Anda di halaman 1dari 29

PENGERTIAN INFLASI

• Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga


umum barang-barang secara terus menerus.
• Kenaikan yang terjadi saat inflasi terhadap
barang-barang, prosentase antar barang
tidak harus sama dan terjadinya kenaikan
bisa tidak bersamaan. Yang penting terdapat
kenaikan harga umum barang secara terus
menerus selama satu periode tertentu.
• Kenaikkan yang terjadi hanya sekali saja
meskipun dengan prosentase yang sangat
besar bukanlah merupakan inflasi.
CARA PENGHITUNGAN INFLASI
Kenaikan harga tersebut diukur dengan
menggunakn indeks harga.
Ada beberapa cara untuk menghitung inflasi
yaitu :
1. Dengan menggunakan Harga Umum
2. Dengan menggunakan Angka Deflator
3. Dengan menggunakan Indeks Harga
Konsumen (IHK)
4. Dengan menggunakan Harga Pengharapan
5. Dengan menggunakan indeks harga dalam
negeri dan luar negeri
1. Menggunakan Harga Umum
Cara yang biasa dipakai untuk menghitung inflasi
adalah dengan angka harga umum (general
price).
Rumus yang dipakai adalah :

HUt – HUt-1
Lit = x 100
HUt-1

Dimana
Lit = Laju inflasi tahun/periode t
HUt = Harga Umum periode t
HUt-1 = Harga Umum periode t-1
2. Deflator Produk Nasional Bruto (GNP deflator)

Rumusannya dalah sebagai berikut :


Yn
AD = Yr x100

Dimana:
AD = Angka Deflator Produk Nasional
Bruto
Yn = Produk Nasional Bruto Nominal (atas dasar
berlaku) pada periode t
Yr = Produk Nasional Bruto Riil (atas dasar
harga konstan) pada periode t
Kemudian laju inflasi dihitung dengan cara berikut:

ADt  ADt 1
LI t  x100
ADt 1
Dimana:
LIt = Laju inflasi pada periode t
ADt = Angka deflator Produk Nasional Bruto pada
periode t
ADt-1 = Angka deflator Produk Nasional Bruto pada
periode t-1.
Kelemahan dari cara ini adalah sulitnya diperoleh angka
deflator Produk Nasional Bruto bulanan, triwulan atau
semester sehingga hanya akan didapat angka deflator
dari laju inflasi tahunan.
3. Indeks Harga Konsumen
Pendekatan ini paling banyak digunakan dalam
menghitung inflasi, hal ini disebabkan karena data
indeks harga konsumen dapat diperoleh dalam
bentuk bulanan, triwulanan ataupun tahunan. Laju
inflasi dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
HKt – HKt-1
Lit = x 100
HKt-1

Dimana
Lit = Laju inflasi tahun/periode t
HKt = Harga Konsumen periode t
HKt-1 = Harga Konsumen periode t-1
4. Menggunakan Harga yang Diharapkan
• Cara menghitung inflasi dengan menggunakan harga
pengharapan mengutamakan peranan harga yang
diharapkan pada periode yang akan datang dalam
menghitung inflasi. Rumus yang digunakan adalah:

e H e t 1  H t
LI t  x100
Ht
Dimana:
– LIet = Laju inflasi yang diharapkan pada
periode t
– Het+1 = Harga Pengharapan pada periode t+1
– Ht = Harga yang berlaku pada periode t
5. Indeks Harga Dalam Negeri dan Luar Negeri
• Cara penghitungan inflasi ini biasanya digunakan
oleh negara-negara dengan sistem perekonomian
terbuka. Rumusan untuk besaran ini adalah:

