Disusun Oleh:
NIM 1906149 Gilang Risma Aprilianti
Jean Bodin merupakan seorang ahli hukum, filsuf, politisi, sejarawan dan
ekonom Prancis yang lahir pada tahun 1529/1530 di Angers, Prancis dan
merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Bodin merupakan salah satu tokoh
intelektual terkenal di abad ke -16 yang memperkenalkan konsep kedaulatan
kedalam pemikiran hukum dan politik. Ayahnya bernama Guillaume Bodin yang
merupakan seorang pedagang kaya dan anggota borjuis Angers. Sedangkan untuk
keterangan ibunya sendiri sangat sedikit yang diketahui, namun terlepas dari
kenyataan bahwa namanya adalah Catherine Dutertre. Mengenai perjalanan
hidupnya, pada tahun 1545 ia memasuki ordo Karmelit di biara Notre-Dames-des-
Carmes. Ordo Karmelit merupakan ordo keagamaan Katolik yang didirikan oleh
para rohaniawan di Gunung Karmel pada abad ke 12. Dari beberapa dokumen
yang masih ada memberitahukan bahwa Bodin telah dibebaskan dari sumpahnya
dan kemudian ia pergi ke Paris dengan beberapa saudara religiusnya untuk belajar
filsafat dibawah asuhan Carmelite Guillaume Prevost. Kemudian pada tahun
1551 Jean Bodin menempuh pendidikan di Universitas Toulouse untuk belajar
hukum sampai lulus dan kemudian menjadi profesor.
Jiwa Zaman
Perkembangan historiografi Eropa modern mengalami perkembangan pada
masa Renaisans, yang pada kala itu ditandai dengan kebebasan dalam artian
terlepas dari ikatan gereja. Menurut Kuntowijoyo, fase sejarah ini mengantarkan
bangsa Eropa pada titik kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam pengertian periode
waktu (masa), Renaissance adalah masa transisi yang mengakhiri masa Abad
Tengah dan mengawali masa modern, meliputi masa Abad XV dan XVI. Dengan
munculnya Renaissance berarti masa Abad Petengahan telah berakhir dan mulai
memasuki zaman baru, yang disebut sebagai zaman modern. Arah dan
perkembangan pada zaman Renaissance adalah suatu kenyataan bahwa peranan
ilmu alam kodrat dan ilmu negara ternyata lebih besar dalam penentuan
perkembangan pemikiran filsafati pada abad-abad selanjutnya. Sejak Abad XVI
apa yang dimaksud filsafat itu mempunyai arti dan makna yang baru, yaitu filsafat
semakin lepas dari agama. Lepas dari ajaran-ajaran agama maka orang
beranggapan bahwa hidup bermasyarakat bagi manusia adalah sesuatu yang
mempunyai hukumnya sendiri. Kemudian mengajarkan juga bahwa filsafat negara
harus mengambil pelajaran-pelajaran dari sejarah kehidupan lembaga politik yang
pernah ada. Negara tidak mungkin berpihak pada suatu agama tertentu dan negara
harus bersifat adil, dalam arti bahwa setiap orang dalam negara harus mempunyai
hak-hak dan kewajiban yang sama. Jika dilihat dari sudut pandang kebudayaan,
Renaisannse itu merupakan tonggak sejarah awal jaman modern
Perdamain tersebut tidak bertahan lama karena pada tahun 1584, ketika
pemimpin Huguenots yaitu Henry IV menjadi pewaris takhta Prancis, terjadi
kembali perang yang kali ini membawa Spanyol turut serta dalam membantu umat
Katolik Roma. Perang inipun berakhir dengan pelukan Henry IV terhadap Katolik
Roma dan toleransi agama terhadap umat Heguenots pun dijamin oleh Maklumat
Nantes tahun 1598. Reputasinya sebagian besar didasarkan pada catatan mengenai
kedaulatan yang dirumuskan dalam Enam Buku Persemakmuran atau Six Book of
the Commonwealth. Dari peristiwa tersebut Bodin yakin bahwa perdamaian dapat
dipulihkan hanya jika penguasa yang berdaulat diberi kekuasaan negara yang
absolut dan tidak terpisahkan. Bodin pun percaya bahwa agama yang berbeda itu
dapat hidup berdampingan dalam persemakmuran. Toleransinya dalam masalah
agama sering ditekankan, bahkan Bodin juga menentang perbudakan. Dari jiwa
zamannya inilah, pemikiran politik Jean Bodin tumbuh dibawah tekanan
pribadinya ketika Prancis berada di tepi kehancuran.
