Anda di halaman 1dari 8

Nama : Baqiyatus Sholikhah

NIM : 23010119140272
Kelas : Peternakan E

Sejarah Demokrasi di Dunia


Menurut KBBI, demokrasi merupakan bentuk atau sistem pemerintahan
yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya atau
bias disebut dengan pemerintahan rakyat. Pengertian lainnya adalah gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Sedangkan menurut Abraham
Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat,
untuk rakyat.
Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) yang
artinya kekuasaan rakyat, yang terbentuk dari δῆμος (dêmos) yang artinya rakyat
dan κράτος (kratos) yang artinya kekuatan atau kekuasaan. Kata demokrasi
pertama kali muncul pada abad ke-5 SM yang digunakan untuk menyebut sistem
politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena. Kata dmeokrasi merupakan
antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) yang artinya kekuasaan elit. Secara
teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah
tidak jelas lagi.
Gagasan demokrasi sebagai sistem pemerintahan berasal dari kebudayaan
Yunani Kuno (abad ke-6 sampai abad ke-3 SM). Sampai sekarang, Yunani
dianggap sebagai negara pelahir demokrasi di dunia. Setiap warga negara yang
ada di Yunani bebas mengungkapkan pendapatnya, namun keputusan akan tetap
di tangan golongan mayoritas. Sistem demokrasi di Yunani Kuno adalah
demokrasi langsung (direct democracy). Demokrasi langsung merupakan sistem
politik dengan hak pembuatan keputusan politik dijalankan secara langsung oleh
seluruh warga negara berdasarkan prosedur mayoritas.
Demokrasi langsung pada zaman Yunani Kuno dapat diselenggarakan
secara efektif karena berlangsung dalam kondisi yang sederhana. Wilayah Yunani
pada saat itu masih terbatas (negara terdiri atas negara kota city state dan daerah
sekitarnya) dengan jumlah penduduk sekitar 300.000 jiwa dalam satu negara kota.
Selain itu, ketentuan demokrasi hanya berlaku untuk warga negara resmi. Rakyat
jelata, budak belian, dan pedagang asing tidak memiliki hak melakukan
demokrasi. Demokrasi di Yunani membebaskan warga negara untuk berbicara
serta bersuara di forum terbuka.
Perbedaan mendasar demokrasi yang diterapkan di Yunani sebagai negara
pelopor demokrasi terletak pada warga negaranya. Tidak setiap penduduk
dianggap sebagai warga negara. Dan status warga negara resmi ini sangat penting
jika kita ingin terlibat dalam proses demokrasi politik. Yunani yang pada waktu
itu masih tergolong negara kota yang hanya menganggap orang-orang asli Yunani
berkasta tinggi sebagai warga negara. Yang termasuk warga negara di Yunani
kuno hanya kaum tertentu saja. Pembatasan ini bukan tanpa tujuan. Seorang
warga negara yang diberi hak leluasa berbicara juga dituntut untuk memberikan
sesuatu pada negara, terutama ketika Yunani terlibat dalam perang. Sehingga
boleh dikatakan gerakan bela negara di Yunani kuno dilaksanakan secara wajib
militer dan berlaku untuk setiap warga negara.
Setelah menerapkan demokrasi sejak abad ke-5 SM, pemungutan suara
pertama baru dilakukan pada abad ke-7 SM. Tepatnya dengan diselenggarakan
Apella (nama pemungutan suara) di Sparta, Yunani membuktikan pemilihan
secara langsung, umum dan bebas rahasia dapat diadakan dengan lancar.
Gagasan demokrasi mulai hilang ketika Eropa mengalami masa Abad
Pertengahan. Pada masa ini terjadi praktik feodalisme, dimana kekuasaan politik
dipegang oleh para agamawan atau gereja. Demokrasi kembali muncul dengan
adanya piagam Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris. Piagam ini menjelaskan
bahwa Raja John mengakui dan menjamin beberapa hak-hak khusus bawahannya.
Ketika sistem demokrasi di Yunani sudah berlangsung sejak lama, di
Eropa sekitar abad 6 – 15 M masih belum mengenal sistem demokrasi. Pada saat
itu di Eropa berlaku sistem Vassal (budak) dan Lord (tuan). Kebebasan sangat
dibatasi pada masa itu, semua aspek kehidupan sosial dan spiritual dikuasi oleh
Paus dan kaum gereja.
Demokrasi di Eropa dimulai sekitar abad ke-6 hingga ke-15. Pada masa
inilah kekuasan di Eropa tergantung otoritas gereja dan Paus yang sangat
dihormati. Sama seperti negara-negara lain di dunia, Eropa terutama bagian barat
selalu terkekang dengan posisi budak di bawah tuan.

