Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Pada tahun 1911, setelah lebih dari dua ribu tahun


pemerintahan kekaisaran, sebuah republik didirikan di Tiongkok dan monarki
digulingkan oleh sekelompok revolusioner. Pada saat itu  Dinasti Qing baru saja
mengalami abad ketidakstabilan, menderita karena pemberontakan internal
dan imperialisme asing. Prinsip-prinsip Neo-Konfusianisme yang pada saat itu
dipegang oleh dinasti kini dipertanyakan. Dukungan dinasti kepada kaum Boxer,
yang diklaim memiliki kekuatan magis, melawan kekuatan utama dunia adalah
kesalahan. Pasukan Qing dikalahkan dan Tiongkok dipaksa untuk memberikan
ganti rugi yang sangat besar kepada kekuatan asing, yang setara dengan uang
yang harus dibayar selama 39 tahun. Terputus dari populasi dan tidak mampu
menghadapi tantangan Tiongkok modern, pemerintah Qing berada di pergolakan
akhir. Kurangnya rezim alternatif berkepanjangan menyebabkan keberadaannya
hanya sampai tahun 1912.

Pembentukan republik dikembangkan dari Pemberontakan


Wuchang melawan Qing pada tanggal 10 Oktober 1911. Tanggal itu, kini
dirayakan setiap tahun sebagai hari nasional RT yang juga dikenal sebagai
"Sepuluh Hari ganda". Pada 29 Desember 1911,Sun Yat-sen terpilih sebagai
presiden oleh majelis Nanjing mewakili tujuh belas provinsi. Pada tanggal 1
Januari 1912, ia secara resmi dilantik dan berjanji "menjatuhkan
pemerintahan despotisme pemerintahan Manchu,mengkonsolidasikan Republik
Tiongkok dan berencana untuk mensejatherakan rakyat".

Bagaimanapun Sun tidak memiliki dukungan militer untuk


menggulingkan Dinasti Qing. Menyadari hal ini, ia menyerahkan kursi
kepresidenan kepada Yuan Shikai, jenderal kekaisaran, yang kemudian memaksa
kaisar terakhir, Puyi, untuk turun tahta. Yuan secara resmi terpilih sebagai

1
presiden pada tahun 1913. Ia memerintah dengan oleh kekuatan militer dan
mengabaikan lembaga republik yang didirikan oleh pendahulunya, mengancam
akan mengeksekusi anggota-anggota Senat yang tidak setuju dengan
keputusannya.

2. Rumusan Masalah

A. Siapa Yuan Shikai?

B. Bagaimana Posisi Yuan Shikai dalam Sejarah Cina?

C. Bagaimana Keadaan China Masa Pemerintahan Yuan Shikai?

3. Tujuan

A. Mengetahui Tokoh Yuan Shikai

B. Mengetahui Posisi Yuan Shikai dalam Sejarah Cina

C. Mengetahui Keadaan China Masa Pemerintahan Yuan Shikai

2
BAB II

PEMBAHASAN
1. Biografi Yuan Shikai

Yuan Shikai lahir di sebuah desa bernama Zhangying, Prefektur


Chenzhou, Henan, meskipun akhirnya seluruh klannya pindah menuju wilayah
perbukitan yang terletak 16 kilometer tenggara Xiangcheng.Di daerah itu
klannya membangun sebuah benteng pertahanan Yuanzhaicun.

Keluarga Yuan adalah keluarga kaya yang memberikan


pendidikan Konfusianisme yang cukup bagi Yuan. Ia bercita-cita untuk bisa
meniti karier di bidang pelayanan masyarakat, namun ia gagal dalam Ujian
kekaisaran dua kali. Ia lalu memutuskan untuk memasuki ranah politik
melalui Tentara Huai, dimana banyak saudaranya yang ternaung dalam lembaga
militer tersebut.Kariernya dimulai dengan pelantikan gelar rendah resmi di
tahun1880, dimana hal tersebut menjadi ciri khas sistem promosi di masa akhir
Dinasti Qing. Dengan mengandalkan koneksi ayahnya, Yuan pergi
ke Tengzhou, Shandong, danmencari jabatan dalam Brigade Qing. Pernikahan
pertama Yuan terjadi pada 1876 dengan wanita dari keluarga Yu. Pernikahan ini
menghasilkan satu orang anak yakni, Yuan Keding yang lahir pada 1878. Yuan
Shikai menikahi setidaknya sembilan wanita sepanjang hidupnya.

Tahun-tahun di Dinasti Joseon

Pada 1885, Yuan ditunjuk sebagai Residen Kekaisaran di Seoul. Jabatan


ini adalah jabatan yang disetarakan seperti duta besar, namun dalam
kenyataanya, ia bertugas sebagai seorang suzerain (semacam Gubernur Jenderal),
Yuan menjadi penasehat tertinggi di seluruh kebijakan pemerintah Korea.
Melihat Tiongkok meningkatkan kendali atas pemerintah Korea, Jepang mencari
pengaruh baru dengan menjadi ko-suzerain dengan China. Beberapa dokumen
diberikan pada Yuan Shikai, isinya mengklaim pemerintahan Korea telah

3
mengubah sikap terhadap perlindungan Tiongkok dan tertarik kepada
perlindungan Russia. Yuan merasa sakit hati dan meminta nasehat Li
Hongzhang.

