Anda di halaman 1dari 16

HISTORIOGRAFI

JEAN BODIN (1530-1596)


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Historiografi yang diampu oleh
Dr. Murdiyah Winarti, M.Hum.;Dr. Wawan Darmawan, S.Pd., M.Hum.;Faujian
Esa Gumelar, M.Hum.

Disusun Oleh:
NIM 1906149 Gilang Risma Aprilianti

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
Deskripsi dan Latar Belakang Tokoh
Perkembangan kehidupan dan pemikiran manusia dalam bidang politik
banyak melahirkan tokoh-tokoh besar yang buah pemikirannya masih digunakan
sampai saat ini. Demokrasi merupakan suatu sistem yang dianut oleh mayoritas
negara di berbagai belahan dunia. Namun dalam pelaksanaanya tentu saja
dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya masyarakat dalam negara tersebut.
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat secara
esensialnya telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk
mengelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya. Oleh karena itu, dalam
menjalankan suatu pemerintahan diperlukan seorang penguasa untuk mencapai
tujuan bersama. Sebagai suatu sistem sosial-politik tersebut, demokrasi memiliki
unsur penting dalam prinsipnya yaitu kedaulatan rakyat. Dalam KBBI, kedaulatan
memiliki pengertian sebagai kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara.
Disamping itu, dalam dunia ilmu pengetahuan juga konsep kedaulatan negara
dijadikan objek kajian filsafat politik dan hukum kenegaraan. Adapun tokoh yang
menjadi pelopor pertama berkaitan dengan konsep kedaulatan sebagai kekuasaan
tertinggi adalah Jean Bodin (1530-1596).

Gambar 1. Jean Bodin


(Sumber: https://anacyclosis.org/wp-content/uploads/2019/09/Bodin.jpg)

Jean Bodin merupakan seorang ahli hukum, filsuf, politisi, sejarawan dan
ekonom Prancis yang lahir pada tahun 1529/1530 di Angers, Prancis dan
merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Bodin merupakan salah satu tokoh
intelektual terkenal di abad ke -16 yang memperkenalkan konsep kedaulatan
kedalam pemikiran hukum dan politik. Ayahnya bernama Guillaume Bodin yang
merupakan seorang pedagang kaya dan anggota borjuis Angers. Sedangkan untuk
keterangan ibunya sendiri sangat sedikit yang diketahui, namun terlepas dari
kenyataan bahwa namanya adalah Catherine Dutertre. Mengenai perjalanan
hidupnya, pada tahun 1545 ia memasuki ordo Karmelit di biara Notre-Dames-des-
Carmes. Ordo Karmelit merupakan ordo keagamaan Katolik yang didirikan oleh
para rohaniawan di Gunung Karmel pada abad ke 12. Dari beberapa dokumen
yang masih ada memberitahukan bahwa Bodin telah dibebaskan dari sumpahnya
dan kemudian ia pergi ke Paris dengan beberapa saudara religiusnya untuk belajar
filsafat dibawah asuhan Carmelite Guillaume Prevost. Kemudian pada tahun
1551 Jean Bodin menempuh pendidikan di Universitas Toulouse untuk belajar
hukum sampai lulus dan kemudian menjadi profesor.

