Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH PEMINATAN

REVOLUSI RUSIA DAN REVOLUSI INDONESIA

Penyusun :

-Abdel Mallelas (1)

-Alya Rahmawati (4)

-Anisa Sakinah (6)

-Nita Okta Rahmadani (18)

-Ripki Maulana (23)

-Salis Nur Rosidah (25)

-Septi Anggraini (27)

SEJARAH PEMINATAN
SMAN 2 SINGAPARNA
2023
1. REVOLUSI RUSIA

A. RUMUSAN MASALAH

Yang menjadi rumusan masalah pada Revolusi Rusia ini diantara lain :

1. Bagaimana jalannya Revolusi Rusia?

2. Apa yang menyebabkan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap Menshewiki?

3.Bagaimana Bolshewiki akhirnya dapat berhasil memegang tampuk pemerintahan baru di


Rusia?

B. LATAR BELAKANG

Di ketahui dari sejarah panjangnya, terjadinya Revolusi di Rusia disebabkan oleh banyak
faktor yang memengaruhi. Mulai dari krisis ekonomi hingga menyebabkan kesenjangan
sosial antara kaum elite dan rakyat biasa. Di bawah masa kepemimpinan Tsar Nicholas II
kala itu, gaya hidup kaum elite dinilai berlebihan. Sehingga rakyat kecil harus mengalami
krisis kelaparan di tengah gejolak perekonomian. Terlebih, rakyat merasa tidak adil atas
peristiwa Minggu Berdarah atau Bloody Sunday pada 1905 yang menewaskan ribuan orang
hingga memicu aksi protes besar-besaran. Sikap Tsar yang otoriter bahkan tidak mau
menerima kritik atau usulan, lantas memunculkan kelompok beraliran liberal dan sosialis
sebagai penentang Tsar II. Kelompok ini terbentuk atas ketidakpuasan rakyat terhadap
kepemimpinan Tsar sekaligus mendeklarasi supaya Rusia menjadi kerajaan yang memiliki
undang-undang dasar.

1.Pemerintahan Tsar Nicholas II yang reaksioner


Ketika negara-negara lain mulai mengakui hak-hak politik bagi warga negaranya, Tsar
Nicholas II masih enggan melakukan hal yang sama. Ia memang mengizinkan dibentuknya
Duma (daerah perwakilan rakyat Rusia), namun keberadaannya hanya sandiwara belaka.

2.Susunan pemerintahan Tsar yang buruk

Pemerintahan pada masa Tsar Nicholas II tidak disusun secara rasional, melainkan atas
dasar favoritisme.
3.Perbedaan sosial yang mencolok

Tsar dan para bangsawan hidup mewah dan kaya raya, sementara rakyat, terutama petani
dan buruh, sangat miskin dan sengsara. Bangsawan juga memiliki berbagai macam hak yang
tidak dimiliki rakyat, bahkan banyak hak rakyat yang diabaikan. Sekalipun perbudakan telah
dihapuskan, para bangsawan tetap memperlakukan rakyat biasa seperti budak dalam
kehidupan sehari-hari.
4.Persoalan tanah

Perubahan kebijakan agraria oleh Menteri Stolypin pada tahun 1906, masih banyak tanah
berukuran luas yang menjadi milik para tuan tanah, baik bangsawan maupun para petani
besar. Tanah-tanah ini dikerjakan oleh para petani kecil (buruh tani).
5.Adanya aliran-aliran yang menentang Tsar

Dalam revolusi pada tahun 1905, aliran-aliran yang menentang Tsar dapat ditindas, tetapi
tidak lenyap. Mereka melakukan gerakan bawah tanah dan mengumpulkan kekuatan sambil
menunggu kesempatan untuk kembali muncul. Aliran-aliran tersebut adalah aliran liberal
dan sosialis. Kaum liberal yang disebut Kadet (Konstitusional Demokrat).Kaum sosialis
merupakan anasir yang revolusioner dan terbagi lagi atas dua aliran: Mensheviks (moderat
atau sosial demokrat) dan Bolsheviks (radikal, kemudian berkembang menjadi partai
komunis).