Dalam perjanjian yang ditandatangani oleh Jepang dan Qing, dua pihak
ini setuju bahwa masing-masing pihak hanya mengirim pasukan ke Korea setelah
memberitahu terlebih dahulu pada pihak yang lain. Meskipun pemerintah Korea
kini telah stabil, statusnya masih merupakan protektorat dari Qing. Korea sendiri
menginginkan penganjuran modernisasi di segala aspek kehidupan bangsa
termasuk menginginkan ideologi yang lebih modern. Namun, di pihak
lain, Komunitas Donghak, yang menginginkan agar doktrin lama nasional yang
berdasar pada ajarandan prinsip-prinsip Konfusius, memberontak kepada
pemerintah. Yuan dan Li Hongzhang mengirim pasukan ke Korea untuk
melindungi Seoul dan kepentingan Qing. Jepang juga melakukan hal yang sama
dalam rangka melindungi pos-pos dagang milik mereka. Ketegangan semakin
tinggi antara Jepang dan Tiongkok saat Jepang menolak untuk menarik mundur
pasukannya dan juga menaruh blockade di Paralel ke-38. Li Hongzhang berusaha
menghindari perang dengan Jepang untuk menjaga agar ketersediaan dana bagi
Tiongkok tidak terbuang untuk perang. Li malah mencoba untuk meminta
bantuan internasional untuk mempengaruhi Jepang agar mau menarik
pasukannya. Jepang menolak, dan kemudian perang pecah. Yuan, yang berada
dalam posisi yang tidak menguntungkan, dipanggil kembali ke Tianjin pada Juli
1894, sebelum Perang Sino-Jepang Pertama 

2. Cina pada Masa Akhir Dinasti Qing

Popularitas Yuan semakin naik dengan partisipasi nominalnya


dalam Perang Sino-Jepang Pertama sebagaikomandan garnisun Tiongkok di
Korea. Tidak seperti komandan yang lain, ia menghindari rasa malu akibat
kekalahan Tiongkok dengan kembali ke Beijing beberapa hari sebelum konflik
pecah.

4
Sebagai sekutu Li Hongzhang, Yuan ditunjuk sebagai komandan Pasukan
Baru pertama di tahun 1895. Sebagai komandan, ia sangat bertanggung jawab
pada pelatihan terhadap pasukan modern pertama Tiongkok, Yuan memperoleh
pengaruh politik yang besardankesetiaan dari para komandan muda pasukan
barunya yang ditandai pada tahun 1901, lima dari tujuh komandan divisional
Tiongkok odan sebagian besar komandan senior berada dalam kekuasaannya.
Pengadilan Qing mempercayai secara penuh pasukannya itu. Dan dalam pasukan
baru yang tergabung dalam Gerakan Penguatan Diri ini, Yuan adalah individu
yang dianggap paling terlatih.

Pengadilan Qing saat itu terbagi menjadi dua menjadi pihak progresif
yang dipimpin oleh Kaisar Guangxu, dan pihak konservatif yang dipimpin
oleh Janda Kaisar Cixi, yang sebelumnya mundur dan pindah menuju ke Istana
Musim Panas setelah Reformasi Seratus Hari pada 1898. Namun, Cixi
menyatakan bahwa reformasi yang terjadi terlalu drastis, dan berencana untuk
mengambil kembali kedudukannya melalui kudeta. Namun, rencana ini
menyebar terlalu cepat, dan Kaisar menjadi lebih waspada terhadap rencana yang
akan dijalankan ini. Ia memerintahkan para aktivis reformasi seperti Kang
Youwei, Tan Sitong dan yang lain merancang rencana untuk menyelamatkannya.
Keterlibatan Yuan dalam kudeta ini masih berlanjut sebagai perdebatan sejarah.
Tan Sitong dilaporkan berbicara dengan Yuan beberapa hari sebelum kudeta,
meminta Yuan untuk membantu Kaisar melawan Janda Kaisar Cixi. Yuan
menolak untuk memberi jawaban langsung, namun ia mengisyaratkan bahwa
kesetiannya adalah untuk Kaisar.Sementara itu Jendreal
Manchu, Ronglu mengatur siasat untuk pasukannya untuk bergabung dalam
gerakan kudeta.

Berdasarkan beberapa sumber, termasuk buku diari Liang Qichao dan


beberapa sumber berita, Yuan Shikai tiba di Tianjin pada 20 September 1898
menaiki kereta api. Ha ini menandakan bahwa pada malam harinya Yuan
berbicara pada Ronglu, namun apa yang dikatakan kepadanya masih simpang

5
siur. Sebagian besar sejarawan meyakini bahwa Yuan menceritakan pada Ronglu
semua rencana para Reforman dan memerintahkannya untuk mengambil
tindakan segera. Rencana ini kemudian terungkap, pasukan Ronglu merangsek
ke Kota Terlarang saat fajar pada 21 September, memaksa Kaisar turun menuju
ke istana danau.