Gambar 2. François Dubois: Pembantaian Hari St. Bartholomew
(Sumber: Wars of Religion | French history | Britannica)
Ada tiga jenis sejarah menurut Bodin yaitu Ilahi, alam dan manusia. The
Methodus ini adalah penyelidikan jenis ketiga yaitu studi tentang tindakan
manusia dan aturan yang mengaturnya. Dikutip dari bukunya “Memang, dalam
sejarah, bagian terbaik dari hukum universal tersembunyi; dan apa yang sangat
penting untuk penilaian terbaik dari undang-undang – kebiasaan masyarakat dan
permulaan, pertumbuhan, kondisi, perubahan dan kemunduran semua negata
diperoleh-darinya. Poko bahasan utama metode ini terdiri dari fakta-fakta ini
karena tidak ada penghargaan sejarah yang lebih banyak daripada yang
biasanya dikumpulkan di sekutar bentuk pemerintahan negara. “ (Bodin, 1945,
hlm. 8). Dengan karyanya ini, Bodin sendiri ingin menunjukkan bahwa prinsip-
prinsip politik itu ada dalam studi sejarah hukum.
Response to the Pradoxes of Monsieur de Malestroit
“Persemakmuran adalah pemerintahan yang sah dari banyak keluarga dan yang
bagi mereka milik bersama, dengan kampanye yang luar biasa.” (Bodin, 1962, 1)
Kita ketahui bahwa abad ke 16 dan 17 itu sedang terjadi konflik internal
yang sengit dan perebutan kekuasaan dalam agama Kristen. Negara yang paling
parah dan mengalami kerusakan yang cukup besar akibat perang agama antara
Katolik dan Huguenots adalah Prancis. Kontribusi utamanya dalam hal agama
adalah karyanya Demonmanie, colloqium heptaplomeres dan Universe naturae
theatrum. Disamping itu Republique juga berisikan bagian yang membahas agama
dan stabilitas negara. Colloquium of the Seven tentang Rahasia
Luhur (Colloquium heptaplomeres de rerum sublimium arcanis abditis) sering
digambarkan sebagai salah satu karya paling awal dari agama perbandingan.
Karyanya ini diyakini telah ditulis selama tahun 1580-an, meskipun diedarkan
dalam naskah selama hampir tiga abad sebelum diterbitkan secara keseluruhan
pada tahun 1857. Colloquium adalah diskusi antara tujuh pria dari berbagai agama
atau keyakinan yang telah berkumpul di rumah Coronaeus, seorang Katolik yang
tinggal di Venesia, Italia. Para peserta adalah Salomon, seorang Yahudi, Octavius,
seorang mualaf dari Katolik ke Islam, Toralba, seorang filsuf alami, Senamus
yang skeptis, Fridericus, seorang Lutheran, dan Curtius seorang Calvinis. Para
pria terlibat dalam mendengarkan musik, membaca, kesenangan gastronomi, dan
diskusi mengenai agama.
Tentang Sihir
Buku ini pertama kali terbit tahun 1580 dalam bahasa Prancis dan segera
diterjemahkan dakan bahasa Latin dan German (1581) dan Italia (1587). Dalam
karyanya ini, Bodin memiliki keyakinan kuat akan keberadaan malaikat dan iblis
dan percaya bahwa mereka berfungsi sebagai perantara antara Tuhan dan
manusia. Bodin sendiri diberi insentif untuk menulis Demonomanie ini setelah dia
mengambil bagian dalam proses melawan penyihir pada April 1578. Tujuannya
adalah untuk menyoroti masalah penyihir yang tampaknya luar biasa aneh bagi
semua orang dan sulit dipercaya Selain itu, buku ini ditulis oleh Bodin karena
mengetahui bahwa pengadilan yang menghukum Juana Harvilliers, seorang
wanita Bohemian yang dibakar di depan umum di alun-alun pasar Ribemont di
Prancis pada tahun 1558, dengan tuduhan merapal mantra dan mempraktikkan
sihir. Karyanya ini terbagu menjadi empat buku, yang pertama menjelaskan
tentang ahli sihir; yang kedua berhubungan dengan hubungan antara ini dan iblis;
Yang ketiga Itu adalah kutukan yang dilakukan setan dan penyihir dan cara untuk
menghindarinya; mendedikasikan ruangan untuk ujian yang diperlukan untuk
mengetahui kejahatan para ahli sihir, penyiksaan yang harus digunakan untuk
interogasi dan hukuman yang harus dijatuhkan pada mereka. Ini menganjurkan
penghapusan besar-besaran
Filsafat Alam
“Dari sejarah, yaitu, narasi sejati dari hal-hal, ada tiga jenis: manusia, alami,
dan ilahi. Yang pertama menyangkut manusia; yang kedua, alam; yang ketiga,
Bapa Alam. /.../ Jadi akan muncul tentang itu dari berpikir terlebih dahulu
tentang diri kita sendiri, kemudian tentang keluarga kita, kemudian tentang
masyarakat kita kita dituntun untuk memeriksa alam dan akhirnya ke sejarah
sejati Tuhan Abadi, yaitu, untuk kontemplasi”. (Bodin 1945, 15-16)
DAFTAR PUSTAKA
Lindfors, T. (Tanpa Tahun). Jean Bodin (c. 1529—1596). [Online]. Diakses dari
https://iep.utm.edu/bodin/#:~:text=Bodin%20holds%20that%20sovereignty
%20cannot,the%20optimal%20form%20of%20state.