Anda di halaman 1dari 15

Kejahatan/Kriminalitas Sebagai

Patologi Sosial
Konsep Kejahatan/Kriminalitas
• Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik
wanita maupun pria; dapat berlangsung pada usia anak, dewasa
ataupun lanjut umur.
• Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar; yaitu dipikirkan,
direncanakan, dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara
sadar benar.
• Namun, bisa juga dilakukan secara setengah sadar misalnya,
didorong oleh impuls-impuls yang hebat, didera oleh dorongan-
dorongan paksaan yang sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan oleh
obsesi-obsesi.
• Kejahatan bisa juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali.
Misalnya, karena terpaksa untuk mempertahankan hidupnya,
seseorang harus melawan dan terpaksa membalas menyerang
sehingga terjadi peristiwa pembunuhan.
Pengertian
• Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku
yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (ammoral),
merugikan masyarakat, sifatnya asosial dan melanggar
hukum serta undang-undang pidana.
• Secara yuridis formal, Kejahatan adalah bentuk tingkah laku
yang melanggar undang-undang pidana.
• Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan,
perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis
dan sosial-psikologis sangat merugikan masyarakat,
melanggar norma-norma susila, dan menyerang
keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup
dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum
dalam undang-undang pidana).
Bentuk-Bentuk Kejatan/Kriminilitas
• Rampok dan gangsterisme, yang sering melakukan operasi
operasinya bersama-sama dengan organisasi-organisasi
legal.

• Penipuan-penipuan: permainan-permainan penipuan


dalam bentuk judi dan perantara-perantara “kepercayaan”,
pemerasan (blackmailing), ancaman untuk mempublikasi
skandal dan perbuatan manipulatif.

• Pencurian dan pelanggaran; perbuatan kekerasan,


perkosaan, pembegalan, penjambretan / pencopetan,
perampokan; pelanggaran lalu lintas, ekonomi, pajak, bea
cukai, dan lain-lain.
Cara-Cara Kejahatan/Kriminalitas
• Menggunakan alat-alat bantu: senjata, senapan, bahan-bahan kimia dan racun,
instrumen kedokteran, alat pemukul, alat jerat
• Tanpa menggunakan alat bantu, hanya dengan kekuatan fisik belaka, bujuk rayu
dan tipu-daya.
• Residivis, yaitu penjahat-penjahat yang berulang-ulang hidup masyarakat umum.
ke luar masuk penjara. Selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa
ataupun yang berbeda bentuk kejahatannya. kecelakaan, dan lain-lain.
• Penjahat-penjahat berdarah dingin, yang melakukan tindak durjana dengan
pertimbangan-pertimbangan dan persiapan yang matang.
• Penjahat kesempatan atau situasional, yang melakukan kejahatan dengan
menggunakan kesempatan -kesempatan kebetulan.
• Penjahat karena dorongan impuls-impuls yang timbul seketika. Misalnya berupa
“perbuatan kortsluiting” yang lepas dari pertimbangan akal dan lolos dari tapisan
hati nurani.
• Penjahat kebetulan, misalnya karena lupa diri, tidak disengaja, lalai, ceroboh, acuh
tak acuh,sembrono, dan lain-lain., dan lain-lain.
Faktor-Faktor Kejahatan/Kriminalitas
Enrico Ferri

•Individual (antropologis) yang meliputi: usia seks atau jenis kelamin,


status sipil, profesi atau pekerjaan, tempat tinggal/domisili, tingkat
sosial, pendidikan, konstitusi organis dan psikis.

•Fisik (natural, alam): ras, suku, iklim, fertilitas, disposisi bumi, keadaan
alam di waktu malam hari dan siang hari, musim, kondisi meteorik
atau ke ruang angkasa, kelembaban udara dan suhu.

•Sosial antara lain: kepadatan penduduk, susunan masyarakat, adat-


istiadat, agama, orde pemerintah, kondisi ekonomi dan industri,
pendidikan, jaminan sosial, lembaga legislatif dan lembaga hukum, dan
lain-lain.
Tipe-Tipe Kejahatan/Kriminalitas
• Tipe Gangguan Kejiwaan, adanya kelainan
pada kejiwaan seseorang
• Tipe Gangguan Sosial, ketidakmampuan
seseorang dalam bersosial
• Tipe Ekonomi, ketidakmampuan dalam
masalah ekonomi
• Tipe Profesional, kembangan dari faktor
ekonomi
Disfungsi Kejahatan/Kriminalitas
• kejahatan yang bertubi-tubi itu memberikan efek yang
mendemoralisir/merusak terhadap ordesosial;

• menimbulkan rasa tidak aman, kecemasan, ketakutan,


dan kepanikan di tengah masyarakat;

• banyak materi dan energi terbuang dengan sia-sia oleh


gangguan-gangguan kriminalitas;

• menambah beban ekonomis yang semakin besar


kepada sebagian besar warga masyarakatnya.
Fungsi Kejahatan/Kriminalitas
• Menumbuhkan rasa solidaritas dalam kelompok-
kelompok yang tengah diteror oleh penjahat.

