Kesimpulannya: inflasi merupakan fenomena dimana tingkat harga barang atau jasa secara
umum meningkat, daya beli masyarakat melemah, dan nilai mata uang negara menurun.
Teori Inflasi : Teori Kuantitas
Teori dari pandangan kaum klasik yang menyatakan bahwa:
“perubahan-perubahan dalam penawaran uang akan menyebabkan kenaikan harga yang tingkatnya
sama dengan tingkat penawaran uang.”
M = jumlah uang beredar (money supply)
V = kecepatan perputaran uang dalam satu periode tertentu
P = tingkat harga rata-rata
T = jumlah transaksi dalam satu periode tertentu
Masyarakat
Jumlah uang semakin Harga naik
Permintaan naik
beredar banyak konsumtif (Inflasi)
Pemerintah
Melalui kenaikan harga akibat tindakan dari beberapa
• Memerintahkan pencetakan uang lebih untuk
membiayai defisit anggaran pemerintah jumlah kelompok masyarakat tersebut, masyarakat akan
uang beredar banyak Inflasi berusaha untuk mencari dana lebih besar lagi agar
dapat memenuhi keinginannya. Jika dana tersebut
Pengusaha
berhasil didapat, maka timbul inflationary gap dalam
• Melakukan investasi besar-besaran yang didanai perekonomian dimana jumlah permintaan efektif
menggunakan pinjaman kredit bank Inflasi
masyarakat naik melebihi kapasitas produksi/
penawaran. Munculnya Inflationary gap inilah yang
Serikat Buruh menyebabkan inflasi terus berlangsung ditandai
• Menuntut kenaikan gaji melebihi tingkat dengan kenaikan harga berbagai barang, jasa serta
produktivitas biaya produksi naik harga naik faktor produksi.
(Inflasi)
Teori Inflasi : Teori Struktural
Teori inflasi jangka panjang yang menyatakan bahwa inflasi muncul karena
infleksibilitas/kekakuan struktur perekonomian suatu negara, khususnya negara berkembang.
Terdapat dua fenomena perekonomian utama yang menyebabkan inflasi, yaitu:
• Ketidakelastisan penerimaan ekspor
Perkembangan ekspor yang lebih lambat dalam perekonomian menyebabkan inflasi
berkepanjangan. Meluasnya substitusi import disertai lambatnya eksport menyebabkan foreign
exchange shortage sehingga terjadi cost push inflation dan kenaikan harga barang-barang.
• Ketidakelastisan penawaran bahan makanan dalam negeri.
Pertumbuhan produksi bahan makanan kurang cepat sehingga harga bahan makanan
cenderung naik melebihi kenaikan harga barang lain. Akibatnya, biaya produksi meningkat
karena tuntutan kenaikan upah buruh sehingga harga produk hasil industry dan pertanian ikut
naik.
Jenis inflasi berdasarkan intensitas
• Inflasi rendah (Mild inflation) : inflasi dibawah 10%, kenaikan harga yang lambat dan
berjumlah kecil, dianggap menguntungkan karena dapat mendorong perkembangan
ekonomi dengan persentase yang dianggap baik atau aman sebesar 2-4%.
• Inflasi menengah (moderate inflation) : inflasi sebesar 10-30%, kenaikan harga secara
cepat dan dalam jumlah yang relatif besar
• Inflasi tinggi/berat (high inflation): inflasi sebesar 30-100%, kenaikan harga yang
cukup besar dalam jangka waktu pendek, ditandai dengan mulai terjadinya
kelumpuhan sektor-sektor perekonomian negara
• Inflasi sangat tinggi/berat (hyperinflation): inflasi diatas 100%, ditandai dengan
kenaikan harga yang sangat drastic. Biasanya muncul ketika terjadi perang yang
menyebabkan pencetakan uang berlebih. Pada kondisi ini, nilai mata uang menurun
tajam sehingga masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang.
Jenis Inflasi berdasarkan penyebab
• Demand pull inflation
Disebabkan oleh kenaikan permintaan total (aggregate demand) yang melebihi
penawaran total (aggregate supply). Inflasi jenis ini dapat disebabkan oleh penawaran
uang yang berlebih (teori kuantitas) atau karena peningkatan konsumsi, investasi, dan
pengeluaran pemerintah yang melebihi kapasitas produksi (teori Keynes).
AD > AS Kelangkaan Harga Naik (Inflasi)
Inflasi = x 100%
IHK = indeks harga konsumen tahun x (waktu akhir)
IHK1 = indeks harga konsumen tahun tertentu sebelum x (waktu awal)
Pengukuran Inflasi dengan WPI(Wholesale
Price Index)
WPI merupakan indeks yang menghitung tingkat perubahan harga
komoditas dalam skala grosir. Indeks ini digunakan untuk melihat
tingkat inflasi dari perspektif produsen dimana tingkat harga yang
ditunjukkan merupakan harga yang diterima produsen pada berbagai
tingkat produksi.
Inflasi = x 100%
IHPB = indeks harga perdagangan besar tahun x (waktu akhir)
IHPB1 = indeks harga perdagangan besar pada tahun tertentu sebelum x (waktu awal)
Pengukuran Inflasi dengan GDP Deflator
IHI merupakan indeks untuk menghitung tingkat inflasi dari harga
semua barang dan jasa yang termasuk dalam GDP (Gross Domestic
Product).
Inflasi = x 100%
IHI = indeks harga implisit tahun x (waktu akhir)
IHI1 = indeks harga implist pada tahun tertentu sebelum x (waktu awal)
SOCIAL COST OF INFLATION
• Expected Inflation
a. Shoeleather cost : inflasi tinggi nominal tingkat bunga naik saldo riil turun (jumlah saldo uang yang dibawa lebih
sedikit) masyarakat direpotkan karena harus lebih sering ke bank untuk narik uang
b. Menu cost : Inflasi tinggi menyebabkan perubahan harga sehingga perusahaan lebih sering mengganti daftar harga
pada kartu menu mereka. Hal ini menyebabkan pengeluaran lebih bagi perusahaan dimana mereka harus
mengeluarkan uang untuk biaya print dan distribusi katalog. Kenaikan biaya ini disebut dengan menu cost
c. Distorsi harga relative : ketika perusahaan” menghadapi menu cost , mereka akan lebih jarang mengganti harga
sehingga semakin tingginya tingkat inflasi, semakin tinggi juga variabilitas dari harga relatif
d. Membuat repot& kebingungan: inflasi menyebabkan perubahan harga-harga dan nilai dari suatu mata uang
masyarakat jadi nya direpotkan & bingung mengingat bahwa uang digunakan sebagai patokan untuk mengukur suatu
transaksi ekonomi (terjadinya inflasi menyebabkan patokan tersebut berubah” sehingga membuat bingung/repot)
• Unexpected Inflation
a. Redistribusi kekayaan dan pendapatan antar individu: tingkat bunga pinjaman sudah ditetapkan terlebih dahulu
berdasarkan tingkat inflasi yang diharapkan. Jadi ketika inflasi lebih tinggi dari yang diharapkan maka kreditor akan
dirugikan karena nilai uang yang didapat lebih rendah. Sedangkan ketika inflasi lebih rendah dari yang
diantisipasi/diharapkan maka debitur akan dirugikan karena nilai uang yang dibayar oleh debitur lebih tinggi dari yang
seharusnya. Hal ini juga berlaku pada kasus terkait pembayaran dana pensiun.