Anda di halaman 1dari 13

TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME : MAFIA

YAKUZA
Dosen Pengampu : Asep Saepudin, S.IP,M.Si

Disusun oleh :
Dysta Muhti Rahayu (151170026) B/Aktorr Non Negara
Lezia Veronika (1511700) B/ Aktor Non Negara

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kejahatan terorganisasi transnasional (Transnational Organized Crime) adalah


kejahatan terorganisasi yang terjadi di lintas perbatasan negara dan melibatkan kelompok
atau jaringan yang bekerja di lebih dari satu negara untuk merencanakan dan melaksanakan
bisnis ilegal. Demi mencapai tujuan mereka, kelompok penjahat ini menggunakan kekerasan
sistematis dan korupsi. Kejahatan terorganisasi transnasional yang paling lazim adalah
pencucian uang; penyelundupan manusia, kejahatan siber, dan perdagangan manusia, obat-
obatan, senjata, hewan terancam punah, organ tubuh, atau material nuklir. Dan kejahatan ini
biasanya di lakukan oleh mafia. Mafia awalnya merupakan nama sebuah konfederasi yang
didirikan oleh orang-orang dari sisilia pada Abad Pertengahan untuk tujuan memberikan
perlindungan illegal. Anggota Mafia disebut "mafioso", yang berarti "pria terhormat".

Di dunia ini sudah banyak sekali kejahatan terorganisasi transnasional semacam itu,
contohnya mafia yakuza yang sangat populer di jepang kira kira sejak tahun 1612, yaitu sejak
saat Shogun Tokugawa berkuasa dan menyingkirkan shogun Kasai sebelumnya. Pergantian
ini mengakibatkan kira-kira 500.000 orang samurai yang sebelumnya disebut hatomo-yakko
(pelayan shogun) menjadi kehilangan tuan atau disebut sebagai kaum ronin.
Kemudian banyak dari kaum ronin ini menjadi penjahat. Mereka disebut sebagai
kabuki-mono atau samurai nyentrik urakan yang ke mana-mana membawa pedang. Mereka
berbicara satu sama lain dalam bahasa slang dan kode rahasia.. Di kalangan rakyat Jepang
abad ke-17 banyak kota-kota kecil di Jepang membentuk machi-yokko (satuan tugas desa)
Walaupun mereka kurang terlatih dan jumlahnya sedikit, tetapi ternyata para anggota machi-
yokko ini sanggup menjaga daerah mereka dari serangan para kabuki-mono, dan mereka
dianggap sebagai pahlawan pada masa itu, namun setelah berhasil menggulingkan para ronin,
para anggota machi-yokko ini malah meninggalkan profesi awal mereka dan memilih jadi
preman.
Hal ini diperparah lagi dengan turut campurnya Shogun dalam memelihara para
machi-yokko ini. Ada dua kelas profesi para machi-yokko, yaitu kaum Bakuto (penjudi) dan
Tekiya (pedagang). Namanya saja kaum pedagang tetapi pada kenyataannya, kaum Tekiya ini
suka menipu dan memeras sesama pedagang. Walau begitu, kaum ini punya sistem

2
kekerabatan yang kuat. Ada hubungan kuat antara Oyabun (Bos (bapak) dan Kobun
(bawahan (anak)), serta Senpai-Kohai (Senior-Junior) yang kemudian menjadi kental di
organisasi Yakuza. kaum Bakuto dan Tekiya menjadi satu identitas sebagai Yakuza. Kaum
yang asalnya bertugas melindungi masyarakat ini menjadi ditakuti masyarakat.

2. Rumusan Masalah

1. Apa peran yang dijalankan yakuza di jepang dan sebagai transnational organized
crime?
2. Bagaimana dampak dari peran yang di jalankan yakuza di Jepang dan negara lainnya?