Selanjutnya, pada tahun 1561 ia meninggalkan Toulouse dan pergi ke


Paris untuk mendedikasikan dirinya sebagai avocat du roi atau advokat raja. Di
tahun 1570, ia diangkat atau ditugaskan oleh Raja Prancis yaitu Charles IX
sebagai komisaris untuk reformasi kepemilikan hutan di Normandia. Dan pada
tahun 1571, Bodin diminta saudara raja yaitu Francois duc d’Alencon sebagai
penasehat. Disini Jean Bodin mulai mengenal dunia politik tingkat tinggi dan
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk lebih mendalami masalah mengenai
kenegaraan. Namun di tahun 1576, Jean Bodin yang hanya muncul sesekali
sebagai wakil estate ketiga untuk Vermandous kehilangan dukungan kerajaan,
karena pada saat itu ia menentang kebijakan Raja Henry III yang
memperoyeksikan kembali perang kepada Huguenot demi sebuah negoisasi. Di
awal karirnya, Jean Bodin bergabung dengan kelompok kecil pengacara dan
administrator terbuka, termasuk Chancellor Prancis Michel de L’Hospital dengan
atasannya sendiri Francois duc d’Alencon sebagai pemimpin resmi dalam
kelompok tersebut yang dikenal dengan politiques. Kelompok ini menyadari
bahwa negara akan tercabik-cabik jika perang agama terus berlanjut dan mereka
berpendapat bahwa sebuah negara seharusnya menjaga ketertiban, bukan
membangun ataupun mempertahankan agama yang benar. Kemudian ketika duc
d’Alencon meninggal dunia, dengan penunjukan jaksa agung pada tahun 1584
Jean Bodin pun menetap di Laon Prancis dan tinggal disana selama 12 tahun dan
pada tahun 1596 ia meninggal dunia karena wabah.

Jiwa Zaman
Perkembangan historiografi Eropa modern mengalami perkembangan pada
masa Renaisans, yang pada kala itu ditandai dengan kebebasan dalam artian
terlepas dari ikatan gereja. Menurut Kuntowijoyo, fase sejarah ini mengantarkan
bangsa Eropa pada titik kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam pengertian periode
waktu (masa), Renaissance adalah masa transisi yang mengakhiri masa Abad
Tengah dan mengawali masa modern, meliputi masa Abad XV dan XVI. Dengan
munculnya Renaissance berarti masa Abad Petengahan telah berakhir dan mulai
memasuki zaman baru, yang disebut sebagai zaman modern. Arah dan
perkembangan pada zaman Renaissance adalah suatu kenyataan bahwa peranan
ilmu alam kodrat dan ilmu negara ternyata lebih besar dalam penentuan
perkembangan pemikiran filsafati pada abad-abad selanjutnya. Sejak Abad XVI
apa yang dimaksud filsafat itu mempunyai arti dan makna yang baru, yaitu filsafat
semakin lepas dari agama. Lepas dari ajaran-ajaran agama maka orang
beranggapan bahwa hidup bermasyarakat bagi manusia adalah sesuatu yang
mempunyai hukumnya sendiri. Kemudian mengajarkan juga bahwa filsafat negara
harus mengambil pelajaran-pelajaran dari sejarah kehidupan lembaga politik yang
pernah ada. Negara tidak mungkin berpihak pada suatu agama tertentu dan negara
harus bersifat adil, dalam arti bahwa setiap orang dalam negara harus mempunyai
hak-hak dan kewajiban yang sama. Jika dilihat dari sudut pandang kebudayaan,
Renaisannse itu merupakan tonggak sejarah awal jaman modern

Jean Bodin hidup di masa kekacauan, dimana pada tahun 1562-1598


terjadi Perang Agama atau konflik di Prancis antara Protestan dan Katolik Roma.
Perang agama memang telah menjadi serangkaian konflik militer yang terjadi di
Eropa abad ke-16 dan 17. Perang ini dilatarbelakangi oleh berbagai alasan baik itu
politik, ekonomi, sipil maupun nasioanal. Perang Agama di Eropa dapat dikatakan
sangat brutal, seperti halnya perang agama di Prancis atau yang dikenal dengan
Perang Huguenots yang menyebabkan 2 hingga 4 juta orang tewas dalam perang
ini. Penyebaran Calvinis menjadikan penguasa Prancis Catherine de Medicis
menunjukkan toleransi lebih kepada umat Heguenots yang mengundang
kemarahan keluarga Guise Katolik Roma. Kemudian, terjadi tragedi pembantaian
seratus Protestan pada 1 Maret 1562 di kota Wassy oleh Francois de Guise yang
disebut-sebut sebagai penyebab awal terjadinya Perang Agama. Perang tersebut
kemudian menyebar ke seluruh kerajaan dan menyebabkan terjadinya banyak
pemberontakan di provinsi-provinsi. Pada tahun 1572, terjadi pembantaian Hari
Santo Bartholomew yang menyebabkan terbunuhnya pemimpin Huguenot yaitu
Gaspard II de Coligny, perang pun terus dilanjutkan dan pada tahun 1576 terjadi
kompromi perdamaian yang memungkinkan umat Huguenots memiliki kebebasan
beribadah.

