Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN DEMOKRASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap warga negara dalam kesehariannya selalu berhubungan dengan
aspek-aspek politik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan
politik yang telah menjadi bagian dari keseharian warga negara dalam sebuah
negara ini menimbulkan atau membentuk pendapat, pandangan dan
pengetahuan tentang perilaku politik. Pandangan, pendapat, dan pengetahuan
itu memunculkan orientasi seseorang terhadap kehidupan politik atau objek
politik sehingga melahirkan budaya politik dalam sebuah Negara. Sebuah
Negara memiliki sistem politik yang berbeda. Disamping itu, sebuah Negara
pasti memiliki sebuah sistem pemerintahan, dan sistem pemerintahan yang
dianut sesuai dengan keinginan dan kesepakan Negara tersebut.
Dalam sebuah kehidupan bernegara sebuah negara sangat memerlukan
sistem pemerintahan, agar mereka dapat tertuntun dan sebuah sistem
pemerintahan tersebut menjadi cara yang dianut oleh semua masyarakat dalam
sebuah Negara. Sistem pemerintahan yang dianut dan paling sering digunakan
adalah sistem pemerintahan demokrasi. Proses penguatan hak rakyat dan
penduduk negeri akhir-akhir ini makin menguat seiring dengan meningkatnya
tekonologi informasi dan kesadaran tentang hak inidividu untuk menyuarakan
pendapatnya, dan hak untuk mengetahui yang sebenarnya. Hal ini hampir
terjadi di semua negara kecuali negara-negara yang masih mempertahankan
sistem diktator seperti Myanmar, Korea Utara, Kuba, dsb. Jika dalam sebuah
negara oposisi tidak diizinkan ada, maka dapat dipastikan negara tersebut
menganut sistim diktator. Oleh karena itu, demokrasi banyak diminati oleh
Negara-negara di dunia.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang sejarah
perkembangan demokrasi di dunia termasuk Indonesia. Selain itu juga akan
membahas sistem demokrasi yang dianut oleh beberapa negara di dunia. Dan
tentunya membahas tentang sistem demokrasi yang dianut oleh negara
Indonesia, yaitu Demokrasi Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:

a. Apa pengertian dari Demokrasi?

b. Bagaimana perkembangan Demokrasi di Indonesia?

c. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila?

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang
artinya rakyat dan cratein yang artinya memerintah. Jadi demokrasi berarti
suatu negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat .
Demokrasi adalah bagaimana menghormati pendapat orang lain,
mendengarkan mereka, tidak berperasangka tentang kemunafikan, jangan
menghukum mereka atau memfitnah mereka secara tak semena-mena,
meskipun ia seorang penghianat besar. Demorasi adalah bagaimana seseorang
mengakui kemungkinan kesalahan atas diri sendiri.
Demokrasi itu dimana otoritas Negara ada di tangan rakyat. Apa saja
adalah milik rakyat. Tetapi mustahil semua rakyat menjadi pemimpin
(presiden) dalam sebuah negara, maka dari itu mereka mengadakan pemilu,
memilih wakil-wakil, kemudian para wakil memilih sejumlah orang yang
dibayar untuk mengurusi segala yang diperlukan oleh rakyat dalm
ketatanegaraan. Pengurus itu dijejer dari paling atas Namanya presiden
selanjutnya sampai ke level yang terbawah sampai ajudan Pak RT.
Dalam Demokrasi, presiden dan seluruh jajaran birokrat adalah PRT alias
pembantu rumah tangga rakyat. Rakyat membayarnya, menyediakan kantor,
rumah dinas, kendaraan, serta segala perlengkapan untuk menjalankan
tugasnya. Pemerintah adalah pihak yang dipilih, sementara rakyat adalah pihak
yang memilih, yang memilih lebih tinggi derajatnya dan lebih berkuasa dari
yang dipilih.
[2]
2.2 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Dunia
2.2.1 Zaman Kuno
Konsep demokrasi semula hadir dari pemikiran
mengenai konsep negara dan hukum yang dipratikkan
pada abad Yunani Kuno yang dikenal sebagai
Demokrasi Athena. Demokrasi Athena yang didirikan
oleh Cleisthenes pada tahun 508/7 SM berbentuk
demokrasi langsung, dimana warga negara secara
langsung berperan dalam membuat
keputusankeputusan politik dengan
mengikuti prosedur mayoritas. Sistem ini
dapat dilaksanakan dengan efektif karena wilayah pelaksanaannya hanya
terbatas II.1 Cleisthenes
Gambar

