Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Taiwan merupakan sebuah Negara kepulauan yang berada di sisi tenggara
daratan Cina.Negara itu pernah dikuasai oleh jepang dan kemudian dikembalikan
lagi kepada Republik Cina (sebutan Cina daratan) setelah mengalami kekalahan
Perang Dunia II.Taiwan kemudian dijadikan sebagai dari Provinsi Fukien pada
tahun 1945.Ketika tahun 1949, terjadi perang saudara yang pertarungannya antara
Partai Kuomintang (dipimpin oleh Chiang Khai Shek) dengan Partai Komunis
Cina (Mao Zedong). Basis dari Kuomintang tentulah nasionalis dan mendapatkan
dukungan dari negara luar seperti Amerika untuk menentang Komunis saat itu.
Kendati demikian, partai Komunis tetap menang dalam perang saudara tersebut
pada tahun yang sama. Pada tahun 1949 partai komunis memproklamasikan
dirinya sebagai negara Cina yang sah, yang hingga kini sering kita sebut Republik
Rakyat Cina (RRC).
Perang saudara terjadi antara partai Komunis Cina yang berbeda haluan
dengan Kuomintang (Partai Nasionalis). Berdasarkan waktu kejadian dan pihak-
pihak yang terlibat, perang saudara Cina bisa dibagi ke dalam 3 fase: fase I yang
melibatkan para panglima militer lokal (1927-1936), fase II yang melibatkan
Jepang (1937-1945), dan fase III (1946-1950). Seusai perang, Cina daratan
berubah menjadi Negara komunis dengan nama resmi Republik Rakyat Cina,
sementara kubu nasionalis mengungsi ke Pulau Taiwan dan tetap berkuasa di sana
hingga sekarang dengan nama resmi Republik Cina
Sementara Khai Shek melarikan diri ke pulau Formosa yang kini
disebut Taiwan. Taiwan dulunya memang sudah memproklamasikan sebagai
negara pada tahun 1912 tetapi versi Republik Cina (Cina lama) dan hanya sebagai
provinsi. Kehadiran Khai Shek di Taiwan ini mebuat sebuah peradaban baru
didalamnya hingga masing-masing (Khai Shek dan Mao Zedong) menganggap
wilayah Cina adalah bagiannya. Dan karena Khai Shek pula yang memunculkan
bisa tumbuh nasionalisme penduduk di Taiwan yang menginginkan memisahkan

1
diri dari RRC. Tetapi walapun begitu, nama RRC kian membesar dan semakin
dikenal di dunia Internasional hingga RRC diakui sebagai negara berdaulat di
PBB. Sementara Taiwan lambat laun popularitas dan kedaulatannya pun mulai
luntur, hanya negara negara kecil yang mengakuinya sebagai negara, sementara
negara besar seperti Amerika yang awalnya mengakui Taiwan sebagai negara kini
membelokkan pandangannya kepada RRC. (http://indonesian.cri.cn/)
Karena konflik yang berkepanjangan terus menerus mengenai status
Taiwan, di seluruh penduduk cina daratan maupun di Taiwan saling berbeda
persepsi sehingga seringkali memunculkan sentimen-sentimen negatif hingga
berujung pada tindakan kekerasan psikologis antara masyarakat Taiwan dengan
Cina. Cina dan Taiwan saling menyindir hingga memunculkan diskriminasi antar
institusi dan lembaga. Walaupun begitu, jika kita melihat sejarahnya memang
berasal dari perang saudara antara Nasionalis dan Komunis.

1.2. Rumusan Masalah


(1) Bagaimana keadaan politik di Cina masa Pemerintahan kaum Nasionalis
dan munculnya kaum Komunis 1912-1927?
(2) Bagaimana proses terjadinya konflik antara kaum Nasionalis dan Komunis
pada tahun 1927-1949?
(3) Bagaimana hubungan konflik kaum Nasionalis dan Komunis dengan
munculnya Negara Taiwan tahun 1949?
1.3. Tujuan
(1) Untuk mengetahui keadaan politik di Cina masa Pemerintahan kaum
Nasionalis dan munculnya kaum Komunis 1912-1927.
(2) Untuk mengetahui proses terjadinya konflik antara kaum Nasionalis dan
Komunis pada tahun 1927-1949.
(3) Untuk mengetahui hubungan konflik kaum Nasionalis dan Komunis
dengan munculnya Negara Taiwan tahun 1949.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Keadaan Politik di Cina Masa Pemerintahan Kaum Nasionalis dan


