Anda di halaman 1dari 2

REVOLUSI CHINA

Pada 103 tahun yang lalu, para pejuang nasionalis di Tiongkok


mendeklarasikan berdirinya negara republik. Dengan demikian,
setelah 2.000 tahun diperintah para raja, Tiongkok bukan lagi
berbentuk kekaisaran melainkan menjadi negara Republik China.

Menurut sejarawan Edward J. M. Rhoads dalam bukunya,


"Manchus & Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing
and Early Republican China, 1861-1928," peristiwa itu dikenal
dengan Revolusi Xinhai (Hsinhai), yang juga populer disebut
Revolusi 1911 atau Revolusi China.

Para tokoh nasionalis, seperti Dr Sun Yat-sen, saat itu berhasil


menggalang pemberontakan untuk menjungkalkan kekaisaran
dinasti Qing, yang telah berkuasa sejak 1644. Hasilnya, "Kaisar
Terakhir" China, Pu Yi, resmi turun dari kekuasaan pada 12
Februari 1912.

Revolusi itu merupakan reaksi atas ketidakmampuan dinasti Qing


untuk mengangkat kembali kejayaan China. Bahkan, Kekaisaran
China dalam tahun-tahun terakhir malah tunduk kepada
kekuatan-kekuatan asing - baik dari Barat maupun dari Jepang.
Rakyat pun dibiarkan melarat sehingga membuat Sun Yat-sen dan
para pejuang lain melancarkan perlawanan untuk mengakhiri
kekuasaan raja di China.

Revolusi ditandai dengan kudeta militer di Wuhan, China bagian


tengah, yang dilancarkan kelompok bawah tanah anti dinasti Qing
dengan dukungan kaum revolusioner di pengasingan.

Konflik senjata yang saat itu berlangsung berhasil diakhiri melalui


kompromi politik antara Yuan Shikai, panglima militer dinasti
Qing, dengan Sun Yat-sen, yang merupakan pemimpin Aliansi
Kaum Revolusioner China (Tongmenghui).

Kompromi itu juga menghasilkan pengalihan kekuasaan dari


dinasti Qing ke republik yang baru. Pemerintahan republik
dijalankan oleh Yuan, yaitu bentukan dari partai-partai politik dan
hasil pemilu parlemen pertama pada 1913. Sun Yat-sen sendiri
sempat menjadi Presiden sementara Republik China, dari 29
Desember 1911 hingga 10 Maret 1912.

Setelah kekaisaran berhasil dijungkalkan, situasi di China


bukannya langsung membaik. Negara itu tak lama kemudian
dilanda perang saudara selama bertahun-tahun, yang berujung
pada pertikaian dua kubu - yaitu kekuatan nasionalis pimpinan
Jenderal Chiang Kai-sek dan kubu Komunis pimpinan Mao Zedong.

Pada 1949, kubu Nasionalis akhirnya tersingkir dari China


Daratan. Mereka lalu pindah ke Pulau Taiwan dengan tetap
memakai nama negara Republik China. Kubu komunis pada 1
Oktober 1949 mendirikan negara baru bernama Republik Rakyat
China.

Namun, pemerintah dan rakyat RRC - termasuk di Hong Kong dan


Makau - tetap merayakan perjuangan 10 Oktober 1911 itu
sebagai Peringatan Revolusi Xinhai. Sedangkan Republik China di
Taiwan menjadikan tanggal 10 Oktober sebagai hari jadi negara
mereka.

Anda mungkin juga menyukai