Perdamain tersebut tidak bertahan lama karena pada tahun 1584, ketika
pemimpin Huguenots yaitu Henry IV menjadi pewaris takhta Prancis, terjadi
kembali perang yang kali ini membawa Spanyol turut serta dalam membantu umat
Katolik Roma. Perang inipun berakhir dengan pelukan Henry IV terhadap Katolik
Roma dan toleransi agama terhadap umat Heguenots pun dijamin oleh Maklumat
Nantes tahun 1598. Reputasinya sebagian besar didasarkan pada catatan mengenai
kedaulatan yang dirumuskan dalam Enam Buku Persemakmuran atau Six Book of
the Commonwealth. Dari peristiwa tersebut Bodin yakin bahwa perdamaian dapat
dipulihkan hanya jika penguasa yang berdaulat diberi kekuasaan negara yang
absolut dan tidak terpisahkan. Bodin pun percaya bahwa agama yang berbeda itu
dapat hidup berdampingan dalam persemakmuran. Toleransinya dalam masalah
agama sering ditekankan, bahkan Bodin juga menentang perbudakan. Dari jiwa
zamannya inilah, pemikiran politik Jean Bodin tumbuh dibawah tekanan
pribadinya ketika Prancis berada di tepi kehancuran.
Gambar 2. François Dubois: Pembantaian Hari St. Bartholomew
(Sumber: Wars of Religion | French history | Britannica)

Gambar 3. Peta Prancis


(Sumber: https://cdn.britannica.com/s:690x388,c:crop/83/683-050-E4AF38C8/France-map-
boundaries-cities-locator.jpg)

Karya dan Kontribusi


Methodus ad facilem historiarum cognitionem
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa bersama pekerjaanya
sebagai seorang pengacara, Jean Bodin menerbitkan karya penting pertamanya
pada tahun 1566 berjudul Methodus ad facilem historiarum cognitionem dan
direvisi tahun 1572. Dalam karyanya ini, banyak ide-ide yang dikembangkan
Bodin utamanya konsep mengenai pengetahuan universal dan sejarah. Beberapa
diantaranya adalah mengenai sejarah manusia, sejarah alam dan sejarah ketuhanan
yang kemudian masing-masing diuraikan dalam Republique, Theatrum dan
Colloquium heptaplomeres. Tujuan ia menulis Methodus ini adalah untuk
mengekspos seni dan metode yang akan digunakan dalam studi sejarah.
Keinginannya untuk mengembangkan suatu sistem dan mensintesiskan semua
pengetahuan yang ada dengan mudah terdeteksi di Methodus ini. Tidak hanya
pengetahuan dan yuridis saja, melainkan iapun membuat bentuk dan perubahan
negara (konversi) menjadi dapat dipahami.

Gambar 4. Methodus ad facilem historiarum cognitionem


(Sumber: https://www.zwiggelaarauctions.nl/files/a_files/030461.jpg)