6.Kekalahan perang
Ketika melibatkan diri dalam Perang Dunia I
7.Ancaman bahaya kelaparan

C. PEMBAHASAN

Pada masa pemerintahan Tsar Nicholas II (1894–1917), pemerintahan sangat reaksioner dan
bersifat otokratis. Akan tetapi, dalam bidang ekonomi sangat progresif, terutama dalam
bidang industri, seperti industri tekstil, pertambangan, batubara, dan besi. Dengan industri
yang maju inilah maka muncullah kaum buruh. Pada tahun 1905 terjadi pemberontakan
kaum buruh yang bertujuan untuk menuntut perbaikan nasib dan persamaan hak. Hal ini
selaras dengan semboyan mereka, yakni sama rasa sama rasa. Di samping itu, rakyat juga
menuntut adanya pemerintahan yang liberal. Pada saat itu, Rusia mengalami kekalahan
dalam perang melawan Jepang. Di tengah-tengah situasi yang sedang kacau itu, Tsar
Nicholas II masih mampu mengatasi keadaan dengan mengambil tindakan dengan
menjamin kebebasan berserikat dan pembentukan Duma (DPR). Namun dalam Duma itu
sendiri terjadi pertentangan antara kaum Sosialis dan kaum Liberalis. Kaum Sosialis
menghendaki susunan masyarakat yang sosialis, sedangkan kaum Liberal menghendaki
adanya monarkhi konstitusional. Nicolas II bersikap keras, dan memihak kepada kaum
Sosialis sehingga Duma dibubarkan. Hal inilah yang kemudian mendorong timbulnya
revolusi.

D. JALANNYA REVOLUSI RUSIA

1.REVOLUSI FEBRUARI 1917

Revolusi ini dimulai dari Petrograd (sekarang Leningrad) dengan demonstrasi yang
menuntut bahan makanan, kemudian diikuti dengan pemogokan di perusahaan-
perusahaan. Revolusi yang digerakan oleh kaum Kadet, Menshewiki, dan Bolshewiki ini
kemudian berhasil menggulingkan Tsar Nicholas II. Tampuk pemerintahan dikendalikan oleh
kaum Kadet dengan bentuk pemerintahan sementara. Akan tetapi, kaum Kadet tidak segera
mengadakan perubahan-perubahan seperti yang dituntut oleh rakyat. Kaum Menshewiki di
bawah pimpinan Karensky kemudian menggulingkan kaum Kadet dan memegang tampuk
pemerintahan. Program kaum Menshewiki pertama-tama ialah menjunjung kembali
kehormatan Rusia di mata dunia internasional (karena kekalahan-kekalahan Rusia dalam
peperangan), setelah itu baru mengadakan perubahan pemerintahan dalam negeri.
Serangan besar-besaran terhadap Jerman (dalam Perang Dunia I) segera dilangsungkan,
namun gagal. Hal inilah mengakibatkan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap
pemerintahan Menshewiki. Kesempatan ini digunakan dengan sebaik-baiknya oleh kaum
Bolshewiki untuk menyusun kekuatan guna merebut pemerintahan.
2.REVOLUSI OKTOBER 1917

Ketika pemerintahan Menshewiki kehilangan kepercayaan di mata rakyat, kaum Bolshewiki


segera mendekati rakyat dan menjanjikan adanya kedamaian dan pembagian tanah. Dengan
cara ini kaum Bolshewiki mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat. Kaum Bolshewiki
yang semula telah mempersiapkan diri dengan mengadakan wajib militer kepada para
pekerja (yang kemudian menjadi Pengawal Merah) di bawah pimpinan Trotsky, siap untuk
merebut kekuasaan. Revolusi di mulai di Petrograd lagi di bawah pimpinan Lenin yang
menyerukan untuk mendirikan Republik Soviet. Angkatan Darat dan Angkatan Laut di
Petrograd memihak Lenin. Pada tanggal 25 Oktober 1917 pemerintah Menshewiki di bawah
pimpinan Kerensky berhasil digulingkan. Kaum Bolshewiki akhirnya berhasil memegang
tampuk pemerintahan baru di Rusia.

E. DAMPAK REVOLUSI

Revolusi Rusia yang dimenangkan oleh kaum komunis radikal (Bolshevik) berdampak pada
meluasnya paham komunisme di dunia. Negara-negara dunia ketiga yang pada saat itu
masih dijajah bangsa lain dengan segera mengadopsinya. Juga negara-negara yang baru
terbentuk dan negara-negara yang rakyatnya telah bosan hidup dalam kekangan feodalisme
penguasa. Paham baru ini pun dengan segera menjalar ke Indonesia yang pada saat itu
tengah menghidupkan organisasi-organisasi pergerakan ke arah kemerdekaan.
F. TOKOH TOKOH PALING BERPENGARUH DALAM REVOLUSI RUSIA

1). Alexander Kerensky 2). Vladimir Lenin

3). Leon Trotsky


2. REVOLUSI INDONESIA

A. RUMUSAN MASALAH

Yang menjadi rumusan masalah pada Revolusi Indonesia ini diantara lain :