2
pada sebuah kota dan daerah di sekitarnya serta penduduk di
wilayah tersebut masih terbilang sedikit.
Selain itu, ketentuan-ketentuan demokrasi hanya berlaku bagi warga
negara resmi yang hanya merupakan sebagian kecil dari seluruh penduduk
dikarenakan perempuan, anak-anak, budak belian, dan pedagang asing tidak
termasuk dalam kategori warga negara. Kewarganegaraan Athena hanya
berlaku bagi pria diatas usia 18 tahun yang telah mengikuti pelatihan militer
dan tidak melanggar hukum, sehingga dalam keadaan ini dan dikombinasikan
fluktuasi populasi kaum pria akibat perang, warga negara Demokrasi Athena
hanya mencakup kurang dari 20 persen total populasi.

Gambar II.2 Ilustrasi Penerapan Demokrasi Athena

Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan


dibuat oleh majelis, tetapi juga sangat langsung dalam artian rakyat melalui
majelis, dewan (boule), dan pengadilan mengendalikan seluruh proses politik
dan sebagian besar warga negara terus terlibat dalam urusan publik. Meskipun
hak-hak individu tidak dijamin oleh konstitusi Athena dalam arti modern,
penduduk Athena menikmati kebebasan tidak dengan menentang pemerintah,
tetapi dengan tinggal di sebuah kota yang tidak dikuasai kekuatan lain dan
menahan diri untuk tidak tunduk pada perintah orang lain.
Dalam periode yang sama Republic Romawi juga berkembang pesat.
Republik Romawi mengambil elemen-elemen demokrasi Yunani dan
menerapkannya dalam pemerintahannya. Meski Republik Romawi
berkontribusi banyak terhadap berbagai aspek demokrasi, hanya sebagian kecil
orang Romawi yang memiliki hak suara dalam pemilihan wakil rakyat karena
pada awalnya hanya dimiliki oleh kaum aristrokat, yaitu orang-orang yang
mewariskan kekuasaan selama turun temurun, yang duduk di pemerintahan.
Barulah setelah itu rakyat juga diizinkan untuk memegang beberapa jabatan

3
dan memilih pemimpin mereka sendiri. Republik Romawi juga merupakan
pemerintahan pertama di dunia Barat yang berbentuk Republik, meski
demokrasinya tidak menonjol.
Model pemerintahan Romawi menginspirasi para pemikir politik pada
abad-abad selanjutnya dan negara-negara demokrasi perwakilan modern
cenderung meniru model Romawi, bukan Yunani, karena Romawi adalah
negara yang kekuasaan agungnya dipegang rakyat dan perwakilan terpilih
yang telah memilih atau mencalonkan seorang pemimpin. Demokrasi
perwakilan adalah bentuk demokrasi yang rakyatnya memilih perwakilan yang
kemudian memberi suara terhadap sejumlah inisiatif kebijakan, berbeda
dengan demokrasi langsung yang rakyatnya memberi suara terhadap inisiatif
kebijakan secara langsung. Pada abad terakhir SM lembaga-lembaga
demokrasi Republik Romawi dihancurkan oleh para pejabat yang korup dan
prajurut yang haus kekuasaan. Selama 600 tahun berikutnya, demokrasi benar-
benar hilang.

2.2.2 Abad Pertengahan


Gagasan demokrasi Yunani-Romawi hampir bisa dikatakan hilang dari
muka Dunia Barat di abad pertengahan. Namun demikian di seluruh dunia
muncul berbagai sistem yang memiliki pemilihan umum atau pertemuan meski
hanya melibatkan sebagian kecil penduduk. Sistem-sistem tersebut meliputi:

• Pemungutan suara oleh Kerajaan Chola di India Selatan


• Pemilihan Gopala oleh kasta atas di daerah Bengal, India
• Persemakmuran Polandia-Lithuania (10% populasi)
• Althing di Islandia
• Løgting di Kepulauan Faeroe,
• Beberapa negara-kota Italia abad pertengahan seperti Venesia
• Sistem tuatha di Irlandia abad pertengahan awal
• Veche di Republik Novgorod dan Pskov di Rusia abad pertengahan,
• Things di Skandinavia,
• Negara bagian di Tirol dan Swiss,
• Kota pedagang otonomi Sakai di Jepang abad ke-16, dan • Masyarakat
Igbo di Volta-Nigeria.
Pada umumnya wilayah di Eropa abad pertengahan dikuasai oleh pemuka
agama dan tuan tanah. Masyarakat abad pertengahan dicirikan oleh struktur
sosial yang feodal, kehidupan sosial dan spiritualnya dikuasai oleh Paus dan
pejabat gereja; sedangkan kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan
kekuasaan antara para bangsawan. Dengan demikian masyarakat Eropa