IHU  αIHDN  ( 1  α)IHLN

Dimana:
– IHU = Indeks harga umum
– IHDN = Indeks harga dalam negeri
– IHLN = Indeks harga luar negeri
–α = Besarnya sumbangan/pengaruh indeks
harga dalam negeri terhadap indeks harga umum
PERHITUNGAN INFLASI DI INDONESIA
• Di Indonesia, inflasi yang menggambarkan
kenaikan harga-harga secara umum (headline
inflation) dihitung dengan menggunakan Indeks
Harga Konsumen (IHK)
• Penghitungan IHK mencakup:
– 744 komoditas
– 121 pasar (tradisional dan modern)
– 45 kota
PENGELOMPOKKAN IHK
IHK dikelompokkan ke dalam 7 kelompok barang
dan jasa sesuai dengan COICOP (Classification Of
Individual COnsumption by Purpose):
– Kelompok bahan makanan
– Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau
– Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar
– Kelompok sandang
– Kelompok kesehatan
– Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga
– Kelompok transpor dan komunikasi dan jasa
keuangan
JENIS INFLASI MENURUT
SIFATNYA
Atas dasar besarnya inflasi dibagi menjdi 3
yaitu :
1. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)
Creeping inflation ditandai dengan laju
inflasi yang rendah (kurang dari 10% per
tahun). Kenaikkan harga berjalan sangat
lambat dengan persentase yang kecil serta
dalam jangka yang relatip lama.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Galloping inflation ditandai dengan
kenaikan harga yang cukup besar cukup
besar (antara 10 – 100%) dan kadang-
kadang berjalan dalam waktu yang relatif
pendek serta mempunyai sifat akselerasi,
artinya harga-harga minggu atau bulan ini
lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan
seterusnya. Efek terhadap perekonomian
lebih berat daripada inflasi yang merayap.
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Hyper inflation merupakan inflasi yang
paling parah akibatnya. Harga-harga naik
sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi
mau menyimpan uang, nilai uang merosot
sangat tajam sehingga ingin ditukarkan
dengan barang. Perputaran uang makin
cepat, harga naik secara akselerasi.
Biasanya keadaan ini timbul apabila
pemerintah mengalami defisit anggaran
belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya
perang) yang dibelanjai atau ditutup
dengan mencetak uang.
JENIS INFLASI MENURUT
SEBABNYA
1. DEMAND-PULL INFLATION
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan
permintaan total (agregate demand), sedangkan
produksi telah berada pada keadaan kesempatan
kerja penuh (full employment) atau hampir
mendekati kesempatan kerja penuh.
Dalam keadaan hampir mendekati kesempatan
kerja penuh, kenaikan permintaan total selain
menaikkan harga dapat juga menaikkan produksi
tetapi jika keadaan full employment kenaikan
permintaan selanjutnya akan menaikkan harga
barang saja.
Demand-pull Inflation
P
S

D2
H2

H1 D1

Q1 Q2 Q

Karena permintaan masyarakat akan barang-barang


bertambah (misalnya, karena bertambahnya pengeluaran
pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau
kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang
ekspor, bertambahnya pengeluaran investasi swasta
karena kredit yang murah), maka kurva agregate demand
bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum
naik dari H1 keH2
2. COST-PUSH INFLATION
– Cost-push inflation biasanya ditandai dengan
kenaikkan harga serta turunnya produksi, inflasi
yang dibarengi resesi.
– Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (aggregate
supply) sebagai akibat kenaikkan biaya produksi
yang dapat timbul karena beberapa factor yaitu :
• Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk
menuntut kenaikkan upah
• Industri monopolis managernya dapat
menentukan harga (yang lebih tinggi)
• Kenaikkan harga bahan baku industri
• Kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga
dan turunnya produksi. Kalau proses ini berjalan
terus maka timbullah cost-push inflation.
Cost-push Inflation

P S2
S1

H2
D
H1

Q2 Q1 Q

• Bila biaya produksi naik (misalnya, karena kenaikan


harga bahan bakar minyak), maka kurva penawaran
masyarakat (agregate supply) bergeser dari S1 ke S2.
Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2
JENIS INFLASI MENURUT ASALNYA
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic
inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul
misalnya karena defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan pencetakan uang baru, gagal
panen, dan sebagainya.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported
inflation)
Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi
yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar
negeri atau negara-negara mitra dagang. Selain
itu, dapat pula karena kenaikan harga-harga
barang ekspor
EFEK INFLASI
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi
pendapatan, alokasi factor produksi serta
produk nasional.

Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan


equity effect

Sedangkan efek terhadap alokasi factor produksi


dan produk nasional masing-masing disebut
efficiency dan output effects.
1. Equity Effect (Efek Terhadap
Pendapatan)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak
merata ada yang dirugikan dan ada yang
diuntungkan dengan adanya inflasi.
1. Pihak yang dirugikan antara lain:
• Mereka yang pendapatannya tetap
Misalnya: seseorang mempunyai
pendapatan tetap 10 juta per tahun
sedang laju inflasi sebesar 10%, maka
kerugian seseorang tersebut yaitu
penurunan pendapatan riil sebesar laju
inflasi yaitu 1 juta
• Mereka yang menumpuk kekayaan
dalam bentuk uang kas
• Mereka yang meminjamkan uang
dengan tingkat bunga lebih rendah dari
laju inflasi.

2. Pihak yang diuntungkan yaitu:


• Mereka yang mempunyai kekayaan
bukan uang dimana nilainya naik dg
prosentase lebih besar dari laju inflasi
2. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula merubah pola alokasi faktor-faktor


produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikkan
permintaan akan berbagai macam barang yang
kemudian mendorong terjadinya perubahan dalam
produksi berbagai barang tertentu.

Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu


mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain,
yang kemudian mendorong kenaikkan produksi barang
tersebut. Kenaikan tersebut akan merubah pola alokasi
factor produksi yang sudah ada.
3. Efek Terhadap Output (Output Effects)

Efek inflasi terhadap out put bisa menyebabkan kenaikkan


output dan bisa juga menurunkan output. Menyebabkan
kenaikan karena dalam keadaan inflasi biasanya kenaikkan
harga barang mendahului kenaikkan upah sehingga
keuntungan pengusaha naik.

Kenaikkan keuntungan ini akan mendorong kenaikkan


produksi. Tapi jika laju inflasi itu cukup tinggi (hyper
inflation) dapat mengakibatkan turunnya out put, hal ini
dikarenakan keadaan inflasi nilai uang riil turun dengan
drastis masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas,
transaksi mengarah ke barter yang biasanya diikuti dengan
turunnya produksi barang.
CARA MENGATASI INFLASI
Dengan menggunakan persamaan Irving
Fisher MV = PT dapat dijelskan bahwa inflasi
timbul karena MV naik lebih cepat daripada T.

Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya


inflasi maka salah satu Variabel (M atau V)
harus dikendalikan dan volume T
ditingkatkan guna mencegah/mengurangi
inflasi.

Cara mengatur variable M, V dan T


dapat dilakukan dengan menggunakan
kebijaksanaan.
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dapat
dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar (M).
• Salah satu komponen jumlah uang adalah
uang giral (demand deposit). Bank sentral
dapat mengatur uang giral melalui penetapan
cadangan minimum. Untuk menekan inflasi
cadangan minimum dinaikkan sehingga jumlah
uang menjadi lebih kecil.
• Cara kedua dengan menggunakn tingkat
diskonto(discount rate).
Yaitu tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan
oleh bank sentral pada bank umum. Apabila tingkat
diskonto dinaikkan pinjaman bank umum makin kecil
sehingga cadangan yang ada pada bank sentral juga
mengecil akibatnya kemampuan bank umum untuk
memberikan pinjaman pada masyarakat makin kecil
sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat
dicegah.
• Instrumen lain yaitu politik pasar terbuka
(jual/beli surat berharga).
Dengan cara menjual surat berharga bank sentral
dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar
sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiscal menyangkut
pengaturan tentang pengeluaran pemerintah
serta perpajakan yang secara langsung
dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi
harga.
• Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijaksanaan fiscal yang
berupa pengurangan pengeluaran pemerintah
akan dapat mengurang permintaan barang
yang selanjutnya dapat menurunkan inflasi
• Sedangkan kenaikan pajak akan dapat
mengurangi permintaan total, sehingga inflasi
dapat ditekan.
3. Kebijakan Internasional
Yaitu dengan kebijakan menurunkan bea masuk
barang import, diharapkan barang atau output
dalam negeri bertambah karena impor barang
bertambah. Sehingga bertambahnya jumlah
barang di dalam negeri akan cenderung
menurunkan harga.

4. Kebijakan yang lain


Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga serta
mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk
gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah
secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka
gaji/upah juga dinaikkan.

Anda mungkin juga menyukai