Anda di halaman 1dari 3

Nama: Hatma Prihandoko

Nim : 121211433033
Tugas Sejarah Asia Timur

Revolusi 1911 (yang juga dikenal sebagai Revolusi Xinhai atau Revolusi China) yang
dimulai pada 10 Oktober 1911 merupakan peristiwa bersejarah yang sangat penting bagi
China. Melalui revolusi tersebut masyarakat China yang mayoritas dari suku Han berhasil
mengakhiri 200 tahun pemerintahan Kekaisaran Dinasti Qing (1644-1912) yang didominasi
minoritas etnik Manchu, korup dan dinilai lemah dalam membendung intervensi asing.
Melalui revolusi ini dihasilkan pula suatu pemerintahan baru dan pertama di Asia yang
berbentuk republik.1Sebagai seorang intelektual dan aktivis gerakan revolusioner, Dr. Sun
Yat Sen aktif membentuk organisasi Revive China Society pada tahun 1894 di Honolulu dan
menjadi salah seorang pemimpinnya. Tujuan pembentukannya adalah untuk menyingkirkan
etnik Manchu, mengembalikan dominasi etnik Han dan membentuk pemerintahan bersatu.
Pendirian organisasi seperti yang dilakukan Dr. Sun Yat Sen bukanlah satu-satunya karena
banyak pula organisasi-organisasi sejenis yang dibentuk oleh para aktivis lainnya di berbagai
wilayah di China maupun luar negeri.
Pembentukan organisasi-orghanisasi tersebut tidak serta merta berhasil menumbangkan
Kekaisaran Dinasti Qing dan membentuk pemerintah republik seperti yang diharapkan.
Namun berbagai peristiwa lain seperti pemberontakan Boxer di utara China, Perang China-
Jepang Pertama, dan Perang Rusia-Jepang di Manchuria tahun 1904 dimana pemerintahan
Dinasti Qing tidak mampu menanganinya menjadikan upaya-upaya gerakan revolusi China
menemukan momentumnya.
Disini Dr. Sun Yat Sen memperlihatkan kemampuannya dalam mengorganisasikan dan
menyatukan berbagai organisasi revolusioner dalam upaya menumbangkan Kekaisaran
Dinasti Qing. Ketika akhirnya Revolusi 1911 sukses menumbangkan Kekaisaran Dinasti
Qing, Dr. Sun Yat Sen ditetapkan sebagai Presiden Pertama Republik China pada 29
Desember 1911-10 Maret 1912. Namun ia hanya 3 bulan di tampuk kekuasaan karena
tergusur intrik-intrik gerakan para tuan tanah yang banyak mengontrol pemerintahan dan
kehidupan di negara yang baru saja terbentuk tersebut. 102 tahun yang lalu, para pejuang
nasionalis di China mendeklarasikan berdirinya negara republik. Dengan demikian, setelah

1
I. Wibowo, Belajar dari Cina: Bagaimana Cina Merebut Peluang Pada era Globalisasi, (Jakarta:
Kompas, 2004) hal 16
2.000 tahun diperintah para raja, Tiongkok bukan lagi berbentuk kekaisaran melainkan
menjadi negara Republik China
Revolusi Cina 1911 terjadi karena timbulnya nasionalisme Cina.Nasionalisme Cina di
bawah pimpinan Sun Yat Sen , gerakan nasionalisme Cina dilandasi oleh 3 hal yaitu:
timbulnya angkatan baru yang berpaham modern, timbulnya rasa nasionalisme, wuchang day.
Dengan adanya penyelewengan  dan kelemahan dinasti Manchu.  Dinasti Manchu merupakan
pemerintahan asing sebab bangsa Manchu bukan penduduk asli Cina. Dinasti Manchu
memerintah secara feodal, memperbudak rakyat Cina. Sesudah kaisar besar dari Manchu
meninggal dunia, lenyap pulalah masa kemakmuran Cina. Dengan terjadinya perebutan
kekuasaan diantara putra-putra kaisar.
Adanya kekacauan di Cina terwujud dalam peperangan dan diahkiri dengan
perjanjian-perjanjian yang banyak merugikan Cina. Melalui canton (ibu kota kuantun)
masuklah ide-ide, paham-paham, dan pikiran barat yang liberal. Mereka bersatu dan bersama-
sama menggulingkan pemerintahan Manchu dan mengusir bangsa barat dari china.Hal ini
menyadarkan rakyat Cina, terutama kaum muda untuk bangkit menyelamatkan bangsa dan
negaranya.Sebagai tokoh pahlawan nasional nama Sun Yat Sen tercatat dalam sejarah dan
sekaligus pemimpin  revolusi Cina, dengan ajarannya San Min Chu I (Tiga Asas
Kerakyatan), yakni min t'sen (kebangsaan atau nasionalisme), min tsu (kerakyatan atau
demokrasi ), dan min sheng (kesejahteraan atau sosialisme). Hal lainya adalah meredanya
pertempuran, serta yang paling berarti adalah kemerdekaan Cina karena telah menumbangkan
dinasti Manchu karena dinasti inilah penyebab terjadinya perang disebabkan sistem
pemerintahanya yang dinilai salah oleh kaum Revolusioner.
            Pada masa revolusi Cina juga terjadi penyatuan 5 suku bangsa yang ada di Cina, hal
inilah yang sebetulnya membawa perdamaian di Cina, yang mana secara resmi dinyatakan
meletusnya revolusi di Wuchang pada tanggal 10 oktober 1911. Revolusi itu merupakan
reaksi atas ketidakmampuan dinasti Qing untuk mengangkat kembali kejayaan China.
Bahkan, Kekaisaran China dalam tahun-tahun terakhir malah tunduk kepada kekuatan-
kekuatan asing - baik dari Barat maupun dari Jepang. Rakyat pun dibiarkan melarat sehingga
membuat Sun Yat-sen dan para pejuang lain melancarkan perlawanan untuk mengakhiri
kekuasaan raja di China. Revolusi ditandai dengan kudeta militer di Wuhan, China bagian
tengah, yang dilancarkan kelompok bawah tanah anti dinasti Qing dengan dukungan kaum
revolusioner di pengasingan.
Konflik senjata yang saat itu berlangsung berhasil diakhiri melalui kompromi politik
antara Yuan Shikai, panglima militer dinasti Qing, dengan Sun Yat-sen, yang merupakan
pemimpin Aliansi Kaum Revolusioner China (Tongmenghui). Kompromi itu juga
menghasilkan pengalihan kekuasaan dari dinasti Qing ke republik yang baru. Pemerintahan
republik dijalankan oleh Yuan, yaitu bentukan dari partai-partai politik dan hasil pemilu
parlemen pertama pada 1913. Sun Yat-sen sendiri sempat menjadi Presiden sementara
Republik China, dari 29 Desember 1911 hingga 10 Maret 1912.2
Setelah kekaisaran berhasil dijungkalkan, situasi di China bukannya langsung
membaik. Negara itu tak lama kemudian dilanda perang saudara selama bertahun-tahun, yang
berujung pada pertikaian dua kubu - yaitu kekuatan nasionalis pimpinan Jenderal Chiang Kai-
sek dan kubu Komunis pimpinan Mao Zedong / Mao Tse Tung. Pada 1949, kubu Nasionalis
akhirnya tersingkir dari China Daratan. Mereka lalu pindah ke Pulau Taiwan dengan tetap
memakai nama negara Republik China. Kubu komunis pada 1 Oktober 1949 mendirikan
negara baru bernama Republik Rakyat China. Para pendukung Era Maoisme, yang terdiri dari
kebanyakan rakyat Cina miskin dan lebih tradisionil atau nasionalis dan pemerhati asing yang
percaya kepada komunisme, mengatakan bahwa di bawah Mao, persatuan dan kedaulatan
Cina dapat dipastikan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir, dan terdapat
perkembangan infrastruktur, industri, kesehatan, dan pendidikan, yang mereka percayai telah
membantu meningkatkan standar hidup rakyat. Mereka juga yakin bahwa kampanye seperti
Lompatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan penting dalam mempercepat
perkembangan Cina dan menjernihkan kebudayaan mereka.

2
Aa Kusatia Sukarpanaprawira, S.E., China Peluang Atau Ancaman, (Jakarta: Restu Agung, 2009) hal-
23

Anda mungkin juga menyukai