A. Pendahuluan
demokrasi, yang menurut asal kata berarti rakyat berkuasa atau government or
rule by the people. (Bahasa Yunani demos berarti rakyat, kratos/kratein berarti
kekuasaan/berkuasa).
dua kelompok aliran yang paling penting, yaitu demokrasi konstitusionil dan
satu kelompok aliran yang menamakan dirinya “demokrasi”, tetapi yang pada
nampaknya juga didukung oleh beberapa negara baru di Asia. India, Pakistan,
mendasarkan diri atas azas-azas komunisme, yaitu R.R.C., Korea Utara atau
Vietnam.
beberapa azas dan nilai yang diwariskan kepadanya dari masa yang lampau,
1
yaitu gagasan mengenai demokrasi dari kebudayaan Yunani Kuno dan
ke-6 sampai abad ke-3 S.M.) merupakan demokrasi langsung, yaitu suatu
politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak
sederhana, wilayahnya terbatas (negara terdiri dari kota dan daerah sekitarnya)
yang resmi, yang hanya merupakan bagian kecil saja dari penduduk. Untuk
mayoritas yang terdiri dari budak belian dan pedagang asing demokrasi tidak
berlaku. Dalam negara modern demokrasi tidak lagi bersifat langsung, tetapi
Barat waktu bangsa Romawi, yang sedikit banyak masih kenal kebudayaan
Yunani, dikalahkan oleh suku bangsa Eropa Barat dan benua Eropa memasuki
struktur sosial yang feudal, yang kehidupan sosial serta spirituilnya dikuasai
ditandai oleh perebutan kekuasaan antara para bangsawan satu sama lain.
2
Dilihat dari sudut perkembangannya, demokrasi Abad Pertengahan
bangsawan dan Raja John dari Inggris di mana untuk pertama kali seorang
raja yang berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa
hak dan privileges dari bawahannya sebagai imbalan untuk penyerahan dana
bagi keperluan perang dan sebagainya. Biarpun piagam ini lahir dalam
suasana feodal dan tidak berlaku untuk rakyat jelata, namun dianggap sebagai
modern, maka Eropa Barat mengalami beberapa perubahan sosial dan kultural
Eropa Selatan seperti Itali, dan Reformasi (1500-1650) yang mendapat banyak
3
berhasil melepaskan diri dari penguasaan Gereja, baik di bidang spirituil
dalam bentuk dogma, maupun di bidang sosial dan politik. Hasil dari
beragama serta ada garis pemisah yang tegas antara soal-soal agama dan soal-
kecaman terhadap raja, yang menurut pola yang sudah lazim pada masa itu
berhak atas takhtanya berdasarkan konsep Hak Suci Raja (Divine Right of
4
kuat dari golongan menengah (middle class) yang mulai berpengaruh berkat
(kontrak sosial). Salah satu azas dari gagasan kontrak sosial ialah bahwa dunia
dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam yang mengandung prinsip-prinsip
keadilan yang universal, artinya berlaku untuk semua waktu serta semua
manusia, apakah dia raja, bangsawan atau rakyat jelata. Hukum ini dinamakan
hubungan antara raja dan rakyat didasari oleh suatu kontrak yang ketentuan-
alamnya (natural rights) dengan aman. Di pihak lain rakyat akan mentaati
rakyat. Filsuf-filsuf yang mencetuskan gagasan ini antara lain John Locke dari
John Locke hak-hak politik mencakup hak atas hidup, atas kebebasan dan hak
menyusun suatu sistem yang dapat menjamin hak-hak politik itu, yang
5
kemudian dikenal dengan istilah trias politica. Ide-ide bahwa manusia
Sebagai akibat dari pergolakan yang tersebut di atas tadi, maka pada
akhir abad ke-19 gagasan mengenai demokrasi mendapat wujud yang konkrit
sebagai program dan sistim politik. Demokrasi pada tahap ini semata-mata
kesamaan hak (equal rights) serta hak pilih untuk semua warga negara
(universal suffrage).
samping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Pada
pokoknya masalah ini berkisar pada menyusun suatu sistem politik yang mana
6
1. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi
sistem presidensial.1
Undang Dasar 1950, ternyata kurang cocok untuk Indonesia, meski pun dapat
berjalan secara memuaskan dalam beberapa negara Asia lain. Persatuan yang
dapat digalang selama menghadapi musuh bersama menjadi kendor dan tidak
Rakyat.2
parlementer yang mana badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala
1
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1983, hlm. 115.