Munculnya Kaum Komunis 1912-1927.
Sun Yat Sen setelah berhasil memimpin Revolusi Cina 1911, selanjutnya
bermaksud ingin mempersatukan seluruh China dibawah satu pemerintahan pusat
demokratis. Untuk merealisasikan cita-citanya itu, pada 1923 Sun Yat Sen
mengadakan reorganisasi partainya (Partai Nasionalis/Kuomintang) dengan
berdasarkan pada San Min Chu I (Tiga Asas Kerakyatan) yaitu: nasionalisme,
demokrasi, dan sosialisme. Sebagai partner adalah Rusia, atas bantuan Rusia
didirikannya Akademi Militer Whampoa dengan kepala Akademi Chiang Kai
Shek pada tahun 1924, karena Negara-negara barat/Eropa (USA dan Inggris)
dalam konferensi Washington menolak reorganisasi Sun Yat Sen dan mereka
lebih senang melangsungkan hubungan dagang dengan tuan tanah di Peking,
namun cita-citanya belum terwujud dan Sun Yat Sen meninggal dulu. Chiang Kai
Shek lah yang meneruskan cita-cita tersebut.
Usaha Chang Kai Shek dalam meneruskan cita-cita Dr. Sun Yat Sen
dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya yaitu dengan melakukan reorganisasi
Kuomitang. Setelah Yuan Sih Kai membubarkan Partai Kuomitang tahun 1913,
diadakan reorganisasi Kuomintang di Tokyo tahun 1915 dengan nama Partai
Revolusioner Bangsa Tionghoa (Chung Hun Kuo Min Tang).
Menurut Sun Yat Sen pemerintahan harus dimonopoli oleh satu partai,
yaitu partai Kuomitang dan anggotanya harus tunduk pada pemimpinnya. Dalam
tahap ini Sun Yat Sen mengadopsi program Rusia. Hal ini tidak bisa lepas dari
kunjunganMaring dari Rusia tahun 1918, dengan maksud mengadakan kerjasama
dalam bidang militer.
Penyelesaian konflik dengan asas San Min Chu I. Pada tanggal 24
september 1922 diadakan rapat di Shanghai yang dihadiri oleh para wakil-wakil
dari seluruh Cina. Tujuannya adalah untuk mengadakan reorganisasi Koumintang.
Kongres kemudian di lanjutkan pada tanggal 15-16 Desember 1922 yang di
umumkan oleh Hu Han Wing dan Wang Cheng Wei pada tanggal 1 januari 1924

3
yakni manifesto koumintang dengan berdasarkan pada San Min Chu I (tiga asas
kerakyatan) yakni:
1. Min Tsen (nasionalisme)
Ini di maksudkan bahwa Sun Yat Sen mengkehendaki adanya satu bangsa
dan satu negara ialah bangsa/negara Cina sebagai satu kesatuan.
2. Min Chu (demokrasi)
Ini berarti bahawa pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara adalah
rakyat.Pemerintahan dijalankan oleh rakyat dan untuk rakyat. Sun Yat Sen
menginginkan pemerintahan baru yang demokratis.
3. Min Sheng (sosialisme)
Ming sheng sebenarnya berari penghidupan. Sun Yat Sen cenderung
menerima asas sosialisme sebagai asas penghidupan. Jadi sosialisme berarti pula
kesejahteraan rakyat. Artinya seluruh rakyat harus dapat mencari nafkah sebab
cukup untuk menyelenggarakan hidup yang layak. Langkah lebih lanjut pada
tanggal 10 januari 1924, Sun Yat Sen mengadakan kongres partai nasional di
Canton. Dalam suatu pernyataannya Sun Yat Sen ditegaskan bahwa dengan
adanya reorgansasi Kuomintang diharapkan dapat mempersatukan Cina dan
selanjutnya dapat digunakan sebagai sarana untuk membangun negara.
Upaya Chang Khai Shek dalam menerapkan San Min Chu I salah satunya
adalah dengan membentuk organisasi militer. Cita-cita Chiang Khai Shek untuk
mengorganisir militer segera terealisir. Langkah yang di tempuh ialah dengan
mendirikan sekolah tinggi milter di Whampoa.Akademi tersebut di buka pada
bulan Mei 1924 dengan Chiang Khai Shek sebagai kepala akademi. Dengan
lahirnya akademi militer Whampoa,merupakan salah satu peristiwa besar dalam
permulaan sejarah dalam reorganisasi partai koumintang.Dengan segera setelah
berdirinya akademi berdiri, Rusia segera mengirimkan bantuan yang berupa
peralatan perang dan peralatan peralatan lainnya ke Canton.
Chiang Khai Shek dalam menjalankan tugasnya di bantu oleh seorang
administratif yang cakap yaitu Liao Chung Hai; bersama Liao membentuk tim
militer yang militan . Di dalam latihan latihan selalu mendapat pengawasan dari
Rusia seperti yoffe, borodin, galens dan lain lain.Setelah Sun Yat Sen
meninggal,pimpinan partai Koumintang di ambil alih oleh Chiang Khai Shek.