Yuan membuat aliansi politik dengan Janda Kaisar, dan menjadi seteru
abadi Kaisar Guanxu, Yuan meninggalkan ibukota pada tahun 1899 untuk
penunjukkannya sebagai Gubernur Shandong. Selama tiga tahun masa
kepemimpinannya, Pemberontakan Boxer pecah, ia memastikan
penindasan Boxer di provinsi, meskipun pasukkannya tidak mengambil peran
apa-apa diluar Shandong. Yuan memihak pihak pro-faksi luar negeri di
pengadilan kekaisaran, bersama dengan Pangeran Qing, Li
Hongzhang dan Ronglu, ia menolak untuk memihak pada kaum Boxer dan
menyerang pasukan AliansiDelapan Bangsa, bergabung gubernur-gubernur
Tiongkok yang lain yang mengomandoi pasukan modern seperti Zhang
Zhidong yang tidak memihak Pemberontakan Boxer. Ia dan Zhang membiarkan
Janda Kaisar Cixi mendeklarasikanperang melawan kekuatan luar negeri dan
melanjutkan penindasan terhadap pemberontakan. Dalam rangka untuk
menghindari pertempuran denganpasukan AliansiDelapan Bangsadan menindas
Boxer di Shandong, Yuan dan pasukannya (Divisi Keadilan) juga
membantupasukan AliansiDelapan Bangsamembantai sepuluh dari ribuan orang
dalam kampanye anti Boxer di Zhili setelahpasukan Aliansimenguasai Beijing.

Ia juga mendirikan sebuah sekolah (Shandong College, cikal


bakal Shandong University) di Jinan, yang dalam kurikulumnya mengadaptasi
pemikiran barat.

Pada Juni 1902 ia dipromosikan menjadi Raja Muda Zhili, dan


Komisioner untukUrusan Dagang Tiongkok Utara, dan Menteri Beiyang,
kekuasaannya mencakup wilayah yang saat ini disebut sebagai Liaoning, Hebei,

6
dan Shandong. Ia memperoleh penghargaan dari khalayak luar negeri setelah
membantu penumpasan Pemberontakan Boxer, ia dengan sukses memperoleh
pinjaman besar untuk memperbesar Pasukan Beiyang miliknya menjadi pasukan
yang paling kuat di Tiongkok. Ia membuat 2.000 pasukan polisi untuk menjaga
ketenteraman di Tianjin, pembentukan polisi ini adalah yang pertama kalinya
dalam sejarah Tiongkok, sebagai hasil dari Protokol Boxer yang melarang
pasukan bersenjata mendekati Tianjin. Yuan juga terlibat dalampengambil
alihankendali jaringan rel kereta api dari Sheng Xuanhuai. Ia lalu memimpin
perusahaan perkeretaapiandan konstruksi-konstruksinya menjadi sumber yang
besar untuk pajak. Yuan memainkan peran aktif dalam masa-masa akhir Dinsati
Qing, termasuk membuat Kementerian Pendidikan dan Kementerian Polisi. Ia
lalu menganjurkan persamaan derajat etnis Manchu dan Han.

Di tahun 1905, berdasarkan masehat Yuan, Janda Kaisar Cixi


mengeluarkan dekrit yang berisi tentang perintah untuk mengakhiri sistem ujian
Konfusius pada tahun 1906 dan memerintahkan Kementerian Pendidikan untuk
mengimplemetasikan sistem pendidikan yang berdasar pada kurikulum yang
berjalan berdasarkan amanat pemerintah. Sistem ini diadopsi dari apa yang
dilakukan Jepang pada Masa Meiji. Pada 27 Agustus 1908, Pengadilan Qing
mengumumkan “Asas-Asas untuk Konstitusi”, dimana disana Yuan membantu
dalam membuat drafnya. Dokumen ini dikenal sebagai pemerintah
konstitusional dengan monarki yang kuat, dirancang berdasarkan apa yang
dilakukan oleh Meiji di Jepang dan Otto van Bismarck di Jerman dengan
konstitusi yang dikeluarkan pada 1916 dan sebuah pembentukan parlemen pada
tahun 1917. 

Pengunduran diri dan kembali lagi

Janda Kaisar dan Kaisar Guangxu meninggal pada November 1908.


Berbagai sumber mengindikasikan bahwa keinginan Kaisar yang paling
diinginkannya adalah ingin Yuan segera diesekusi. Meskipun demikian, untuk

7
menghindari hukuman mati, di Januari 1909 Yuan Shikai melepas semua
jabatannya kepada, Prince Chun. Yuan beralasan bahwa ia mengundurkan diri
karena ingin kembali ke rumahnya di Desa Huanshang, yang pada masa kini
menjadi Kota prefektur Anyang, karena penyakit kaki.

Selama tiga tahun ia mengasingkan diri, Yuan tetap berhubungan dengan


sekutu-sekutu dekatnya, termasuk Duan Qirui, yang melapor kepadanya secara
rutin tentang pasukannya, karena kesetiaan Pasukan Beiyang masih
untuknya.Memiliki dukungan militer yang strategis, membuat Yuan memegang
kuasa yang seimbang pada pihak revolusioner (seperti Sun Yat-sen) dan pihak
Pengadilan Qing. Kedua pihak tersebut menginginkan Yuan disisi mereka.