3
BAB II
PEMBAHASAN

Mafia, juga dirujuk sebagai La Cosa Nostra dari bahasa Italia yang berarti Hal Kami, adalah
panggilan kolektif untuk beberapa organisasi rahasia di Sisilia dan Amerika Serikat. Mafia
awalnya merupakan nama sebuah konfederasi yang didirikan oleh orang-orang dari sisilia
pada Abad Pertengahan untuk tujuan memberikan perlindungan illegal, pengorganisasian
kejahatan berupa kesepakatan dan transaksi secara ilegal, abritase perselisihan antar kriminal,
dan penegakan hukum sendiri (main hakim). Konfederasi ini kerap kali terlibat dalam kegitan
perjudian, penipuan, perdagangan narkoba, dan penggelapan dana. Anggota Mafia disebut
"mafioso", yang berarti "pria terhormat".

Mafia melebarkan sayap ke Amerika Serikat melalui imigrasi pada abad ke-19. Kekuatan
Mafia mencapai puncaknya di AS pada pertengahan abad ke-19. Rentetan penyelidikan FBI
pada tahun 1970-an dan 1980-an agak mengurangi pengaruh mereka. Meski kejatuhannya
tersebut, Mafia dan reputasinya telah tertanam di budaya populer Amerika, difilmkan di
televisi dan bahkan dalam iklan-iklan. Istilah "mafia" kini telah melebar hingga merujuk
kepada kelompok besar apapun yang melakukan kejahatan terorganisir seperti Mafia Rusia,
Yakuza di Jepang, dan Triad di China. Dalam makalah ini, study kasus yang kami pilih
adalah Yakuza.

Sejarah Yakuza
Yakuza dari bahasa Jepang: (やくざ atau ヤクザ) atau gokudō (極道) adalah nama
dari sindikat terorganisir di Jepang. Organisasi ini sering juga disebut mafia Jepang, Istilah
‘yakuza’ berasal dari sebuah permainan kartu hanafuda (kartu bunga) yang dimainkan oleh
kelompok bakuto (penjudi). Dalam permainan kartu ini, para pemain dibagi tiga buah kartu.
Jumlah angka yang mereka pegang berasal dari angka terakhir dari jumlah angka keseluruhan
dalam kartu yang mereka miliki.Kombinasi tiga angka terburuk yang menghasilkan nilai 20
adalah angka 8, 9, dan 3. Ketiga angka tersebut dalam bahasa jepang dibaca ya-ku-sa. Dari
situlah asal mula nama yakuza. Pada awalnya istilah ini digunakan oleh kelompok bakuto
untuk menjuluki orang yang kalahbermain kartu dan tidak berguna dalam kelompoknya.
Ada dua kelas profesi para machi-yokko, yaitu kaum Bakuto (penjudi) dan
Tekiya(pedagang). Namanya saja kaum pedagang tetapi pada kenyataannya, kaum Tekiya ini
suka menipu dan memeras sesama pedagang. Walau begitu, kaum ini punya sistem
4
kekerabatan yang kuat. Ada hubungan kuat antara Oyabun (Bos (bapak)) dan Kobun
(bawahan (anak)), serta Senpai-Kohai (Senior-Junior) yang kemudian menjadi kental di
organisasi Yakuza.1
Kelompok-Kelompok Yakuza
Kelompok-kelompok yakuza terdiri dari kelompok bakuto atau penjudi dan tekiya
atau pedagang keliling. Kedua kelompok ini telah ada sejak zaman Edo, yaitu sisa-sisa para
ronin dan kelompok machi-yakko yang dulunya dianggap pahlawan oleh masyarakat, dan
sebagian lagi berasal dari masyarakat golongan bawah yang merasa terbuang dan tidak
dianggap oleh masyarakat pada umumnya.

1. Bakuto

Kelompok bakuto merupakan kelompok yang pertama kali menggunakan istilah


“yakuza”, karena kata “yakuza” sendiri berasal dari permainan kartu hanafuda.Kelompok ini
terdiri dari orang-orang yang hobi dan sangat mahir dalam berjudi. Pada masa pemerintahan
Tokugawa, bakuto sering direkrut oleh pemerintah dan bos-bos konstruksi lokal.
Para bos ini bertanggungjawab terhadap berbagai pekerjaan irigasi dan konstruksi.
Mereka mengeluarkan upah dalam jumlah yang cukup besar kepada pekerjanya. Namun,
dengan taktik yang licik para bos ini berusaha mendapatkan kembali uang tersebut. Caranya
adalah dengan menyewa kelompok-kelompok bakuto untuk berjudi bersama para pekerja.
Berkat keahlian yang dimiliki oleh bakuto, pekerja-pekerja tersebut kalah dan uang gaji
mereka kembali ke tangan para bos lokal.

