Disusun oleh :
Kelompok 3
Kelas : 2E
Pendidikan Formal :
1. HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
2. MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
3. AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
Pendidikan Militer :
1. Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
2. Pendidikan Heiho di Magelang
3. Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
4. Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955.
5. Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956
Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani lahir di Purworejo, pada 19 Juni 1922- dan meninggal di Lubang
Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965. Jendral Achmad Yani adalah seorang pahlawan nasional Indonesia.
Pendidikan formal diawalinya di HIS (setingkat Sekolah Dasar pada saat itu) Bogor, yang diselesaikannya
pada tahun 1935. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke MULO (setingkat Sekolah Menegah Pertama)
kelas B Afd. Bogor. Dari sana ia tamat pada tahun 1938, selanjutnya ia masuk ke AMS (setingkat Sekolah
Menengah Umum) bagian B Afd. Jakarta. Sekolah ini dijalaninya hanya sampai kelas dua, sehubungan
dengan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Achmad Yani kemudian mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan secara
lebih intensif di Bogor. Dari sana ia mengawali karir militernya dengan pangkat Sersan. Kemudian setelah
tahun 1942 yakni setelah pendudukan Jepang di Indonesia, ia juga mengikuti pendidikan Heiho di
Magelang dan selanjutnya masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Pada tahun 1955,Achmad Yani disekolahkan pada Command and General Staff College di Fort Leaven
Worth,Kansas,USA selama 9 bulan. Pada tahun 1956, ia juga mengikuti Pendidikan selama dua bulan pada
Spesial Warfare Course di Inggris.
Selain itu, karier Achmad Yani yang menonjol selama periode mempertahankan kemerdekaan ini adalah
melakukan serangan gerilya yang dikerahkan pada awal 1949. Serangan ini berguna untuk mengalihkan
perhatian Belanda agar mereka lengah. Selagi mereka lengah, Letnan Kolonel Soeharto mempersiapkan
pasukannya untuk Serangan Umum 1 Maret yang mengarah langsung pada Yogyakarta. Peperangan terus
berlangsung hingga Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
Setelah Indonesia memperoleh pengakuan kedaulatan, pada tahun 1952 Achmad Yani diberi tugas untuk
melawan pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang mengacau di Jawa Tengah. Darul
Islam adalah pemberontak yang mencoba untuk mendirikan sistem pemerintahan teokrasi di Indonesia.
Lalu dibentuklah pasukan “Banteng Raiders” yang dibekali latihan khusus untuk melawan pasukan DI/TII
tersebut dan akhirnya pasukan DI/TII berhasil dikalahkan.
Pada bulan Desember tahun 1955, Achmad Yani dikirim ke Amerika Serikat untuk menjalani pendidikan
di Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, USA. Disana Ia menjalani pendidikan
selama 9 bulan, lalu pada tahun 1956 Ia mengikuti pendidikan di Special Warfare Course, Inggris selama
2 bulan. Tahun 1956 dia dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta. Di Markas Besar ini,
Achmad Yani menjadi anggota staf Umum untuk Abdul Haris Nasution. Selain itu juga menjabat sebagai
Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat. Beberapa tahun kemudian diangkat menjadi Wakil Kepala
Staf Angkatan Darat untuk urusan Organisasi dan Kepegawaian.
Pada tahun 1958, terjadi pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Achmad Yani yang berpangkat
Kolonel ditunjuk sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus untuk melawan pemberontakan
tersebut dan berhasil menang. Karena pencapaiannya tersebut, pada tahun 1962 Achmad Yani diangkat
menjadi Panglima/ Menteri Angkatan Darat. Pada tanggal 13 November 1963, Achmad Yani diangkat
menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat menggantikan Jenderal Nasution. Di masa itu, sistem
pemerintahan sedikit berbeda dengan sekarang. Sehingga ketika diangkat, Achmad Yani juga sekaligus
menjadi anggota kabinet.
Jendral Ahmad Yani juga terkenal dengan banyak prestasi atau capaian selama dirinya berkarier. Beberapa
diantaranya sebagai berikut,
1. Ahmad Yani menjadi salah satu pasukan yang berhasil memindahkan senjata Jepang di Magelang.
4. Pada saat Agresi Militer II, Achamd Yani dipercaya sebagai Komandan Wehrkreis e II meliputi
daerah pertahanan Kedu.
6. Pembentukan kembali Koandait sebagai pengganti Koadla yang meliputi wilayah Kodam XIII,
XIV, XV dan XVI.
7. Pembentukan Kodam XVII dengan membawahi 3 Korem dan 8 Kodim pada tanggal 1 Mei 1963.
Organisasi Kodam XVII 1 ni selanjutnya disempurnakan pula sesuai dengan kebutuhan.
8. Penyempurnaan kekuatan pada Kodam-Kodam lain, seperti pada tahun 1963 telah dilaksanakan
penambahan 1 Korem masing - masing untuk Kodam I dan Kodam II.
9. Pembentukan Dinas Pelaksana Intelligence Angkatan Darat (Dipiad) , sebagai badan pelaksana
dalam bidang intelligence khusus.
10. Perbaikan dan moderenisasi pendidikan dan latihan AD dilakukan meliputi bidang -bidang antara
lain Doktrin , Organisasi , guru militer , sistim , urikulum dan alat - alat serta fasilitas.
