Anda di halaman 1dari 25

Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (PMPK)

Universitas Brawijaya

DEMOKRASI
INDONESIA
OLEH:
M. LUKMAN HAKIM, M.SC.
Pengertian dan Makna Demokrasi

• Demokrasi adalah suatu sistem yang memberikan penekanan pada eksistensi


rakyat dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.
• Menurut Mc Lean demokrasi adalah hal yang tidak mudah untuk didefinisikan.
Makna dari kata demokrasi berubah seiring dengan waktu, tempat, dan
lingkungannya. (McLean, 2004: 21).
• Dahl mendefinisikan demokrasi dengan merujuk gagasan yang muncul di Yunani
pada abad ke 5 S.M., demokrasi adalah suatu sistem politik yang para
anggotanya saling memandang antara yang satu dengan yang lainnya sebagai
orang-orang yang sama dipandang dari segi politik, dan mereka itu secara
bersama-sama berdaulat, dan memiliki segala kemampuan, sumber daya, dan
lembaga-lembaga yang mereka perlukan demi untuk memerintah diri sendiri (Dahl,
1992: 1).
• Pada pengertian modern, demokrasi dirumuskan sebagai sistem politik atau
pemerintahan yang memiliki pola relasi kekuasaan yang ditentukan dan
dikontrol oleh rakyat. Semua sistem demokrasi menganut prinsip kebebasan
dan persamaan.

• Pada perkembangannya, demokrasi muncul dengan bermacam varian dengan


definisi dan implementasi yang beragam tergantung pada lingkup budaya,
politik, ideologi dimana dia hidup.

• Menurut Henry B. Mayo, Sistem politik demokratis adalah sistem yang


menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas
oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjalinnya kebebasan politik (Erwin, 2012: 130)
• Secara substantif, prinsip utama dalam demokrasi ada dua (Maswadi Rauf, 1997)
yaitu:
 Kebebasan/persamaan (freedom/equality)
Kebebasan dan persamaan adalah pondasi demokrasi. Kebebasan dianggap
sebagai sarana mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksimal dari
usaha orang tanpa adanya pembatasan dari pengguasaan.
 Kedaulatan rakyat (people’s soverignty)
Dengan konsep kedaulatan rakyat, pada hakikatnya kebijakan yang dibuat
adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat.

• Inti dari pengertian demokrasi adalah: Pemerintahan dari rakyat, Pemerintahan


oleh rakyat, Pemerintahan untuk rakyat.
Sejarah Perkembangan Demokrasi di Barat

• Masa Yunani

 Asal usul demokrasi sebagai suatu sistem politik dapat ditelusur sampai pada
sekitar lima abad sebelum masehi, ketika orang-orang Yunani yang
membentuk polis (negara kota).
 Gagalnya sistem politik yang dikuasai para Tyrants atau autocrats untuk
memberikan jaminan keberlangsungan terhadap Polis dan perlindungan
terhadap warganya.
 Filsuf-filsuf seperti Thucydides (460 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-
347SM), Aristoteles (384-322 SM) merupakan beberapa tokoh terkemuka yang
mengajukan pemikiran-pemikiran mengenai bagaimana sebuah Polis
seharusnya dikelola sebagai ganti dari model kekuasaan para autocrats dan
tyrants.
 Plato, misalnya dapat dikatakan sebagai pengritik sistem demokrasi yang paling
keras karena demokrasi dianggap mendegradasi kualitas sebuah Polis dan
warganya. Menurutnya Athena mengalami disorientasi politik dan disintegrasi
karena praktik sistem demokrasi.
 Kendati Plato mendukung gagasan kebebasan individu tetapi ia lebih mendukung
sebuah sistem politik dimana kekuasaan mengatur Polis diserahkan kepada
kelompok elite yang memiliki kualitas moral, pengetahuan, dan kekuatan fisik
yang terbaik atau yang dikenal dengan nama “the philosopher Kings”.
• Masa Pencerahan (Abad 15 sampai awal 18M)