Empat bab pertama dari Methodus sebagian besar merupakan diskusi


tentang metodologi. Sejarah dan kategorinya dijelaskan dalam bab satu, kemudian
bab 2 dan 3 membahas mengenai urutan pembacaan catatan sejarah dan urutan
untuk mengatur semua materi. Bab 4 menjelaskan pilihan sejarawan, yang dapat
dianggap sebagai eksposisi metode Bodin untuk studi sejarah kritis, bahwa siswa
sejarah harus berpindah dari catatan umum ke narasi yang lebih rinci. Membaca
harus dimulai dari waktu paling awal dalam sejarah yang tercatat dan lalu lanjut
ke waktu yang lebih baru. Untuk memperoleh pemahaman mengenai keseluruhan,
mata pelajaran tertentu seperti kosmografi, geografi, koreografi, topografi dan
geomteri haruslah dikaitkan dengan studi sejarah dan semua materi harus dinilai
secara kritis. Dari sepuluh bab yang ada di karyanya ini, bab 6 adalah yang
terpanjang yang mencakup lebih dari sepertiga buku dan dapat dianggap sebagai
cetak biru untuk Republique. Dalam bab 7 sampai 9, Bodin berusaha menyangkal
penasfsiran sejarah yang keliru, dimana sanggahan pertama Bodin adalah
berkaitan dengan mitos, kemudian yang kedua mengenai gagasan tentang zaman
keemasan (dan keunggulan orang dahulu dibandingkan orang modern) serta lebih
lanjut ia membantah kesalahan mereka dalam mengklaim asal usul ras yang
independen. Adapun bab terakhir dalam buku ini adalah berisikan bibliografi
sejarah universal.

Ada tiga jenis sejarah menurut Bodin yaitu Ilahi, alam dan manusia. The
Methodus ini adalah penyelidikan jenis ketiga yaitu studi tentang tindakan
manusia dan aturan yang mengaturnya. Dikutip dari bukunya “Memang, dalam
sejarah, bagian terbaik dari hukum universal tersembunyi; dan apa yang sangat
penting untuk penilaian terbaik dari undang-undang – kebiasaan masyarakat dan
permulaan, pertumbuhan, kondisi, perubahan dan kemunduran semua negata
diperoleh-darinya. Poko bahasan utama metode ini terdiri dari fakta-fakta ini
karena tidak ada penghargaan sejarah yang lebih banyak daripada yang
biasanya dikumpulkan di sekutar bentuk pemerintahan negara. “ (Bodin, 1945,
hlm. 8). Dengan karyanya ini, Bodin sendiri ingin menunjukkan bahwa prinsip-
prinsip politik itu ada dalam studi sejarah hukum.
Response to the Pradoxes of Monsieur de Malestroit

Gambar 5. Response to the Pradoxes of Monsieur de Malestroit


(Sumber: 220px-Bodin_Malestroit.png (220×360) (wikimedia.org))

Bodin terus mengejutkan para pembaca dengan berbagai pengetahuannya.


Dimana pada tahun 1568 ia menulis Response to the Pradoxes of Monsieur de
Malestroit yang menjelaskan pandangannya mengenai masalah ekonomi dan
keuangan. Buku inipun ada versi kedua yang direvisi dan diterbitkan tahun 1578.
Tesisnya mengenai perdagangan bebas, manfaat ekspor dan kesalahan dalam
menetapkan nilai uang melalu dekrit kerajaan terlepas dari hukum pasar. Para ahli
mengatakan bahwa dalam karyanya ini Jean Bodin memberikan salah satu
rumusan pertama teori kuantitatif uang. Dalam bentuknya yang paling dasar, teori
kuantitas uang ini merupakan sebuah penegasan bahwa jumlah uang beredar
secara langsung mempengaruhi tingkat harga. Reputasi Jean Bodin pun tumbuh
seiring dengan minatnya terhadap kehidupan publik dan masalah dunia. Untuk
selanjutnya dalam bab dua dari buku keenam Republique adalah diskusi panjang
mengenai kemungkinan sumber daya negara. Ada beberapa bagian yang tumpang
tindih antara dua karya tersebut karena Bodin memang memasukan bagian-bagian
tertentu dari karyanya ini kedalam Republique dan memasukannya kembali dalam
bentuk yang telah direvisi ke dalam edisi keduanya.