4
Secara resmi ia diangkat menjadi pimpinan partai pada tanggal 13 mei 1925 yakni
ketika panitia eksekutif partai koumintang mengadakan musyawarah di Swatow.
Chiang Kai Shek kemudian membentuk tentara revolusi nasional yang
anggotanya di ambil dari kelompok kelompok militer Whampoa inti tugas
tentara ini adalah melaksanakan kesatuan kekuatan dari unsur unsur pemisahan
dari kesatuan provinsi. Tujuan dari program kesatuan kekuatan ini adalah untuk
menyatukan seluruh wilayah Cina di bawah satu pemerintahan pusat.
Paham komunis yang berasal dari Rusia mengalami kejayaan setelah
mampu melakukan revolusi Bolshevik. Revolusi ini banyak mempengaruhi
Cina.Banyak mahasiswa Cina yang berajar di Rusia berkeinginan melakukan
perebutan kekuasaan. Komunis pertama kali muncul di Cina pada tahun 1919
akibat pengaruh dari Vocitvhinsky yang berusaha mengorganisir kekuatan
revolusioner seperti Li Dazhao dan Chen Duxiu.Pada tahun 1921, pemerintah
Nasionalis dan Uni Soviet menyepakati berdirinya perkumpulan kaum komunis
yang bernama partai Kungchangtang dengan tokoh utamanya adalah Li Li Shan.

2.2. Proses Terjadinya Konflik Antara Kaum Nasionalis dan Komunis pada
Tahun 1927-1949.
Pada awalnya, Chiang Kai Shek berhasil membentuk suatu angkatan
perang Cina Akademi Militer Whampoa yang terdiri atas orang orang dari partai
nasionlis dan komunis.Tujuan pembentukan pasukan ini untuk menghancurkan
panglima/pemimpin yang tidak mau tunduk atau bergabung dengan pemerintah
pusat. Pada tahun 1926 Chiang kai Shek mengadakan serangan ke utara dan
berhasil merebut kota Hanchow dan Wucang serta Nanking yang nantinya akan
didirikan sebuah markas besar. Setelah dapat menghancurkan para panglima
dibagian utara dan merebut kota peking, Chiang Kai Shek mengganti nama kota
tersebut menjadi Peiping yang berartiperdamaian utara (Leo, 2012:8).
Konflik antara golongan nasionalis dan komunis di Cina diawali dengan
adanya perbedaan pendapat antara kaum nasionalis dan Chiang Kai Shek dengan
kaum nasionalis. Pada awalnya, setelah tentara gabungan dari komunis-nasional
berhasil mendapatkan kembali wilayahnya, kaum komunis, petani dan buruh
menginginkan pembagian tanah yang telah diperjuangkan namun Chiang Kai

