Anda di halaman 1dari 7

RESUME BIOGRAFI JENDRAL AHMAD YANI

Disusun oleh :
Kelompok 3

7111211152 Harahap Silva Yuliana

7111211165 Gabriela Alegra S

7111211170 Aulia Diva H

7111211173 Syafitri Amanda

7111211177 Fauzan Badruzzaman

Kelas : 2E

Latar Belakang Jenderal Ahmad Yani


Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo. Ahmad yani merupakan anak laki-laki satu-
satunya di keluarga. Ayahnya bernama Sarjo bin Suharyo dan ibunya, Murtini. Kemudian pada 1927,
mereka merantau ke Bogor karena sang ayah bekerja untuk seorang jenderal Belanda. . Dalam buku yang
berjudul ahmad yani : sebuah kenang-kenangan, disebutkan bahwa ahmad yani sempat berganti nama
beberapa kali. Awalnya, kedua orangtua menamainya amat jani setelah mengikuti pendidikan agama
berubah menjadi ahmat yani lalu achmad yani lalu ahmad yani.
Achamd Yani kecil mengawali sekolahnya di HIS (setingkat SD) di Bogor dan selesai pada 1935. Dirinya
kemudian melanjutkan sekolah ke MULO di Bogor dan lulus pada 1938. Selanjutnya masuk ke AMS di
Jakarta. Di AMS, Yani hanya bersekolah hingga kelas dua. Di sana, Yani harus mengikuti program wajib
militer yang dicanangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dia mengikuti pendidikan militer pada Dinas
Topografi Militer di Malang dan dilanjutkan di Bogor. Dari situlah, Yani mengawali karirnya di dunia
militer dengan pangkat sersan. Setelah pendudukan Jepang pada 1942, Yani mengikuti pendidikan Heiho
di Malang dan menjadi Tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor.
Ahmad yani memiliki seorang istri bernama Yayu Rulia Sutowiryo serta memiliki 8 orang anak. Antara
lain Anak pertama; Indriyah Ruliati Yani (Ruli), anak kedua; Herliah Emmy Yani (Emmi) wafat tahun
2007, anak ketiga; Amelia Yani (Amel), anak keempat; Elina Elastria (Elina/Juwita), anak kelima; Widna
Ani Yani (Nanik), dan anak keenam; Reni Ina Yuniati (Yuni). Anak ketujuh ; Untung, dan anak kedelapan;
Edi.
Pada 1 Oktober, Ahmad Yani menjadi salah satu korban penculikan G30S. Saat akan dijemput, Achamd
Yani menolak untuk ikut serta. Karena melakukan perlawanan, Ahamd Yani mendapat serangan tembak
hingga terbunuh di depan kamar tidurnya. Setelah tewas, jenazah Ahmad Yani dibawa ke Lubang Buaya
dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua bersama enam korban lainnya. Pada 4 Oktober 1965, jenazah
ditemukan dan dimakamkan dengan layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Oleh negara,
Jenderal Anumerta Ahmad Yani dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden
Nomor III/KOTI/1965.
Riwayat Pendidikan Jendral Ahmad Yani

Pendidikan Formal :
1. HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
2. MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
3. AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
Pendidikan Militer :
1. Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
2. Pendidikan Heiho di Magelang
3. Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
4. Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955.
5. Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956

Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani lahir di Purworejo, pada 19 Juni 1922- dan meninggal di Lubang
Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965. Jendral Achmad Yani adalah seorang pahlawan nasional Indonesia.
Pendidikan formal diawalinya di HIS (setingkat Sekolah Dasar pada saat itu) Bogor, yang diselesaikannya
pada tahun 1935. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke MULO (setingkat Sekolah Menegah Pertama)
kelas B Afd. Bogor. Dari sana ia tamat pada tahun 1938, selanjutnya ia masuk ke AMS (setingkat Sekolah
Menengah Umum) bagian B Afd. Jakarta. Sekolah ini dijalaninya hanya sampai kelas dua, sehubungan
dengan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Achmad Yani kemudian mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan secara
lebih intensif di Bogor. Dari sana ia mengawali karir militernya dengan pangkat Sersan. Kemudian setelah
tahun 1942 yakni setelah pendudukan Jepang di Indonesia, ia juga mengikuti pendidikan Heiho di
Magelang dan selanjutnya masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Pada tahun 1955,Achmad Yani disekolahkan pada Command and General Staff College di Fort Leaven
Worth,Kansas,USA selama 9 bulan. Pada tahun 1956, ia juga mengikuti Pendidikan selama dua bulan pada
Spesial Warfare Course di Inggris.