1. Bagaimana jalannya Revolusi Indonesia?

2. Mengapa pada abad ke 20, partai partai yang mendukung untuk kemerdekaan Indonesia
bertumbuh dengan sangat pesat?

B. LATAR BELAKANG

Melihat Belanda hendak menguasai kembali Indonesia, sejumlah pihak bersatu untuk
menuntut kebebasan Indonesia dari Belanda, seperti dikutip dari buku Nationalism and
Revolution in Indonesia. Pergerakan nasionalis untuk mendukung kemerdekaan Indonesia,
seperti Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Sarekat Islam, dan Partai Komunis Indonesia
bertumbuh cepat di abad 20. Gerakan nasionalis tersebut memprakarsai strategi kerja sama
dengan mengirim wakil mereka ke Volksraad (Dewan Rakyat) dengan harapan Indonesia
akan diberikan hak memerintah sendiri tanpa campur tangan dari Belanda. Sementara
gerakan nasionalis yang dipimpin oleh Soekarno, Moh. Hatta, dan dua orang mahasiswa
nasionalis memilih cara nonkooperatif. Sekutu termasuk Belanda membentuk suatu badan
komando militer bernama Allied Forces for Netherland Indies (AFNEI) untuk kembali
merebut kekuasaan di Indonesia. Mengetahui hal tersebut, masyarakat mulai bergerak
untuk melakukan perlawanan yang berujung terjadi perjuangan Revolusi Indonesia.

C. PEMBAHASAN

Revolusi kemerdekaan 1945-1949 adalah salah satu periode terpenting dalam perjalanan
sejarah Bangsa Indonesia. Periode ini dimulai dari kekalahan bala tentara Jepang terhadap
sekutu. Proklamasi kemerdekaan hingga perlawanan terhadap pendudukan NICA yang
membonceng sekutu, baik perlawanan melalui jalur atau fisik. Didalamnya dibahas revolusi
kemerdekaan 1949-1950 yang secara detail mengulas dalam beberapa Bab yaitu :
Proklamasi kemerdekaan Perjuangan merebut dan menegakan kedaulatan. Perjuangan
diplomasi mempertahankan kemerdekaan RIS. Pada periode ini terjadi sebuah konflik
bersenjata dan pertentangan diplomasi antara Republik Indonesia yang baru lahir melawan
Kerajaan Belanda yang dibantu oleh pihak Sekutu, diwakili oleh Inggris. Rangkaian peristiwa
ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada 29 Desember 1949.
Meskipun demikian, gerakan revolusi itu sendiri telah dimulai pada tahun 1908, yang saat ini
diperingati sebagai tahun dimulainya kebangkitan nasional Indonesia.Selama sekitar empat
tahun, beberapa peristiwa berdarah terjadi secara sporadis. Selain itu, terdapat pula
pertikaian politik serta dua intervensi internasional. Dalam peristiwa ini, pasukan Belanda
hanya mampu menguasai kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatra, tetapi gagal
mengambil alih kendali di desa dan daerah pinggiran. Karena sengitnya perlawanan
bersenjata serta perjuangan diplomatik, Belanda berhasil dibuat tertekan untuk mengakui
kemerdekaan Indonesia.Revolusi ini berujung pada berakhirnya pemerintahan kolonial
Hindia Belanda dan mengakibatkan perubahan struktur sosial di Indonesia; kekuasaan raja-
raja mulai dikurangi atau dihilangkan. Peristiwa ini dikenal dengan "Revolusi Sosial", yang
terjadi di beberapa bagian di pulau Sumatra.

D. JALANNYA REVOLUSI

Selama revolusi fisik(1945-1950), Indonesia berada dalam kondisi "darurat perang". Kondisi
inilah yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap perkembangan
kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia selama masa revolusi fisik. Meski
kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, belanda tetap saja tidak mau mengakui
kemerdekaan Indonesia. Belanda masih ingin menguasai wilayah Indonesia. Masa revolusi
fisik ini merupakan masa yang cukup berat bagi Indonesia, kemudian juga bangsa Indonesia
harus berjuang untuk merebut kembali wilayah yang menjadi miliknya melalui perjuangan
diplomasi maupun angkat senjata.

Sejarah Bandung Lautan Api

Bandung Lautan Api merupakan peristiwa pengosongan dan pembakaran kota Bandung
agar tidak menjadi markas sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Datangnya Pasukan Sekutu Pada tanggal 12 Oktober 1945, pasukan Sekutu di bawah
Brigade MacDonald datang. Mereka memaksa warga Bandung untuk menyerahkan senjata
yang diperoleh setelah melucuti tentara Jepang. Situasi pecah saat orang-orang Belanda
yang baru bebas dari kamp tahanan melakukan tindakan yang mengacaukan keamanan
negara. TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan badan-badan perjuangan lainnya pun
melakukan serangan kepada sekutu. Para pejuang menyerang markas-markas sekutu di
Bandung bagian utara, termasuk Hotel Homan dan Hotel Preanger yang menjadi markas
besar bagi Sekutu. Kondisi ini menjadi awal dari peristiwa hangusnya Bandung.