Perkembangan demokrasi di Eropa di mulai dengan kemunculan negara-


negara nasional yang memiliki perbedaan sangat jauh dengan sistem pemerintahan
di kerajaan-kerajaan yang berlaku pada mas itu. Kemunculan negara-negara
nasional tersebut berdampak pada perubahan sosial dan kultural di Eropa.
Kebebasan berpikir sangat dihargai dan tidak terbatas, selain itu pengaruh kaum
geraja mulai pudar.

Pemkembangan demokrasi di Eropa juga dipengaruhi oleh kemunculan


Magna Charta (piagam besar) di Inggris pada 12 Juni 1215. Kemunculan Magna
Charta ini disebabkan karena adanya perselisihan antara Paus dan para kaum
geraja dengan raja, yang waktu itu memerintah adalah raja John. Perselisihan
terjadi atas perberlakuan hak dan keinginan raja yang harus didasarkan pada
hukum yang legal.
Keberadaan Magna Charta ini memang hanya berlaku untuk kalangan
bangsawan dan raja saja, dampaknya belum dirasakan oleh rakyat jelata, namun
kemunculan Magna Charta ini dapat dijadikan sebagai langkah awal berlakunya
demokrasi di Eropa.

Demokrasi tumbuh di Eropa bagian barat karena kebanyakan kaum budak


dan rakyat jelata ingin melepaskan diri dari kebiasaan adat. Kekuasaan otoritas
gereja yang tidak selalu adil dan menyejahterakan seluruh masyarakat membuat
orang-orang kecil merasa tidak dihargai. Mereka bangkit dengan mengubah
sistem menjadi demokrasi.

Beberapa negara di Eropa Barat telah mengaku menjadi negara


demokratis, namun banyak yang belum sepenuhnya menjalankan sistem
demokrasi. Contoh negara besar yang nyata beralih sistem ke demokrasi tercatat
dalam sejarah keruntuhan Uni Soviet. Setelah negara ini mengalami konflik
sampai pecah menjadi beberapa negara kecil, negara pecahan ini menerapkan
sistem demokratis karena tidak ingin mengulang lagi sejarah kelam sosialis –
komunis.

Negara Inggris sangat erat dengan Magna Charta tahun 1215. Namun
bukan karena sejarah HAM yang diangkat oleh Magna Charta. Lebih dari itu,
Magna Charta 1215 juga menyangkut sejarah berdirinya negara demokrasi di
dunia. Piagam besar ini telah ditandatangani oleh beberapa penguasa yang
bersedia melaksanakan demokrasi di kalangan sesamanya.

Pemilihan parlementer pertama kali dilaksanakan di Inggris tahun 1265.


Sebelumnya, sejak dikeluarkannya Magna Charta, orang-orang diluar golongan
raja dan bangsawan merasa lebih terlindungi. Kekuasaan raja yang sebelumnya
tidak terbatas menjadi lebih sempir karena diberlakukannya Magna Charta. Setiap
orang berhak membela dirinya sendiri dan memperjuangkan hak sebagai manusia.

Beberapa imigran dari daratan Inggris pergi ke Amerika Serikat. Di sana,


mereka mulai menyebarkan sistem demokrasi yang menggeser keberadaan sistem
lama yang mengedepankan keturunan. Sistem demokrasi diterima masyarakat
Amerika Serikat dengan diadakannya majelis umum Virginia. Sehingga dapat
dikatakan demokrasi Amerika Serikat dimulai oleh orang Inggris yang bermukim
di Virginia pada abad ke-16.