Karir Jenderal Achmad Yani


Pada tahun 1943, Achmad Yani bergabung dengan satuan tentara bernama PETA (Pembela Tanah Air)
yang disponsori Jepang dan latihan militernya berada di Magelang. Setelah pelatihan ini selesai, Achmad
Yani segera mengikuti pelatihan sebagai pemimpin peleton PETA dan dipindahkan ke Bogor provinsi Jawa
Barat. Setelah pelatihan selesai, Achmad Yani dikirim lagi ke Magelang menjadi instruktur.
Sesudah perang Kemerdekaan selesai, Achmad Yani bergabung dengan tentara republik dan berperang
melawan Belanda. Beberapa bulan pertama setelah proklamasi kemerdekaan, Achmad Yani menciptakan
dan memimpin sebuah batalion untuk menghadapi Inggris di Magelang dan Achmad Yani pun berhasil
menghancurkan Inggris. Tidak berhenti disitu, ia juga berhasil mempertahankan Magelang ketika Belanda
mencoba untuk mengambil alih Magelang. Kepahlawanannya di Magelang ini membuat Achmad Yani
mendapat julukan “Juruselamat Magelang”.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dibentuklah TKR berdasarkan maklumat yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia. TKR dibentuk dari hasil peningkatan fungsi Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang
sudah ada sebelumnya dan tentara intinya diambil dari bekas PETA. Setelah TKR atau Tentara Keamanan
Rakyat terbentuk, Achmad Yani ditunjuk sebagai pemimpin TKR Purwokerto. Pada saat terjadi Agresi
Militer Belanda I, Ia dan pasukannya berhasil menahan serangan Belanda di daerah tugas mereka yaitu di
daerah Pingit, Ambarawa, Semarang. Karena Hal tersebut, pada saat terjadi Agresi Militer II, Ia dipercaya
menjabat sebagai Komandan Wehrkreise II.

Selain itu, karier Achmad Yani yang menonjol selama periode mempertahankan kemerdekaan ini adalah
melakukan serangan gerilya yang dikerahkan pada awal 1949. Serangan ini berguna untuk mengalihkan
perhatian Belanda agar mereka lengah. Selagi mereka lengah, Letnan Kolonel Soeharto mempersiapkan
pasukannya untuk Serangan Umum 1 Maret yang mengarah langsung pada Yogyakarta. Peperangan terus
berlangsung hingga Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
Setelah Indonesia memperoleh pengakuan kedaulatan, pada tahun 1952 Achmad Yani diberi tugas untuk
melawan pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang mengacau di Jawa Tengah. Darul
Islam adalah pemberontak yang mencoba untuk mendirikan sistem pemerintahan teokrasi di Indonesia.
Lalu dibentuklah pasukan “Banteng Raiders” yang dibekali latihan khusus untuk melawan pasukan DI/TII
tersebut dan akhirnya pasukan DI/TII berhasil dikalahkan.

Pada bulan Desember tahun 1955, Achmad Yani dikirim ke Amerika Serikat untuk menjalani pendidikan
di Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, USA. Disana Ia menjalani pendidikan
selama 9 bulan, lalu pada tahun 1956 Ia mengikuti pendidikan di Special Warfare Course, Inggris selama
2 bulan. Tahun 1956 dia dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta. Di Markas Besar ini,
Achmad Yani menjadi anggota staf Umum untuk Abdul Haris Nasution. Selain itu juga menjabat sebagai
Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat. Beberapa tahun kemudian diangkat menjadi Wakil Kepala
Staf Angkatan Darat untuk urusan Organisasi dan Kepegawaian.

Pada tahun 1958, terjadi pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Achmad Yani yang berpangkat
Kolonel ditunjuk sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus untuk melawan pemberontakan
tersebut dan berhasil menang. Karena pencapaiannya tersebut, pada tahun 1962 Achmad Yani diangkat
menjadi Panglima/ Menteri Angkatan Darat. Pada tanggal 13 November 1963, Achmad Yani diangkat
menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat menggantikan Jenderal Nasution. Di masa itu, sistem
pemerintahan sedikit berbeda dengan sekarang. Sehingga ketika diangkat, Achmad Yani juga sekaligus
menjadi anggota kabinet.

