI di meja perundingan. Belanda memilih berunding
dengan utusan Soekarno-Hatta yang ketika itu statusnya tawanan.
Perundingan itu menghasilkan Perjanjian Roem-Royen.

Hal ini membuat para tokoh PDRI tidak senang, Jendral Sudirman
mengirimkan kawat kepada Sjafruddin, mempertanyakan kelayakan para
tahanan maju ke meja perundingan. Tetapi Sjafruddin berpikiran untuk
mendukung dilaksanakannya perjanjian Roem-Royen. Perjanjian Roem
Royen (juga disebut Perjanjian RoemVan Royen) adalah sebuah perjanjian
antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 7 Mei
1949.

Pengaruh Berdirinya Pemerintahan Darurat


Berdirinya pemerintah darurat memiliki satu arti penting, yakni Indonesia
masih memiliki eksistensi ketika terjadi penyerangan dan penguasaan yang
dilakukan oleh Belanda. Walaupun merupakan pemerintahan hasil
pelimpahan kekuasaan dan bersifat sementara, PDRI telah menjadi satu mata
rantai sejarah Indonesia yang berhasil membentuk Indonesia sampai saat ini.
Pada saat berdirinya PDRI yang sangat singkat dilakukan berbagai upaya
perlawanan terhadap Belanda baik melalui jalur militer ataupun melalui jalur
diplomasi. Melalui jalur militer ditandai dengan didirikannya beberapa
pangkalan militer dan dilakukannya upaya perlawanan dan gerilya.

Dalam bidang diplomasi, pada saat berdirinya PDRI berhasil dilakukan upaya
perundingan antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda, yang salah satu
perundingan penting tersebut adalah pembicaraan antara Roem dan Van
Roeyen dan telah tercapai suatu undersanding antara keduanya itu, yakni
Yogya dikembalikan kepada Republik Indonesia, dan kemudian akan
diadakan erundingan-perundingan mengenai penyerahan kedaulatan. Setelah
selesai perundingan Roem-Royen itu, maka Yogyakarta berhasil
dikembalikan, serta Soekarno-Hatta dan menteri-menteri lain yang ditawan
dikembalikan ke Yogyakarta (Sjafruddin dalam Wild dan Carey
[ed.],1986:198-205).

demikianlah artikel pembahasan mengenai Pemerintahan Darurat Republik


Indoensia : Pendirian, Aktivitas, Pengaruh, Latar Belakang, Sejarah
Berdirinya, Peran Sjafruddin, Kondisi Politik, Pengambilan
Mandat, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda seuanya.

KONTEN PROMOSI
Napas Bau, Parasit akan Keluar dari Tubuh jika Coba Ini
Detocline

Veneer Ini 300 Kali Lebih Baik dari Gigi Palsu!


Snap On Smile

Jangan Baca Ini jika Kamu belum Siap Menjadi Kaya dalam 36 Hari!
Money Amulet
Menderita Hipertensi? Ada Solusi Mudahnya!
Cardionormin

Siswi Jenius Jakarta Temukan Obat Bakar Lemak 7 Kg Sehari


FitExpert
Tak Perlu Laser jika Mata Mulai Kabur! Ternyata Cukup Lakukan Ini
Eyelab

Sebarkan ini:

 Facebook
 Twit
 WhatsApp
Posting terkait:

Usaha dan Energi

Hukum Termodinamika
Unsur Instrik Puisi
Posting pada SDDitag agresi militer belanda 1, agresi militer belanda 2 tirto, alasan
dibentuknya pemerintahan pelarian, apa itu pdri impor, apa penyebab munculnya
pemerintah darurat republik indonesia, belanda tirto, dampak agresi militer 2 bagi
belanda, dampak pdri, di mana pusat pemerintahan pdri, isi perjanjian linggarjati, jelaskan
fungsi pdri terhadap perjuangan mempertahankan kemerdekaan ri, jelaskan sebab sebab
dibentuknya pdri, jelaskan tentang keberadaan pdri, kesepakatan konferensi meja
bundar, konferensi asia di new delhi, latar belakang ktn, latar belakang pdri, maksud
pendirian pdri, mengapa pemerintah indonesia membentuk pdri di bukit tinggi, mr
assaat, pdr dibentuk sebagai akibat, pdri berpusat di, pdri pajak, pemerintah darurat
republik indonesia berkedudukan di, pentingnya pembentukan pdri, peran syafruddin
prawiranegara, perdana menteri pertama nkri dijabat oleh, perjanjian renville, perjanjian
roem royen, perjanjian setelah kemerdekaan, presiden ris, presiden sebelum
soekarno, presiden sementara di bukittinggi, roem royen, sebutkan hasil konferensi meja
bundar, serangan umum 1 maret, serangan umum 1 maret 1949, sjafruddin prawiranegara
prri, tokoh pemerintahan darurat republik indonesia, tugu pdri di payakumbuh, tujuan
dibentuknya pdri, tujuan dibentuknya pemerintahan darurat republik indonesia di
bukittinggi, tujuan pdri, tujuan sidang kmb, unci, wakil presiden indonesia

Pos-pos Terbaru

  Usaha dan Energi


  Hukum Termodinamika
  Unsur Instrik Puisi
  Pengertian APBN
  Persamaan Linear
  Teori Produksi
  APBD dan APBN
  Mekanisme Penyusunan APBN
  Sifat Koloid
  Ciri Amfibi
  Reproduksi Angiospermae
  Pengertian Movie Maker
  Mekanisme Penyusunan APBD
  Gerak Parabola
  Pengertian Diskusi
Sering Dilihat

 Teks Deskripsi
 Kinemaster Pro
 GB WhatsApp

Created By : DuniaPendidikan.Co.ID | 2018

 HOME

 SD

 SMP

 SMK

 SMA

 S1

 S2

 UMUM

 Tutup Menu
undefined

Anda mungkin juga menyukai