Anda di halaman 1dari 5

Istana Korea

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Gyeongbokgung, salah satu bangunan istana Korea.

Istana Korea adalah arsitektur Korea yang berupa istana-istana kerajaan yang
dibangun pada masa kuno di Korea.[1][2][3] Walaupun rancangan ibu kota dan istana Korea
mengikuti prinsip-prinsip Cina kuno, namun Korea yang telah mengembangkan budaya
independen selama 2000 tahun menghasilkan perbedaan-perbedaan yang tidak
sedikit. Bangsa Korea mempertahankan elemen asli yang tidak dapat ditemui di
negara-negara tetangganya.[3]
Kerajaan-kerajaan kuno Korea telah mendirikan ibu kota dan istana mulai abad ke-1
Sebelum Masehi, namun bentuk-bentuknya tidak lagi dapat diketahui.[3] Bahkan tidak
ada sedikitpun bukti arsitektur yang bisa dipelajari dari kerajaan Gojoseon (2333 SM-
250 SM). Istana-istana Tiga Kerajaan (57 SM-668 M) dapat diketahui secara kasar
lewat beberapa catatan sejarah dan situs-situs bersejarah. Gambaran awal yang paling
jelas dapat ditelusuri lewat rancangan ibu kota Dinasti Goryeo (918-
1392), Gaegyeong.[3]

Daftar isi

 1Rancangan tata kota Cina kuno


 2Tiga Kerajaan
o 2.1Goguryeo
o 2.2Baekje
o 2.3Silla
 3Dinasti Goryeo
 4Dinasti Joseon
 5Referensi
 6Galeri

Rancangan tata kota Cina kuno[sunting | sunting sumber]


Berdasarkan kitab Upacara Zhou ("Zhouli") yang berisi tentang tatacara membangun
bangsa dan negara yang ideal, sebuah kota harus berbentuk persegi yang dikelilingi
tembok, dengan masing-masing sisi memiliki panjang 9 li (1 li kurang lebih 0,4 km). Di
dalamnya harus terdapat 3 jalan memanjang dari utara ke selatan dan bersilangan
dengan 3 jalan yang memanjang dari timur ke barat. Pada tiap sisi harus dijaga oleh 3
gerbang. Istana kerajaan berada di tengah-tengah, kuil leluhur di sebelah kiri dan altar
Dewa Bumi dan Palawija di sebelah kanan. Pengadilan didirikan dan pasar masing-
masing diletakkan di depan dan belakang istana.
Kuil leluhur adalah bangunan dimana ritual pemujaan dilaksanakan oleh raja dan
keturunannya. Di altar Dewa Bumi dan Palawija, ritual kurban dilaksanakan untuk
memohon panen yang berhasil setiap tahun. Pengaturan letak kuil leluhur dan altar
kurban di tiap sisi istana melambangkan bahwa arwah leluhur dan dewa-dewa ada
untuk melindungi raja. Pengaturan letak pengadilan di depan dan pasar di belakang
menandakan bahwa para menteri harus mengutamakan kepentingan negara,
sementara rakyat berkontribusi dalam bidang perdagangan.
Berdasarkan rencana Zhouli, kota dan istana dilindungi tembok (gungseong) dan
tembok luar (hwangseong). Kota-kota yang meniru tata cara Zhou umumnya memiliki 3
lapis tembok kokoh dengan istana di tengah-tengahnya. Tembok dalam yang dikelilingi
tembok luar dimaksudkan untuk melindungi istana dimana raja tinggal. Tembok paling
luar (oeseong) mengelilingi kantor-kantor pemerintahan dan rumah-rumah rakyat.
Tidak semua istana dan ibu kota di Asia Timur benar-benar mengaplikasikan panduan
kitab Zhou. Kota-kota terkenal yang mengikuti pola ini antara lain Chang'an, ibu
kota Dinasti Tang (abad ke-6) dan Beijing, ibu kota Dinasti Ming (abad ke-14) di daratan
Cina. Di Jepang, kota seperti ini adalah Heijokyo (Nara) yang dimodelkan dari
Chang’an, namun dalam skala yang lebih kecil.

