M0618038
Demokrasi
Istilah demokrasi berawal dari bahasa Yunani, yakni demokratia. Kata ini terbentuk
dari kata demos yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti kekuatan atau kekuasaan. Jadi,
demokrasi sepadan artinya dengan kekuasaan rakyat. Kekuasaan itu mencakup sektor sosial,
ekonomi, budaya, dan politik. Demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan dengan
memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara dalam pengambilan keputusan. Dimana
keputusan itu akan berdampak bagi kehidupan seluruh rakyat. Arti lainnya adalah rakyat
bertindak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Sistem pemerintahan ini, mengizinkan seluruh warga negara untuk berpartisipasi aktif.
Peran serta itu bisa diwakilkan atau secara langsung dalam perumusan, pengembangan, dan
penetapan undang-undang. Setiap ahli memiliki penafsiran tersendiri terhadap demokrasi.
Meskipun bermuara pada tujuan yang sama. Abraham Lincoln berpendapat jika demokrasi
merupakan sistem pemerintahan, yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Sedangkan bagi Charles Costello, demokrasi termasuk sistem sosial dan politik, yang
membatasi kekuasaan pemerintah dengan hukum. Demi melindungi hak seluruh warga negara.
A. Sejarah Demokrasi
Berdasarkan beberapa sumber yang ada di internet dan buku, demokrasi di Yunani kuno
disebutkan mulai muncul dan berkembang sekitar 600 – 300 SM, tepatnya di kota Athena.
Sistem demokrasi tersebut merupakan yang terkuat dan stabil di zamannya. Demokrasi benar-
benar dilakukan secara langsung, setiap orang tidak diperbolehkan memiliki perwakilan untuk
memberikan hak bicaranya atas suatu pilihan. Pemberlakuan sistem demokrasi di Yunani kuno
memiliki ciri khas, yaitu dengan adanya suatu majlis yang dipimpin oleh 10 jendral dan
memiliki kurang lebih 500 perwakilan yang bertugas sebagai pegawai negara. Melalui majlis
tersebut, rakyat bebas menyampaikan pendapatnya termasuk bebas 500 orang perwakilan
untuk bertugas sebagai pegawai negara.
Ketika sistem demokrasi di Yunani sudah berlangsung sejak lama, di Eropa sekitar
abad 6 – 15 M masih belum mengenal sistem demokrasi. Pada saat itu di Eropa berlaku sistem
Vassal (budak) dan Lord (tuan). Kebebasan sangat dibatasi pada masa itu, semua aspek
kehidupan sosial dan spiritual dikuasi oleh Paus dan kaum gereja. Perkembangan demokrasi di
Eropa mulai dengan kemunculan negara-negara nasional yang memiliki perbedaan sangat jauh
dengan sistem pemerintahan di kerajaan-kerajaan yang berlaku pada masa itu. Kemunculan
negara-negara nasional tersebut berdampak pada perubahan sosial dan kultural di Eropa.
Kebebasan berpikir sangat dihargai dan tidak terbatas, selain itu pengaruh kaum gereja mulai
pudar. Perkembangan demokrasi di Eropa juga dipengaruhi oleh kemunculan Magna Charta
(piagam besar) di Inggris pada 12 Juni 1215. Kemunculan Magna Charta ini disebabkan karena
adanya perselisihan antara Paus dan para kaum geraja dengan raja, yang waktu itu memerintah
adalah raja John. Perselisihan terjadi atas perberlakuan hak dan keinginan raja yang harus
didasarkan pada hukum yang legal.Keberadaan Magna Charta ini memang hanya berlaku untuk
kalangan bangsawan dan raja saja, dampaknya belum dirasakan oleh rakyat jelata, namun
kemunculan Magna Charta ini dapat dijadikan sebagai langkah awal berlakunya demokrasi di
Eropa.
Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang menerapkan demokrasi dalam sistem
pemerintahannya. Sistem demokrasi di Indonesia mulai berkembang secara dewasa sejak
terlepas dari penjajahan Belanda dan Jepang. Para tokoh pendiri bangsa pada masa itu memang
sudah memilih sistem demokrasi sebagai alat untuk mengatur sistem pemerintahan negara.