4
memasuki era yang dikenal sebagai masa kegelapan (dark age). Kendati
demikian, di masa kegelapan ini pada tahun 1215 lahirlah Magna Charta
(Piagam Besar), yang merupakan semacam kontrak hasil pemaksaan para
terhadap Raja John dari Inggris dimana untuk pertama kali seorang raja yang
berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa hak dari
bawahannya sebagai imbalan untuk menyerahkan dana untuk keperluan
perang dan sebagainya.

Gambar II.3 Magna Charta

Magna Carta mendorong terciptanya parlemen atau badan pembuat hukum


yang menyatakan bahwa hukum tertulis lebih berkuasa daripada raja dengan
demikian kekuasaan keluarga kerajaan mulai dibatasi dan rakyat mulai
mendapat sebagian kekuasaan. Selanjutnya kekuasaan Parlemen semakin
menguat dengan munculnya berbagai peraturan yang membatasi kekuasaan
raja. Semakin kuat Parlemen, semakin banyak hak hak rakyat untuk
menyatakan pendapatnya. Meskipun piagam ini lahir dalam suasana yang
feodal dan tidak berlaku pada rakyat jelata namun dianggap sebagai tonggak
perkembangan gagasan demokrasi.
Masa Renaissance (Lahir Kembali) adalah masa dimana minat terhadap
sastra dan budaya Yunani kuno hidup kembali dalam bentuk
gelombanggelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di kota
Florennce, Italia pada abad ke-14 dan mencapai puncaknya di abad ke-15 dan
16. Masyarakat kembali berpaling kepada kebudayaan klasik terutama
kebudayaan Yunani dan Romawi karena kebudayaan ini menempatkan
manusia sebagai subjek utama, yang dikenal sebagai humanisme classic.

5
Masa Renaisans adalah masa ketika orang mematahkan semua ikatan yang
ada dan menggantikannya dengan kebebasan bertindak seluas-luasnya sesuai
dengan yang dipikirkan. Sebagian ahli mengatakan bahwa masa Renaisans
bukanlah merupakan suatu titik tonggak perubahan yang baru dalam sejarah
dikarenakan masyarakat pada masa tersebut hanya mengenang kembali dan
memanfaatkan ulang sistem kebudayaan yang telah ada sebelumnya, sehingga
ahli-ahli tersebut lebih memilih istilah Zaman Modern Awal.

Selain Renaisans, peristiwa yang ikut mendorong timbulnya kembali


demokrasi adalah Reformasi Gereja oleh Martin Luther yang bertujuan untuk
memperbaiki keadaan Gereja Katolik yang pada saat itu hanya menjadi
perpanjangan tangan penguasa. Namun gerakan reformasi ini justru
memunculkan ajaran baru yang menyulut timbulnya pemberontakan rakyat
jelata dimana-mana. Efek dari peristiwa ini justru menjadi tanda berakhirnya
beberapa konflik-konflik yang sudah lama tidak terselesaikan dan kelelahan
akibat perang sehingga menciptakan keseimbangan.
Renaisans dan Reformasi ini mendorong Eropa masuk ke dalam Abad
Pemikiran (Aufklarung) yang mendorong mereka untuk memerdekakan pikiran
dari batas-batas yang ada yang pada gilirannya memunculkan gagasan tentang
kebebasan politik. Dari sinilah timbul gagasan tentang hak-hak politik rakyat
yang tidak boleh diselewengkan oleh raja dan timbul kecaman-kecaman terhadap
raja yang memerintah dengan kekuasaan tak terbatas. Kecaman dan dobrakan
terhadap absolutisme monarki didasarkan pada teori rasionalistis bahwa dunia ini
dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam yang mengandung prinsip-prinsip
keadilan yang universal. Raja diberi kekuasaan untuk memimpin dan rakyat akan
tunduk selama hak-haknya terjamin. Tampak bahwa teori hukum alam merupakan
usaha mendobrak pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat
dalam suatu asas yang disebut demokrasi (pemerintahan rakyat). 2.2.3 Zaman
Modern A. Menuju Demokrasi Modern
Filsuf Inggris John locke dan seorang filsuf Perancis Jean-Jacques
Rousseau mempengaruhi penguatan nilai-nilai demokrasi walaupun tidak
konklusif merujuk langsung pada demokrasi (Political Dictionary). John
Locke dalam bukunya Two Treatises menyatakan bahwa dibawah ‘kontrak
sosial’, tugas pemerintah adalah untuk melindungi ‘hak-hak alamiah’, yang
mencakup hak untuk hidup, kemerdekaan, dan kepemilikan properti.
Kemudian Rousseau memperluas pemikiran tersebut dalam bukunya The
Social Contract (1762). Kedua filsuf ini sangat berpengaruh dalam
mempersiapkan jalan menuju demokrasi Amerika di jaman modern.
Pada akhir abad ke-18 beberapa pemikiran menghasilkan revolusi Perancis
dan Amerika, pemikiran tersebut antara lain adalah bahwa manusia