Prestasi atau Capaian Jendral Ahmad Yani

Jendral Ahmad Yani juga terkenal dengan banyak prestasi atau capaian selama dirinya berkarier. Beberapa
diantaranya sebagai berikut,

1. Ahmad Yani menjadi salah satu pasukan yang berhasil memindahkan senjata Jepang di Magelang.

2. Meraih 9 bintang kehormatan yaitu RI kelas II,bintang sakti,bintang gerilya,bintang sewindu


kemerdekaan I dan II,satyalancana kesetyaan VII, XVI, satyalacana G:O.M.I DAN VI,satyalacana
sapta marga, satyalancana Irian barat, ordenon noradne armije II reda yougoslavia.
3. Pada saat Agresi Militer I, Achamd Yani diangkat sebagai Komando TKR Purworejo dan
pasukannya berhasil menahan Belanda di daerah Pingit.

4. Pada saat Agresi Militer II, Achamd Yani dipercaya sebagai Komandan Wehrkreis e II meliputi
daerah pertahanan Kedu.

5. Menjadi Komandan dalam rangka penumpasan PRRI.

6. Pembentukan kembali Koandait sebagai pengganti Koadla yang meliputi wilayah Kodam XIII,
XIV, XV dan XVI.

7. Pembentukan Kodam XVII dengan membawahi 3 Korem dan 8 Kodim pada tanggal 1 Mei 1963.
Organisasi Kodam XVII 1 ni selanjutnya disempurnakan pula sesuai dengan kebutuhan.

8. Penyempurnaan kekuatan pada Kodam-Kodam lain, seperti pada tahun 1963 telah dilaksanakan
penambahan 1 Korem masing - masing untuk Kodam I dan Kodam II.

9. Pembentukan Dinas Pelaksana Intelligence Angkatan Darat (Dipiad) , sebagai badan pelaksana
dalam bidang intelligence khusus.

10. Perbaikan dan moderenisasi pendidikan dan latihan AD dilakukan meliputi bidang -bidang antara
lain Doktrin , Organisasi , guru militer , sistim , urikulum dan alat - alat serta fasilitas.

Semasa hidupnya Jendral Ahmad Yani juga pernah menjabat sebagai,

1. Komandan Seksi I Kompi III Batalyon II dari tahun 1944 hingga tahun 1945.
2. Komandan Batalyon 4/Yani Resimen XIV Magelang dari tahun 1945 hingga tahun 1948.
3. Komandan Brigade Diponegoro dari Divisi III dari tahun 1948-1950.
4. Komandan Wehrkreise/WK II Kedu dari tahun 1950 hingga tahun 1951.
5. Komandan Batalyon Banteng Raiders dari tahun 1951 hingga tahun 1953.
6. Komandan Resimen 12 Wijayakusuma dari tahun 1951hingga tahun1956.
7. Asisten II/Operasi pada tahun 1956.
8. Deputy I/Operasi pada tahun 1957.
9. Komandan Operasi 17 Agustus pada thun 1958.
10. Deputy II/Pembinaan pada tahun 1960).
11. Deputy KSAD untuk wilayah Indonesia bagian Timur pada tahun 1962 hingga tahun1963.
12. Menteri/Panglima Angkatan Darat dari tahun 1963 hingga tahun 1965.

Jendral Ahmad Yani juga memperoleh beberapa penghargaan atau tanda jasa semasa hidupnya, antara lain,
Baris Bintang Republik Indonesia Adipradana (10 November 1965)
ke-1

Baris Bintang Republik Indonesia Bintang Sakti Bintang Gerilya


ke-2 Utama (10 Januari 1963)

Baris Bintang Sewindu Angkatan Satyalancana Satyalancana Perang Kemerdekaan I


ke-3 Perang Republik Indonesia Kesetiaan 16 Tahun

Baris Satyalancana Perang Satyalancana G.O.M Satyalancana G.O.M VI


ke-4 Kemerdekaan II I

Baris Satyalancana Sapta Marga Satyalancana Satya Order of the People's Army with
ke-5 Dharma Golden Star (Second rank) - Yugoslavia
(1958)