Ultimatum Pertama

Setelah penyerangan terjadi, sekutu menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat
untuk segera mengosongkan wilayah Bandung Utara. Hal itu harus dilaksanakan pada 29
November 1945 pukul 12.00 WIB. Kota Bandung saat itu terbagi menjadi bagian urata dan
selatan. Bandung bagian utara dikuasai sekutu sedangkan selatan adalah kekuasaan
Indonesia. Pasukan Indonesia banyak mendirikan pos-pos gerilya di berbagai tempat.

Ultimatum Kedua

Perlawanan Tentara Rakyat Indonesia (TRI), yang sebelumnya TKR, menyebabkan sekutu
mengeluarkan ultimatum kedua. Kepada Perdana Menteri Syahrir, sekutu meminta semua
masyarakat dan TRI mengosongkan seluruh Kota Bandung selambat-lambatnya pada 23
Maret 1946. Sedangkan pasukan Indonesia diminta meninggalkan Bandung Selatan sejauh
10-11 km dari pusat kota. Demi pertimbangan politik dan keselamatan rakyat, pemerintah
RI memerintahkan TRI dan pejuang lainnya mundur untuk mengosongkan Bandung selatan.
Tokoh-tokoh pejuang seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel Abdul Haris
Nasution sepakat mematuhi perintah pemerintah pusat. Namun, pejuang tidak mau
menyerahkan Bandung selatan kepada musuh. Wilayah itu akhirnya dibumihanguskan
setelah rakyat diungsikan. Bangunan-bangunan yang diledakkan adalah Bank Rakyat
Bandung, Kawasan Banceuy, Cicadas, Braga, Tegalega, hingga Asrama Tentara Rakyat
Indonesia. Peristiwa bumi hangus ini dikenal dengan nama Bandung Lautan Api. Hingga kini,
tanggal 24 Maret diperingati dengan Hari Peringatan Bandung Lautan Api. Untuk
mengenang peristiwa bersejarah ini, dibangun monumen setinggi 45 meter. Konstruksinya
berbentuk tiga buah bambu yang menjadi penyulut kobaran api dan berwarna kuning
keemasan. Monumen ini pun dinamakan Bandung Lautan Api.
E. DAMPAK REVOLUSI

Wakil Presiden Indonesia, Hatta dan Ratu Belanda, Juliana menandatangani kedaulatan
Indonesia di Den Haag, Belanda. Akta Penyerahan Kedaulatan Indonesia dengan stempel
agung Ratu Juliana. Perkiraan yang meninggal dalam peperangan untuk kemerdekaan
Indonesia dari rakyat sipil dan pejuang yang terbunuh sebanyak 97,421 hingga 100,000
korban jiwa dari pihak Indonesia.[35] Selain itu, tentara Inggris yang berjumlah 980
diperkirakan dibunuh dan hilang di Jawa dan Sumatra antara tahun 1945-1946, kebanyakan
merupakan prajurit India. Sedangkan untuk Belanda lebih dari 4000 tentaranya kehilangan
nyawa mereka di Indonesia. Lebih banyak lagi tentara Jepang gugur, tentara Jepang yang
meninggal dalam peperangan sebanyak 1057 jiwa, dalam faktanya hanya setengahnya yang
gugur dalam peperangan, sementara yang lainnya tewas diamuk oleh rakyat Indonesia
lainnya. Puluhan ribu orang Tionghoa dan masyarakat asing lainnya di bunuh atau terpaksa
kehilangan tempat tinggalnya di Indonesia, walaupun dalam kenyataannya masyarakat
Tionghoa yang tinggal di Indonesia mendukung gerakan revolusi Indonesia untuk
mendapatkan kemerdekaan. Selain itu, lebih dari tujuh juta jiwa mengungsi di Sumatra dan
Jawa. Gerakan revolusi nasional Indonesia ini memberikan efek langsung pada kondisi
ekonomi, sosial dan budaya Indonesia itu sendiri, di antaranya kekurangan bahan makanan,
dan bahan bakar. Ada dua efek dalam ekonomi yang ditimbulkan oleh gerakan nasional
Indonesia yang berdampak langsung dengan ekonomi Kerajaan Belanda dan Indonesia,
keduanya kembali untuk membangun ekonomi mereka secara berkelanjutan setelah Perang
Dunia II dan gerakan revolusi Indonesia. Republik Indonesia mengatur kembali setiap hal
yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia yang awalnya diblokade oleh Belanda.

Anda mungkin juga menyukai