Faktor internal
Gerakan pemberontakan ini telah ada sejak akhir masa pemerintahan Ch’ien
Lung yang terdiri dari para pecinta Dinasti Ming yang ingin mengembalikan
kekuasaanya. Hal ini disebabkan pada saat berada dibawah pemerintahan Kaisar
Yung Lo, Dinasti Ming mengalami puncak kejayaanya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa, pemberontakan ini merupakan bentuk penentangan terhadap Kekaisaran
Dinasti Qing yang berada dibawah bangsa asing, yakni Manchu. Pemberontakan
yang terjadi selama kurang lebih 10 tahun di lembah Yang Tse baru dapat
dipadamkan ketika Dinasti Manchu dipimpin oleh Chia Ching (Agung, 2012,
hlm. 62).
Taiping sendiri merupakan sekte Kristen yang berarti “damai”. Sekte ini
dipimpin oleh Hong Xiuquan yang pada awalnya hanya seorang rakyat biasa. Ia
dikatakan sebagai anak seorang petani dari suku Hakka yang lahir desa
Fuyuanshui, Guangdong. Sejak kecil, Hong Xiuquan telah menunjukkan
kecerdasaanya dalam bidang keilmuan. Maka dari itu, ia mencoba mengikuti
ujian negara untuk menjadi seorang pejabat. Namun setelah tiga kali mengikuti
ujian, Hong Xiuquan gagal lagi dan lagi. Sistem ujian negara untuk menerima
pegawai kekaisaran ini terdiri dari sejumlah ujian berat yang dilaksanakan di
tingkat distrik, provinsi dan metropolitan ditambah dengan jumlah kuota
penerimaan yang ketat. Kekecewaan dari dirinya pun mulai nampak dan
mendorongnya untuk melakukan pemberontakan. Dikatakan bahwa sewaktu
akan mengikuti ujian negara, Hong Xiuquan menerima beberapa traktat tentang
agama Kristen dari para misionaris beserta kutipan-kutipan dari Alkitab dan
mulai mendalaminya.
Istilah “Panthay” sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh orang barat
dalam menyebut muslim Cina yang dikatakan berasal dari Burma. Perlu diketahui
bahwa Muslim menyebar di daratan Cina pada masa Dinasti Yuan pada abad
ke13-14 Masehi dibawah pimpinan Kubilai Khan. Pada saat terjadinya
peningkatan populasi etnis Han di Cina, maka kebanyakan dari mereka pidah ke
Yunnan yang merupakan wilayah subur untuk medapatkan peluang pekerjaan.
Namun, kedatangan para imigran Han pada saat itu mengakibatkan timbulnya
konflik dengan etnis Hui sebagai penduduk lokal yang tidak lain disebabkan oleh
adanya persaingan ekonomi. Sikap anti-Hui pada etnis Han sebagai akibat masa
pemerintahan Yuan yang membuat adanya dominasi Hui yang terkesan ekslusif
menjadikan orang Han beranggapan bahwa orang Hui adalah suku penindas.
Kerja sama yang dilakukan antara Dinasti Qing dengan etnis Han untuk
melakukan pemusnahan terhadap etnis Hui dengan menangkap atau membunuh
komunitas muslim dalam berbagai kategori usia serta pembakaran tempat ibadah
inilah yang menjadi penyebab terjadinya pemberontakan Panthay. Kondisi ini
diperparah ketika kekaisaran Dinasti Qing melakukan unifikasi Tiongkok yang
menyebabkan adanya penindasan terhadap orang etnis Hui yag menjadi salah
satu faktor munculnya peristiwa Pemberontakan Panthay. Adapun hal menarik
lainnya adalah berdirinya kesultanan di Yunan bernama Pingnan Guo dengan
pemimpinnya yaitu Du Wenxiu yang telah berhasil menaklukan kota Dali.
Meskipun begitu, muslim di Cina memiliki karakter tersendiri yang membedakan
dengan muslim lainnya. (Ramdhaniah, 2019, hlm. 1).