1. Komandan Seksi I Kompi III Batalyon II dari tahun 1944 hingga tahun 1945.
2. Komandan Batalyon 4/Yani Resimen XIV Magelang dari tahun 1945 hingga tahun 1948.
3. Komandan Brigade Diponegoro dari Divisi III dari tahun 1948-1950.
4. Komandan Wehrkreise/WK II Kedu dari tahun 1950 hingga tahun 1951.
5. Komandan Batalyon Banteng Raiders dari tahun 1951 hingga tahun 1953.
6. Komandan Resimen 12 Wijayakusuma dari tahun 1951hingga tahun1956.
7. Asisten II/Operasi pada tahun 1956.
8. Deputy I/Operasi pada tahun 1957.
9. Komandan Operasi 17 Agustus pada thun 1958.
10. Deputy II/Pembinaan pada tahun 1960).
11. Deputy KSAD untuk wilayah Indonesia bagian Timur pada tahun 1962 hingga tahun1963.
12. Menteri/Panglima Angkatan Darat dari tahun 1963 hingga tahun 1965.
Jendral Ahmad Yani juga memperoleh beberapa penghargaan atau tanda jasa semasa hidupnya, antara lain,
Baris Bintang Republik Indonesia Adipradana (10 November 1965)
ke-1
Baris Satyalancana Sapta Marga Satyalancana Satya Order of the People's Army with
ke-5 Dharma Golden Star (Second rank) - Yugoslavia
(1958)
Ketika masih berkuasa di awal tahun enam puluhan, gerakan politik Bung Karno cenderung lebih condong
ke Partai Komunis Indonesia atau biasa disebut PKI.Achamad Yani adalah orang yang sangat anti-komunis
dan tentunya Achmad Yani mulai waspada pada perkembangan PKI yang sangat pesat di waktu itu.
Kebenciannya terhadap komunis semakin bertambah ketika PKI memberikan dukungan untuk membentuk
angkatan kelima. Angkatan kelima adalah angkatan setelah tiga angkatan TNI dan polisi yaitu
mempersenjatai buruh dan tani. Terlebih lagi Bung Karno, di sisi ideologi, mencoba untuk memaksa
ideologi Nasionalis-Agama-Komunis atau biasa disebut dengan Nasakom sebagai doktrin di militer.
Pada pagi hari 1 Oktober 1965, Sejarah PKI pun memulai aksinya. Gerakan 30 September dimulai dan
mendatangi rumah tujuh anggota staf umum Angkatan Darat untuk menculik mereka. Ahmad Yani
termasuk staf Angkatan Darat yang ada di daftar para penculik. PKI mengirim satu tim dari sekitar dua
ratus orang ke rumah Yani yang berada di Jalan Latuhahary No. 6 di daerah Menteng di Jakarta Pusat. Yani
memiliki sebelas tentara yang menjaga rumahnya. Istri Yani lalu memberitahu bahwa seminggu yang lalu
ada tambahan sebanyak enam orang ditugaskan kepadanya. Para tentara ini di bawah pimpinan Kolonel
Latief. Sepengetahuan Yani, Latief merupakan salah satu dari beberapa komplotan utama dalam Gerakan
30 September.
Para penculik yang datang ke rumah harus membawa Yani karena Bung Karno memanggil. Yani
menyanggupi dan mengatakan bahwa dirinya membutuhkan waktu sebentar untuk mandi dan berganti
pakaian. Penculik menolak permintaan Yani dan tentu Yani sangat marah atas sikap mereka yang kurang
ajar lalu menampar salah satu penculik dan menutup pintu rumahnya. Salah seorang penculik kemudian
menembak dan berhasil membunuh Yani. Tubuh Yani diangkut ke daerah Lubang Buaya di pinggiran
Jakarta. Sang Jendral diseret bersama dengan para jenderal yang diculik lalu disembunyikan di sebuah
sumur yang sudah tidak terpakai.
Sumur itu ditemukan pada tanggal 3 Oktober 1965 setelah daerah Lubang Buaya dan sekitarnya dibersihkan
dari gerombolan PKI. Pada Hari Ulang Tahun ke-20 ABRI, jenazah-jenazah korban pengkhianatan PKI itu
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kali Bata, Jakarta dengan, upacara militer yang khidmat dan
mengharukan.
Tokoh Angkatan Darat dan ayah dari delapan orang anak itu memiliki tiga belas buah tanda jasa berkat
pengabdiannya kepada negara. Berkat pengabdian itu pula, setelah gugurnya, Pemerintah
menganugerahkan kepadanya gelar Pahlawan Revolusi pada tanggal 5 Oktober 1965.
Sumber Referensi
Jenderal Ahmad Yani – Pusat Sejarah TNI (sejarah-tni.mil.id)
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/30/090000669/jenderal-ahmad-yani-kesayangan-
sukarno?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani#:~:text=Ahmad%20Yani%20lahir%20di%20Jenar,kini%20be
kerja%20untuk%20General%20Belanda.
https://www.republika.co.id/berita/r2ib5w484/membasuh-darah-jenderal-ahmad-yani-dan-tumbal-negara
Pour, Julius (2010). Gerakan 30 September Pelaku, Pahlawan dan Petualang. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
Dinas Sejarah TNI AD (1981), Sejarah TNI-AD 1945—1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat, XIII
https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-jenderal-ahmad-yani-sebagai-pahlawan-
revolusi/
https://sejarahlengkap.com/tokoh/biografi-ahmad-yani
http://bpad.jogjaprov.go.id/coe/jateng/view?id=909&slug=mayjen-tkr-hr-mohammad-
mangoendiprojo#:~:text=TKR%20dibentuk%20pada%20tanggal%205,intinya%20diambil%20dari%20be
kas%20PETA.