1. Tekiya

Kelompok kedua dalam yakuza adalah tekiya atau pedagang keliling. Pada pertengahan
tahun 1700-an, tekiya membentuk kelompok-kelompok atas dasar kepentingan bersama
sekaligus untuk melindungi diri dari ancaman pemerintahan Tokugawa. Geng-geng tekiya
mampu mengendalikan kios-kios pekan raya yang diadakan di kuil Shinto maupun kuil
Buddha. Mereka mempunyai reputasi menjual barang-barang bermutu rendah dan suka
menipu ketika menjual dagangannya. Hal ini masih bertahan sampai sekarang di kalangan
anggota tekiya. Para tekiya awal mengembangkan banyak teknik yang terbukti mampu
mengelabui pembeli. Misalnya berbohong tentang kualitas dan asal-usul produk, pura-pura
mabuk dan bertingkah seolah-olah menjual barang dengan harga murah sehingga pembeli
percaya kalau si pedagang tidak sadar dengan apa yang ia lakukan.

1
Ibid.

5
1.Peran yang dijalankan Yakuza di Jepang dan sebagai Transnational Organized Crime

a) Yakuza sebagai penegak hukum alternatif di Jepang

Kriminolog Eric Von Hurst mengatakan bahwa yakuza juga berperan sebagai polisi
alternatif di jepang. Yakuza mengendalikan suatu wilayah dan menjaga keamanan wilayah
tersebut. Bila ada individu atau kelompok penjahat yang datang dan membuat masalah
yakuza terlebih dahulu mendatangi mereka dan menyelesaikan masalah sebelum aparat
keamanan mengetahui dan datang ke wilayah tersebut. Hal ini merupakan salah satu faktor
penyebab angka kejahatan dijepang sangat rendah.2
Polisi dan yakuza mengenal dan saling menghormati satu sama lain. Sedangkan
yakuza juga menghormati mennghargai dan memahami pihak kepolisian yang bertugas
sebagai penegak hukum, ketika terjadi pertikaian antar kelompok yakuza yang
mengakibatkan kematian, yakuza yang bersalah akan menyerahkan diri ke kantor polisi
setempat. Selain itu juga mereka akan mengirim siapapun untuk mewakili kelompok bila ada
pertikaian antar kelompok atau razia yang dilakukan polisi.
Masyarakat Jepang berusaha untuk tidak memiliki hubungan dan urusan yang
melibatkan yakuza. Namun seusahannya masyarakat untuk menghindar sering kali mereka
tidak dapat menghindari hubungan dengan yakuza karena tidak adanya jalan alternatif lain.
Hal ini tidak sepenuhnya dikarenakan yakuza merupakan kelompok kriminal Jepang yang di
takuti namun ada juga keterkaitannya dengan penegak hukum maupun sistem hukum yang
ada di Jepang.
Salah satu faktor yang mendorong masyarakat tidak dapat lepas dari pengaruh yakuza
adalah kekurangan tenaga pengadilan yanng disiapkan pemerintah dalam kehidupan
masyarakat Jepang. Adanya kekurangan pada sistem hukum Jepang dan pembatasan jumlah
pengacara membuat banyak masyarakat Jepang memilih bantuan tenaga yakuza yang lebih
mudah ditemukan. Orang Jepang dikenal tidak memiliki banyak pengacara dan jaarang
mengajukan tuntutan. Selain itu kurangnya dukungan dalam penegak hukum tinngginya
biaya yang dibutuhkan untuk mengajukan gugatan dan lemahnya penegak hukum juga
menjadi faktor pendorong masyarakat Jepang tidak dapat lepas dari pengaruh yakuza.kondisi
itu membuat peran yakuza dimasyarakat sebagai pekerja yang biasanya dilakukan oleh
pengacara atau agen-agen pengadilan, terutama dalam kasus yang berhubungan dengan
penyelesaian penyelisihan. Karena jika menggunakan jasa pengacara dan lewat jalur
2
Puspita Nur Intan.2012.Organisasi dan Perkembangan Bisnis Yakuza.Universitas Indonesia