Perjalanan demokrasi di Indonesia sangat identik dengan faktor politik, maka tidak heran jika
pada masa awal negara didirikan, Indonesia sempat beberapa kali mengalami proses pergantian
sistem demokrasi. Diantaranya sistem demokrasi parlementer dan sistem demokrasi terpimpin.
Pada masa awal pemerintahan Indonesia, yaitu pada periode 1950 hingga 1959,
pemerintah Indonesia menggunakan UUD Sementara sebagai landasan hukum konstitusi
negara. Pada masa ini bisa dibilang demokrasi mengalami kejayaan, karena hampir semua
aspek pemerintahan dan politik dijalankan dengan sistem demokrasi.
Kemudian pada 1959 terjadi perubahan sistem dari demokrasi parlementer menjadi
sistem demokrasi terpimpin. Hal ini didasarkan oleh ketidaksukaan presiden Soekarno
terhadap sikap dari partai-partai politik. Beberapa partai politik cenderung lebih berpihak
kepada kepentingan internalnya sendiri, dibanding memihak kepada kepentingan nasional.
Presiden Soekarno menganggap sistem demokrasi parlementer tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia yang cenderung diperngaruhi oleh semangat kekeluargaan dan
gotong royong.
Berlanjut ke masa pada saat transisi dari order lama ke orde baru atau lebih tepatnya
pada masa pemerintahan presiden Soeharto, sistem demokrasi Indonesia bisa dibilang
berantakan. Hak rakyat tidak tersampaikan secara penuh dalam jalannya pemerintahan.
Pemerintah kala itu membatasi hak dan kewajiban warna negara, terbukti dengan proses
rotasi jabatan kekuasaan yang hampir tidak pernah terjadi. Rotasi perpindahan kekuasaan
hanya berlaku untuk sebagian kecil pejabat-pejabat rendah seperti kepala desa, dan camat.
Kalaupun ada pejabat tinggi yang diganti hanya pada pergantian jabatan wakil presiden.
Pergantian rotasi kekuasaan tidak berlaku untuk presiden pada masa itu, hal ini sangat tidak
mencerminkan ciri-ciri demokrasi.
Gejolak dan amarah rakyat akhirnya meledak dengan melakukan protes besar-besaran
terhadap sistem pemerintahan order baru. Tepatnya pada tahun 1998, rakyat serentak
menuntuk presiden Soeharto untuk mundur dari kursi kekuasaannya. Presiden Soeharto
dianggap sudah terlalu jauh memonopoli kekuasaan dan mencemari semangat demokrasi
yang berlaku di Indonesia.
Peristiwa 1998 tersebut bisa dijadikan sebagai awal menuju kedewasaan demokrasi bagi
rakyat Indonesia. Dimulai dengan proses amandemen UUD 1945 yang diarahkan untuk
memperbaiki aspek-aspek kehidupan berbangsa. Lebih khususnya terkait dengan
permasalahan pembagian kekuasaan di lembaga-lembaga pemerintahan.
Setelah pemerintahan presiden Soeharto runtuh dan berganti dengan pemerintahan presiden
Habibie, Indonesia benar-benar mengalami perubahan sistem demokrasi yang sangat
signifikan, diantaranya dengan diberlakukannya kebebasan pers sebagai sarana atau ruang
publik sebagai alat untuk memudahkan hubungan negara dengan warga negara. Selain itu
warga negara mendapat kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Selain itu juga diberlakukan sistem pemilu multi partai.
B. Prinsip demokrasi
1. Demokrasi Formal. Sistem ini tidak mengurangi kesenjangan ekonomi sedikit pun,
dan sangat fokus di sektor politik.
2. Demokrasi Material. Sistem ini tidak mengurangi kesenjangan politik sedikit pun,
dan sangat fokus pada bidang ekonomi.
3. Demokrasi Gabungan. Sistem tersebut adalah kolaborasi antara demokrasi material
dan demokrasi formal.
Selain Indonesia, banyak juga negara yang menggunakan sistem demokrasi dalam
pemerintahannya, berikut diantaranya;
India
Amerika Serikat
Indonesia
Brazil
Pakistan
Negeria
dll