HUt – HUt-1
Lit = x 100
HUt-1
Dimana
Lit = Laju inflasi tahun/periode t
HUt = Harga Umum periode t
HUt-1 = Harga Umum periode t-1
2. Deflator Produk Nasional Bruto (GNP deflator)
Dimana:
AD = Angka Deflator Produk Nasional
Bruto
Yn = Produk Nasional Bruto Nominal (atas dasar
berlaku) pada periode t
Yr = Produk Nasional Bruto Riil (atas dasar
harga konstan) pada periode t
Kemudian laju inflasi dihitung dengan cara berikut:
ADt ADt 1
LI t x100
ADt 1
Dimana:
LIt = Laju inflasi pada periode t
ADt = Angka deflator Produk Nasional Bruto pada
periode t
ADt-1 = Angka deflator Produk Nasional Bruto pada
periode t-1.
Kelemahan dari cara ini adalah sulitnya diperoleh angka
deflator Produk Nasional Bruto bulanan, triwulan atau
semester sehingga hanya akan didapat angka deflator
dari laju inflasi tahunan.
3. Indeks Harga Konsumen
Pendekatan ini paling banyak digunakan dalam
menghitung inflasi, hal ini disebabkan karena data
indeks harga konsumen dapat diperoleh dalam
bentuk bulanan, triwulanan ataupun tahunan. Laju
inflasi dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
HKt – HKt-1
Lit = x 100
HKt-1
Dimana
Lit = Laju inflasi tahun/periode t
HKt = Harga Konsumen periode t
HKt-1 = Harga Konsumen periode t-1
4. Menggunakan Harga yang Diharapkan
• Cara menghitung inflasi dengan menggunakan harga
pengharapan mengutamakan peranan harga yang
diharapkan pada periode yang akan datang dalam
menghitung inflasi. Rumus yang digunakan adalah:
e H e t 1 H t
LI t x100
Ht
Dimana:
– LIet = Laju inflasi yang diharapkan pada
periode t
– Het+1 = Harga Pengharapan pada periode t+1
– Ht = Harga yang berlaku pada periode t
5. Indeks Harga Dalam Negeri dan Luar Negeri
• Cara penghitungan inflasi ini biasanya digunakan
oleh negara-negara dengan sistem perekonomian
terbuka. Rumusan untuk besaran ini adalah:
Dimana:
– IHU = Indeks harga umum
– IHDN = Indeks harga dalam negeri
– IHLN = Indeks harga luar negeri
–α = Besarnya sumbangan/pengaruh indeks
harga dalam negeri terhadap indeks harga umum
PERHITUNGAN INFLASI DI INDONESIA
• Di Indonesia, inflasi yang menggambarkan
kenaikan harga-harga secara umum (headline
inflation) dihitung dengan menggunakan Indeks
Harga Konsumen (IHK)
• Penghitungan IHK mencakup:
– 744 komoditas
– 121 pasar (tradisional dan modern)
– 45 kota
PENGELOMPOKKAN IHK
IHK dikelompokkan ke dalam 7 kelompok barang
dan jasa sesuai dengan COICOP (Classification Of
Individual COnsumption by Purpose):
– Kelompok bahan makanan
– Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau
– Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar
– Kelompok sandang
– Kelompok kesehatan
– Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga
– Kelompok transpor dan komunikasi dan jasa
keuangan
JENIS INFLASI MENURUT
SIFATNYA
Atas dasar besarnya inflasi dibagi menjdi 3
yaitu :
1. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)
Creeping inflation ditandai dengan laju
inflasi yang rendah (kurang dari 10% per
tahun). Kenaikkan harga berjalan sangat
lambat dengan persentase yang kecil serta
dalam jangka yang relatip lama.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Galloping inflation ditandai dengan
kenaikan harga yang cukup besar cukup
besar (antara 10 – 100%) dan kadang-
kadang berjalan dalam waktu yang relatif
pendek serta mempunyai sifat akselerasi,
artinya harga-harga minggu atau bulan ini
lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan
seterusnya. Efek terhadap perekonomian
lebih berat daripada inflasi yang merayap.
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Hyper inflation merupakan inflasi yang
paling parah akibatnya. Harga-harga naik
sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi
mau menyimpan uang, nilai uang merosot
sangat tajam sehingga ingin ditukarkan
dengan barang. Perputaran uang makin
cepat, harga naik secara akselerasi.
Biasanya keadaan ini timbul apabila
pemerintah mengalami defisit anggaran
belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya
perang) yang dibelanjai atau ditutup
dengan mencetak uang.
JENIS INFLASI MENURUT
SEBABNYA
1. DEMAND-PULL INFLATION
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan
permintaan total (agregate demand), sedangkan
produksi telah berada pada keadaan kesempatan
kerja penuh (full employment) atau hampir
mendekati kesempatan kerja penuh.
Dalam keadaan hampir mendekati kesempatan
kerja penuh, kenaikan permintaan total selain
menaikkan harga dapat juga menaikkan produksi
tetapi jika keadaan full employment kenaikan
permintaan selanjutnya akan menaikkan harga
barang saja.
Demand-pull Inflation
P
S
D2
H2
H1 D1
Q1 Q2 Q
P S2
S1
H2
D
H1
Q2 Q1 Q