6
pengadilan akan memakan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit, sedangkan jika
melalui jasa yakuza akan memakan waktu yang sebentar dan dengan biaya yang cukup
terjangkau karena posisi mereka sebagai kelopok yang ditakuti dan menyelesaikan masalah
dengan jalur kekeluargaan.

b) Yakuza dalam perpolitikan Jepang

Dalam iklim perpolitikan Jepang, Yakuza kerap memihak salah satu dari berbagai
golongan politik. Awalnya Yakuza memihak golongan konservatif dalam namun sejak akhir
abad ke-19 Yakuza mulai berpihak pada pihak yang berhaluan ultranasionalisme. Mitsuru
Toyama menjadi salah satu ultranasionalis pertama yang melibatkan organisasi kriminal
Yakuza ke dalam urusan golongan ultranasionalis. Keterlibatan Yakuza dalam urusan
perpolitikan Jepang berlanjut hingga saat ini.
Kerjasama antara Yakuza dan golongan ultranasionalis pun berlanjut hingga Perang
Dunia II. Yakuza pun turut serta menyumbangkan tenaga tentara untuk alasan patriotis, yaitu
membela Jepang dalam Perang Dunia II. Pada saat itu, Yakuza pun terlibat dalam “program-
program” pengembangan Tiongkok dan Manchuria oleh Jepang. Salah satu Program Jepang
yang melibatkan Yakuza adalah usaha penekanan perlawanan publik Tiongkok dan
Manchuria melalui ketergantungan masyarakat terhadap narkotika yang dijalankan oleh Biro
Monopoli Opium Jepang. Sebagian anggoa Yakuza yang pandai melobi dan bernegosiasi
memiliki peran sebagai kuromaku atau makelar dalam perpolitikan dan ekonomi di Jepang.
Jaringan luas Yakuza di dunia politik dan bisnis bermanfaat sebagai jembatan antara politisi,
pejabat dan pengusaha.

c) Yakuza sebagai Kendala Jepang dalam Upaya Memerangi Sex Trafficking

Yakuza diyakini memainkan peran penting dalam Sex Trafficking di Jepang, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Banyak bisnis di perdagangan manusia yang
dimiliki, dikuasai, atau dikenakan pajak oleh Yakuza (humantrafficking.org, 2015). Sampai
tahun 1956, bisnis prostitusi ini tidak dikontrol langsung oleh Yakuza. Namun, hal tersebut
tidak berarti bahwa kegiatan tersebut tidak membutuhkan jasa keamanan yang disediakan
oleh Yakuza.
Kemudian ledakan industri pariwisata pun terjadi Jepang pada akhir tahun 1960-an,
berkat ekonomi Jepang yang makin menguat, membuat banyak orang Jepang yang bepergian
ke luar negeri, termasuk Yakuza yang memanfaatkan hal ini untuk berkoneksi dengan para
Traffickers dari negara lain. Yakuza langsung bertanggung jawab terhadap berkembangnya