Tiga Kerajaan[sunting | sunting sumber]


Para penguasa Tiga Kerajaan saling bermusuhan satu sama lain. Mereka sering
memindahkan ibu kota dan membangun istana baru. Ada dua karakteristik yang bisa
diamati dari ibu kota Tiga Kerajaan, pertama, selalu dibangun di dataran berbukit-bukit
dekat sungai dan komplek istana diposisikan mengikuti aliran sungai. Kedua, adanya
konstruksi benteng gunung (sanseong) sebagai tempat pengungsian di saat darurat.
Goguryeo[sunting | sunting sumber]
Ibu kota Goguryeo yang kedua terletak di kota yang sekarang bernama Ji'an, sebelah
utara Sungai Yalu. Tempat ini dilindungi gunung-gunung tinggi di tiap sisi dan di situ
pernah dibangun istana dan benteng gunung. Pada tahun 413, ibu kota Goguryeo
dipindahkan ke dataran berbukit di sisi Sungai Taedong, Pyongyang bagian tengah.
Tembok luar dan dalam didirikan untuk melindungi istana. Tidak diketahui secara jelas
bagaimana posisi dan bentuknya yang asli karena hanya tinggal situsnya saja.
Selain di Pyongyang, istana lain bernama Anhakgung (makna:"Istana Bangau
Kedamaian") dibangun di bagian barat daya, di kaki Gunung Daeseong. Menurut
investigasi dan penelitian, Istana Anhak dikelilingi tembok pertahanan kuat yang
berbentuk persegi dan tidak rata. Di dalamnya terdapat banyak bangunan penting
seperti gerbang utama yang sejajar dengan poros tengah utara-selatan. Satu sisi
tembok bagian dalam, panjangnya 600 meter dan bangunan inti didirikan dalam skala
besar dimana sepanjang bagian depan berukuran 50 meter. Pada sudut barat laut di
tembok bagian dalam, terdapat bukit yang dikhususkan menjadi taman belakang
(huwon).
Baekje[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Arsitektur Baekje

Rekonstruksi Istana Baekje di "Baekje Cultural Land", Buyeo.

Setelah membangun ibu kota pertama di wilayah Hanseong sebelah selatan Sungai
Han, yang sekarang adalah bagian kota Seoul, Baekje kembali memindahkan ibu kota
ke Ungjin (kini Gongju, Chungcheong Selatan) pada tahun 475 dan ke Sabi (kini Buyeo)
pada tahun 538. Bekas ibu kota pertama Baekje masih belum bisa diketahui. Beberapa
teori menyebutkan berada di daerah Pungnamni dan Mongchon dimana ditemukannya
artefak-artefak tembikar.
Tembok benteng (seonggwak) ibu kota Baekje di Ungjin dan Sabi dibangun pada
dataran landai dekat sungai besar. Istana kerajaan berada di dalamnya. Karakteristik ini
serupa dengan rancangan ibu kota Goguryeo di Pyongyang.
Di dalam komplek Ungjin telah diekskavasi sumur besar, kolam teratai, dan situs
paviliun tinggi (nugak). Dalam babad Samguk Sagi dituliskan bahwa istana Baekje pada
masa itu berukuran besar. Dilengkapi dengan taman belakang yang ditanami pohon
dan bunga-bunga eksotis untuk dinikmati raja dan para menterinya.
Baekje Cultural Land dibuka pada tahun 2006 di Buyeo, bekas ibu kota
Baekje.[4] Tempat ini menjadi reproduksi arsitektur istana beserta kuil khas
Baekje.[4] Situs bekas istana asli berada pada kaki Gunung Buso, Buyeo. [5]
Silla[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Arsitektur Silla

Peninggalan Istana Banwol


Kerajaan Silla di sudut tenggara semenanjung baru menjadi kuat pada abad ke-4 dan
diperkirakan istananya dibangun mulai saat itu. Menurut Samguk Sagi, istana pertama
Silla dinamakan Geumseong ("Istana Emas"), dibangun dalam
komplek Banwolseong ("Istana Bulan Separuh") di Gyeongju. Sama seperti istana
Goguryeo dan Baekje, Geumseong juga didirikan di lahan perbukitan dekat sungai.
Setelah menyatukan Tiga Kerajaan, Silla Bersatu tidak memindahkan ibu kota ke
tempat baru, melainkan diperbesar dan diperbaharui. Lokasi Gyeongju yang berada di
sudut sebenarnya tidak sesuai dalam mengendalikan keseluruhan bagian
Semenanjung Korea. Karakteristik Gyeongju adalah jalan-jalannya dibuat dalam pola
garis lurus dimana dalam temboknya dibangun kuil besar bernama Hwangnyongsa (Kuil
Raja Naga).
Atas perintah Raja Munmu (masa berkuasa 661–681), sebuah kolam besar
bernama Anapji ("Kolam Itik dan Angsa Liar") dibangun dalam komplek vila kerajaan.
Kolam Anap berbentuk tidak teratur dimana salah satu sisi dibentuk dengan tanggul
tinggi dan lurus dan sisanya di seberang yang lain mempertahankan bentuk alami yang
berkelok-kelok. Kolam ini dilengkapi pula dengan miniatur gunung dan bebatuan. Di
tempat ini diselenggarakan perayaan-perayaan nasional dan pesta-pesta, jamuan untuk
utusan asing apabila sedang tidak digunakan untuk beristirahat. Walau kini Anapji
masih terawat dengan baik, lokasi dan bentuk istana asli tidak diketahui.