3. Masa Revolusi Cina


A. Revolusi Wuchang (Sudut Pandang Dinasti Qing)

Revolusi Wuchang dimulai pada 10 Oktober 1911 di Provinsi Hubei.


Provinsi-provinsi selatan Tiongkok mendeklarasikan kemerdekaannya dari
Pengadilan Qing, namun provinsi-provinsi di utara bersikap melawan
gerakan ini. Pengadilan Qing dan Yuan sepakat bahwa Tentara Beiyang
adalah satu-satunya pasukan yang mampu menumpas revolusi ini. Pengadilan
meminta Yuan untuk kembali pada27 Oktober, namun iaberulang kali
menolak tawaran Pengadilan Qing agar ia kembali. Tawaran itu diantaranya
adalah menjadiRaja Muda Huguang, dan Perdana Menteri Kabinet
Kekaisaran. Waktu berada di pihak Yuan, sementara Yuan terus
menunggudengan alasan "penyakit kaki"nya.

Setelah beberapa tawaran selanjutnya dari Pengadilan Qing, Yuan setuju


dan segera meninggalkan desanya lalu menuju ke Beijing pada 30 Oktober.
Ia lalu menjadi Perdana Menteri pada1 November 1911. Setelah itu ia
memerintahkan Pangeran Chun untuk mundur dari segala jabatan
politiknya.Pengunduran diri Zaifeng ini memberi jalan pada Yuan untuk
membuat kabinet yang didominasi oleh orang dari etnis Tiongkok Han, yang

8
hanya terdiri dari satu orang Manchu, yang memegang jabatan Menteri
Jajahan. Selain itu, karena kesetiannya kepada pengadilan, Janda Kaisar
Longyu memberi Yuan gelar bangsawan Marquis Peringkat Pertama sebuah
gelar yang sebelumnya pernah diberikan kepada Jenderal Zeng
Guofan bersama Tentara Xiangnya dalam menumpas Pemberontakan
Taiping.

Sementara itu, dalam Pertempuran Yangxia, berhasil mengambil alih


kembali Hankou dan Hanyang dari revolusioner. Yuan tahu bahwa
penumpasan total terhadap revolusi akan mengakhiri kegunaannya dalam
rezim Qing. Setelah menyerang Wuchang, ia mulai bernegosiasi dengan
pihak revolusioner.

B. Revolusi Republik (Sudut Pandang Kaum Revolisioner)

Revolusi 1911 (yang juga dikenal sebagai Revolusi Xinhai atau Revolusi
China) yang dimulai pada 10 Oktober 1911 merupakan peristiwa bersejarah
yang sangat penting bagi China. Melalui revolusi tersebut masyarakat China
yang mayoritas dari suku Han berhasil mengakhiri 200 tahun pemerintahan
Kekaisaran Dinasti Qing (1644-1912) yang didominasi minoritas etnik
Manchu, korup dan dinilai lemah dalam membendung intervensi asing.
Melalui revolusi ini dihasilkan pula suatu pemerintahan baru dan pertama di
Asia yang berbentuk republik.

Sebagai seorang intelektual dan aktivis gerakan revolusioner, Dr. Sun Yat
Sen aktif membentuk organisasi Revive China Society pada tahun 1894 di
Honolulu dan menjadi salah seorang pemimpinnya. Tujuan pembentukannya
adalah untuk menyingkirkan etnik Manchu, mengembalikan dominasi etnik
Han dan membentuk pemerintahan bersatu. Pendirian organisasi seperti yang
dilakukan Dr. Sun Yat Sen bukanlah satu-satunya karena banyak pula

9
organisasi-organisasi sejenis yang dibentuk oleh para aktivis lainnya di
berbagai wilayah di China maupun luar negeri.

Pembentukan organisasi-orghanisasi tersebut tidak serta merta berhasil


menumbangkan Kekaisaran Dinasti Qing dan membentuk pemerintah
republik seperti yang diharapkan. Namun berbagai peristiwa lain seperti
pemberontakan Boxer di utara China, Perang China-Jepang Pertama, dan
Perang Rusia-Jepang di Manchuria tahun 1904 dimana pemerintahan Dinasti
Qing tidak mampu menanganinya menjadikan upaya-upaya gerakan revolusi
China menemukan momentumnya.

Disini Dr. Sun Yat Sen memperlihatkan kemampuannya dalam


mengorganisasikan dan menyatukan berbagai organisasi revolusioner dalam
upaya menumbangkan Kekaisaran Dinasti Qing. Ketika akhirnya Revolusi
1911 sukses menumbangkan Kekaisaran Dinasti Qing, Dr. Sun Yat Sen
ditetapkan sebagai Presiden Pertama Republik China pada 29 Desember
1911-10 Maret 1912. Namun ia hanya 3 bulan di tampuk kekuasaan karena
tergusur intrik-intrik gerakan para tuan tanah yang banyak mengontrol
pemerintahan dan kehidupan di negara yang baru saja terbentuk tersebut. 102
tahun yang lalu, para pejuang nasionalis di China mendeklarasikan berdirinya
negara republik. Dengan demikian, setelah 2.000 tahun diperintah para raja,
Tiongkok bukan lagi berbentuk kekaisaran melainkan menjadi negara
Republik China.