7
industri Sex Trafficking di Jepang. Taipei, Seoul, Manila dan Bangkok mulai dikunjungi oleh
Yakuza. Dari daerah tersebut, perempuan-perempuan "diimpor" untuk dipekerjakan di
prostitusi jalanan di Jepang. Keuntungan yakuza dari bisnis semacam ini ternyata sangat
tinggi. Peningkatan pariwisata, bagaimanapun, tidak hanya soal bepergian ke luar negeri,
tetapi juga bagaimana dengan kualitas dalam negeri. Hal ini pulalah yang dimanfaatkan oleh
Yakuza saat itu. Menyadari besarnya peluang dalam kepariwisataan, Yakuza banyak
mengoperasikan kegiatan bisnis mereka dengan menjual beberapa perempuan Jepang.
Aksi Yakuza tersebut dibantu oleh beberapa associates Yakuza yang mempunyai
perannya masing-masing, yaitu Kokusai Kogyo 21 (KK21), Zengeiren, dan Keiyukai. KK21
berperan dalam menyediakan perempuan di Jepang serta menjadi broker bagi Traffickers di
luar negeri yang ingin memperdagangkan korban Sex Trafficking ke Jepang. Zengeiren
bertugas sebagai pihak yang melakukan lobi-lobi terhadap perusahaan maupun oknum di
Pemerintahan Jepang. Keiyukai sendiri memiliki tugas sebagai keamanan bagi bisnis-bisnis
Yakuza yang berada di Jepang. Keiyukai sendiri sebenarnya adalah kumpulan pensiunan
polisi dan menjadi ironi ketika Keiyukai berhadapan langsung dengan Kepolisian Jepang.
Yakuza memang tidak main-main dalam menjalankan bisnis Sex Trafficking ini.
Yamaguchi-gumi, Yakuza terbesar dalam sejarah di Jepang, memegang kontrol yang sangat
kuat dalam aktivitas Sex Trafficking di Jepang. Yamaguchi-gumi merupakan Yakuza paling
berpengaruh dan memiliki kontrol yang paling kuat dalam bisnis ini.
Kendala Pemerintah Jepang dalam memerangi Sex Trafficking jelas sangat dipengaruhi
oleh peran Yakuza dalam membuat koneksi dengan pemerintah Jepang itu sendiri. Yakuza
telah melakukan lobi-lobi ke dalam politik Jepang khususnya pejabatpejabat Liberal
Democration Party (LDP) dan Democratic Party of Japan (DPJ) sehingga bisa melindungi
Yakuza dari tuntutan-tuntutan yang ada. Selama beberapa dekade terakhir, Yakuza telah
memegang kontrol yang kuat terhadap politik domestik di Jepang. LDP tidak bisa bertahan
tanpa adanya pendukung finansial dari Yoshio Kodama, aktivis sayap kanan yang memiliki
koneksi yang cukup kuat dengan Yakuza. Pada awal didirikannya, Yakuza mendanai dan
membantu kandidat-kandidat dari LDP dan pejabat yang terpilih, dan sebagai imbalannya
adalah mereka mendapatkan proyek pekerjaan publik, dukungan politik, dan kesepakatan
untuk tidak mengganggu aktivitas Yakuza.3 Koneksi Yakuza dengan pejabat-pejabat di
pemerintahan Jepang inilah yang menjadi hambatan tersendiri bagi Jepang dalam
melaksanakan program Action Plan mereka.

3
www.worldpolicy.org, 2010
8
d) Peran Yakuza sebagai Transnational Organized Crime

Selain berpengaruh di dalam negeri, Yakuza juga berpengaruh di lingkup internasional