6
mempunyai hak politik yang tidak boleh diselewengkan oleh raja dan
menyebabkan dilontarkan kecaman terhadap raja, yang menurut pola yang
sudah lazim pada masa itu mempunyai kekuasaan tidak terbatas. Pendobrakan
terhadap kedudukan raja yang absolut didasarkan atas suatu teori rasionalistis
yang dikenal dengan social contract (kontrak sosial).

Montesquieu mengemukakan sistem pokok berupa Trias Politica yang


menurutnya dapat menjamin hak-hak politik melalui suatu sistem pemisahan
kekuasaan dalam negara menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif
yang masing-masing harus dipegang oleh organ sendiri yang merdeka,
sehingga kekuasaan tidak dipegang oleh satu orang saja.
Revolusi Amerika adalah kejadian penting lain dalam sejarah demokrasi.
Deklarasi Kemerdekaan tahun 1776 oleh presiden Thomass Jefferson
mengakui pengaruh John Locke dan Rousseau dalam penyusunan dokumen
kemerdekaan. Dari Locke diambil pemikiran tentang semua manusia
diciptakan setara bahwa manusia punya hak hidup, kemerdekaan dan mengejar
kebahagiaan. Lalu dari Rousseau diambil pemikiran bahwa rakyat, semua
orang dapat mengadakan perlawanan menghadapi pemerintah manakala
pemerintah tidak menghargai hak-hak tersebut. Revolusi Perancis membuka
jalan pada pemikiran bahwa kemerdekaan terjadi setelah cabang-cabang
pemerintahan legislatif, yudikatif dan eksekutif dipisahkan. Rakyat Perancis
menggulingkan raja Louis ke-XVI dan kemudian menetapkan ‘Deklarasi
Hakhak Manusia’ dalam hal kemerdekaan, hak milik, keamanan, dan
penolakkan kepada penindasan.

7
Gambar II.4 Penetapan hak suara pria universal di Perancis tahun 1848

Di seluruh dunia, revolusi mulai bermunculan melawan monarki, dan


pemerintahan demokratis mulai menjamur. Sebelum abad ke-19 berakhir,
hampir semua morarki Eropa Barat telah mengadopsi suatu konstitusi yang
membatasi kekuasaan keluarga kerajaan dan memberikan sebagian kekuasaan
kepada rakyat. Demokrasi menjadi semakin populer. Sampai tahun 1950
hampir setiap negara yang merdeka memiliki pemerintahan yang memiliki
beberapa prinsip dan cita-cita demokrasi. Bangsa yang dijadikan model dari
prinsip-prinsip tersebut adalah Amerika Serikat.
Demokrasi Amerika modern adalah dalam bentuk suatu republik
demokratik atau demokrasi perwakilan. Suatu demokrasi perwakilan muncul di
Amerika Serikat sebab penduduk baru sudah muak dengan pajak tanpa
perwakilan dan mereka menginginkan sistem yang lebih adil dimana orang
biasa bisa bersuara untuk ikut mengatur negara. Mereka menginginkan
demokrasi perwakilan dimana perwakilan yang dipilih yang akan mengatur
pemerintahan. Para perwakilan tersebut dipilih dengan pemikiran bahwa
mereka akan secara tepat mewakili konstituen mereka, tetapi sebagai langkah
untuk berjaga-jaga seandainya ini tidak terjadi, pemerintahan Amerika Serikat
dibagi menjadi 3 cabang untuk mengawasi penyelewengan. Ketiganya adalah
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tidak ada satupun yang memiliki kekuasaan
absolut. Ketiga cabang pemerintahan tersebut dimaksudkan sebagai cara untuk
menghindari tirani mayoritas.