 Wacana dan praktik demokrasi mengalami kevakuman pada abad pertengahan,


ketika kekuasaan gereja begitu dominan.
 Pada zaman pencerahan sekitar abad ke-17, pemikiran akan demokrasi muncul
kembali. Tokoh-tokohnya antara lain, John Locke (1632-1704) dari Inggris
mengemukakan ide tentang konstitusi negara, liberalisme, pemisahan
kekuasaan (eksekutif, legislatif, dan lembaga federal), hak-hak politik yang
menyangkut hak atas hidup, dan hak kepemilikan.
 Pada masa itu demokrasi tidak bersifat langsung, tetapi demokrasi
berdasarkan perwakilan. Demokrasi perwakilan adalah suatu bentuk
pemerintahan, yang hak-hak untuk membuat keputusan politik tidak dijalankan
secara langsung oleh seluruh rakyat, tetapi diwakilkan kepada lembaga-
lembaga politik yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas.
• Masa Modern (awal abad 18-akhir abad 20)

 Gagasan negara demokrasi kemudian berkembang pada akhir abad ke-18 dan 20
seiring dengan berkembangnya gagasan negara hukum dibeberapa negara
Barat.

 Perintis dari gagasan negara hukum adalah Imanuel Kant dan Frederich Stahl.
Menurut pemikir tersebut, negara demokrasi identik dengan negara hukum.

 Negara hukum ini memiliki prinsip sebagai berikut: pengakuan terhadap hak
asasi manusia, penerapan asas pembagian dan pemisahan kekuasaan untuk
menjamin hak-hak itu, penerapan peraturan pada pemerintahan, penegakan
supremasi aturan-aturan hukum, dan kedudukan yang sama di hadapan
hukum.
Prasyarat Demokrasi

• Kuntowijoyo (Sumarjan, ed., 2000: 273-274) mengemukakan beberapa standar


untuk mewujudkan sebuah negara yang demokratis :

 Ada kekuatan politik bentukan masyarakat yang berfungsi sebagai instrumen


penyampaian tuntutan masyarakat kepada pemerintah.
 Ada pemilu yang demokratis dimana posisi tawar-menawar dan posisi
kekuatan antara rakyat dan pemerintah sejajar.
 Ada pemerintah yang dibentuk oleh kekuatan mayoritas dengan tetap
menghormati hak-hak kelompok minoritas.
 Ada mekanisme check and balances antara pusat-pusat kekuatan politik, yang
tercermin dari keberadaan dan aktivitas mereka di parlemen.
 Ada ruang dan wacana publik yang tidak dapat diintervensi oleh pemerintah.
• Pendapat lain tentang prasyarat demokrasi:

 Akuntabilitas.
 Rotasi kekuasaan yang dilakukan secara teratur dan damai.
 Rekruitmen politik yang terbuka.
 Pemilihan umum.
 Warga menikmati hak-hak dasar.(Tamara, ed., 1996: 125).
Unsur-Unsur Penegak Demokrasi

1. Negara Hukum
• Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep
‘rechtsstaat’ dan ‘the rule of law’, juga berkaitan dengan konsep ‘nomocracy’
yang berasal dari perkataan ‘nomos’ dan ‘cratos’.

• Konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah ‘rechtsstaat’ itu


mencakup empat elemen penting, yaitu:
 Perlindungan hak asasi manusia.
 Pembagian kekuasaan.
 Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
 Peradilan tata usaha Negara.
• Negara Hukum menurut “The International Commission of Jurists” itu adalah:
 Negara harus tunduk pada hukum.
 Pemerintah menghormati hak-hak individu.
 Peradilan yang bebas dan tidak memihak. (Asshidiqie, 2011:131).

2. Masyarakat Madani ( Civil Society )


Masyarakat madani dicirikan dengan masyarakat terbuka , masyarakat yang bebas
dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, masyarakat yang kritis dan
berpartisipasi aktif serta masyarakat egaliter.
3. Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik terdiri dari partai politik, kelompok gerakan, dan kelompok
penekan.
 Partai politik mengemban beberapa fungsi dalam menciptakan dan menegakkan
demokrasi, seperti dikatakan oleh Miriam Budiarjo :
 Sebagai sarana komunikasi politik.
 Sebagai sarana sosialisasi politik.
 Sebagai sarana rekruitmen kader dan anggota politik.
 Sebagai sarana pengatur konflik.

