Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Demokrasi Dunia

Demokrasi memiliki beberapa arti: pemerintahan oleh


rakyat, yang dilaksanakan baik secara langsung atau
melalui perwakilah yang dipilih;suatu unit politis atau
sosial yang memiliki kekuasaan pemerintahan;
masyarakat umum yang dianggap sebagai sumber
utama kekuasaan politik; dan pemerintahan
mayoritas; prinsip-prinsip kesetaraan sosial dan menghormati individu dalam
komunitas (Answer.com)

Apakah sebuah bangsa yang menuju demokrasi adalah bangsa yang menuju
kerusakan, kehancuran dan ke-tidak-bertuhan-an? Apakah demokrasi adalah alat
setan? Apakah Tuhan tahu berdemokrasi? Apakah agama-agama di dunia dapat
sejalan dengan perkembangan demokrasi? Apakah dalam demokrasi, orang
dijadikan Tuhan atau rakyat dijadikan Tuhan? Benarkah suara rakyat selalu suara
Tuhan?

Baik Kristen maupun Islam pernah mempertanyakan hal-hal tersebut di atas.


Demokrasi dicurigai sebagai alat setan yang memindahkan kekuasaan dari Tuhan
kepada manusia. Sedangkan dalam proses demokrasi itu sendiri, semangat
kerakyatan menyentuh tataran keagamaan sehingga kelihatan adanya
kesengajaan mempertanyakan wibawa dan otoritas ‘Tuhan’ dalam hal ini adalah
para pemimpin agama. Proses penguatan hak rakyat dan penduduk negeri akhir
akhir ini makin menguat seiring dengan meningkatnya tekonologi informasi dan
kesadaran tentang hak inidividu untuk menyuarakan pendapatnya, dan hak untuk
mengetahui yang sebenarnya. Hal ini hampir terjadi disemua negara kecuali
negara-negara yang masih mempertahankan sistem diktator seperti Myanmar,
Korea Utara, Kuba dsb. Jika dalam sebuah negara oposisi tidak diijinkan ada, maka
dapat dipastikan negara tersebut menganut sistim diktator.
1. Sejarah Demokrasi
Kata ‘demokrasi’ berasal dari kata Yunani ‘demos’
yang berarti ‘people’ (rakyat, orang-orang,
kelompok orang), lalu ‘kratein’ yang berati ‘to
rule’ (memerintah). Permulaan model dan
penerapan demokrasi murni tidak ditemukan di
negeri manapun selain Yunani di abad ke 6
Sebelum Masehi. Jadi, arti sebenarnya dari demokrasi adalah “rule by the
people”. Orang Yunani memandang kediktatoran sebagai bentuk pemerintahan
terburuk yang mungkin. Peradaban Yunani menunjukkan bahwa masyarakat
Yunani dipecah menjadi kota-negara bagian yang kecil-kecil (tidak pernah lebih
dari 10.000 warga), dan semua orang menyuarakan pendapatnya atas persoalan-
persoalan pemerintahan. Kondisi ini serupa dengan jika semua penduduk
Indonesia tersambung dengan internet dan memiliki kemerdekaan untuk
menyuarakan pendapatnya untuk didengarkan oleh pemerintah (ThinkQuest
Team 26466)

Tidak ada sistem perwakilan di Pemerintahan Yunani. Setiap orang adalah


anggota badan pengambil keputusan seumur hidupnya. Kelihatannya hampir
berbentuk demokrasi total kecuali fakta bahwa wanita, budak dan penduduk
asing (lebih dari 50% populasi) tidak dianggap sebagai warganegara djadi tidak
diijinkan memberi suara mereka. Sejak saat itu dunia mengakui sistem yang
dijalankan di Yunani dengan cara meniru, mengadopsi, menjadikan dasar, atau
menyesuaikan dengan situasi, dsb. Bangsa-bangsa bergerak menuju arah dan
penerapan demokrasi dalam pemerintahan mereka masing-masing.

Pericles, seorang di antara para pemimpin demokrasi Athena tahun 430,


berargumentasi bahwa demokrasi berhubungan dengan toleransi, tetapi tidak
membuat klaim khusus bagi pemerintahan mayoritas. Baik Plato maupun
Aristoteles mengingatkan bahwa demokrasi harus mempertimbangkan ‘the
larger’ dan ‘the wiser’.Aristoteles tetap menyebutkan pentingnya pemerintahan
mayoritas dengan mengatakan bahwa ‘the majority ought to be sovereign, rahter
than the best, where the best are few … A feast to which all contribute is better
than one given at one man’s expense.”

Plato khususnya prihatin jika demokrasi lebih mengutamakan mayoritas yang


tidak berpendidikan atau miskin yang kemudian bisa membenci kaum kaya, atau
pemerintahan diatur oleh mereka yang tidak bijaksana. Biasanya minoritas yang
kalah termasuk ‘the wiser’. Hanya di abad ke 17 pengukuhan terhadap demokrasi
didasarkan pada asumsi tentang kesetaraan semua warga negara, hal ini muncul
sebagai akibat dari reformasi Protestan.