• Muncullah kemudian tanda-tanda baru dengan


norma-norma susila yang lebih baik, yang
diharapkan mampu mengatur masyarakat dengan
cara yang lebih baik di masa-masa mendatang.

• Orang berusaha memperbesar kekuatan hukum


dan menambah kekuatan fisik lainnya untuk
memberantas kejahatan
Beberapa Teori Kejahatan/Kriminalitas
1. Teori Teologis

•Menyatakan kriminalitas sebagai perbuatan dosa yang jahat


sifatnya. Setiap orang normal bisamelakukan kejahatan sebab
didorong oleh roh-roh jahat dan godaan setan / iblis atau
nafsu-nafsu durjana angkara, dan melanggar kehendak Tuhan.
•Dalam keadaan setengah atau tidak sadar karena terbujuk
oleh godaan iblis, orang baik-baik bisa menyalahi perintah-
perintah Tuhan dan melakukan kejahatan.
•Maka, barang siapa melanggar perintah Tuhan, dia harus
mendapat hukuman sebagai penebusan atas dosa-dosanya.
Teori Filsafat tentang Manusia
(Anthropologi Transendental)
• Dinamika manusia itu merupakan resultan (gaya
paduan) dan “otomatisme menggelinding ke bawah”
pada kejahatan dan destruksi, dengan upaya mengarah
pada penyempurnaan diri atau transendensi - diri.
• Jadi, kehadiran manusia di dunia ini merupakan
perjuangan yang terus-menerus untuk membangun
realitas dan mengembangkan dirinya, mengalahkan
unsur-unsur kejahatan kerusakan, dan ketidaksusilaan
untuk menuju pada kesempurnaan.
• Namun, dalam kenyataannya, kesempurnaan itu tidak
akan pernah dicapai oleh manusia.
Teori Kemauan Bebas (Free Will)
• Menyatakan, bahwa manusia itu bisa bebas berbuat menurut
kemauannya.
• Dengan kemauan bebas dia berhak menentukan pilihan dari
sikapnya.
• Untuk menjamin agar setiap perbuatan berdasarkan kemauan
bebas itu cocok dengan keinginan masyarakat maka manusia harus
diatur dan ditekan yaitu dengan: hukum, norma-norma sosial dan
pendidikan.
• Hukum dan hukuman biasanya disertai ancaman-ancaman pidana
yang menakutkan, agar manusia merasa ngeri dan takut berbuat
kejahatan dan tidak menyimpang dari pola kehidupan normal.(efek
jera)
• Teori kemauan bebas tidak menyebutkan roh-roh jahat sebagai
sebab-musabab kejahatan. Akan tetapi, sebab kejahatan adalah
kemauan manusia itu sendiri.
Teori Penyakit Jiwa
• Menyebutkan adanya kelainan-kelainan yang bersifat psikis,
sehingga individu yang berkelainan ini sering melakukan kejahatan-
kejahatan. Penyakit jiwa tersebut berupa: psikopat dan defekt moral

• Psikopat adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan


tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi;
orangnya tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral dan
selalu berkonflik dengan norma-norma sosial serta hukum, dan
biasanya juga bersifat immoral.

• Defekt moral (defisiensi moral) dicirikan dengan: individu-individu


yang hidupnya delinquent /jahat, selalu melakukan kejahatan
kedurjanaan, dan bertingkah laku asosial atau anti-sosial,walaupun
pada dirinya tidak terdapat penyimpangan atau gangguan
intelektual (tapi ada disfungsi atau tidak berfungsinya inteligensi).
Teori Fa’al Tubuh (Fisiologis)
• Teori ini menyebutkan sumber kejahatan
adalah: ciri-ciri jasmani dan bentuk
jasmaninya. Yaitu pada bentuk tengkorak,
wajah, dahi, hidung, mata, rahang, telinga,
leher, lengan, tangan, jari-jari, kaki, dan
anggota badan lainnya. Semua ciri fisik itu
mengkonstituisasi kepribadian seseorang
dengan kecenderungan kecenderungan
kriminal.
Teori yang Menitikberatkan Pengaruh Antropologis
(Dekat Sekali dengan Teori Fisiologis)
• Teori ini menyatakan adanya ciri-ciri individual yang
karakteristik dan ciri anatomis yang khas menyimpang.
Dalam kelompok ini dimasukkan teori atavisme.

• Ferrero berpendapat, bahwa teori atavisme itu memang


mempunyai segi-segi kebenarannya, yaitu: orang-orang
kriminal itu mempunyai ciri-ciri psikis yang sama dengan
orang-orang primitif, dalam hal: kemalasan, impulsivitas,
cepat naik darah, dan kegelisahan psiko-fisik.

• Semua sifat karakteristik ini menghambat mereka untuk


mengadakan penyesuaian diri terhadap peraturan-
peraturan peradaban dan uniformitas kesusilaan.

Anda mungkin juga menyukai