 Begitu pula aktivitas yang dilakukan oleh kelompok gerakan dan kelompok
penekan yang merupakan perwujudan adanya kebebasan berorganisasi, kebebasan
menyampaikan pendapat dan melakukan oposisi terhadap pemerintah.
Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia

• Demokrasi Parlementer (1945-1959)


 Sistem parlementer berlaku didasarkan pada maklumat pemerintah pada tanggal
14 November 1945.
 Maklumat yang dikeluarkan atas usul Badan Pekerja Komite Nasional Pusat ini
berisi perubahan sistem kabinet presidensiil menjadi parlementer, suatu sistem
yang sifatnya pluralistik liberal.
 Dengan keluarnya maklumat tersebut presiden tidak lagi berkedudukan sebagai
kepala pemerintahan, melainkan hanya berfungsi sebagai kepala negara.
 Disini kekuasaan presiden berkurang, karena kepala pemerintahan diduduki
oleh perdana menteri.
• Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
 Presiden Sukarno dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1959 dengan judul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita” menjelaskan butir-butir pokok
Demokrasi Terpimpin dalam dua kategori: pertama, tiap-tiap orang diwajibkan
untuk berbakti kepada kepentingan umum, masyarakat dan negara. Dua, tiap-
tiap orang mendapat penghidupan yang layak dalam masyarakat, bangsa, dan
negara ( Sukarno, 1964:372).
 Sistem Demokrasi Terpimpinnya memunculkan penolakan dari beberapa tokoh
Indonesia, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, yang menyatakan bahwa
kedudukan sebagai presiden dan Pemimpin Besar Revolusi Indonesia, yang
ditangannya kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, hanya memiliki
perbedaan sedikit dengan raja-raja masa lampau yang memiliki
kekuasaan absolut (Maarif, 1998:76).
• Demokrasi Pancasila Orde Baru (1965-1998)
 Kekuasaan presiden Sukarno berakhir melalui Supersemar yang diemban oleh
Suharto, darinya lahir sebuah pemerintahan yang dinamakan Orde Baru.
 Suharto pada pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus 1967, menyatakan bahwa
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi, kedaulatan rakyat yang dijiwai dan
diintegrasikan dengan sila-sila lainnya.
 Pada mulanya Orde Baru tampil ke pentas politik dengan demokrasi yang
berlanggam libertarian dibidang politik dan berusaha memberikan kepuasan
dibidang ekonomi kepada rakyat Indonesia.
 Tetapi corak tersebut hanya muncul diawal saja, semakin lama Orde Baru
semakin menunjukan dirinya sebagai negara yang kuat dan otoriter (Mahfud,
2000:61).
 Demokrasi Pancasila pada era Orde Baru menekankan pada musyawarah mufakat,
pelaksanaan asas musyawarah mufakat dapat mencapai keberhasilan lebih
dikarenakan besarnya wibawa dan pengaruh presiden.

 Kesalahan pada periode ini:


 Membangun sistem politik monolitik
 Politisasi birokrasi yang lebih siap melayani kebutuhan rezim politik daripada
melayani kebutuhan warga negara.
 Membangun klientalisme ekonomi
 Melakukan represi ideologis serta penggunaan wacana yang otoriter
 Memanipulasi simbol-simbol kultural
• Demokrasi Pancasila Orde Reformasi (1998-sekarang)
 Indonesia memasuki era reformasi setelah lengsernya Suharto dari kursi
kepresidenan.
 Perubahan struktural ketatanegaraan yang telah tercapai beberapa tahun
yang lalu, perubahan-perubahan di Indonesia dapat dikatakan sebagai silent
revolution, yaitu suatu perubahan yang sangat mendalam yang telah
tercapai lewat proses demokratis, baik posisi MPR sendiri, yang diganti
dengan sistem bikameral, maupun tidak kalah penting juga posisi legislatif
(DPR) versus eksekutif yang jauh lebih kuat dibanding sebelumnya.
 Perubahan yang mendasar yaitu, adanya pemilihan presiden dan wakil
presiden secara langsung dan amandemen UUD 1945, merupakan sesuatu
yang sakral dimasa orde baru. Pada masa reformasi Media masa juga telah
dijamin kebebasannya melalui Undang-Undang Kebebasan Pers, dan
adanya desentralisasi.
 Secara substansial belum demokratis : rakyat belum sepenuhnya berdaulat;
Indonesia sebagai sebuah nation-state telah gagal dalam memberikan perlindungan
hak-hak asasi sipil, ekonomi, hukum, politik dan budaya kepada warganya.