C. Akhir Revolusi Cina

Revolusi itu merupakan reaksi atas ketidakmampuan dinasti Qing untuk


mengangkat kembali kejayaan China. Bahkan, Kekaisaran China dalam
tahun-tahun terakhir malah tunduk kepada kekuatan-kekuatan asing - baik
dari Barat maupun dari Jepang. Rakyat pun dibiarkan melarat sehingga

10
membuat Sun Yat-sen dan para pejuang lain melancarkan perlawanan untuk
mengakhiri kekuasaan raja di China. Revolusi ditandai dengan kudeta militer
di Wuhan, China bagian tengah, yang dilancarkan kelompok bawah tanah
anti dinasti Qing dengan dukungan kaum revolusioner di pengasingan.

Konflik senjata yang saat itu berlangsung berhasil diakhiri melalui


kompromi politik antara Yuan Shikai, panglima militer dinasti Qing, dengan
Sun Yat-sen, yang merupakan pemimpin Aliansi Kaum Revolusioner China
(Tongmenghui). Kompromi itu juga menghasilkan pengalihan kekuasaan dari
dinasti Qing ke republik yang baru. Pemerintahan republik dijalankan oleh
Yuan, yaitu bentukan dari partai-partai politik dan hasil pemilu parlemen
pertama pada 1913. Sun Yat-sen sendiri sempat menjadi Presiden sementara
Republik China, dari 29 Desember 1911 hingga 10 Maret 1912.

4. Pengangkatan Yuan Shikai

Yuan Shikai diambil sumpahnya menjadi Presiden Sementara Republik


Tiongkok, di Beijing, 10 Maret 1912.

Kaum revolusioner telah memilih Sun Yat-Sen sebagai presiden


sementara pertama, namun pemerintahan ini lemah dalam dukungan militernya,
maka dari itu mereka mulai berunding dengan Qing, untuk menggunakan Yuan
sebagai penengah. Yuan lalu menyusun keputusan untuk penurunan takhta
Kaisar Kecil Puyi (atau Kaisar Xuantong) untuk bisa meraih
jabatanPresiden. Yuan tidak hadir dalam dekrit penurunan takhta yang
dikeluarkan oleh Janda Kaisar Longyu pada 12 Februari 1912.

Sun menyetujui kepresidenan Yuan setelah beberapa perselisihan selesai,


namun ia juga meminta bahwa ibukota harus dipindahkan ke Nanjing. Yuan, di
sisi lain, menginginkan keuntungan secara geografis untuk memiliki ibukota
yang tidak jauh dari basis kekuatan militernya. Cao Kun, salah satu komandan

11
Tentara Beiyang kepercayaannya, melakukan kudetadi Beijing dan Tianjin,
berdasarkan perintah Yuan, untuk memberikan alasan untuk Yuan agar ia tidak
meninggalkanlingkungan pengaruhnya di Zhili (saat ini provinsi Hebei). Kaum
revolusioner akhirnya mengalah, dan ibukota republic baru ini tetap berada di
Beijing. Yuan Shikai dipilih sebagai Presiden Sementara RepublikTiongkokoleh
Senat Sementara Nanjingpada 14 Februari 1912, dan diambil sumpahnya pada 10
Maret pada tahun yang sama.

5. Cina dalam Pemerintahan Yuan Shikai


A. Pemilihan umum demokratis

Pada Februari 1913, pemilihan umum demokratis diadakan untuk


memilih anggota Majelis Nasional dimana Partai Nasionalis Tiongkok
(Kuomintang atau KMT) mendapat kemenangan telak. Song Jiaoren dari
Partai KMT secara giat mendukung sistem kabinetdan menjadi kandidat kuat
untuk menjadi Perdana Menteri.

Salah satu tujuan politik utama Song adalah memastikan bahwa


independensi Parlemen Tiongkok bisa terlindung dari pengaruh
kepresidenan. Program Song untuk mengurangi kewenangan presiden
bertentangan dengan sikap Yuan, yang pada pertengahan 1912, secara jelas
mendominasi cabinet sementaradan mengisyaratkan adanya keinginan untuk
memegang kuasa lebih. Song kemudian melakukan perjalanan ke seluruh
Tiongkok pada 1912, ia amat bersemangat mengungkapkan keinginannya
membatasi kekuasaan Presiden, ia senang mengambil contoh dengan
mengkritikambisi Yuan. Saat hasil pemilihan umum pada 1913
mengindikasikan kemenangan Kuomintang, hal ini otomatis membuat Song
akan berada dalam posisi yang akan memainkan peran penting dalam
pemilihan perdana menteri dan kabinet, dan partai dapat mendesak pemilihan
presiden demokratis dengan segera.