Six Livre de la Republique

Kemudian karyanya yang paling terkenal adalah Six Livre de la


Republique yang diterbitkan 1576 ini ditulis empat tahun setelah peristiwa
Pembantaian Hari Saint Bartholomew. Karyanya inilah yang paling menonjol di
bidang filsafat politik. Oleh karena itu karya tersebut kemudian banyak
diterjemahkan kedalam bahahasa lain seperti Italia (1588), Spanyol (1590),
Jerman (1592) dan Inggris (1606). Karyanya ini dianggap sebagai respon Bodin
terhadap krisis politik abad ke 16 yang terjadi di Prancis, yaitu Perang Agama
tahun 1562-1598. Saat itu muncul satu konsep yaitu gagasan mengenai kedaulatan
yang dijelaskan oleh Jean Bodin yang berpendapat bahwa ikatan politik yang
membuat setiap orang tunduk pada satu kekuasaan berdaulat yang mampu
mengelahkan perbedaan agama. Dalam bukunya ini, Bodin berpendapat bahwa
kedaulatan adalah kekuatan tertinggi yang dimiliki raja atas rakyatnya yang tidak
dapat dibatasi; penguasa itu legibus solutus, dibebaskan dari kebutuhan untuk
menaati hukum para pendahulunya, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap
hukum alam dan hukum Tuhan. Salah satu ciri utama dari gagasan kedaulatan
dalam Republique adalah sifat kedaulatan yang tak terpisahkan. Penguasa bagi
Bodin adalah menjalankan fungsi "elemen penertiban".
Gambar 6. Six Livre de la Republique
(Sumber:https://archive.org/services/img/bub_gb_MVm59jCyHbIC/full/pct:200/0/
default.jpg)

The Republique ini dibuka dengan definisi persemakmuran sebagai berikut:

“Persemakmuran adalah pemerintahan yang sah dari banyak keluarga dan yang
bagi mereka milik bersama, dengan kampanye yang luar biasa.” (Bodin, 1962, 1)

(Romo “République est un droit gouvernement de plusieurs ménages, et de ce qui


leur est commun, avec puissance souveraine.” (Bodin 1583, 1)

 Dalam buku pertama, Republique membahas mengenai tujuan utama negara,


elemen-elemennya, sifat-sifat dan tanda-tanda yang menentukan kekuasaan yang
bedaulat. Dalam buku pertama ini juga, terdapat pernyataan mengenai perbudakan
yang tertera dalam bab 5. Bodin diakuai sebagai salah satu pedukung paling awal
pengahapusan perbudakan. Sedangkan untuk arti tentang kakuasaan berdaulat
sendiri dijelaskan lebih lanjut dalam bab delapan buku pertama yaitu “Maiestie
atau Soveraigntie adalah kekuasaan paling tinggi, absolut dan abadi atas
masyarakat dan subjects di Commonwheale”
 Buku kedua, membahas berbagai jenis negara seperti demokrasi, aristokrasi dan
monarki dan iapun menyimpulkan bahwa tidak mungkin ada negara campuran.
Dalam bab kelima di buku ini juga, Bodin membahas mengenai kondisi seorang
tiran, yaitu seorang penguasa tidak sah yang tidak memiliki kekuasaan berdaulat
dapat dibunuh secara sah. Sedangkan seorang raja yang sah disi lain tidak boleh
dilawan ileh rakyatnya bahkan jika dia harus bertindak dengan cara yang kejam.
 Buku ketiga membahas berbagai bagian negara seperti senat dan perannya,
kemudian peran hakim dan hubungannya dengan kekuasaan berdaulat dan tingkat
otoritas yang berbeda diantara hakim.
 Dalam buku empat, membahas mengenai asal usul, perkembangan dan
kemunduran negara dan berbagai alasan yang mempengaruhi perubahan tersebut
adalah inti dari pokok bahasan buku empat ini.
 Buku lima, dimulai dengan eskposisi teori iklim, yaitu hukum negara dan bentuk
pemerintahan harus disesuaikan dengan sifat setiap orang. Bodin membahas
variasi iklim antara utara dan selatan, dan bagaimana variasi ini mempengaruhi
tempramen manusia.
 Buku terakhir dibuka dengan pertanyaan tentang penilaian terhadap harta benda
masing-masing individu, manfaat yang dapat diperoleh darinya. Dimana bab
penutup Republique ini adalah pembahasan tentang asas keadilan dalam
pemerintahan negara.