• Demokrasi Permusyawaratan
 Konsepsi para pendiri bangsa tentang demokrasi itu tertuang di dalam Pancasila
dan pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi:

“….maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu


Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
 Demokrasi Indonesia mengandung ciri hikmat kebijaksanaan. Cita hikmat
kebijaksanaan merefleksikan orientasi etis, sebagaimana dikehendaki oleh
pembukaan UUD 1945 bahwa susunan negara RI yang berkedaulatan rakyat itu
hendakanya didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan,
permusyawaran, dan keadilan.
 Hatta menjelaskan bahwa kerakyatan yang dianut oleh bangsa Indonesia
bukanlah kerakyatan yang mencari suara terbanyak saja, tetapi kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Karena itu, demokrasi Indonesia bukan demokrasi liberal dan
bukan juga demokrasi totaliter, karena berkaitan secara menyeluruh dengan sila-
sila pancasila lainnya. Orientasi etis (hikmat kebijaksanaan) ini dihidupkan melalui
daya rasionalitas, kearifan konsensual, komitmen keadilan yang dapat
menghadirkan suatu toleransi dan sintesis yang positif sekaligus dapat mencegah
kekuasaan.
 Demokrasi Permusyawaratan dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang strukturnya
bercorak hirarkis piramidal, dimana antar sila merupakan satu kesatuan utuh yang
saling terkait dan mengkualifikasi. Oleh karena itu, sila kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan adalah diliputi dan
dijiwai oleh sila ketuhanan YME, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, serta meliputi dan menjiwai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(Notonagoro, 1967: 32).
 Jadi, demokrasi Permusyawaratan ini adalah demokrasi yang dilandasi oleh nilai-
nilai teosentris, yang mengangkat kehidupan politik dari tingkat sekuler ke
tingkat moral spiritual, dan nilai-nilai antroposentris yang memuliakan nilai-
nilai kemanusiaan, yang menghargai perbedaan berlandaskan semangat
kesetaraan dan persaudaraan, dengan tujuannya untuk mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Sumber Demokrasi Permusyawaratan

 Stimulus Islam → nilai demokratis Islam bersumber dari prinsip tauhid (hanya
Tuhan wujud yang pasti, selain Tuhan bersifat nisbi), konsekuensinya setiap
bentuk pengaturan hidup sosial manusia yang melahirkan kekuasaan
mutlak bertentangan dengan tauhid.
 Stimulus Barat → Nilai Humanisme dan emansipasi.
 Permusyawaratan Desa dan Tradisi Kolektivisme → Kelima anasir
demokrasi desa yang asli nusantara yakni rapat, mufakat, gotong royong, hak
mengadakan protes bersama dan hak menyingkir dari kekuasaan raja
yang absolut.
• Relevansi Demokrasi Permusyawaratan terhadap Problematika Demokrasi
Indonesia

 Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia dalam dekade terakhir ini,


dianggap belum menghasilkan mekanisme dan sistem politik yang benar-
benar demokratis. Hal yang menggejala adalah ritual demokrasi formal-
prosedural yang sebenarnya merupakan ‘quasi-democratic’ (demokrasi semu).
 Secara substantif, yang sesungguhnya terjadi adalah oligarki kekuasaan di
tangan segelintir elit politik ekonomi nasional maupun global (multi nasional).
 Majoritarianisme. Artinya, kedaulatan rakyat yang menjadi akar
demokrasi, hanya dibatasi pada ranah sosiologis: kedaulatan rakyat
terwujud dalam banyaknya rakyat yang mendukung satu kebijakan.
Bukan secara etis yang menempatkan harapan kerakyatan seperti keadilan dan
kesejahteraan sebagai legitimasinya majoritarianisme.
 Untuk merealisasikan gagasan Demokrasi Permusyawaratan supaya memiliki
relevansi dengan realitas buram demokrasi Indonesia adalah dengan mendiseminasi
ruang publik seluas-luasnya.
 Kedaulatan rakyat bukanlah bentuk demokrasi langsung, melainkan
demokrasi perwakilan plus vitalisasi ruang publik politis.
 Jadi bisa disimpulkan bahwa langgam demokrasi yang diidealisasikan bisa
mengatasi dikte-dikte kekuatan modal kapitalis dan sesuai dengan kemajemukan
bangsa Indonesia adalah demokrasi permusyawaratan.
Penutup

Demokrasi permusyawaratan adalah demokrasi yang bukan menjadi


sarana perwakilan atau pengumpulan berbagai kepentingan, tetapi
menjadi arena di mana persoalan diselesaikan melalui proses dialog.
Dialog yang tulus harus melepaskan segala atribut di setiap individu.
Dialog yang menekankan substansi dan melampaui kepentingan
kelompok. Dialog ini dipandu orientasi etis “hikmah-kebijaksanaan”.
Kearifan yang menerima perbedaan pendapat dan memuliakan apa
yang disebut “kebajikan keberadaban”.

Anda mungkin juga menyukai