Bangsa pertama dalam sejarah modern yang mengadopsi konstitusi


demokrasi adalah Republik Korsika pada tahun 1755. Konstitusi Korsika
didasarkan pada prinsip-prinsip Pencerahan dan sudah mengizinkan hak suara
wanita, hak yang baru diberikan di negara demokrasi lain pada abad ke-20. Pada
tahun 1789, Perancis pasca-Revolusi mengadopsi Deklarasi Hak Asasi Manusia
dan Warga Negara dan Konvensi Nasional dipilih oleh semua warga negara pria
pada tahun 1792.
Hak suara pria universal ditetapkan di Perancis pada bulan Maret 1848,
setelah Revolusi Perancis 1848. Tahun 1848, serangkaian revolusi pecah di Eropa
setelah para pemimpin negara dihadapkan dengan tuntutan konstitusi liberal dan
pemerintahan yang lebih demokratis dari rakyatnya.
Walaupun tidak disebut demokrasi oleh para bapak pendiri Amerika
Serikat, mereka memiliki keinginan yang sama untuk menguji prinsip kebebasan
dan kesetaraan alami di negara ini. Konstitusi Amerika Serikat yang diadopsi
tahun 1788 menetapkan pemerintahan terpilih dan menjamin hak-hak dan
kebebasan sipil.
Di garis depan Amerika Serikat, demokrasi menjadi gaya hidup dengan
munculnya kesetaraan sosial, ekonomi, dan politik. Akan tetapi, perbudakan
adalah institusi sosial dan ekonomi, terutama di 11 negara bagian di Amerika
Serikat Selatan. Sejumlah organisasi didirikan untuk mendukung perpindahan
warga kulit hitam dari Amerika Serikat ke tempat yang menjamin kebebasan dan
kesetaraan yang lebih besar.
Pada abad ke-20 dan menuju abad 21, demokrasi liberal muncul dalam
serangkaian “gelombang demokrasi” yang diakibatkan oleh perang, revolusi,
dekolonisasi, agama dan ekonomi. Perang Dunia I dan pembubaran Kesultanan
Utsmaniyah dan Austria-Hongaria berakhir dengan terbentuknya beberapa negara-
bangsa baru di Eropa, kebanyakan di antaranya tidak terlalu demokratis.
Pada tahun 1960, banyak negara yang mengadopsi sistem demokrasi,
meskipun sebagian besar penduduk dunia tinggal di negara yang melaksanakan
pemilihan umum terkontrol dan bentuk-bentuk pembohongan lainnya (terutama di
negara komunis dan bekas koloninya).
Gelombang demokratisasi yang muncul setelah itu membawa keuntungan
demokrasi liberal sejati yang besar bagi banyak negara. Spanyol, Portugal (1974),
dan sejumlah kediktatoran militer di Amerika Selatan kembali dikuasai rakyat
sipil pada akhir 1970-an dan awal 1980-an (Argentina tahun 1983, Bolivia,
Uruguay tahun 1984, Brasil tahun 1985, dan Chili awal 1990-an). Peristiwa ini
diikuti oleh banyak bangsa di Asia Timur dan Selatan pada pertengahan sampai
akhir 1980-an.
Sejarah Demokrasi di Indonesia
Sistem demokrasi di Indonesia mulai berkembang secara dewasa sejak
terlepas dari penjajahan Belanda dan Jepang. Demokrasi di Indonesia muncul
sejak tahun 1913 saat para pemimpin organisasi Indische Partij dan Sarekat
Islam mengajukan tuntutan kepada pemerintah kolonial untuk diberi kebebasan
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan politik dan menyatakan pendapat.
Usulan ini kemudian dipenuhi oleh pemerintah kolonial dengan pembentukan
Dewan Rakyat (Volksraad). Perjalanan demokrasi di Indonesia sangat identik
dengan faktor politik. Perjalanan demokrasi di Indonesia terbagi menjadi 4 masa,
yaitu :

1. Demokrasi Parlementer (1950-1959)

Diberlakukannya UUD 1945 pada periode pertama yaitu tahun


1945-1949, adalah awal mula dipraktikannya demokrasi ini. Namun,
demokrasi parlementer ini tidak berjalan dengan baik. Demokrasi ini tidak
mempunyai modal cukup untuk menjadi mapan dalam implemenasinya,
baik dalam teori, konsep maupun praktiknya. Kehidupan politik dan
pemerintahan pada masa itu tidak stabil, akibatnya program-program yang
dibuat pemerintah tidak bisa dijalankan dengan baik dan
berkesinambungan. Demokrasi parlementer dinilai kurang cocok untuk
diterapkan di Indonesia, hal ini dikarenakan masih banyak terjadi
perpecahan politik. Akhirnya demokrasi ini berakhir secara yuridis pada 5
Juli 1959, bersamaan dengan presiden Soekarno mengeluarkan Dekret
Presiden yang salah satu isinya adalah pemberlakuan kembali UUD 1945
dari UUDS 1950.

2. Demokrasi Terpimpin / Orde Lama (1959-1965)

Sistem pemerintahan ini dikenal juga dengan istilah ‘terkelola’


yaitu suatu pemerintahan demokrasi dengan peningkatan otokrasi. Dengan
kata lain, negara yang menganut sistem demokrasi terpimpin adalah
dibawah pemerintahan penguasa tunggal.