yang mana keberadaannya dianggap sebagi salah satu bentuk kejahatan transnasional. Sudah
telah lama Yakuza memperluas wilayah kekuasaannya bahkan melewati wilayah Jepang,
dimulai pada tahun 1920an ketika bergabung dengan Black Dragon Society yang kemudian
menguasai wilayah Asia. Yakuza terus berusaha melebarkan kekuasaannya dengan berbagai
cara seperti merekrut anggota baru dari Korea Selatan. Hal lain yang dilakukan ialah terlibat
dalam perdagangan narkoba, lebih dipasarkan di Jepang. Yakuza juga terlibat bahkan sebagai
pemeran utama dalam hal sex tourism, prostitution around military bases, traffic in women
and children, mail-order mariages, dan pornography. Beberapa contoh tindak kriminal yang
dilakukan Yakuza ini mulai diawali di wilayah Asia Timur yang kemudian terus melakukan
perluasan hingga ke Thailand, Filipina, dan Eropa Barat.
Yakuza juga memiliki hubungan baik dengan para sindikat di luar negeri untuk
melancarkan bisnisnya. Contohnya di filipina yakuza melakukan kerjasama di dalam
perdangan senjata, narkoba ddan perdagangan perempuan, selain itu setelah yakuza memiliki
koneksi dengan kelompok-kelompok sindikat di filipina yakuza mengembangkan bisnisnya
yaitu perjudian,pemalsuan dan pencucian uang. Filipina juga di jadikan tempat
penyelundupan senjata, serta yakuza membantu secara financial terhadap desa-desa industri
senjata di pulai cebu.
Yakuza terbukti memiliki hubungan yang erat dengan aktor politik di Filipina karena
ketiga sindikat Yakuza terbesar, Yamaguchi-gumi, Inagawa-kai, dan Sumiyoshi-rengo, dapat
membangun kantor di pusat kota Filipina. Yakuza menjalin hubungan baik bahkan dengan
kelompok mafia Filipina dalam melakukan perjudian, penipuan, dan pencucian uang, bahkan
dalam hal penyelundupan senjata. Hal serupa juga terjadi di Thailand yang dijadikan Yakuza
sebagai pusat sex trade. Thailand memiliki lahan yang besar yang di tawarkan kepada yakuza
untuk mengembangkan bisnis pelacuran,perdagangan senjata dan perdagangan narkotika
yang sedang berkembang pesat. Di Thailand ada enam bisnis besar yakuza di Thailand yaitu
perjudian ilegal,prostitusi, perdagangan senjata api, perdagangan narkotika,penyelundupan
minyak diesel dan perdagangan wanita.
Wilayah kekuasaan Yakuza terus meluas hingga Amerika Serikat,Telah banyak tindak
kriminal yang dilakukan Yakuza di Amerika Serikat salah satunya pencucian uang dan hal ini
mendorong pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa
bagi setiap warga Amerika Serikat yang bekerjasama dengan anggota Yakuza akan dihukum.

9
Pemerintah Amerika meyatakan bahwa asset di Amerika Serikat yang bernilai sampai 500
juta dollar serta 50 properti seperti golf clubs hingga gedung perkantoran di Hawaii dimiliki
oleh Yakuza..
2.Pengaruh serta Dampak dari Peran yang dijalankan Yakuza

1. Pengaruh serta Dampak Yakuza di dalam Negeri

Restorasi Meiji tahun 1867 dinilai sebagai momen kelahiran kembali Jepang ditandai
dengan gencarnya modernisasi di Jepang. Yakuza turut melakukan modernisasi seiring
dengan perkembangan Jepang yang kian maju. Sejak saat itu Yakuza menjadi sangat
berpengaruh dalam berbagai bidang kehidupan di Jepang seperti dalam bidang
politik,ekonomi, dan juga diplomatik Jepang. Yakuza mulai mengembangkan pengaruhnya
pada perpolitikan Jepang, dimana ia berpihak serta bekerja sama dengan politisi dan pejabat
tertentu. Sebagai organisasi kriminal, Yakuza khawatir dengan pemerintah Jepang yang suatu
saat dapat mengeluarkan kebijakan untuk menekan keberadaan Yakuza. Yakuza ingin
menghindari sanksi dari pemerintah Jepang atau setidaknya sedikit kebebasan dari
pergerakan polisi, caranya bekerjasama dengan pemerintah dan polisi sebagai tindakan
solutif. Kerjasama Yakuza dan pemerintah Jepang bersifat mutualisme atau menguntungkan
kedua belah pihak. Hal ini dilakukan agar Yakuza mendapatkan official sanction atau
setidaknya dapat beberapa kebebasan dari kegiatan kejahatan mereka. Kepentingan kerjasama
yang dilakukan antara Yakuza dengan pemerintah Jepang ini secara tidak langsung
mempengaruhi perpolitikan dalam negeri Jepang. Dukungan yang diberikan Yakuza pada
calon-calon tertentu sebenarnya bertujuan untuk mengamankan posisi Yakuza melalui
kebijakan-kebijakan yang nantinya akan dibuat. Mengutamakan timbal balik dan etika
berterima kasih, Yakuza sebagai gantinya membantu pemerintah dalam menangani kampanye
dan mogok massal dalam negeri. Meskipun begitu, kondisi ini dapat menciptakan pemerintah
Jepang yang korup kedepannya. Dengan adanya Yakuza membuat praktek korupsi menjadi
subur karena para pejabat maupun pengusaha menyewa Yakuza guna mengamankan
bangunan maupun jalannya pemilihan umum.
Pada saat ini jumlah anggota Yakuza mencapai 88.000-90.000, dimana 65% diantaranya
adalah anggota dari geng Yakuza terbesar yaitu Yamaguchi-gumi, Inagawa-kai dan
Sumiyoshi-rengo. Pengaruh dari Yamaguchi-gumi menyebar luas ke seluruh Jepang, markas
besarnya terletak di pelabuhan kota Kobe, klan ini banyak berkecimpung di kegiatan
konstruksi serta industri kargo. Selain itu, mereka juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan
seperti money laundry, penyelundupan, pornografi, pemalsuan uang, pemerasan, prostitusi,