Peristiwa penting Jendral Ahmad Yani

 Peran Ahmad Yani Pada Peristiwa G 30 S PKI

Ketika masih berkuasa di awal tahun enam puluhan, gerakan politik Bung Karno cenderung lebih condong
ke Partai Komunis Indonesia atau biasa disebut PKI.Achamad Yani adalah orang yang sangat anti-komunis
dan tentunya Achmad Yani mulai waspada pada perkembangan PKI yang sangat pesat di waktu itu.
Kebenciannya terhadap komunis semakin bertambah ketika PKI memberikan dukungan untuk membentuk
angkatan kelima. Angkatan kelima adalah angkatan setelah tiga angkatan TNI dan polisi yaitu
mempersenjatai buruh dan tani. Terlebih lagi Bung Karno, di sisi ideologi, mencoba untuk memaksa
ideologi Nasionalis-Agama-Komunis atau biasa disebut dengan Nasakom sebagai doktrin di militer.

Pada pagi hari 1 Oktober 1965, Sejarah PKI pun memulai aksinya. Gerakan 30 September dimulai dan
mendatangi rumah tujuh anggota staf umum Angkatan Darat untuk menculik mereka. Ahmad Yani
termasuk staf Angkatan Darat yang ada di daftar para penculik. PKI mengirim satu tim dari sekitar dua
ratus orang ke rumah Yani yang berada di Jalan Latuhahary No. 6 di daerah Menteng di Jakarta Pusat. Yani
memiliki sebelas tentara yang menjaga rumahnya. Istri Yani lalu memberitahu bahwa seminggu yang lalu
ada tambahan sebanyak enam orang ditugaskan kepadanya. Para tentara ini di bawah pimpinan Kolonel
Latief. Sepengetahuan Yani, Latief merupakan salah satu dari beberapa komplotan utama dalam Gerakan
30 September.

Para penculik yang datang ke rumah harus membawa Yani karena Bung Karno memanggil. Yani
menyanggupi dan mengatakan bahwa dirinya membutuhkan waktu sebentar untuk mandi dan berganti
pakaian. Penculik menolak permintaan Yani dan tentu Yani sangat marah atas sikap mereka yang kurang
ajar lalu menampar salah satu penculik dan menutup pintu rumahnya. Salah seorang penculik kemudian
menembak dan berhasil membunuh Yani. Tubuh Yani diangkut ke daerah Lubang Buaya di pinggiran
Jakarta. Sang Jendral diseret bersama dengan para jenderal yang diculik lalu disembunyikan di sebuah
sumur yang sudah tidak terpakai.

Sumur itu ditemukan pada tanggal 3 Oktober 1965 setelah daerah Lubang Buaya dan sekitarnya dibersihkan
dari gerombolan PKI. Pada Hari Ulang Tahun ke-20 ABRI, jenazah-jenazah korban pengkhianatan PKI itu
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kali Bata, Jakarta dengan, upacara militer yang khidmat dan
mengharukan.

Tokoh Angkatan Darat dan ayah dari delapan orang anak itu memiliki tiga belas buah tanda jasa berkat
pengabdiannya kepada negara. Berkat pengabdian itu pula, setelah gugurnya, Pemerintah
menganugerahkan kepadanya gelar Pahlawan Revolusi pada tanggal 5 Oktober 1965.
Sumber Referensi
Jenderal Ahmad Yani – Pusat Sejarah TNI (sejarah-tni.mil.id)

Biografi Ahmad Yani Singkat dan Lengkap - Sejarah Lengkap

Biografi Ahmad Yani, Jenderal Asal Purworejo yang Cerdas | KepoGaul

https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/30/090000669/jenderal-ahmad-yani-kesayangan-
sukarno?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani#:~:text=Ahmad%20Yani%20lahir%20di%20Jenar,kini%20be
kerja%20untuk%20General%20Belanda.
https://www.republika.co.id/berita/r2ib5w484/membasuh-darah-jenderal-ahmad-yani-dan-tumbal-negara

Pour, Julius (2010). Gerakan 30 September Pelaku, Pahlawan dan Petualang. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.

Dinas Sejarah TNI AD (1981), Sejarah TNI-AD 1945—1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat, XIII

https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-jenderal-ahmad-yani-sebagai-pahlawan-
revolusi/
https://sejarahlengkap.com/tokoh/biografi-ahmad-yani
http://bpad.jogjaprov.go.id/coe/jateng/view?id=909&slug=mayjen-tkr-hr-mohammad-
mangoendiprojo#:~:text=TKR%20dibentuk%20pada%20tanggal%205,intinya%20diambil%20dari%20be
kas%20PETA.

Anda mungkin juga menyukai