Ciri-ciri demokrasi ini adalah dominasi politik presiden dan


berkembangnya pengaruh komunis serta peranan tantara (ABRI) dalam
panggung politik nasional. Dominasi kekuasaan politik presiden waktu itu
terbukti melahirkan tindakan dan kebijakan yang menyimpang dari
ketentuan UUD 1945. Sejak diberlakukannya dekrit presiden pada tahun
1959, banyak terjadi penyimpangan konstitusi oleh presiden atas dasar
dominasi kekuatan polyik presiden. Hal tersebut menyebabkan hilangnya
social control dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.
Akhir dari system demokrasi terpimpin Soekarno yang berakibat pada
perseteruan anatar PKI dan TNI adalah peristiwa berdarah yang dikenal
dengan G30S/PKI.
3. Demokrasi Pancasila / Orde Baru (1965-1998)

Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya


Surat Perintah 11 Maret 1966. Orde baru bertekad akan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuensi. Awal orde baru
memberi harapan baru pada rakyat dengan adanya pembangunan disegala
aspek melalui Gerakan Pelita I, II, III, IV dan V. pada masa orde baru
berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak 6 kali, yaitu pada tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997.

Periode ini merupakan masa pemerintahan Soeharto. Demokrasi


Pancasila pada masa ini secara garis besar menawarkan tiga komponen
demokrasi. Pertama, menegakkan kembali asas-asas negara hukum dan
kepastian hukum. Kedua, mengutamakan kehidupan yang layak bagi
semua warga negara. Ketiga, adanya pengakuan dan perlindungan HAM,
peradilan yang bebas dan tidak memihak.

Namun ternyata tawaran demokrasi Pancasila hanyalah retorika


politik belaka, sehingga terjadi ketidakdemokratisan penguasa orde baru
yang ditandai oleh:
a. Dominannya peranan militer (ABRI)
b. Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik
c. Pengebirian peran dan fungsi partai politik
d. Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai
politik dan publik
e. Politik masa mengambang
f. Monolitisasi ideologi negara
g. Inkorporasi (peleburan) lembaga non pemerintah

4. Demokrasi Masa Reformasi (1998-Sekarang)

Awal mula demokrasi reformasi yaitu mundurnya presiden


Soeharto sebagai presiden. Dimulai dengan proses amandemen UUD
1945 yang diarahkan untuk memperbaiki aspek-aspek kehidupan
berbangsa. Lebih khsusnya terkait dengan permasalahan pembagian
kekuasaan di lembaga-lembaga pemerintahan.

Setelah pemerintahan presiden Soeharto runtuh dan berganti


dengan pemerintahan presiden Habibie, Indonesia benar-benar mengalami
perubahan sistem demokrasi yang sangat signifikan, diantaranya dengan
diberlakukannya kebebasan pers sebagai sarana atau ruang publik sebagai
alat untuk memudahkan hubungan  negara dengan warga negara. Selain itu
warga negara mendapat kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu juga diberlakukan sistem
pemilu multi partai.
Perbedaan demokrasi Pancasila pada era reformasi dengan era
orde baru terletak pada aturan pelaksanaannya. Periode ini, tuntutan-
tuntutan rakyat mengenai pelaksanaan demokrasi dan HAM harus lebih
konsekuen. Tuntutan ini berasal dari lengsernya kekuasaan presiden
Soeharto yang telah menjabat selama kurang lebih 30 tahun lamanya
dengan demokrasi pancasilanya. Dalam periode ini, cita-cita dari
demokrasi yang mapan dan menjunjung tinggi HAM menjadi tantangan
yang paling utama, sehingga dalam periode ini banyak terjadi perombakan,
baik secara aturan, fungsi dan institusi. Wacana demokrasi pada pasca orde
baru atau era reformasi erat kaintannya dengan pemberdayaan masyarakat
madani (civil society) dan penegakan HAM secara sungguh-sungguh serta
mengembalikan kedaulatan sesungguhnya kepada rakyat.

Hingga kini, Indonesia masih menerapkan demokrasi sebagai


sistem pemerintahannya. Dengan sistem ini, rakyat Indonesia diharapkan
dapat menjadi lebih kritis terhadap negaranya. Sifat kritis ini diharapkan
juga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri rakyat Indonesia.
Daftar Pustaka
Badu, M. N. 2015. Demokrasi dan Amerika Serikat. J. Magister Ilmu Politik
Universitas Hasanudin. 1(1): 9-22.

http://evastickt.blogspot.com/2015/11/sejarah-perkembangan-demokrasi-di-
dunia.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

https://blog.ruangguru.com/nasionalisme-dan-demokrasi-di-indonesia

https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-demokrasi-di-dunia

https://guruppkn.com/sejarah-demokrasi

https://www.matamatapolitik.com/bagaimana-demokrasi-di-amerika-dan-negara-
negara-dunia-terancam-punah/

https://www.infobaswara.com/sejarah-demokrasi/

http://smkmuh2ska.sch.id/berita-14-perjalanan-demokrasi-di-indonesia.html

http://teoripolitik.com/sejarah-demokrasi-di-indonesia/

https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-11-akar-dan-proses-proses-penerapan-
demokrasi-indonesia

Anda mungkin juga menyukai