B. Menuju Demokrasi Modern


Akibat dari keinginan menyelenggarakan hak-hak politik secara efektif
timbullah gagasan bahwa cara yang terbaik untuk membatasi kekusaan
pemerintah ialah dengan suatu konstitusi. Undang-undang menjamin hak-hak
politik dan menyelenggarakan pembagian kekuasaan negara dengan
sedemikian rupa, sehingga kekusaan eksekutif di imbangi dengan kekusaan
parlemen dan lembaga hukum. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme
(constitusionalism), sedangkan negara yang menganut gagasan ini disebut
constitutional state. Pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 gagasan
mengenai perlunya pembatasan mendapatkan perumusan yang yuridis. Ahli
hukum Eropa Barat yaitu Immanuel Kant. Kant memakai istilah Rechtsstaat
sedangkan A.V. Dicey memakai istilah Rule of Law. Pada abad ke-20 gagasan
bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga negara baik
dibidang sosial maupun ekonomi lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa
pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan oleh karenanya
harus aktif mengatur kehidupan ekonomi dan sosial.

8
Gambar II.5 Indeks Demokrasi yang disusun The Economist pada Desember 2011

Sesudah perang Dunia II International Commission Of Jurists tahun 1965


sangat memperluas konsep mengenai Rule Of Law, bahwa disamping hak-hak
politik juga hak-hak sosial dan ekonomi harus diakui dan dipelihara, sebagai
standar dasar sosial ekonomi. International Commission Of Jurists dalam
konferensinya di Bangkok merumuskan mengenai sistem politik dengan
demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat suatu
keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga Negara melalui wakil
yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui
suatu proses pemilihan yang bebas. Ini dinamakan “demokrasi berdasarkan
perwakilan”.

2.3 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia[4]


Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang menerapkan demokrasi
dalam sistem pemerintahannya. Sistem demokrasi di Indonesia mulai
berkembang secara dewasa sejak terlepas dari penjajahan Belanda dan Jepang.
Para tokoh pendiri bangsa pada masa itu memang sudah memilih sistem
demokrasi sebagai alat untuk mengatur sistem pemerintahan negara.
Perjalanan demokrasi di Indonesia sangat identik dengan faktor politik,
maka tidak heran jika pada masa awal negara didirikan, Indonesia sempat
beberapa kali mengalami proses pergantian sistem demokrasi. Diantaranya
sistem demokrasi parlementer dan sistem demokrasi terpemimpin.

2.3.1 Penerapan Demokrasi Parlementer (1950 – 1959)


Pada masa awal pemerintahan Indonesia, yaitu pada periode 1950 hingga
1959, pemerintah Indonesia menggunakan UUD Sementara sebagai landasan
hukum konstitusi negara. Pada masa ini bisa dibilang demokrasi mengalami
kejayaan, karena hampir semua aspek pemerintahan dan politik dijalankan
dengan sistem demokrasi.

9
2.3.2 Demokrasi Terpimpin (1959 – Orde Baru)
Kemudian pada 1959 terjadi perubahan sistem dari demokrasi parlementer
menjadi sistem demokrasi terpimpin. Hal ini didasarkan oleh ketidaksukaan
presiden Soekarno terhadap sikap dari partai-partai politik. Beberapa partai
politik cenderung lebih berpihak kepada kepentingan internalnya sendiri,
dibanding memihak kepada kepentingan nasional. Presiden Soekarno
menganggap sistem demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia yang cenderung diperngaruhi oleh semangat kekeluargaan
dan gotong royong.