10
perdagangan illegal, perjudian, serta menjadi rentenir .Telah diperkirakan bahwa Yamaguchi-
gumi mengontrol kurang lebih 7000 toko, 5000 restoran, 4500 operasi money laundry, 2500
bar dan 400 perusahaan transportasi. Yakuza lain adalah Inagawa-kai yang bermarkas di
Tokyo dan Yokohama, dimana pengaruh mereka berada di lingkup Jepang timur.4
Sumber pendapatan mereka datang dari kegiatan berjudi seperti taruhan, memiliki kasino
dimana tingkat taruhan sangat tinggi, dan permainan kartu. Selain itu, mereka juga terlibat
dalam investasi luar negeri, money laundry, gun-running, pemerasan, prostitusi dan
narkotika. Yakuza turut berperan dalam anjloknya ekonomi Jepang sebagai akibat dari
menurunnya bisnis properti dan macetnya kredit bank di Jepang pasca 1990. Sejak saat itu
banyak debitor menyewa anggota Yakuza agar bangunan mereka tidak disita bank. Melihat
hal ini bank Jepang jelas tidak mampu berkutik. Untuk menghilangkan pengaruh dan peran
dari Yakuza maka pada tanggal 1 Maret 1992 pemerintah Jepang menyetujui undang- undang
pencegahan pelanggaran hukum oleh anggota boryoku (Yakuza ataupun geng kriminal).
Dengan adanya undang-undang anti Yakuza ini, bisnis yang dijalankan oleh Yakuza menjadi
sulit sehingga Yakuza melakukan bisnisnya dengan tersembunyi.
Disamping semua dampak buruk tersebut Yakuza juga berperan sebagai salah satu faktor
pendukung kemajuan ekonomi Jepang yang melakukan kerjasama ekonomi dengan Amerika
Serikat yang mendatangkan devisa cukup besar bagi perekonomian Jepang. Dampak positif
dari keberadaan Yakuza yakni perekonomian Jepang menjadi berkembang pesat akibat
kerjasama yang dilakukan oleh Yakuza di berbagai negara. Selain itu, Yakuza juga mampu
menciptakan perdamaian di Jepang dengan tidak adanya geng-geng kriminal yang berkuasa.
Yakuza juga berdampak pada hubungan diplomatik Jepang dengan negara lain karena
kerusuhan yang telah disebabkannya, seperti hubungan Jepang dengan Amerika yang sempat
merenggang akibat aksi yang terbukti dilakukan Yakuza tahun 2011, akibatnya Amerika
Serikat berdeklarasi untuk memerangi Yakuza. Yakuza dianggap mengancam keamanan
nasional, kebijakan luar negeri, serta sistem finansial Amerika Serikat karena terbiasa
melawan rule of law sehingga menggoyangkan stabilitas pasar ekonomi.Yakuza membuat
pemerintahan Jepang pusing akibat ulah mereka yang tidak hanya dilakukan di dalam negeri
saja. Hal ini lantas mempengaruhi kebijakan pemerintahan Jepang dalam menangani geng
dan hubungan diplomatik Jepang dengan negara lain.

2. Dampak Peran Yakuza di Berbagai Negara

4
Gragert, 2010;177
11
Berbagai masalah yang ditimbulkan Yakuza ini lantas membuat beberapa negara di dunia
merasa keamanannya terancam, seperti Amerika Serikat, Australia, bahkan negara di Asia
Tenggara. Queensland, salah satu kota di Australia merupakan wilayah yang telah ditargetkan
oleh Yakuza untuk melakukan perjudian. Namun, tujuan utama Yakuza di wilayah tersebut
ialah berinvestasi dan melakukan pencucian uang. Pemerintah Australia tidak dapat menarik
investasi Yakuza karena besarnya investasi yang mereka tanam sehingga akan menimbulkan
kerugian bagi Australia apabila investasi tersebut hilang.Hubungan Jepang dengan Amerika
sempat merenggang akibat aksi yang terbukti dilakukan Yakuza tahun 2011, akibatnya
Amerika Serikat berdeklarasi untuk memerangi Yakuza. Yakuza dianggap mengancam
keamanan nasional, kebijakan luar negeri, serta sistem finansial Amerika Serikat karena
terbiasa melawan rule of law sehingga menggoyangkan stabilitas pasar ekonomi. Dengan
negara di Asia Tenggara, Yakuza juga dianggap mengancam keamanan regional karena
adanya penjualan senjata dan manusia. Kemudian(ASEAN) sebagai organisasi regional,
mengadakan pertemuan pada tahun 2000 yang membahas tentang perlunya kerjasama negara-
negara dalam menjaga keamanan dari adanya Yakuza.

Kesimpulan

Yakuza adalah kelompok mafia yang eksistensinya dimulai pada masa sebelum
Restorasi Meiji terjadi. Beberapa pihak menyatakan bahwa Yakuza berawal dari sekelompok
orang dengan kemampuan yang tidak begitu terlatih namun dengan rela berkoban melindungi

12
masyarakat Jepang dari para gangster. Sebagian besar lainnya menyatakan bahwa Yakuza
terbentuk karena para samurai yang tidak bertuan atau ronin pada masa lalu berkumpul dan
menciptakan kelompok kriminal yang melakukan pencurian dan perampokan hingga
kemudian berkembang menjadi organisasi kriminal dengan keterlibatan pada industri kargo,
money laundry, penyelundupan, perdagangan illegal, dan sebagainya. Yakuza memiliki
ikatan yang dikenal dengan oyabun- kobun yang membuat para anggotanya bersatu hingga
saat ini.

Yakuza sangat berpengaruh di berbagai bidang kehidupan di Jepang dan salah satu
pengaruh besar adalah pada kehidupan politik Jepang yang ditunjukan dengan adanya
bantuan dari Yakuza terhadap pemerintah yaitu dalam mengatasi kelompok-kelompok protes
yang berniat melakukan oposisi pada pemerintahan berkuasa. Bentuan Yakuza tersebut
dilakukannya untuk mengamankan posisi Yakuza melalui kebijakan-kebijakan yang nantinya
akan dibuat. Mengutamakan timbal balik dan etika berterima kasih, Yakuza sebagai gantinya
membantu pemerintah dalam menangani kampanye dan mogok massal dalam negeri.

Selain berpengaruh di dalam negeri Yakuza juga menyebabkan masalah di negara


lain, Sebagian besar kelompok Yakuza berperan dalam kasus pengedaran narkoba,
perdagangan manusia, dan perdagangan illegal di beberapa negara seperti Amerika Serikat,
Korea Selatan, dan Filipina telah sempat meregangkan hubungan diplomatik Jepang dengan
negara-negara sasaran Yakuza tersebut karena negara-negara tersebut mendapatkan kerugian
akibat dari ulah Yakuza di negara mereka.

13

Anda mungkin juga menyukai