Tulisan mengenai agama

Kita ketahui bahwa abad ke 16 dan 17 itu sedang terjadi konflik internal
yang sengit dan perebutan kekuasaan dalam agama Kristen. Negara yang paling
parah dan mengalami kerusakan yang cukup besar akibat perang agama antara
Katolik dan Huguenots adalah Prancis. Kontribusi utamanya dalam hal agama
adalah karyanya Demonmanie, colloqium heptaplomeres dan Universe naturae
theatrum. Disamping itu Republique juga berisikan bagian yang membahas agama
dan stabilitas negara. Colloquium of the Seven tentang Rahasia
Luhur (Colloquium heptaplomeres de rerum sublimium arcanis abditis) sering
digambarkan sebagai salah satu karya paling awal dari agama perbandingan.
Karyanya ini diyakini telah ditulis selama tahun 1580-an, meskipun diedarkan
dalam naskah selama hampir tiga abad sebelum diterbitkan secara keseluruhan
pada tahun 1857. Colloquium adalah diskusi antara tujuh pria dari berbagai agama
atau keyakinan yang telah berkumpul di rumah Coronaeus, seorang Katolik yang
tinggal di Venesia, Italia. Para peserta adalah Salomon, seorang Yahudi, Octavius,
seorang mualaf dari Katolik ke Islam, Toralba, seorang filsuf alami, Senamus
yang skeptis, Fridericus, seorang Lutheran, dan Curtius seorang Calvinis. Para
pria terlibat dalam mendengarkan musik, membaca, kesenangan gastronomi, dan
diskusi mengenai agama.

Tentang Sihir

De la demonomanie des sorciers

Gambar 7. De la demonomanie des sorciers


(Sumber:https://www.bing.com/th/id/OIP.UYCK9LQ1IlI3thXbqy29CQHaLB?pid=ImgDet&rs=1)

Buku ini pertama kali terbit tahun 1580 dalam bahasa Prancis dan segera
diterjemahkan dakan bahasa Latin dan German (1581) dan Italia (1587). Dalam
karyanya ini, Bodin memiliki keyakinan kuat akan keberadaan malaikat dan iblis
dan percaya bahwa mereka berfungsi sebagai perantara antara Tuhan dan
manusia. Bodin sendiri diberi insentif untuk menulis Demonomanie ini setelah dia
mengambil bagian dalam proses melawan penyihir pada April 1578. Tujuannya
adalah untuk menyoroti masalah penyihir yang tampaknya luar biasa aneh bagi
semua orang dan sulit dipercaya Selain itu, buku ini ditulis oleh Bodin karena
mengetahui bahwa pengadilan yang menghukum Juana Harvilliers, seorang
wanita Bohemian yang dibakar di depan umum di alun-alun pasar Ribemont di
Prancis pada tahun 1558, dengan tuduhan merapal mantra dan mempraktikkan
sihir. Karyanya ini terbagu menjadi empat buku, yang pertama menjelaskan
tentang ahli sihir; yang kedua berhubungan dengan hubungan antara ini dan iblis;
Yang ketiga Itu adalah kutukan yang dilakukan setan dan penyihir dan cara untuk
menghindarinya; mendedikasikan ruangan untuk ujian yang diperlukan untuk
mengetahui kejahatan para ahli sihir, penyiksaan yang harus digunakan untuk
interogasi dan hukuman yang harus dijatuhkan pada mereka. Ini menganjurkan
penghapusan besar-besaran

Filsafat Alam

Gambar 8. Theatrum Naturae Universae


(Sumber:https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7d/Th
%C3%A9%C3%A2tre_Jean_Bodin_1597.png/220px-Th
%C3%A9%C3%A2tre_Jean_Bodin_1597.png)