2
Ibid, hlm. 116.
7
mempunyai tanggungjawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politik
setiap kabinet berdasarkan koalisi yang berkisar pada satu atau dua partai
besar dengan beberapa partai kecil. Koalisi ternyata kurang mantap dan partai-
tidak mampu untuk berperan sebagai oposisi yang konstruktif yang menyusun
tugas oposisi.3
tahun 1955 tidak dapat bertahan lebih lama dari rata-rata delapan bulan, dan
Di samping itu ternyata ada beberapa kekuatan sosial dan politik yang
tidak memperoleh saluran dan tempat yang realistis dalam konstelasi politik,
3
Ibid, hlm. 118.
4
Ibid, hlm. 120.
8
membubuhi cap-nya) belaka dan suatu tentara yang karena lahir dalam
parlementer berakhir.6
dipilih kembali) yang ditentukan oleh Undang-Undang Dasar. Selain dari itu
5
Ibid, hlm. 121.
6
Ibid,, hlm. 125.
9
ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar. Seperti dalam tahun 1960 Ir.
berbuat demikian.7
nya sebagai pembantu Presiden di samping fungsi sebagai wakil rakyat. Hal
rangka ini harus pula dilihat beberapa ketentuan lain yang memberi wewenang
kepada Presiden sebagai badan eksekutif untuk campur tangan di bidang lain
Presiden Nomor 14 Tahun 1960 dalam hal anggota Dewan Perwakilan Rakyat
7
Ibid, hlm. 126.
8
Ibid, hlm. 128.
10
ternyata dipakai oleh fihak komunis sebagai arena kegiatan, sesuai dengan
politik dan pers yang dianggap menyimpang dari revolusi tidak dibenarkan
dan dibredel, sedangkan politik mercusuar di bidang hubungan luar negeri dan
suram. G. 30 S/PKI telah mengakhiri periode ini dan membuka peluang untuk
masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno telah dibatalkan dan jabatan
Presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap lima tahun. Ketetapan MPRS
legislatif dari masa Demokrasi Terpimpin dan atas dasar itu Undang-Undang
9
Ibid, hlm. 130.
11
tetap mempunyai fungsi untuk membantu Pemerintah. Pimpinannya tidak lagi
mempunyai status menteri. Begitu pula tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat-
Gotong Royong yang baru telah meniadakan pasal yang memberi wewenang
formal. Selain dari itu beberapa hak asasi diusahakan supaya diselenggarakan
secara lebih penuh dengan memberi kebebasan lebih luas kepada pers untuk
terencana.10
dan ekonomi, tetapi juga oleh penilaian mengenai pengalaman dalam masa
yang lampau. Indonesia telah sampai kepada titik yang menunjukkan bahwa
badan eksekutif yang tidak kuat dan tidak kontinu, tidak akan dapat
memerintah secara efektif sekali pun program ekonominya teratur dan sehat.
Tetapi kita menyadari pula bahwa badan eksekutif yang kuat tetapi tidak
10
Ibid, hlm. 132.
12
untuk tujuan yang pada hakekatnya merugikan rakyat. Akibat-akibatnya akan
akan lebih cenderung untuk bergerak menuju kultus individu dan otokrasi,
layak.
Beberapa hak asasi lain dan beberapa ketentuan Rule of Law belum
masyarakat yang tidak puas dengan lambannya kemajuan ini yang mungkin
13