Kerajaan Romawi (509-27 SM) mengambil elemen-elemen demorkasi Yunani dan


diterapkan dalam pemerintahannya. Pemerintahan Romawi adalah perwakilan
demokrasi yang terwakili dalam para bangsawan di Senat dan perwakilan di
warga biasa di Dewan. Kekuasaan pemerintahan terbagi dalam dua cabang
tersebut dan mereka memberi suara untuk berbagai masalah. Cicero, negarawan
Romawi masa itu berpendapat bahwa masyarakat memiliki hak tertentu yang
harus dipelihara, ia juga berpendapat bahwa kekuasaan pemerintahan dan
kekuasaan politik harus berasal dari rakyat.

2. Demokrasi di Abad-Abad Pertengahan


Kekristenan dengan pengaruh ajaran Alkitab bahwa manusia diciptakan setara di
mata Tuhan, tertanam kuat dalam masyarakat abad-abad pertengahan, pemikiran
demokratis tentang kesetaraan dapat dimengerti oleh banyak orang. Abad
pertengahan mengambil bentuk lain dari pemerintahan yang disebut feodalisme
(masyarakat memiliki hak-hak tertentu dan feodalisme mengembangkan sistem
peradilan untuk membela hak-hak tersebut.

3. Demokrasi di Inggris
Tahun 1215, Magna Carta ditanda tangai hasil pemaksaan para bangsawan
terhadap Raja John yang kemudian terciptalah Parlemen atau Badan pembuat
hukum yang menyatakan bahwa hukum tertulis lebih berkuasa daripada raja
dengan demikian kekuasaan keluarga kerajaan mulai dibatasi dan rakyat mulai
mendapat sebagian kekuasaan. Selanjutnya kekuasaan Parlemen semakin
menguat dengan munculnya berbagai peraturan yang membatasi kekuasaan raja.
Semkia nkuat Parlemen, semakin banyak hak hak rakyat untuk menyatakan
pendapatnya. dasar-dasar demokrasi Inggris inilah yang mengilhami dan
mempengaruhi pemerintahan maerika Serikat.

Filsuf Inggris John locke dan seorang filsuf Perancis Jean-Jacques Rousseau
mempengaruhi penguatan nilai-nilai demokrasi walaupun tidak konklusif merujuk
langsung pada demokrasi (Political Dictionary). John Locke dalam bukunya Two
Treatises menyatakan bahwa dibawah ‘kontrak sosial’, tugas pemerintah adalah
untuk melindungi ‘hak-hak alamiah’, yang mencakup ‘hak untuk hidup,
kemerdekaan, dan kepemilikan properti.’

Kemudian Rousseau memperluas pemikiran tersebut dalam bukunya The Social


Contract (1762). Kedua filsuf ini sangat berpengaruh dalam mempersiapkan jalan
menuju demokrasi Amerika di jaman modern.

4. Jalan Menuju Demokrasi modern


Revolusi Amerika adalah kejadian penting lain dalam sejarah demokrasi. Deklarasi
Kemerdekaan tahun 1776 Tohams Jefferson mengakui pengaruh John Locke dan
Rousseau dalam penyusunan dokumen kemerdekaan. Dari Locke diambil
pemikiran tentang semua manusia diciptakan setara bahwa manusia punya hak
hidup, kemerdekaan dan mengejar kebahagiaan. Lalu dari Rousseau diambil
pemikiran bahwa rakyat semua orang dapat mengadakan perlawanan
menghadapi pemerintah manakala pemerintah tidak menghargai hak-hak
tersebut.

Revolusi Perancis membuka jalan pada pemikiran bahwa kemerdekaan terjadi


setelah cabang-cabang pemerintahan legislatif, yudikatif dan eksekutif
dipisahkan. Rakyat Perancis menggulingkan raja, kemudian menetapkan
‘Deklarasi Hak-hak Manusia’ dalam hal kemerdekaan, hak milik, keamanan, dan
penolakkan kepada penindasan.
Di seluruh dunia, revolusi mulai bermunculan melawan monarkhi, dan
pemerintahan demokratis mulai menjamur. Sebelum abad ke 19 berakhir, hampir
semua morarkhi Eropah barat telah mengadopsi suatu konstitusi yang membatasi
kekuasaan keluarga kerajaan dan memberikan sebagian kekuasaan kepada rakyat.
Demokrasi menjadi semakin populer. Sampai tahun 1950 hampir setiap negara
yang independent memiliki pemerintahan yang memiliki beberapa prinsip dan
cita-cita demokrasi. Bangsa yang dijadikan model dari prinsip-prinsip tersebut
adalah Amerika Serikat.