2.3.3 Sistem Demokrasi Order Baru (1966 – 1998)


Berlanjut ke masa pada saat transisi dari order lama ke orde baru atau
lebih tepatnya pada masa pemerintahan presiden Soeharto, sistem demokrasi
Indonesia bisa dibilang berantakan. Hak rakyat tidak tersampaikan secara
penuh dalam jalannya pemerintahan. Pemerintah kala itu membatasi hak dan
kewajiban warna negara, terbukti dengan proses rotasi jabatan kekuasaan yang
hampir tidak pernah terjadi. Rotasi perpindahan kekuasaan hanya berlaku
untuk sebagian kecil pejabat-pejabat rendah seperti kepala desa, dan camat.
Kalaupun ada pejabat tinggi yang diganti hanya pada pergantian jabatan wakil
presiden. Pergantian rotasi kekuasaan tidak berlaku untuk presiden pada masa
itu, hal ini sangat tidak mencerminkan ciri-ciri demokrasi.

2.3.4 Demokrasi Pasca Runtuhnya Orde Baru (Masa Reformasi)


Gejolak dan amarah rakyat akhirnya meledak dengan melakukan protes
besar-besaran terhadap sistem pemerintahan order baru. Tepatnya pada tahun
1998, rakyat serentak menuntut presiden Soeharto untuk mundur dari kursi
kekuasaannya. Presiden Soeharto dianggap sudah terlalu jauh memonopoli
kekuasaan dan mencemari semangat demokrasi yang berlaku di Indonesia.
Peristiwa 1998 tersebut bisa dijadikan sebagai awal menuju kedewasaan
demokrasi bagi rakyat Indonesia. Dimulai dengan proses amandemen UUD
1945 yang diarahkan untuk memperbaiki aspek-aspek kehidupan berbangsa.
Lebih khsusnya terkait dengan permasalahan pembagian kekuasaan di
lembaga-lembaga pemerintahan.
Setelah pemerintahan presiden Soeharto runtuh dan berganti dengan
pemerintahan presiden Habibie, Indonesia benar-benar mengalami perubahan
sistem demokrasi yang sangat signifikan, diantaranya dengan diberlakukannya
kebebasan pers sebagai sarana atau ruang publik sebagai alat untuk
memudahkan hubungan negara dengan warga negara. Selain itu warga negara
mendapat kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Selain itu juga diberlakukan sistem pemilu multi partai.

10
2.5 Demokrasi di Indonesia (Demokrasi Pancasila)[6]
Arti Demokrasi Pancasila adalah sistem pemerintahan yang bersumber
dari falsafah hidup bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa Indonesia. Dari
falsafah tersebut kemudian muncul dasar negara yang disebut Pancasila, yang
perwujudannya tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Sebelum diterapkan Demokrasi Pancasila, bangsa Indonesia pernah
melalui dua sistem pemerintahan yang berbeda.

1. Demokrasi Liberal Parlementer


Pada periode tahun 1950-1959, Indonesia menganut sistem pemerintahan
Demokrasi Parlementer yang menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) sebagai dasar konstitusionalnya. Periode tersebut sering pula disebut
dengan masa demokrasi liberal yang parlementer.
Pengertian demokrasi liberal itu sendiri merujuk pada sistem politik yang
mengutamakan hak-hak individu yang dilindungi oleh konstitusi. Dengan kata
lain, pemerintah tidak berhak mengekang kebebasan individu.
Karena dianggap sebagai sistem pemerintahan yang gagal, masa
demokrasi parlementer berakhir setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden pada 5
Juli 1959 yang berisi perintah membubarkan konstituante, konstitusi yang
kembali pada UUD 1945, serta perintah untuk membentuk MPRS dan DPAS.

2. Demokrasi Terpimpin
Pasca berakhirnya demokrasi liberal parlementer, sistem pemerintahan
Indonesia kemudian beralih pada sistem Demokrasi Terpimpin yang
berlangsung dari tahun 1959-1965. Pengertian Demokrasi Terpimpin ialah
sebuah sistem pemerintahan yang berpusat pada pemimpin negara, yang kala
itu dijabat oleh Presiden Soekarno. Presiden memiliki kewenangan untuk
memutuskan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
Demokrasi Terpimpin memiliki karakteristik yang tertuang dalam ideologi
NASAKOM (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme). Karena terjadi banyak
penyimpangan dari sistem Demokrasi Terpimpin, yang salah satunya adalah
lemahnya perlindungan HAM, maka sistem Demokrasi Terpimpin diakhiri
pada tahun 1965 dan digantikan oleh sistem Demokrasi Pancasila.