5
Shek didukung kaum nasionalis menolak pengajuan tersebut dalam sebuah rapat
dan berakhir dengan tidak adanya kesepakatan. Hal ini justru memunculkan
kecurigaan antar sesama dan saling menuduh sehingga hubungan keduanya
merenggang.
Chiang Kai Shek yang berada dipihak kaum nasionalis berusaha
menghancurkan kaum nasionalis dan penyerangan ini dimulai pada 12 April 1927
hingga Mei, Juni dan Juli (Dimyati dalam Leo Agung, 2009: 9). Para pemimpin
komunis yang mengetahui rencana tersebut akhirnya menghimpun kekuatan yang
terdiri dari para petani, buruh dan orang-orang yang tidak menyukai Chiang Kai
Shek.Mereka akhirnya membentuk rencana pemberontakan.Pada 1 Agustus 1927,
terjadi pemberontakan komunis di Nanchang, Chiang Kai Shek marah karena
mereka melawan pemerintah pusat dan kemudian mengirimkan pasukan tentara
untuk menghancurkannya.Setelah pemberontakan berhasil diatasi, Chiang Kai
Shek diangkat menjadi presiden Republik China di Nanking pada 10 Oktober
1928.
Setelah Chiang Kai Shek berhasil memimpin Nanking, ia
mengorganisasikan angkatan perang agar menjadi lebih kuat dan militan dibawah
satu pemerintahan pusat yang merupakan tentara revolusi nasional. Sejak 1927,
golongan komunis akan dimusnahkan oleh golongan nasionalis tetapi masih bisa
bertahan dan bersembunyi di pedalaman dan pegunungan.
Namun Pada akhirnya Chiang Kai Shek meneruskan tindakan positif
terhadap kaum komunis tindakan pembasmian karena Chiang Kai Shek berpikir
bahwa kaum komunis bekerja untuk Moskow (Rusia). Berkat ketahanan dan
keuletannya, golongan komunis semakin banyak sebab banyak kaum petani dan
buruh simpati terhadap perjuangan melawan Chiang Kai Shek.Akibatnya, banyak
provinsi yang dikuasai oleh kaum Komunis.
Di samping melawan kaum komunis, kekuatan kaum nasionalis ketika itu
terpecah karena juga harus melawan Jepang yang hendak menguasai Manchuria.
Kedua kaum China ini akhirnya sepakat untuk untuk menghadapi Jepang namun,
akhirnya kekuatan tersebut terpecah kembali karena Chiang Kai Shek berpendapat
bahwa perlawanan ini harus dikomando dari pusat. Akhirnya, Chiang Kai Shek
mendapat bantuan dari Amerika Serikat sedang Mao Zedong mendapat batuan

6
dari Uni Soviet dan bersama-sama untuk melawan Jepang.Tetapi selanjutnya
hubungan Komunis-Nasionalis merenggang lagi terlebih Chiang Kai Shek
meneruskan usaha untuk memblokade kaum komunis.
Oleh karena itu, Amerika yang diwakili oleh Hurley berusaha
mendamaikan kedua kubu tersebut dengan membawa beberapa usulan yang
diajukan oleh pihak Chiang Kai Shek. Usulan tersebut antara lain:
1. Nasionalis mengakui resmi status komunis
2. Komunis akan diberi barang-barang pinjam sewa
3. Komunis akan diberi satu kursi dalam Dewan Tertinggi Pertahanan
Nasional
4. Semua hal tersebut akan dipenuhi apabila kaum komunis bersedia
menyerahkan semua tentara dan daerahnya kepada kekuasaan nasionalis.
Usulan dari Chiang Kai Shek ditolak oleh Mao Zedong. Hurley pun
mengusulkan pembentukan kabinet koalisi ditambah dengan jaminan lain seperti:
kemerdekaan berbicara, berkumpul, bergerak dan lainnya. Komunis menerima
usulan tersebut namun nasionalis menolak. Amerika kembali mengutus wakilnya
yakni, Marshall untuk mendamaikan dan berhasil. Akan tetapi kedua kubu ini
kembali berseteru ketika terjadi konflik antara Amerika-Rusia.
Amerika dengan segala kuasanya memutuskan mengeluarkan doktrin
Truman yang bertujuan untuk mengekang meluasnya paham komunis yang
dibawa oleh Rusia. Kejadian ini juga kemungkinan besar mempengaruhi
pemikiran Marshall sehingga kelompok komunis melakukan kampaye anti-
Amerika. Hal-hal yang dilakukannya antara lain seperti memboikot barang-barang
Amerika, dan menyerang markas Angkatan Laut Amerika sehingga menyebabkan
dihentikannya bantuan kepada China. (Leo A, 2012: 26)
Pada perkembangan selanjutnya, justru kaum nasionalis yang dipimpin
oleh Chiang Kai Shek terdesak karena sistem pemerintahannya yang diktator
membuat rakyat terutama kaum petani, buruh tidak lagi percaya pada pemerintah
dan mendukung kaum komunis.Kekuatan komunis semakin kuat setelah kaum
intelektual mengalami penindasan dan kekerasan dari Chiang Kai Shek sehingga
berpihak pada komunis. Dengan dukungan ini, kaum komunis yang dipimpin Mao
Zedong mampu menguasai beberapa kota dan mengambil alih pemerintahan serta

7
menghancurkan kaum nasionalis terlebih pihak Chiang Kai Shek tidak lagi
mendapat bantuan dari pihak Amerika Serikat.