Para komentator pada periode 1780 – 1920 secara umum menerima permis
bahwa “yang paling miskinpun’ memiliki hak sesungguhnya untuk bersuara
sebagaimana orang-orang kaya, sekalipun banyak dari antara mereka yang
prihatin bahwa tirani mayoritas akan muncul. Jadi untaian lain pemikiran
demokrasi berargumentasi lebih kepada kesetaran kemampuan, bukan
kesetaraan hak.

5. Demokrasi Amerika
Demkorasi Amerika modern adalah dalam bentuk suatu republik demokratik atau
demokrasi perwakilan. Suatu demkorasi perwakilan muncul di Amerika Serikat
sebab penduduk baru sudah muak dengan pajak tanpa perwakilan dan mereka
menginginkan sistem yang lebih fair dimana orang bisa bersuara untuk mengatur
negara. Mereka menginginkan demokrasi perwakilan dimana perwakilan yang
dipilih yang akan mengatur pemerintahan. Para perwkailan tersebut dipilih
dengan pemikiran bahwa mereka akan secara tepat mewakili konstituen mereka,
tetapi dalam kejadian di mana thal ini tidak terjadi, pemerintah Amerika Serikat
dibagi menjadi 3 cabang untuk mengawasi penyelewengan. Ketiganya adalah
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tidak ada satupun yang memiliki kekuasaan
absolut. Ketiga cabang pemerintahan tersebut dimaksudkan sebagai cara untuk
menghindari tirani mayoritas

Apa yang terjadi di Iran adalah contoh bahwa dunia benar-benar sedang
mengarahkan diri pada kesadaran kemerdekaan, ke arah demokrasi
sesungguhnya. Apa yang bakal terjadi ke depan dalam 10 tahun mendatang,
mungkin sulit ditebak karena implikasi dari demokrasi adalah kebebasan individu
yang dijamin, maka segala hal dapat terjadi.

Apakah demokrasi adalah melawan Tuhan atau teokrasi? Dari sudut pandang
agama, pergeseran menuju demokrasi pernah menjadi wacana panas yang
menimbulkan berbagai keributan. Demokrasilah yang telah membuat negara dan
agama dipisahkan sehingga agama menjadi urusan privat individu. Tetapi juga
demokrasi telah menolong menyelamatkan kemanusiaan di mana ketika agama
mengambil alih tugas pemerintahan, berbagai bencana kemanusiaan seperti
perang dan penindasan atas nama Tuhan terjadi.
Sejarah agama-agama dipenuhi dengan catatan-catatan berdarah dan
mengerikan tentang politisasi agama. Ketika para rohaniwan mulai memasuki
area yang menurut Yesus “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada kaisar”, maka mulailah terjadi degradasi kerohanian.

Kitab-kitab Perjanjian Lama mencatat bahwa Allah mengakui adanya permintaan


rakyat Israel untuk memiliki raja seperti bangsa-bangsa di sekitar mereka. Jika
sebelumnya Musa sebagai pemimpin mereka dan Musa sekaligus adalah nabi, kini
umat Israel meminta seorang raja. Ketika Allah memenuhi permintaan umat Israel
untuk memiliki seorang raja, bibit demokrasi sudah mulai muncul. Tetapi contoh
proto-demokrasi itu telah menghasilkan perang saudara, perpecahan bangsa, dan
pembuangan ke Babilonia.

Suara mayoritas yang menyesatkan punya contoh dalam Perjanjian Lama, ketika
Harun harus dipaksa oleh sebagian besar umat Israel untuk membuat anak lembu
mas. Masih ada beberapa peristiwa lain di mana rakyat menuntut sesuatu yang
bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Sedangkan pada jaman Yesus, Yesus ‘memimpin’ semacam gerakan yang


mengedepankan ‘the masses’ sehingga kelihatan bahwa Yesus berpihak kepada
orang sederhana, miskin, menderita dan tersingkir dalam masyarakat. Ia
menyuarakan hak orang banyak untuk diperlakukan sama oleh aturan agama, dan
mengambil kewenangan untuk mengkritisi kekuasaan religius masa itu. Yesus
berjalan searah dengan perkembangan peradaban manusia. Ia memulai
pemikiran baru bagi masa itu untuk memisahkan apa yang menjadi hak kaisar dan
apa yang menjadi hak Allah (walaupun seluruhnya jelas milik Allah)

Demokrasi mungkin tidak terhindarkan dalam perkembangan peradaban


manusia. Tetapi demokrasi tidak bisa serta merta menempatkan manusia
independen dari Tuhan. Demokrasi memiliki dasar dalam agama, dan tidak
bertentangan dengan agama, sepanjang demokrasi memperbaiki kualitas
pemahaman dan tanggung jawab bahwa manusia adalah ciptaan Allah, semua
manusia diciptakan setara, semua manusia harus mempertanggung jawabkan
hidupnya kepada Pencipta – Allah semesta alam.

Anda mungkin juga menyukai