2.5.1 Prinsip Demokrasi Pancasila


Demokrasi Pancasila mengandung beberapa prinsip yang mengandung
falsafah hidup bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

1) Prinsip demokrasi yang berlandaskan pada sila pertama, yakni Ketuhanan


Yang Maha Esa. Artinya, sistem Demokrasi Pancasila harus tetap

11
menganut nilai-nilai ketuhanan dan mengakui kebebasan rakyat untuk
menganut agama yang diakui oleh konstitusi Indonesia.
2) Demokrasi Pancasila menjunjung tinggi hak asasi manusia.
3) Kepentingan rakyat merupakan aspek terpenting dari Demokrasi
Pancasila.
4) Harus didukung dan diwujudkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Artinya,
rakyat harus mampu bertanggungjawab atas hak dan kewajibannya
masing-masing serta menjalankan perannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara sebaik mungkin.
5) Demokrasi Pancasila menganut sistem pemisahan kekuasaan yang
dijalankan oleh lembaga-lembaga negara yang diberikan wewenang dan
fungsi tertentu seperti pada lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
6) Berlandaskan pada ketentuan hukum yang berlaku, bukan pada kekuasaan
semata. Segala tindakan dan kebijakan yang diterapkan pemerintah harus
mengacu pada perundang-undangan yang diakui konsitusi pemerintahan
Indonesia.
7) Demokrasi Pancasila berusaha mewujudkan kesejahteraan rakyat dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik secara lahir maupun batin.
8) Bertujuan mewujudkan sistem tata negara yang baik dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
9) Demokrasi Pancasila menjamin penyelenggaraan peradilan yang bebas,
dan tidak memihak. Peradilan tidak akan dapat memengaruhi ataupun
dipengaruhi pihak manapun sebab sudah memiliki landasan hukum.
10) Harus mampu menjamin terwujudnya sistem otonomi daerah yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
di daerah melalui pelimpahan tugas dan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah.

2.5.2 Ciri Demokrasi Pancasila


Idris Israil dalam bukunya yang berjudul Pendidikan, Pembelajaran, dan
Penyebaran Kewarnageraan mengkualifikasikan ciri-ciri Demokrasi Pancasila
sebagai berikut:

1) Kedaulatan penuh berada di tangan rakyat.


2) Menjunjung tinggi asas musyawarah mufakat dan gotong royong.
3) Pengambilan keputusan harus dilaksanakan melalui musyawarah untuk
mencapai mufakat.
4) Tidak mengenal adanya sistem partai pemerintahan dan oposisi.
5) Adanya pengakuan dan penyelarasan antara hak dan kewajiban.

12
6) Menjunjung tinggi hak asasi manusia.
7) Ketidaksetujuan rakyat terhadap kebijakan dan aturan yang dibuat
pemerintah disalurkan melalui para wakil rakyat. Segala bentuk
demonstrasi dan pemogokan tidak dikehendaki sebab lebih banyak
menimbulkan kerugian bagi seluruh pihak yang terlibat.
8) Pemilu dilaksanakan secara LUBER (Langsung, Umum, Bebas, dan
Rahasia).
9) Tidak menganut sistem monopartai.
10) Tidak mengakui adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
11) Menjunjung tinggi kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi.

2.5.3 Asas Demokrasi Pancasila


Dalam sistem Demokrasi Pancasila, dikenal adanya dua asas yang juga
berperan sebagai landasan perumusan sistem pemerintahan. Kedua asas
tersebut di antaranya adalah:

1) Asas Kerakyatan
Asas Kerakyatan merujuk pada kesadaran atas hak, kewajiban, dan peran
rakyat di dalam sebuah negara dan pemerintahan. Asas kerakyatan berusaha
mewujudkan terciptanya keadilan, kesejahteraan, dan cita-cita seluruh lapisan
masyarakat.
2) Asas Musyawarah
Asas Musyawarah menjunjung tinggi aspirasi serta kehendak seluruh
rakyat Indonesia. Aspirasi rakyat dapat diwakilkan melalui forum
permusyawaratan atau lembaga negara yang memiliki fungsi untuk
menyatukan pendapat serta mencapai kesepakatan bersama yang
menguntungkan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

2.5.4 Landasan Pokok Demokrasi Pancasila


Pelaksanaan sistem Demokrasi Pancasila meliputi tujuh sendi pokok yang
dijadikan landasan, di antaranya adalah:

1) Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum.