Dinasti Goryeo[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Istana Dinasti Goryeo
Sama seperti rancangan istana dan ibu kota Tiga Kerajaan, Dinasti Goryeo juga
memilih situs yang dikelilingi oleh pegunungan. Dikenal sebagai Gaegyeong, ibu kota
Goryeo ini dikelilingi oleh Gunung Songak dan gunung-gunung lain di 3 sisi. Penguasa
Goryeo mendirikan istana dan kantor pemerintahan di lokasi ini dan memadukannya
dengan keadaan topografi. Kuil leluhur penguasa dibangun di sebelah kiri istana dan
altar Dewa Bumi dan Palawija di sebelah kanan. Istana dikelilingi tembok dalam dan
tembok luar, mirip ibu kota Cina. Perbedaannya, di Goryeo istana tidak terletak di pusat
kota, melainkan di kaki gunung. Tembok istana dalam dan luar berbentuk persegi tak
beraturan yang disesuaikan dengan dataran yang bergelombang. Sungai-sungai kecil
mengalir melewati dataran berbukit dimana istana berdiri.
Pada saat tentara Mongol menginvasi Goryeo, ibu kota dipindahkan ke Pulau
Ganghwa di Laut Barat, sementara istana di Gaegyeong musnah dilalap api. Ibu kota di
Ganghwa bertahan selama 38 tahun. Di sana dibangun istana sementara, kantor dan
kuil Buddha. Pada tahun 1270, akhirnya Ganghwa jatuh ke tangan Mongol yang telah
mendirikan Dinasti Yuan di daratan Cina. Ibu kota dipindahkan lagi ke tempat semula di
Gaegyeong. Istana baru dibangun namun tidak semegah yang terdahulu.
Setelah Kekaisaran Mongol runtuh, Dinasti Ming muncul di Cina pada tahun 1350-an
dan Goryeo kembali mendapatkan kemerdekaannya. Istana baru bermunculan di luar
kota dan istana lama dinamakan Bongwol ("Istana Utama") untuk membedakannya dari
istana lain. Bongwol berkali-kali terbakar namun diperbaiki lagi. Setelah dipaksa
menyerah oleh pendiri Joseon, Yi Seong-gye, komplek Bongwol diabaikan dan lenyap
bersamaan dengan istana lain di sekitar Gaegyeong. Ibu kota berpindah ke Seoul,
pusat pemerintahan Dinasti Joseon yang baru. Orang-orang Joseon menamakan puing-
puing Bongwol sebagai Manwoldae atau "Istana Bulan Purnama".

Dinasti Joseon[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Istana Dinasti Joseon
Dinasti Joseon (1392-1910) didirikan setelah kejatuhan Dinasti Goryeo dengan ibu
kota Seoul. Dengan mengamati topografi Seoul, dapat dilihat bahwa rancangannya
mengikuti pola Goryeo. Sekeliling Seoul dipagari oleh pegunungan dimana di utara
berdiri Gunung Baegak, di timur ada Gunung Nak, di barat ada Gunung Inwang dan di
selatan ada Gunung Nam. Setelah memutuskan pada lokasi tersebut, istana dibangun
di sudut barat laut dekat kaki Gunung Baegak dan menghadap ke selatan. Kantor 6
menteri dibangun dalam 2 baris di sebelah kiri dan kanan di depan istana. Kuil leluhur
(Jongmyo) dibangun di sisi kiri istana dan Altar Dewa Bumi dan Palawija (Sajikdan) di
sebelah kanan.
Istana yang didirikan pada masa Joseon masih berdiri di 5 lokasi. Jika dihitung bersama
istana lama yang telah hancur, jumlahnya dapat lebih banyak. Setiap istana didirikan
dengan tujuan yang berbeda-beda. Beberapa digunakan untuk kediaman raja
(jeonggung), sementara istana lain untuk kediaman para selir. Suatu istana didirikan
apabila seorang cenayang meramalkan bahwa raja akan lahir di sana. Yang lainnya
didirikan di tempat yang dianggap berpengaruh karena gunung yang berdiri di
dekatnya. Bentuk dan penampilan tiap istana berbeda-beda pula menurut fungsinya.
Istana-istana besar Joseon yang tersisa hingga kini antara lain Gyeongbokgung ("Istana
Kebahagiaan Agung"), terletak di belakang Gwanghwamun ("Gerbang Perubahan
Bersinar"), gerbang utama istana yang terletak di pusat kota. Satu kilometer di sebelah
timur terdapat Changdeokgung ("Istana Kebajikan Gemilang")
dan Changgyeonggung ("Istana Perayaan Gemilang"). Deoksugung ("Istana Dirgahayu
Luhur") berada di samping Balai Kota Seoul dan di sebelah barat lebih jauh
terdapat Gyeonghuigung ("Istana Semarak Kebahagiaan").

Anda mungkin juga menyukai