Theatrum Naturae Universae merupakan karya yang diterbitkan pada


tahun kematiannya yaitu pada tahun 1596. Buku ini dapat dianggap sebagai
eksposisi paling sistematis dari visi Bodin mengenai dunia. Jean Bodin
menginformasikan sendiri bahwa Theatrum ditulis pada tahun 1590. Terjemahan
bahasa Prancis dari karya (Le Théâtre de la nature universelle)yang diterbitkan
pada tahun 1597. Sejak awal karirnya, Bodin berusaha untuk secara metodologis
mempelajari semua hal, manusia dan ilahi. Dia pun menulis sebagai berikut:

“Dari sejarah, yaitu, narasi sejati dari hal-hal, ada tiga jenis: manusia, alami,
dan ilahi. Yang pertama menyangkut manusia; yang kedua, alam; yang ketiga,
Bapa Alam. /.../ Jadi akan muncul tentang itu dari berpikir terlebih dahulu
tentang diri kita sendiri, kemudian tentang keluarga kita, kemudian tentang
masyarakat kita kita dituntun untuk memeriksa alam dan akhirnya ke sejarah
sejati Tuhan Abadi, yaitu, untuk kontemplasi”. (Bodin 1945, 15-16)

Theatrum sendiri merupakan titik puncak dari pemeriksaan sistematis


Bodin mengenai hal-hal, studi alam untuk lebih mengenal Tuhan. Bodin percaya
bahwa perang saudara Prancis terkadang adalah bentuk ketidakpuasan Tuha.
Dimana Tuhan menghukum Prancis karena sentimen mereka yang tumbuh tidak
teratur. Theatrum telah digambarkan sebagai serangan terhadap para filsuf yang
sombong dan durhaka, atau naturalis, yang ingin menjelaskan semuanya tanpa
merujuk pada pencipta dan ayah dari semua hal yang Allah. Allah adalah penulis
dari semua hal yang ada, dan perenungan alam membawa kita lebih dekat kepada-
Nya. Theatrum telah ditulis dalam bentuk dialog semu. Adapun dua tujuan utama
Bodin dalam kitab pertama Theatrum adalah untuk membuktikan bahwa hanya
ada satu asas di alam, yaitu Allah, dan, bahwa Dialah yang telah menciptakan
dunia ini dan Dia yang mengaturnya. Sedangkan menurut interpretasi baru-baru
ini oleh Blair, tujuan Bodin dalam menulis Theatrum adalah yang pertama dan
terpenting untuk memerangi tiga dalil jahat filsafat kuno: (1) Keabadian dunia; (2)
Perlunya hukum alam; dan (3) Kematian jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Becker, A. (2013). Jean Bodin on Oeconomics and Politics. History of European


Ideas. 40(2), 135–154. doi:
http://dx.doi.org/10.1080/01916599.2013.796163
Encyclopædia Britannica, Inc. (2021). Jean Bodin: French political philosopher.
[Online]. Diakses dari https://www.britannica.com/biography/Jean-Bodin

Encyclopædia Britannica, Inc. (2021). Wars of Religion: French History.


[Online]. Diakses dari https://www.britannica.com/event/Wars-of-Religion

Lindfors, T. (Tanpa Tahun). Jean Bodin (c. 1529—1596). [Online]. Diakses dari
https://iep.utm.edu/bodin/#:~:text=Bodin%20holds%20that%20sovereignty
%20cannot,the%20optimal%20form%20of%20state.

Muniz-Fraticelli, Victor M. (2010). Jean Bodin. [Online]. Diakses


dari https://ssrn.com/abstract=1659891

Nicholls, S. (2019). Sovereignty and Government in Jean Bodin’s Six Livres de la


République (1576). Journal of the History of Ideas, 80(1), 47–66. doi:
https://doi.org/10.1353/jhi.2019.0002

Sujatmoko, I. (2012). Historiografi Eropa Modern. [Online]. Diakses dari


https://paksejarah.blogspot.com/2012/10/historiografi-eropa-modern.html
Romero, Francisco. (2013). Jean Bodin. Iuris Universi Distributio: Edad Moderna

Anda mungkin juga menyukai