2) Indonesia menganut sistem konsititusional.
3) Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga tertinggi negara
yang memegang fungsi menetapkan UUD dan GBHN, serta mengangkat
presiden dan wakil presiden.
4) Presiden merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah
MPR.

13
5) Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam menjalankan hak
dan kewajibannya.
6) Menteri Negara merupakan pembantu presiden yang tidak bertanggung
jawab pada DPR.
7) Kepala negara memiliki kekuasaan tidak terbatas namun tetap
memerhatikan aspirasi lembaga-lembaga negara lainnya seperti DPR,
DPD, MPR, dan sebagainya.

2.5.5 Fungsi Demokrasi Pancasila


Demokrasi Pancasila memiliki banyak fungsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Fungsi yang terkandung didalamnya antara lain:

1) Menjamin hak rakyat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan


bernegara seperti ikut menyalurkan suaranya dalam pemilihan umum,
serta duduk dalam sebuah forum musyawarah atau lembaga perwakilan
rakyat.
2) Menjami keberlangsungan hidup NKRI serta konsitusi dan sistem hukum
yang bersumber dari Pancasila.
3) Menjamin ditegakkannya hubungan yang serasi dan seimbang antar
lembaga negara dalam menjalankan fungsi dan kewajibannya
masingmasing.
4) Menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang adil dan bertanggung
jawab.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Demokrasi adalah bagaimana menghormati pendapat orang lain,
mendengarkan mereka, tidak berperasangka tentang kemunafikan, jangan
menghukum mereka atau memfitnah mereka secara tak semena-mena,
meskipun ia seorang penghianat besar. Demorasi adalah bagaimana seseorang
mengakui kemungkinan kesalahan atas diri sendiri.
Kata ‘demokrasi’ berasal dari kata Yunani demos yang berarti people
(rakyat, orang-orang, kelompok orang), lalu cratein yang berati to rule
(memerintah). Permulaan model dan penerapan demokrasi murni tidak
ditemukan di negeri manapun selain Yunani di abad ke-6 Sebelum Masehi.
Jadi, arti sebenarnya dari demokrasi adalah rule by the people. Budaya
demokrasi sesungguhnya sudah berkembang sejak zaman purba, yaitu pada
zaman berburu.

14
Indonesia menggunakan sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila yang
berdasar pada ideologi Pancasila dan diatur dalam Undang Undang Dasar
NKRI tahun 1945. Sebelum menerapkan Demokrasi Pancasila, Indunesia
pernah menerapkan 2 sistem demokrasi yang lain yaitu Demokrasi Liberal
Parlementer dan Demokrasi Terpimpin, namun karena dianggap tidak sesuai
dengan ideologi akhirnya Indonesia kembali menggunakan sistem Demokrasi
Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Danceriot Blog, 2013, Makalah Perkembangan demokrasi di dunia,


http://danceriot.blogspot.co.id/2013/02/makalah-perkembangandemokrasi-
di-dunia.html, diakses tanggal 7 Mei 2017 pukul 16:30 WIB.

[2] Andre Hidayat, 2015, Sejarah Perkembangan Demokrasi di Dunia,


http://dokumen.tips/documents/sejarah-perkembangan-demokrasi.html,
diakses tanggal 7 Mei 2017 pukul 16:41 WIB.

[3] Evastickt Blog, 2015, Sejarah Perkembangan Demokrasi di Dunia,


http://evastickt.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-perkembangan-
demokrasidi-dunia.html, diakses tanggal 7 Mei 2017 pukul 16:40 WIB.

[4] Marwan, 2015, Sejarah Demokrasi di Dunia dan di Indonesia,


http://guruppkn.com/sejarah-demokrasi, diakses tanggal 7 Mei 2017 pukul
16:50 WIB.

[5] Rico Tumanggor, 2015, Demokrasi di Berbagai Negara,


http://ricotumanggor.blogspot.com/2015/04/demokrasi-di-
berbagainegara.html, diakses tanggal 4 Mei 2017 pukul 22:41 WIB.

[6] Michael Putra, 2016, Pengertian Demokrasi Pancasila – Prinsip, Ciri,


Fungsi, Makalah, https://www.sayanda.com/demokrasi-pancasila/, diakses
tanggal 10 Mei 2017 pukul 12:15 WIB.

[7] Wikipedia (id), Demokrasi, https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi,


diakses tanggal 7 Mei 2017 pulul 16:50 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai