Anda di halaman 1dari 3

1.

Sejarah Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani ialah “Demos” dan
“Kratos”. Demos berarti rakyat dan Kratos berarti pemerintahan.
Demokrasi diciptakan dalam bentuk untuk menjadi pemerintahan yang
mengijinkan memberikan hak, kebebasan untuk warga negaranya dan
berpendapat serta ikut serta dalam pengambilan keputusan di
pemerintahan. Demokrasi dilakukan agar kebutuhan masyarakat
umum dapat terpenuhi.
Demokrasi muncul pada Yunani melalui hubungan antarnegara
dan hukum yang ada pada abad ke-6 SM. dan M pada abad ke-4.
Demokrasi yang dipraktikkan saat itu adalah bentuk demokrasi
langsung yang dimana hak-hak rakyat dalam keputusan politik
dilaksanakan secara langsung atau terbuka oleh semua warga
menurut prosedur mayoritas atau kebanyakan orang. Demokrasi
berhasil karena negara Yunani kuno adalah wilayah politik kecil karena
populasinya yang tidak sampai 300.000 jiwa. Demokrasi Yunani kuno
hanya bertahan sampai pada Abad Pertengahan, ketika masyarakat
Yunani menjadi masyarakat bangsawan yang ditandai dengan
kehidupan beragama, yang berpusat menjadi umat beragama dan
kehidupan politik yang ditandai dengan perebutan kekuasaan para
bangsawan.
Demokrasi eksis kembali di Eropa pada akhir Abad
Pertengahan, dan Magna Carta (Piagam Besar) lahir di Inggris. Magna
Carta adalah piagam yang mencakup perjanjian antara bangsawan
dengan Raja John. Magna Carta menjelaskan bahwa Raja mengakui
dan menjamin hak-hak dan keistimewaan-keistimewaan tertentu dalam
subyeknya. Dua hal yang sangat mendasar dalam piagam ini ialah
kekuasaan raja itu terbatas, dan hak asasi manusia lebih penting
daripada kepentingan raja.
Awal kelahiran sistem demokrasi, demokrasi tidak diminati oleh
banyak orang karena demokrasi merupakan bentuk pemerintahan
yang tidak begitu bernilai mengingat demokrasi memainkan peran
yang relatif kecil dalam politik saat itu. Polybus dan penulis lainnya
menganggap dengan menyebarkan ide mengenai demokrasi dengan
menyatakan bahwa suatu konstitusi yang merupakan campuran
berimbang dari elemen-elemen monarki, aristokrasi, dan demokrasi
bisa stabil. Namun secara umum, demokrasi cenderung mengarah
kepada tirani atau terlalu condong kepada pemerintahan. Demokrasi
merupakan bentuk suatu produk karena nama tersebut sebelumnya
lebih diartikan sebagai suatu cara memerintah kemudian sekitar abad
ke-19, ide demokrasi meliputi sistem perwakilan parlemen, hak-hak
sipil dan politik lainnya seperti keinginan liberal, sehingga bentuk
dominan liberal. Berbagai kondisi tersebut merupakan kulminasi
evolusi moral manusia. Politik di masa itu hanya untuk kaum pria
dewasa, dan baru kemudian menjangkau wanita, selanjutnya
merangkul kelompok orang muda yang berusia 18 tahun, dan saat itu
dinikmati pula oleh pasien-pasien di rumah sakit jiwa sekalipun.
Konsep demokrasi sering diasumsikan sebagai konsep yang baik,
karena merupakan sistem politik ideal dan ideologi yang menyiratkan
arti kekuasaan politik atau pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat,
dari rakyat, dan untuk rakyat, warga masyarakat yang telah terkonsep
sebagai warga negara. Dalam perkembangannya, demokrasi dapat
dimetaforakan sebagai lahan yang subur dalam pengembangan politik
pemerintahan. Tidak diragukan lagi bahwa pada setiap perkembangan
kearah pemerintahan demokrasi, tidak pernah sempurna sehingga
sering mengecewakan pendukungnya. Bentuk idealnya pun sering
berubah seiring dengan adanya perbaikan-perbaikan ide demokrasi itu
sendiri.
Demokrasi sering ditempatkan sebagai sebuah slogan yang
sangat menggoda karena tampak menjanjikan suatu bentuk
pemerintahan di mana pemerintah yang diperintah berdampingan
dengan rakyat yang berkuasa secara harmonis dengan
mengedepankan kedaulatan ada ditangan rakyat seraya berusaha
meraih kebesan individu yang luas. Demokrasi hanya dimungkinkan
jika masyarakat dapat mengetahui kepentingan-kepentingan sebagian
orang maupun masyarakat yang lain, dan mengorganisir diri untuk
tindakan politis tertentu. Dalam praktiknya tidak ada negara yang
benar-benar demokratis sampai munculnya suatu oposisi atau lawan
untuk mengkritik pemerintah, mengorganisir dukungan, dan bersaing
dalam pemilihan umum.
Namun banyak negara yang menjadi oposisi berdasarkan
kesukuan, kebahasaan, ataupun kedaerahan yang tidak mengakui
suatu kesamaan mendasar dalam kehidupan bernegara. Yang dimana
bila partai-partai politik dibuat berdasarkan unsur primordial1 seperti itu,
maka lembaga-lembaga demokrasi jatuhnya membangkitkan
pertengkaran daripada usaha taat hukum. Dalam keadaan seperti itu,
demokrasi sulit untuk tercipta, dan demokrasi itu akan menjadi
kekuatan tunggal. Contohnya seperti angkatan bersenjata yang
menyatakan bahwa mereka lebih unggul atau merasa superior dari
semua golongan, atau terkadang suatu partai ideologis yang
mempunyai sebuah doktrin yang memunculkan suatu elemen universal
yang telah lama hilang. Negara-negara yang hanya mempunyai 1
partai atau partai tunggal seringkali mendasarkan legitimasi mereka
kepada bentuk demokrasi yang eksentrik dengan aneka embel-embel
layaknya “demokrasi murni, demokrasi rakyat, demokrasi terpimpin”
dan sebagainya.

1. Primordial adalah suatu pandangan terhadap ras, agama, suku, jenis kelamin, dan yang
lainnya yang melekat dalam diri individu sejak lahir.
Daftar Pustaka:
1. Supardan, D.(2015). Sejarah dan Prospek Demokrasi.Bandung: SOSIO DIDAKTIKA:
Social Science Education Journal.
2. Wahyudi, A., Tegar, A., Arifandi, Pratama, B., Raihadan, R., Musdanil,. . .Wanda, R.
(2022). Pendidikan Demokrasi. Kisaran: Jurnal Multidisiplin Ilmu.

1. Primordial adalah suatu pandangan terhadap ras, agama, suku, jenis kelamin, dan lainnya
yang melekat dalam diri individu sejak lahir.

Anda mungkin juga menyukai