2.3. Hubungan Konflik Antara Kaum Nasionalis dengan Munculnya Negara


Taiwan Tahun 1949
Konflik yang terjadi antara kaum nasionalis (kuomintang) dan kaum
komunis (kungchantang) dipicu oleh perbedaan paham. Perbedaan paham
mengakibatkan kondisi pemerintahan Cina tidak stabil.P ersaingan yang terjadi
antara tentara nasionalis dengan tentara pembebasan rakyat (komunis)
mendapatkan bantuan dari dua negara adikuasa.Amerika Serikat memberikan
dukungan kepada tentara nasionalis, sedangkan Uni Soviet membantu tentara
pembebasan rakyat.
Kedua negara pemenang Perang Dunia II tersebut berusaha menanamkan
pengaruhnya ke negara Cina melalui bantuan-bantuan yang diberikan kepada
tentara baik dari tentara nasionalis, maupun tentara komunis yang terlibat dalam
Perang Saudara. Perang Saudara yang terjadi di Cina antara tahun 19271949,
berhasil dimenangkan oleh kaum komunis pimpinan Mao Zedong yang didukung
oleh para petani, buruh, dan negara Uni Soviet yang memberikan bantuan
persenjataan.
Akibat konflik antara kaum nasionalis dan kaum komunis terjadi eksodus
yang dilakukan oleh tentara nasionalis pimpinan Chiang Kai Shek ke pulau
Formosa (sekarang disebut Taiwan). Pemerintah nasionalis yang kalah dalam
perang tersebut melarikan diri ke Taiwan dengan tentara nasionalis menyeberang
Selat Taiwan sepanjang 100 km. Alasan pemilihan Taiwan sebagai tempat
melarikan diri, yaitu pulau Taiwan merupakan bagian dari Propinsi Fukien.
Ketika pemerintah dinasti Sung membuka lahan pertanian di Taiwan (Mubah.
2014:323).
Kekalahan kaun nasionalis dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan
mengatur administrasif pemerintahan Republik Cina.Pemerintahan kaum
nasionalis kurang mendapatkan kepercayaan dari rakyat karena banyak terjadi
korupsi di pemerintahan.Pada akhir tahun 1948, posisi kaum nasionalis
(Kuomintang) mengalami ketidakstabilan dalam memerintah Cina sehingga

8
timbul kekacauan ekonomi dan politik.Akibat dari banyaknya pejabat
pemerintahan nasionalis yang mengundurkan diri.
Pada tanggal 1 Oktober 1949, Chiang Kai Shek bersama 1,5 juta tentara
nasionalis dan 2 juta pengungsi, terutama pejabat pemerintah nasionalis dan
komunitas pembisnis melarikan diri menuju pulau Taiwan (Wijaya, 2015: 11).
Setelah berhasil membuat pemerintah nasionalis Cina melarikan diri, Mao sebagai
pemimpin komunis Cina tidak serta merta puas dengan penyampaian itu sehingga
Mao memerintahkan pasukannya untuk menyerbu pulau Taiwan.Penyerbuan
pertama dilakukan pada 2527 Oktober 1949.Namun pada penyerbuan ini mereka
mengalami kegagalan karena pasukan komunis tidak terbiasa bertempur di laut.
Kegagalan penyerbuan ini menjadi titik awal dari kebuntuhan konflik Cina-
Taiwan yang kemudian akan berlangsung selama berpuluh-puluh tahun
(Wicaksono, 2015:622).
Pada tanggal 7 Desember 1949 Chiang Kai Shek mendeklarasikan kota
Taipei sebagai ibukota sementara Republik Cina di Pulau Taiwan. Pulau Taiwan
dijadikan sebagai daerah pemerintahan pelarian (Exile Government) oleh Chiang
Kai Shek.Pembentukan pemerintahan pelarian oleh Chiang Kai Shek sebagai
bukti keberadaan kaum nasionalis Cina dan mempertahankan pemerintahannya di
Cina yang telah direbut oleh kaum komunis.
Pemilihan pulau Taiwan sebagai tempat pelarian dilatarbelakangi
terpisahnya dataran Taiwan dengan Cina daratan oleh laut. Disamping juga
bertujuan untuk mendekati Amerika Serikat, supaya bantuan yang dikirimkan
tidak terhadap oleh kaum komunis.Pemerintahan Chang Kai Shek berharap suatu
saat masyarakat Taiwan dapat kembali ke Cina daratan.
Chang Kai Shek dalam memerintah Republik Cina di Taiwan menerabkan
kebijakan darurat militer (martial law) yang otoriter (1949-1987).Sistem
pemerintahan ini berjalan sampai masa pemerinatahan Chiang Ching Kuo.
Sebagai upaya pertahanan apabila pemerintah komunis Cina melakukan
penyerangan ke Taiwan.
Pada tahun 19541955 konflik antara Republik Rakyat Cina (Cina)
dengan Republik Cina (Taiwan) terus berlanjut. Bahkan lebih memanas, akibat
dari pengumuman Perdana Menteri Zhou Enlai dari Cina tentang rencana