12
Pada 20 Maret 1913, saat bersama beberapa teman menuju ke Peking,
Song Jiaoren ditembak dua kali oleh seorang bernama, Ying Kuicheng, saat
berada di Stasiun kereta api Shanghai. Ia meninggal dua hari kemudian di
rumah sakit. Bukti-bukti dari penyelidikan mengarah ke sekretaris cabinet
dan perdana menteri sementara dalam pemerintahan Yuan Shikai. Meskipun
Yuan dianggap sebagaiorang yang berkemungkinan besar berada di balik
pembunuhan tersebut, namun para konspirator dan pihak-pihak penting yang
berhubungan dan dicurigai dalam kasus ini terbunuh atau menghilang secara
misterius. Karena kurangnya bukti, Yuan tidak pernah diusut.

B. Menjadi Kaisar

Ketegangan antara Kuomintang dan Yuan semakin membesar. Setelah


tiba di Peking, Parlemen terpilih mencoba mengendalikan kuasa berlebih
Yuan, dan untuk mengembangkan konstitusi permanen, dan juga untuk
menggelar pemilihan umum presiden. Yuan juga menguasai100 juta dolar
dana yang merupakan pinjaman luar negeri. KMT kemudian terus mengkritik
Yuan yang menguasai semua anggaran negara.

Yuan memulai tindakan terhadap Kuomintang pada tahun 1913, dengan


cara menyogokanggota KMT menjadi parlemen dua kamar. Revolusioner
Anti-Yuan juga mengklaim Yuan merancang penghancuran KMT dari dalam
dan melengserkan pemerintahan yang disebuat sebagai pro-kuomintang.

C. Revolusi Kedua

Melihat situasi dalam partainya yang semakin memburuk, Sun Yat-sen


pergi ke Jepang pada November 1913. Hal ini disebut Revolusi Kedua yang
saat ini dalam rangka melawan Yuan Shikai. Di sisi lain, Yuan mengambil
alih pemerintahan, menggunakan militer sebagai basis kekuatan. Ia
membekukanmajelis nasional dan provinsi, sedangkan Dewan Perwakilan
dan Senat diganti dengan "Dewan Negara", dengan Duan Qirui, letnan

13
Beiyang kepercayaannya,sebagai Perdana Menteri. Ia mempercayakansarjana
dari Amerika Serikat, Tsai Ting Kan untuk menjadi penerjemahnya dalam
berhubungan dengan masyarakat luar negeri. Akhirnya, Yuan merekayasa
diri sebagai presiden terpilih untuk masa jabatan lima tahun. Selain itu ia
menyatakan bahwa Kuomintang adalah organisasi terlarang dan mencopot
semua anggotanya dari Parlemen.

"Revolusi Kedua" Kuomintang ini berakhir dengan kegagalan setelah


pasukan Yuan mendapat kemenangan atas gerakan revolusioner. Gubernur-
gubernur dan beberapa loyalis KMT berbalik setia ke Yuan, beberapa
komandan yang tidak memihak Yuan dicopot dari jabatannya, Revolusi
Kedua ini resmi ditumpas oleh Yuan.

Pada Januari 1914, Parlemen China resmi dibekukan. Untuk membuat


pemerintahan Yuan terlihat sah, Yuan mengumpulkan 66 orang dari
kabinetnya pada 1 Mei 1914, menghasilkan "konstitusi rapi" yang digunakan
untuk mengganti konstitusi sementara Tiongkok. Yuan, sebagai presiden,
berhak atas kuasa tak terbatas pada militer, keuangan, kebijakan luar negeri,
dan hak-hak dasar masyarakat Tiongkok. Yuan menyatakan bahwa revolusi
yang menginginkan kehidupan berbangsa yang demokratis terbukti tidak
efektif.

Setelah kemenangannya ini, Yuan kembali mengorganisasi pemerintahan


provinsial. Masing-masing provinsi kini didukung oleh seorang Gubernur
Militer yang memiliki kewenangan sipil danmemiliki kewenangan mandiri
dalam mengelola pasukan di wilayah masing-masing. Meskipun kewenangan
provinsial yang dicanangkan Yuan ini baik, namun hal ini ternyata
menumbuhkan persaingan antar gubernur militer beserta pasukannya yang
melumpuhkan Tiongkok selama dua dekade kedepan.

14
Segera setelah memulai masa presidensialnya, Yuan memiliki koin dolar
perak yang bergambar potret dirinya. Koin ini adalah dolar standar Tiongkok
yang pertama dikeluarkan dan menjadi sangat populer, 

D. Dua Puluh Satu Tawaran Jepang

Pecahnya Perang Dunia Pertama menyebabkan negara-negara Eropa


terpaksa menarik kekuatannya dari kawasan Asia. Hal ini menimbulkan
kekosongan di kawasan Asia, terutama Cina. Kekosongan yang terjadi di
kawasan Asia ini dipandang oleh beberapa pihak di Jepang sebagai sebuah
kesempatan bagi Jepang untuk memperbaiki posisinya di Cina. Permintaan
bantuan oleh Inggris kepada Jepang untuk menaklukan Jerman di Asia juga
mendorong Jepang untuk memperbaiki posisinya sementara negara-negara
Eropa saingannya sibuk berperang.

Jepang pada akhirnya mengajukan tuntutan yang kesemuanya berjumlah


duapuluh satu pasal kepada Cina untuk memperbaiki kedudukannya di Cina.
Tuntutan-tuntutan ini dikenal dengan sebutan Taika Nijuuikkajoo Yookyuu
atau Tuntutan Duapuluh Satu Pasal dan diajukan pada tanggal 18 Januari
l9l5. Dalam tawaran ini, Jepang menawarkanperluasan wilayah menjadi
sebuah bisnis untuk menyelesaikan hutang-hutang dengan Jepang, dan
menjadikan Qingdao sebagai konsesi untuk Jepang. Ketika kabar mengenai
tawaran ini muncul ke khalayak umum, demonstrasi anti-Jepang meletus
disertai dengan pemboikotan secara nasional terhadap produk-produk Jepang.
Yuan yang menyetujui sebagian besar dari tawaran tersebut membuat
popularitas pemerintahannya menurun, meskipun banyak dari permintaaan
tersebut berhubungan dengan beberapa perjanjian Qing.

Tuntutan-tuntutan Jepang ini menimbulkan reaksi dari ber-bagai pihak.


Cina melalui jalur diplomasi melakukan perlawanan terhadap tuntutan
Jepang tersebut. Cina juga mempublikasikan tuntutan-tuntutan tersebut
sehingga menimbulkan banyak protes diajukan kepada Jepang. Protes-protes

15
datang dari Amerika Serikat dan Inggris. Perlawanan dari Cina serta protes-
protes dari Negara-negara lain pada akhirnya menyebabkan Jepang harus
beberapa kali memperlunak tuntutannya. Pada akhirnya Jepang terpaksa
mengirimkan ultimatum kepada Cina agar memenuhi beberapa pasal tertentu
dari tuntutannya. Tindakan ini diambil menyusul sikap keras kepala yang
ditunjukkan oleh Cina menyebabkan perundingan-perundingan mengalami
jalan buntu. Pemerintah Cina setelah ultimatum tersebut akhirnya hersedia
memenuhi tuntutantuntutan tertentu dari Jepang. Cina bersedia
menandatangani Perjanjian-Perjanjian tanggal 25 Mei 1915 yang merupakan
penyelesaian dari tuntutan-tuntutan Jepang tersebut.

E. Kembalinya monarki

Untuk terus mengembangkan kekuasaannya, Yuan memulai membangun


kembali elemen-elemendari negara Konfusianisme. Sebagai penganjur
kembalinya sistem ketaatan Qing, Yuan lalu ingin menjadi kaisar dengan
menjalani ritual di Kuil Surga Qing. Di akhir 1915, banyak rumor beredar
agar monarki seharusnya dikembalikan. Dengan kekuasaannya, banyak dari
pendukung Yuan, seperti Yang Du, menganjurkan pengembalian monarki
dan meminta Yuan untuk mengambil gelar sebagai Kaisar. Yang beralasan
bahwa khalayak di Tiongkok telah lama menggunakan kekuatan yang
otokratis, dan Republik hanya satu cara efektif sebagai fase transisi untuk
mengakhiri peraturan ala Manchu. Ia beralasan bahwa situasi politik
Tiongkok dapat stabil jika dijalankan dengan sistem monarki. Ahli ilmu
politik Amerika Serikat Frank Johnson Goodnow juga mengungkapkan hal
yang sama.Pihak Jepang juga demikian, mereka mendukung Yuan dalam
rangka rasa terima kasih atas dukungan Yuan terhadap Dua Puluh Satu
Tawaran.

Pada 20 November 1915, Yuan mengadakan sebuah rapat untuk


membentuk "Majelis Perwakilan" yang secara bulat mendukung Yuan

16
menjadi kaisar. Pada 12 Desember 1915, Yuan setuju menjadi kaisar
berikutnyadan mendeklarasikan dirinya menjadi Kaisar Kekaisaran. Kaisar
baru Tiongkok ini resmi naik takhta pada 1 Januari 1916, saat Yuan
menjalani sebuah ritual aksesi. Segera setelah menjadi kaisar, Yuan memesan
40.000-buah porselen kekaisaran senilai 1.4 juta yuan, sebuah lambing besar
dari batu nefrit, dan dua jubah kekaisaran yang masing-masing senilai
400.000 yuan.

6. Reaksi publik dan International Terhadap Kembalinya Monarki

Yuan mengharapkan dukungan dari dalam dan luar negeri untuk


takhtanya ini. Namun, ia dan pendukungnya telah salah mengkalkulasi. Setelah
berkuasa, banyak pendukung Yuan yang meninggalkannya, begitu juga dengan
Jaringan Tentara Beiyang yang berada dalam perlindungannya. Setelah itu
banyak protes terbuka yang memojokkan Yuan. Pemerintah internasional,
termasuk Jepang, yang tadinya mendukung malah melakukan sebaliknya dengan
tidak memberikan pengakuan terhadap kekuasaan Yuan. Sun Yat-sen, yang telah
hijrah ke Tokyo dan merancang gerakan di sana, secara aktif mengorganisasi
kembali gerakan untuk mematikan kekuasaan Yuan. Orang-orang
kepercayaannya seperti Duan Qirui dan Xu Shichang meninggalkannya untuk
mendirikan faksi mereka masing-masing.

7. Akhir Monarki dan Kematian Yuan Shikai

Dihadapkan dengan banyak pihak yang berusaha melawannya, Yuan


menunda ritual aksesinya untuk menenangkan keadaan, namun pada saat ini
harga dirinya sudah benar-benar hancur dan satu demi satu provinsi
menyuarakan penolakan terhadap Yuan.Pada 25 Desember 1915, Gubernur
militer Yunnan, Cai E, memberontak. Ia membentuk Perang Perlindungan
Nasional. Gubernur Guizhou mengikuti langkah Cai pada Januari 1916,
dan Guangxi menyatakan kemerdekaannya pada Maret. Pendanaan untuk
upacara aksesi Yuan dipotong pada 1 Maret, dania secara resmi meninggalkan

17
kekaisaran pada 22 Maretsetelah 83 hari. Hal ini belum cukup untuk para musuh-
musuhnya, yang menginginkan pengunduran dirinya sebagai presiden. Banyak
provinsi yang memberontak hingga akhirnya Yuan meninggalkarena uremiapada
5 Juni 1916, pada usia lima puluh enam tahun. Kematiannya ini diumumkan
keesokan harinya. Jasadnya lalu dibawa ke kampung halamannya dan
ditempatkan di mausoleum besar. Pada 1928, bekas tempat makamnya ini
ditempati oleh jasad Feng Yuxiang, seorang Tentara Guo Minjun
selama Ekspedisi Utara.

18
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Banyak dari kebijakan Yuan dinilai menyebabkan dampak negatif bagi kehidupan
berbangsa di Tiongkok. Meskipun ia adalah orang yang telah melatih dan
mengorganisasi salah satu pasukan modern Tiongkok dan memperkenalkan modernisasi
dalam ranah hukum dan sosial, para loyalis Yuan yang sebelumnya diberi kekuasaan
untuk mengurus pasukannya sendiri-sendiri bersaing dan melakukan pertempuran tak
perlu setelah kematian Yuan. Yuan juga hanya melakukan sedikit perbaikan ekonomi
dan perkembangan teknologi, dan ia membiayai rezimnya melalui pinjaman luar negeri
yang sangat besar. Ia dikritik karena dianggap sebagai pihak yang membuat moral dan
reputasi internasional Tiongkok merosot, hal ini juga berhubungan dengan kebijakannya
yang memperbolehkan Jepang memperoleh konsesi dari pemerintahannya.

Setelah kematian Yuan, ada usaha untuk mengembalikan republik oleh Li


Yuanhong dengan cara memanggil legislator yang diusir pada tahun 1913, namun usaha
ini dirasa tidak efektif untuk memulihkan keadaan, karena Li tidak memiliki dukungan
militer yang memadai. Selain itu ada percobaan untuk mengembalikan kembali Dinasti
Qing oleh Jenderal Zhang Xun pada tahun 1917, namun pasukannya dikalahkan oleh
komandan perang yang lain pada tahun yang sama. Setelah kegagalan gerakan Zhang,
pemerintahan di tingkat pusat menjadi hancur, dan Tiongkok berada dalam masa
komandan perang. Dalam beberapa dekade berikutnya, kantor kepresidenan dan
parlemen hanya menjadi alat bagi kegiatan militer, dan politisi di Peking sangat
bergantung pada para gubernur untuk alat dukungan dan mencari ketahanan politik.

Setelah kematian Yuan, Tiongkok menjadi negara tanpa pemerintah pusat yang diakui,
dantentara nasional terpecah menjadi para komandan-komandan perang yang
berkompetisi untuk memperebutkan pengaruh. Karena alasan ini Yuan disebut sebagai
"Bapak Komandan Perang". Selama hidupnya, ia sangat mengerti persoalan pengelolaan

19
pasukan, kemampuannya ini menjadikan ia mampu membentuk pasukan Tiongkok
modern yang terorganisasi. Setelah ia kembali berkuasa pada 1911, ia mengandalkan
kemampuan pasukan yang ia buat untuk ambisi kekaisaran serta untuk menghancurkan
ide mengenai republik di sana.

20
Daftar Literatur
Daftar Rujukan

Laing, Ellen Johnston. (2004) Selling Happiness, USA : University of Hawaii Press.

Spence, Jonathan D. (1999) The Search for Modern China, W.W. Norton and Company Hugh
Chisholm,

Daftar Pustaka
Taniputera, Ivan. 2009, History of China. Yogjakarta : Ar-ruzz Media

Susilo, Taufik Adi. 2007, Ensiklopedia Pengetahuan Dunia abad 20.


Yogjakarta : Ar-ruzz Media

Suryohaprojo, Sayidiman.1982, Manusia dan Masyarakat Jepang dalam


Perjuangan Hidup. Jakarta : UI dan Pustaka Bradjaguna

Agung, Leo.2012, Sejarah Asia Timur I, Yogjakarta : Ombak

Daftar Website

www.Biography.com/people/yuan-shikai/

en.wikipedia.com/history-of-republic-people-of-china/

en.wikipedia.com/yuan-shikai

21

Anda mungkin juga menyukai