Pemberontakan Boxer yang terjadi pada tahun 1898 sampai 1901 Masehi ini
merupakan pemberontakan yang memiliki peranan cukup penting dalam proses
keruntuhan Dinasti Manchu. Dilatarbelakangi oleh adanya penyelewengan
terhadap ajaran Konfusius dan juga keterpurukan ekonomi yang berakibat pada
kehidupan rakyat yang semakin menderita. Pemerintah pada saat itu sudah tidak
lagi dianggap memegang mandat karena banyak terjadi penyelewangan-
penyelewengan seperti korupsi, pelaksanaan ajaran Konfusius yang buruk,
pemberlakuan pajak baru dalam jumlah yang banyak serta adanya agresi ekonomi
dari bangsa asing yang kemudian menimbulkan semangat nasionalisme rakyat
Tiongkok tumbuh dan mulai melakukan pemberontakan. Dalam menghadapi
pemberontakan-pemberontakan yang muncul, pemerintah Qing saja sudah
kewalahan, dan tidak jarang Qing meminta bantuan bangsa asing untuk
meredamnya. Perkembangan tersebut menjadikan pemerintah Qing sadar bahwa
pengaruhnya sudah mulai melemah dan tidak akan mampu mengusir Barat dari
Cina (Putri, 2016, hlm. 2).
Faktor Eksternal
Perang ini terjadi ketika Cina mulai memasuki kehidupan yang beralih dari
tradisional ke modern. Sejarah singkat peralihan peradaban Cina dari kehidupan
yang bersifat tradisional,ke kehidupan modern dengan beberapa peristiwa yang
mendorong terjadinya kemajuan teknologi industri di Cina. Perang ini terjadi
antara Inggris dengan kekaisaran Cina pada kurun waktu 1839-1842. Sebelum
bangsa Inggris datang ke Cina, Dinasti Manchu memang sudah mengalami situasi
dan kondisi yang mengalami kericuhan dimana-mana. Kondisi ini dianggap
sebagai sebuah kesempatan emas bagi bangsa Inggris untuk melakukan
penyerangan ketika sebuah wilayah sedang mengalami situasi yang mudah sekali
untuk ditaklukan. Bangsa Inggris termasuk bagian bangsa barat yang mendatangi
Cina di bagian timur. Kedatangan kaum imperalis barat memiliki tujuan yang
menguntungkan negaranya sendiri. Sasaran utamanya adalah dalam politik
perdagangan. Inggris sebagai pelopor menginginkan negara-negara dari benua
Eropa menguasai pasar dagang di Cina. Saat itu Inggris ingin terus menjadi
sebagai bangsa yang memperluas wilayah pasar industri. Hal ini didukung dengan
terjadinya Revolusi Industri di Eropa. Mengambil bahan olahan mentah dan
melakukan penanaman modal usaha di wilayah Cina. Singgah di Asia dan
berkeinginan untuk meraih keuntungan serta merugikan wilayah lain ini bermula
saat pedagang dari Eropa yang seringkali mengalami kerugian. Untuk menutupi
kerugian tersebut, kekaisaran Inggris dan Eropa menyusun strategi baru untuk
menutup modal dagang atau modal usaha yang telah dikeluarkan untuk berdagang
di Benua Asia. Penyelundupan candu yang berasal dari wilayah India. Hubungan
baik pada awalnya yang dirasakan antara Inggris terjalin tanpa adanya sebuah
konflik. Kerjasama dibidang ekonomi ini berjalan dengan damai tanpa adanya
rasa curiga.
Perang Candu yang pertama dirasa belum cukup puas oleh kekaisaran Inggris
dalam menguasai bidang ekonomi Cina. Kemudian Inggris memasukkan candu
secara besar-besaran ke Cina yang menimbulkan terjadinya Perang Candu yang
ke dua. Kali ini Inggris bekerja sama dengan bangsa barat. Keikutsertaan Prancis
dalam Perang Candu yang ke dua dilatabelakangi dengan alasan ingin
membalaskan dendam terhadap Cina yang telah banyak membunuh kaum
misionaris Prancis dan juga kekalahannya dalam Perang Krim dengan Inggris.
Adanya perang candu kedua ini memaksa Cina untuk membuka jalur
perdagangan dan mengizinkan bangsa barat menguasai hak perdagangan. Ambisi
yang sangat besar dari pihak imperialis barat untuk terus memperluas wilayah
kekuasaannya dan melakukan tuntutan dalam permohonan hak-hak dagang.
Selain Perang Candu yang ke dua ini, ada pula pemberontakan Taipin dengan
ambisinya ingin membangun ideologi baru,yang membuat keadaan Dinasti Qing
semakin goyah dan mudah sekali untuk dihancurkan. Tekanan yang dilakukan
oleh Inggris dan Perancis dalam upaya agar Cina memberikan hak istimewa
kepada dua bangsa barat tersebut bertujuan untuk dapat memperoleh keuntungan
dagang yang besar. Kedatangan kapal yang ikut terlibat dalam perdagangan candu
dilakukannya secara illegal. Diketahui bahwa hal ini merupakan sebuah
pelanggaran kesepakatan perjanjian yang dibuat antara Kekaisaran Inggris dan
Cina. Inilah yang memicu bangsa barat yaitu Inggris dan Perancis untuk
mengambil alih kedudukan pelabuhan yang menjadi jalur transportasi di Canton
1957 di wilayah Cina bagian selatan.
Pada Juli tahun 1858, Dinasti Qing mendatangani sebuah perjanjian Tien Tsin
sebagai tanda berakhirnya perang dengan kemenangan di pihak Inggris yang isinya
sebagai berikut:
Faktor penyebab terjadinya perang antara Cina dan Jepang diantaranya adalah
Korea sebagai batu loncatan Jepang dengan taktik tipu daya Jepang untuk bias
memasuki wilayah Manchuria (Dinasti Qing) dan Cina serta wilayah dataran asia.
Cina dianggap telah merampas kemerdekaan Korea dan menutup akses antara
Jepang dan Korea. Korea akan dijadikan tempat tinggal ketika Jepang telah
mengalami kepadatan penduduk. Bahan mentah untuk proses industri yang
dimiliki oleh Korea membuat jepang ingin menguasai SDA tersebut.
Pemberontakan Tongkak yang merupakan golongan dari partai campuran antara
konfusiunisme, taoisme,dan budhisme. Perang tersebut terjadi antara golongan
konservatif dan golongan progresif. Golongan konservatif merupakan Tongkak
yang meminta bantuan terhadap Cina. Golongan progresif memihak ke Jepang.
Antara Cina dan Jepang sama-sama mengirim pasukan ke wilayah Korea. Cina
memperhambat pembaharuan di Korea karena tidak mau untuk meninggalkan
wilayah Korea. Jepang diminta untuk membantu Korea mengusir Cina dari
wilayahnya. Namun akibat ini adalah hubungan antara Jepang dan Korea semakin
memanas. Kemudian terjadilah peperangan antara Jepang dan Korea. Perang
tersebut dimenangkan oleh Jepang dan Cina diminta untuk menyetujui isi dari
perjanjian Shimonoseki. Perjanjian tersebut terjadi pada 17 april 1895. Isi dari
perjanjian tersebut adalah Cina harus mengakui kedaulatan korea, menyerahkan
sebagian wilayah Manchuria ke tangan Jepang, mengganti kerugian perang,
wilayah Cina akan dikuasai oleh Jepang jika tidak bersedia membayar denda,
penyerahan Semenanjung Liaotung kepada Jepang.
Tanpa nama. (2018). Perang Candu II dijadikan China Wilayah Dagang Terbuka.
[Online]. Diakses dari https://daimca.com/2018/04/30/perang-candu-ii-dijadikan-
china-wilayah-dagang-terbuka/
Fathoni, S. (2017). Perang Candu di Cina (1839-1860 M). [Online]. Diakses dari
https://wawasansejarah.com/perang-candu-di-cina/