9
Pembebasan Taiwan.Konflik yang terjadi pada tahun-tahun ini berhasil
diselesaikan setelah Cina mendapatkan intervensi dari Amerika serikat dibawah
pemerintahan Eisenhower.Intervensi tersebut berupa ancaman Bom Atom jika
Cina tetap menyerang Taiwan.
Pada 23 Agustus 1958 konflik CinaTaiwan kembali memanas, dalam
pertempuaran pertama mereka memakan korban lebih dari 2.700 jiwa.Korban dari
pihak nasionalis mencapai 2.500 jiwa sedangkan dari pihak komunis sebanyak
200 jiwa.Konflik ini merupakan lanjutan dari konflik yang terjadi pada 1954-
1955. Pada Oktober 1958 serangan dari Cina mulai berkurang akibat setelah
mendapatkan acaman Amerika Serikat.
Dengan bantuan Amerika Serikat pemerintah nasionalis mulai membangun
perekonomian dan mengembangkan sistem demokrasi di Taiwan.Ketika Cina
mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tetap bertahan dengan sistem
komunisnya, Taiwan mengalami perkembangan ekonomi yang pesat dan tumbuh
menjadi negara yang semakin demokratis.Demokrasi di Taiwan semakin terlihat
nyata dengan diselenggarakannya pemilihan (pemilu) presiden secara langsung
pada tahun 1996.Pada pemilu pertama itu, Lee Teng Hui dari Kuomintang (KMT)
terpilih sebagai presiden.
One China Policy atau kebijakan satu Cina yang dipegang teguh oleh
Republik Rakyat Cina dengan pusatnya Beijing, menegaskan bahwa hanya ada
satu Cina yang berdaulat sebagai negara yaitu Republik Rakyat Cina.Republik
Rakyat Cina didirikan pada 1 Oktober 1949 oleh Mao Zedong ketika berhasil
mengalahkan dan mengusir kaum nasionalis dari Cina daratan. Kebijakan ini
menyatakan bahwa Tibet, Hong Kong, Macau, dan Taiwan masuk kedalam
wilayah negara Republik Rakyat Cina.Akibat dari kebijakan ini negara Republik
Cina (Taiwan) dianggap sebagai negara berdaulat yang tidak mempunyai
kedaulatan di dunia internasional karena kurangnya pengakuan dan dukungan
diplomatik.Bahkan pada 25 Oktober 1971, PBB menggantikan keanggotaan
Taiwan sebagai anggota PBB dengan Cina.
Sejak terjadi perpecahan tahun 1949, Cina daratan belum pernah
menyatakan Taiwan sebagai suatu negara merdeka yang berdiri sendiri.Cina
beranggapan bahwa Taiwan adalah provinsi yang membangkang dan belum

10
waktunya saja untuk kembali reunifikasi dengan Cina.Sedangkan menurut
Taiwan, kebijakan reunifikasi dan Satu Cina, merupakan mimpi masa silam
Cina.Mimpi itu sulit untuk tercapai mengingat mereka sudah mempunyai
pemerintahan sendiri (pasca perpecahan tahun 1949).
Dalam perkembangannya Taiwan tampil sebagai negara yang turut
mempelopori kemajuan ekonomi di Asia.Tidak tangung-tanggung International
Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) pernah memasukan Taiwan sebagai
salah satu macan Asia atau One of tiger of Asia (Rieuwpassa, 2014:2-3).
Keinginan Cina daratan untuk menyatukan Taiwan di bawah pemerintahan
terus terjadi.Bahkan pemerintah Beijing mendeklarasikan kepada forum
internasional bahwa Taiwan sudah waktunya tunduk pada kebijakan satu Cina,
artinya Taiwan sudah harus menjadi bagian dari Cina daratan seacara penuh.Pada
tahun 2000, Chen Shui Bian terpilih menjadi presiden Taiwan.Chen adalah
seorang pendukung kemerdekaan Taiwan dan menolak untuk mengakui kebijakan
satu Cina ini (Wicaksono, 2015:629).
Konflik CinaTaiwan, mulai mencair ketika Lien Chan seorang pemipin
delegasi KMT (Kuomintang) mengunjungi Cina daratan pada tahun 2005. Upaya
perdamaian diantara mereka semakin terlihat.Cina terus berusaha membujuk
Taiwan untuk bersatu dengan Cina.Bahkan sejak 1949, penyatuan antara Cina dan
Taiwan tidak pernah terwujud.Oleh sebab itu Taiwan terus mengupayakan
negosiasi demi meraih kedaulatan penuh sebagai satu negara yang tidak terikat
dengan Republik Rakyat Cina.

11
BAB 3
PENUNTUP

3.1. Kesimpulan
Sun Yat Sen setelah berhasil meminpin Revolusi Cina 19911, selanjutnya
bermaksud ingin mempersatukan seluruh China dibawah satu pemerintahan pusat
demokratis.Untuk merealisasikan cita-citanya itu, pada 1923 Sun Yat Sen
mengadakan reorganisasi partainya (Partai Nasionalis/ Kuomintang) dengan
berdasarkan pada san minchu I (Tiga Asas Kerakyatan) yaitu: nasionalisme,
demokrasi, dan sosialisme.
Konflik antara golongan nasionalis dan komunis di Cina diawali dengan
adanya perbedaan pendapat antara kaum nasionalis dan Chiang Kai Shek dengan
kaum nasionalis. Pada awalnya, setelah tentara gabungan dari komunis-nasional
berhasil mendapatkan kembali wilayahnya, kaum komunis, petani dan buruh
menginginkan pembagian tanah yang telah diperjuangkan namun Chiang Kai
Shek didukung kaum nasionalis menolak pengajuan tersebut dalam sebuah rapat
dan berakhir dengan tidak adanya kesepakatan. Hal ini justru memunculkan
kecurigaan antar sesama dan saling menuduh sehingga hubungan keduanya
merenggang.
Kedua negara pemenang Perang Dunia II tersebut berusaha menanamkan
pengaruhnya ke negara Cina melalui bantuan-bantuan yang diberikan kepada
tentara baik dari tentara nasionalis, maupun tentara komunis yang terlibat dalam
Perang Saudara. Perang Saudara yang terjadi di Cina antara tahun 19271949,
berhasil dimenangkan oleh kaum komunis pimpinan Mao Zedong yang didukung
oleh para petani, buruh, dan negara Uni Soviet yang memberikan bantuan
persenjataan.

12
DAFTAR RUJUKAN

Agung, Leo. 2015. Sejarah Asia Timur 2. Yogyakarta: Penerbit Ombak.


Eberhard, W. 1969.A History of China. Berkeley: University of California Press.
Hu, C. Jason. 1992. Tanya Jawab Mengenai Republik Cina Taiwan. Taipei: Kwan
Hwa Publishing Company.
Mubah, A. Safril. 2014. Kajian Historis atas Kompleksitas Isu Taiwan dalam
Hubungan China dan AS, Global & Strategis, (Online), 8 (2): 321-337,
(journal.unair.ac.id), diakses pada 26 September 2016.
Rieuwpassa, F.C.L. 2014.Pengakuan Amerika Serikat Terhadap Cina RRC dan
Cina Taiwan.Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Hukum
UNHAS.
Salim, Agus. 2009. Pendekatan National Building China: Studi Kasus Taiwan.
Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: FISIP UMY.
Wicaksono, Michael. 2015. Republik Tiongkok. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Wijaya, Deni Adi. 2015. Konflik Perebuatan Kekuasaan Antara kaum Nasionalis
dan Komunis di Republik Tiongkok Tahun 1912-1949, Artikel Ilmiah
Mahasiswa, (Online), 1 (1): 1-13, (repository.unej.ac.id), diakses pada 26
September 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai