Anda di halaman 1dari 10

DEMOKRASI KONSTITUSI

A. Pengertian Sistem Pemerintahan Indonesia


Sistem merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris, system, yang memiliki arti antara
lain :

• a set of things working together as parts of a mechanism or an interconnecting


network; a complex whole
seperangkat hal atau benda yang bekerja sama sebagai bagian dari sebuah
mekanisme atau sebuah jaringan yang saling terhubung; bagian jaringan dari
keseluruhan

• a set of principles or procedures according to which something is done; an


organized scheme or method
seperangkat prinsip atau prosedur dalam melakukan sesuatu; skema atau
metode yang terorganisir

• the prevailing political or social order


ketentuan politik atau sosial yang berlaku

Sedangkan, pengertian pemerintahan sendiri dapat ditinjau dari tiga aspek,


yaitu dari segi kegiatan (dinamika), struktural fungsional serta dari segi tugas dan
wewenang. Dari :

* segi kegiatan (dinamika) pemerintahan dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau
usaha yang terorganisasikan, yang bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan pada
dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara.

* segi struktural fungsional terkait erat dengan pemerintahan sebagai seperangkat


fungsi negara, yang satu sama lain saling berhubungan secara fungsional, dan
melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi tercapainya tujuan negara.

* sedangkan pengertian pemerintahan dalam konteks tugas dan wewenang sendiri


dapat dilihat dari secara luas (seluruh fungsi negara seperti eksekutif, legislatif dan
yudikatif) ataupun sempit (eksekutif saja).

Berdasarkan pengertian di atas, secara sederhana, sistem pemerintahan dapat dilihat


sebagai seperangkat prinsip, prosedur, ataupun ketentuan fungsi-fungsi negara yang

DEMOKRASI KONSTITUSI | 1
saling terhubung dalam rangka mencapai tujuan negara, yang berdasarkan dasar
negara. Dengan demikian, sistem pemerintahan Indonesia sendiri tentunya terkait erat
dengan pengertian sederhana tersebut dalam hubungannya dengan Indonesia sebagai
sebuah negara.

Demokrasi telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah pemikiran
manusia tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Di jaman modern sekarang ini, hampir
semua negara mengklaim menjadi penganut paham demokrasi. seperti diketahui dari
penelitian Amos J. Peaslee pada tahun 1950, dari 83 UUD negara – negara yang
diperbandingkannya, terdapat 74 negara yang konstitusinya secara resmi menganut
prinsip kedaulatan rakyat (90%). Demokrasi (Inggris: Democracy) secara bahasa berasal
dari bahasa Yunani, yakni Demokratia.

Demos artinya rakyat (people) dan cratos artinya pemerintahan atau kekuasaan (rule).
Demokrasi berarti mengandung makna suatu sistem politik dimana rakyat memegang
kekuasaan tertinggi, bukan kekuasaan oleh raja atau kaum bangsawan. Konsep
demokrasi telah lama diperdebatkan. Pada zaman Yunani kuno, demokrasi sebagai ide
dan tatanan politik telah menjadi perhatian para pemikir kenegaraan. Ada yang pro dan
ada yang kontra. Plato (429-437 S.M) dan Aristoteles (384-322 SM) tidak begitu
percaya pada demokrasi dan menempatkan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan
yang buruk. Filusuf kenamaan ini lebih percaya pada monarkhi, yang penguasanya arif
dan memperhatikan nasib rakyatnya. Plato dapat menerima demokrasi, jika suatu
negara belum memiliki UUD, sedangkan Aristoteles dalam format negara politea, yakni
demokrasi dengan UUD atau demokrasi yang bersifat moderen.
Pada abad ke-16, dasar pemikiran kekuasaan raja-raja yang mutlak mengalami
pergeseran dari yang bersifat Illahiah menjadi bersifat duniawi kembali. Hal ini ini
diawali oleh perlawanan kaum monarchomacha terhadap raja dan gereja di masa abad
pertengahan. Pemikiran mereka didasarkan pada keraguan terhadap anggapan bahwa
raja-raja dan gereja tidak mungkin melakukan kesewenang-wenangan. Pada tahun 1579
terbit sebuah buku berjudul Vindiciae Contra Tyrannos, yang kemudian dianggap
sebagai buku utama yang pertama dari kaum Monarchomacha. Buku ini menganut
prinsip kedaulatan rakyat dan menyatakan bahwa meskipun raja dipilih oleh Tuhan,
tetapi dia diangkat berdasarkan persetujuan rakyat. Tiada orang yang dilahirkan
sebagai raja, tak mungkin seseorang menjadi raja tanpa ada rakyat. Timbulnya

DEMOKRASI KONSTITUSI | 2
pemikiran ini dikarenakan adanya kesewenang-wenangan yang memang terjadi pada
masa itu.
Dengan adanya pemikiran ini, konsep-konsep agamawi yang tadinya dipakai sebagai
dasar, kini bergeser menjadi konsep-konsep duniawi. Akibatnya kaum pembela
kekuasaan negara harus memakai prinsip-prinsip yang bersifat duniawi pula untuk
membantah pikiran-pikiran yang dikemukakan oleh kaum monarchomacha, di antara
mereka adalah Hugo Grotius (1583-1645M) dan Thomas Hobbes (1588-1679M).
Mereka tidak lagi menggunakan agama sebagai pembenaran bagi kekuasaan negara
yang besar, walaupun mereka mengatakan bahwa bila kekuasaan yang besar tidak
diberikan kepada negara maka masyarakat akan kacau. Mereka mengakui bahwa
kekuasaan negara memang berasal dari rakyat, tetapi kekuasaan itu diberikan justru
untuk kepentingan rakyat itu sendiri.
Pendapat ini kemudian ditentang oleh John Locke (1632-1704 M), yang juga bertolak
dari argumen masyarakat primitif sebelum adanya negara. Tetapi bagi Locke
masyarakat tersebut tidaklah kacau, bahkan masyarakat itulah yang ideal, karena hak-
hak dasar dari manusia tidak dilangggar. Pemikiran Locke ini diakui sebagai pemikiran
yang paling berpengaruh pada pada gagasan mengenai kedaulatan rakyat. Buku Locke
yang berjudul Two Treaties of Government menyatakan bahwa semua pemerintah
yang sah bertumpu pada “persetujuan dari yang diperintah”. Dengan pernyataannya
tentang hukum alam itu, Locke membantah pengakuan bahwa pemerintah, yang pada
jamannya ada di bawah kekuasaan gereja, adalah suatu aspek rangkaian takdir Ilahi.
Hukum alam identik dengan hukum Tuhan dan menjamin hak-hak dasar semua orang.
Untuk mengamankan hak-hak ini, manusia dalam masyarakat sipil mengadakan
“kontrak sosial” dengan pemerintah.
Pemikiran Locke ini kemudian dikembangkan oleh Charles Louis de Secondat Baron de
la Brede et de la Montesquieu (1689-1755M), dalam karyanya The spirit of the
law/L’Espirit des Lois (Jiwa Undang-undang), buku XI, Bab 6 tentang Of the Constitution
of England (konstitusi Inggris) menyatakan In Every government there are three sort of
power; the legislative; the executive in respect to things dependent on the law of nations;
and the executive in regard to matters that depend on the civil law. (Dalam setiap
pemerintahan ada tiga kekuasaan; kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif daripada
urusan-urusan yang berhubungan dengan hukum antar bangsa, dan kekuasaan
kehakiman yang berhubungan dengan urusan hukum bagi warga negara). Konsep

DEMOKRASI KONSTITUSI | 3
Pembagian kekuasaan ke dalam tiga pusat kekuasaan oleh Immanuel Kant (1724-
1804M) kemudian diberi nama Trias Politika (Tri = tiga; As = poros (pusat); Politika =
kekuasaan). Dengan adanya pemisahan kekuasaan ini, akan terjamin kebebasan
pembuatan undang-undang oleh parlemen, pelaksanaan undang-undang oleh lembaga
peradilan, dan pelaksanaan pekerjaan negara sehari-hari oleh pemerintah.
Secara etimologi, demokrasi (democratie) adalah bentuk pemerintahan atau
kekuasaan negara yang tertinggi, dimana sumber kekuasaan tertinggi adalah kekuasaan
(ke) rakyat (an) yang terhimpun melalui majelis yang dinamakan Majelis
Pemusyawaratan Rakyat (die gesamte staatsgewalt liegt allein bei der majelis).
Sementara Sri Soemantri mendefenisikan demokrasi Indonesia dalam arti formal
(indirect democracy) sebagai suatu demokrasi dimana pelaksanaan kedaulatan rakyat
itu tidak dilaksanakan oleh rakyat secara langsung melainkan melalui lembaga-lembaga
perwakilan rakyat seperti DPR dan MPR; dan demokrasi dalam arti pandangan hidup
menurut Sri Soemantri adalah demokrasi sebagai falsafah hidup (democracy in
philosophy).
Demokrasi memiliki pengertian yang ambigu serta tidak tunggal. Setiap negara dapat
meng-klaim sebagai negara demokratis. Negara seperti Amerika Serikat, disebut
sebagai demokratis termasuk negara-negara bekas komunis seperti Uni Sovyet dan
negara Eropa Timur. Bahkan pengertian demokrasi seringkali dimanipulasi untuk
kepentingan elit-elit penguasa. Dengan alasan untuk melindungi sebagian besar rakyat,
para penguasa tidak jarang menindas dan (atau) mengurangi hak-hak rakyat, untuk
mempertahankan status quo. Hal ini menunjuikkan bahwa telah menjadi pilihan, tentu
saja pilihan terbaik diantara pilihan terburuk yang ada. Masing-masing negara memiliki
karakteristik yang berbeda dalam menerapkan demokrasi yang ideal. Ada yang
menganut demokrasi liberal, monarkhi konstitusional, demokrasi pancasila dan sosial
demokrasi.
Sebuah negara menurut Amien Rais, disebut sebagai negara demokrasi jika memenuhi
beberapa kriteria, yaitu;

(1) partisipasi dalam pembuatan keputusan,


(2) persamaan di depan hukum,
(3) distribusi pendapat secara adil,
(4) kesempatan pendidikan yang sama,

DEMOKRASI KONSTITUSI | 4
(5) empat macam kebebasan, yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan
persuratkabaran, kebebasan berkumpul dan kebebasan beragama,
(6) ketersediaan dan keterbukaan informasi,
(7) mengindahkan fatsoen atau tata krama politik,
(8) kebebasan individu,
(9) semangat kerja sama dan
(10) hak untuk protes. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa demokratisasi berarti
melawan monopoli kaum politisi, pejabat dan teknokrat untuk begitu saja menetukan
apa yang baik bagi masyarakat.
Robert A. Dahl mengajukan lima kriteria bagi sebuah demokrasi yang ideal, yaitu;
(1) persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat,
(2) partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam
proses pembuatan keputusan secara kolektif,
(3) pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang untuk
memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan secara logis,
(4) kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya kekuasaan eksklusif bagi
masyarakat untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan
melalui proses pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan itu pada orang lain
atau lembaga yang mewakili masyakat, dan
(5) pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat yang tercakup semua orang dewasa
dalam kaitannya dengan hukum.

B. Sistem Pemerintahan Demokrasi Konstitusi


Sistem pemerintahan Indonesia sendiri dapat kita telusuri melalui UUD 1945,
dimana secara jelas dalam Bab I Pasal 1 (3) disebutkan bahwa, “Negara Indonesia
adalah negara hukum”. Sedangkan pasca reformasi 1998, Indonesia telah memasuki
tahap baru dalam demokrasinya. Setelah sekitar 32 tahun di bawah bayang-bayang
demokrasi semu, warga negara Indonesia dapat mengecap indahnya ”fasilitas premium”
demokrasi yaitu kebebasan berpendapat serta pemilihan umum langsung (sejak
2004). Demokrasi yang merujuk pada hukum sendiri merupakan bentuk dari demokrasi
konstitusional. Indonesia merupakan sebuah Rechtstaat (negara hukum), bukan
Machtstaat yang merupakan negara dengan berdasarkan kekuasaan saja.

DEMOKRASI KONSTITUSI | 5
Demokrasi Konstitusional sendiri memiliki ciri tersendiri, yaitu terbatasnya
kekuasaan pemerintah serta tidak dibenarkannya tindakan sewenang-wenang
pemerintah kepada masyarakat. Kedua hal itu termaktub secara gamblang dalam
konstitusi, yang menjadi acuan bagi pemerintah. Ciri tersebut memiliki nafas yang sama
dengan pernyataan Lord Acton, “power tends to corrupt, absolute power corrupts
absolutely” (manusia yang memiliki kekuasaan cenderung akan menyalahgunakannya,
dan apabila manusia memiliki kekuasaan yang absolut atau tidak terbatas, tentunya
akan disalahgunakan”. Pemisahan dan/ pembagian kekuasaan, sehingga kekuasaan
tidak terpusat hanya pada satu lembaga atau individu, dalam prakteknya di Indonesia
dapat dilihat melalui tiga lembaga negara utama yang berperan dalam menjalankan
roda pemerintahan, yaitu Eksekutif (Presiden), Legislatif (DPR dan MPR) serta
Yudikatif (MA).

Sama halnya dengan sang induk, demokrasi konstitusional juga berkembang merespon
pada tuntutan zamannya. Setelah pada abad 19 menitikberatkan pada penegakan
hukum serta HAM, dalam perkembangannya dewasa ini, terdapat syarat-syarat bagi
penyelenggaraan demokrasi konstitusional, yaitu:

• perlindungan konstitusionil, yang mencakup perlindungan terhadap hak-hak


individu serta prosedur untuk memperoleh perlindung tersebut

• badan kehakiman yang bebas dan tidak

• pemilihan umum yang bebas

• kebebasan untuk menyatakan pendapat

• kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi

• pendidikan kewarganegaraan (civic education).

DEMOKRASI KONSTITUSI | 6
Dalam proses implementasinya, syarat-syarat tersebut termaktub dalam batang tubuh
UUD 1945. Di sisi lain, demokrasi sendiri sudah tidak lagi terbatas dalam konteks sistem
pemerintahan. Namun juga sudah masuk ke ranah politik, yaitu sistem politik yang
tercermin utamanya dalam poin 3. Dalam proses implementasinya di Indonesia, pemilu
presiden diadakan secara langsung, di mana masyarakat berhak untuk memilih
langsung presidennya untuk satu periode jabatan selama 5 tahun. Hal tersebut
beriringan dengan Pembukaan UUD 1945 serta Pancasila sila ke-4, yaitu “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

DEMOKRASI KONSTITUSI | 7
BAB
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Demokrasi konstitusional (demokrasi liberal) adalah demokrasi yang didasarkan


pada kebebasan atau individualisme. Ciri khas pemerintahan demokrasi konstitusional
adalah kekuasaan pemerintahnya terbatas dan tidak diperkenankan banyak campur
tangan dan bertindak sewenang-wenang terhadap warganya. Kekuasaan pemerintah
dibatasi oleh konstitusi.

Demokrasi konstitusi atau liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan
demokrasi barat di Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai
dapat berupa republik (Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional
(Britania Raya, Spanyol). Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem
presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya
dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Perancis).

Penulis sadar dalam penyusunan Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
oleh sebab itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar dapat menjadi acuan
dalam penyusunan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya.

Terima kasih.

DEMOKRASI KONSTITUSI | 8
KESIMPULAN

• Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa sistem pemerintahan Indonesia


adalah presidensil.

• Namun, sejarah mencatat bahwa, demokrasi memiliki seribu wajah, layaknya


tokoh wayang Rahwana atau Dasamuka. Sebut saja demokrasi konstitusional,
demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila, dan
sebagainya. Hal tersebut bersumber pada asal kata demokrasi sendiri yaitu
demos (rakyat) serta kratos (kekuasaan), serta tag line -nya yang populer
digunakan “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Celakanya,
setiap pemerintahan di dunia mengatasnamakan rakyat dalam mengambil
kebijakan. Implikasinya, setiap pemerintahan dapat berlaku layaknya penyihir,
yang hanya dengan mengucapkan atau merapal mantra “demokrasi” dan
“kepentingan rakyat”, habis perkara.

DEMOKRASI KONSTITUSI | 9
DAFTAR PUSTAKA

• http://oxforddictionaries.com/

• Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Penerbit Grasindo, hal. 214-216

• Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


2002, hal. 52

• South East Asian and Pacific Conference of Jurists, February 15-19, The Dynamic
Aspects of the Rule of Law in the Modern Age (Bangkok: International Commission
of Jurists, 1965), hal. 39-50 dalam Ibid hal. 60.

DEMOKRASI KONSTITUSI | 10

Anda mungkin juga menyukai